Perkembangan Tarekat pada Masa Dinasti Turki Usmani

Perkembangan Tarekat pada Masa Dinasti Turki Usmani, depositphotos.com
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahakan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Sejarah Umat Islam Masa Pertengahan dengan judul “Perkembangan Tarekat pada Masa Dinasti Turki Ustmani”.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal  dari berbagai rujukan sumber buku, jurnal, dan artikel sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi penyususnan makalah ini oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat kita ambil manfaatnya dan memberikan inspirasi kepada para pembaca.

Yogyakarta, 9 Februari 2019



Penulis 

DAFTAR ISI

MAKALAH i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Latar Belakang Munculnya Tarekat di Turki Ustmani 5
2.2 Perkembangan Tarekat pada Masa Dinasti Ustmani 5
2.3 Pengaruh Tarekat pada Masa Dinasti Ustmani 7
BAB III PENUTUP 9
3.1 Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Turki Usmani adalah kerajaan besar yang memiliki wilayah sangat luas, dengan jumlah penduduk yang besar dan masa berkuasa paling lama. Wilayah kekuasaanya meliputi tiga benua sekaligus, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Turki Usmani selama kurang lebih 6 abad berdiri mempunyai pengaruh yang besar bagi kemajun politik pemerintahan, teknologi dan pengetahuan, dan juga bidang keagamaan.
Sultan yang sekaligus menjadi Khalifah, merupakan pemimpin negara yang juga memegang kepemimpinan dalam agama. Kekhalifahan Turki Usmani didukung oleh kekuatan ulama (Syaikhul Islam) sebagai pemegang hukum syariah (Mufti) dan Sad`rul A`dham (Perdana Menteri) adalah perwakilan kepala negara dalam melakanakan wewenang dunia. 
Pada masa pemerintahan Turki Utsmani perkembangan kegamaan terlihat sangat pesat. Dapat dilihat dari banyaknya tarekat-tarekat yang bermunculan, terdapat dua tarekat yang paling berkembang di Turki Usmani, yaitu tarekat