Sistem Politik Mamluk Bahri dan Perkembangannya

Peta Mamluk Bahri, Sumber:upload.wikimedia.org
PENDAHULLUAN

Secara harfiah kata mamluk adalah budak-budak yang dimiliki, berasal dari orang Turki dan Mongol yang menjadi tentara Al Malik Ash-Shalih Najmuddin Ayyub. Para budak tersebut dibeli oleh kholifah yang kemudian dididik menjadi militer yang tangguh untuk mengawal jalannya politik Dinasti Ayyubiyah. Mereka memiliki sifat pemberani dan pantang menyerah, mereka tidak pernah menyatakan loyalitas kepada siapapun kecuali kepada islam.
mamluk di bagi menjadi dua begian yakni mamluk bahri dan mamluk burji, dinamakan mamluk bahri karena barak para budak atau pengawal khaifah berada di pulau Ar Raudhah di Nil. Aybak adalah sultan yang pertama dalam dinasti mamluk bahri, sebelumnya mamluk bahri di pimpin oleh seorang sultanah yaitu syajar Ad  Durr, ia adalah istri dari khalifah terakhir dinasti Ayyubiyah Al Malik Ash Sholih Najmuddin Ayyub, kemudian karena banyak yang menentang, Syajar Ad Durr di gantikan oleh Aybak.







RUMUSAN MASALAH
1.      Sistem politik Mamluk Bahri dan perkembangannya
2.      Khalifah-khalifah Abbasiyah dalam kerajaan Mamluk Bahri






PEMBAHASAN

1.      Sistem Politik Mamluk Bahri dan Perkembangannya

Pemerintahan Mamluk Bahri didirikan oleh Al Malik Ash Shaleh Najmuddin Ayyub, kemudian mereka mendirikan benteng di kepulauan Raudhah tahun 638 H. Aybak  adalah sultan pertama dalam dinasti mamluk, ia memerintah dari tahun 1250-1257 H. runtutan penguasa dinasti mamluk tidak teratur dan terbagi dalam dua dinasti besar yakni mamluk bahri dan mamluk burji. Mamluk bahri mengenal konsep kekuasaan yang diwariskan yaitu putra-putra sultanlah yang menggantikan tahta kerajaan. Kemudian setelah muncul mamluk burji, konsep tersebut sudah tidak digunakan lagi, mamluk burji lebih memilih konsep oligarki, tahta menjadi milik siapapun yang mampu meraihnya atau bisa mempengaruhi para amir untuk memilih dirinya. Dalam beberapa kasus terjadi , para budak lebih sering menggantikan kekuasaan ketimbang putra-putra sultan sehingga banyak sultan yang berakhir dengan mengenaskan disaat mereka masih muda. Kekuasaan sultan dikendalikan oleh tokoh-tokoh amir dan birokrasi, ketidak stabilan kesultanan terlihat dalam pergantian penguasa yang sangat cepat.

Tugas pertama dinasti baru ini adalah melakukan konsolidasi atas seluruh wilayah kerajaan dan mengamankan daerah perbatasan. Aybak menghabiskan sebagian besar waktunya dalam peperangan di Suriah, Palestina dan Mesir. Kemudian setelah Baybars menjadi sultan, tugas pertama yang dilaksanakan adalah melakukan konsolidasi  dalam negeri dan meminimalisasi berbagai potensi  dari setiap ancaman yang datang dari luar dan Negara-negraa tetangga. Baybars tidak terlalu mengalami kesulitan dalam melakukan konsolidasi karena ia adalah sultan yang agung, pengusa dan pendiri sejati dinasti mamluk. Kemenangan pertama ia dapat memenangkan dalam perang Ain Jalut melawan Mongol kemudian ia juga dapat memenangkan dalam perang melawan tentara salib. Selain itu ia juga berhasil menghancurkan kelompok Hasyasyin untuk selama-lamanya dalam dalam ekspedidi terakhir di utara Suriah[1].

Dinasti mamalik atau mamluk telah berhasil mendudukkan elite militer menjadi elit politis, tetapi tidak didukung oleh legalitas spiritual, sultan bukanlah jabatan politis yang berdiri sendiri tanpa mendapat legitimasi keagamaan. Oleh karena itu, dalam usaha melakukan konsolidasi ke dalam, Baybars kemudian meminta seorang keturunan Abbasiyah yang selamat dari upaya pembunuhan Hulagu Khan untuk menjadi Khalifah di Mesir. Kemudian Khalifah Al Mustansir melantik Baybars sebagai sultan dalam upacara sesuai dengan tradisi khalifah terdahulu[2]
Pergantian kesultanan mamluk burji dilakukan sebanyak 30 kali. Dari beberapa sutan tersebut ada yang menjabat lebih dari sekali. Sultan yang terakhir sebelum datang mamluk burji adalah Hajji dengan gelar kehormatan Al Muzhaffar atau Al Manshur.



2.      Khalifah-khalifah Abbasiyah dalam Kerajaan Mamluk Bahri

no
Nama sultan
Masa pemerintahan
1
Musthansir
689 H/ 1260 M
2
Hakim biamrillah 1
661 H/ 1262 M
3
Mustakfi billah 1
801 H/ 1301 M
4
Al watsiq billah 1
736 H/ 1335 M
5
Hakim biamrillah 2
742 H/ 1341 M
6
Mu’tadhid billah 1
753 H/ 1352 M
7
Mutawakal ‘Alallah 1
763 H/ 1361 M
8
Al Watsiq Billah 2
785 H/ 1383 M
9
Musta’shim
788 H/ 1386 M
10
Mutawakkil ‘Alallah 1
791 H/ 1388 M
11
Musta’in Billah 1
808 H/ 1405 M
12
Al Mu’tadhid Billah 2
815 H/ 1412 M
13
Al Mustakfi Billah 2
845 H/ 1441 M
14
Al Qoim Biamrillah
854 H/ 1450 M
15
Al Nustanjid Billah
859 H/ 1454 M
16
Al Mutawakkil ‘Alallah 2
884 H/ 1479 M
17
Al Mustamsik Billah
893 H/ 1487 M
18
Al Mutawakkal ‘Alallah 3
914 H/ 1508 M









KESIMPULAN

Mamluk bahri adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh sekelompok budak milik khalifah dinasti Ayyubiyah yang telah dididik menjadi tentara dan pegawai pemerintah yang berada di pulau Rawdhah di singai Nil (al Bahr) pada tahun 648 Hijriyah. Kehidupan politik mamluk bahri tidaklah berjalan mulus, pemimpin atau penguasa bergantian secara cepat dan banyak juga diantara mereka yang mengambil alih kekuasaan dengan kekerasan dan pembunuhan. Pada masa mamluk bahri, mereka melakukan konsolidari terhadap daerah yang diserang oleh tentara Mongol dan daerah kekuasaan perang salib. Baybars adalah sultan yang ke lima setelah Qutus atau Qutz, dia berhasil melakukan konsolidasi diberbagai tempat dan mengalahkan pasukan Mongol dan Salib.
Berakhirnya kekuasaan mamluk bahri juga merupakan berakhirnya kekuasaan dinasti Abbasiyah, pada tahun 1517 M, sultan Salim dari dinasti utsmani merebut Mesir dari tangan dinasti mamluk, ia juga membawa serta khalifah Al Mutawakkil ke Konstantinopel.



DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Qosim A dan Shaleh, Muhammad A. 2014.Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta: Zaman.
Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Bosworth. 1993. Dinasti-Dinasti Islam. Bandung: Penerbit Mizan.
Hitti, Phillip k. 2006. History Of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.




[1] Philip K.Hitti, History Of The Arabs, ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta), hal: 864.
[2] Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, ( Bandung: CV Pustaka Setia), hal 103.

0 komentar:

Post a Comment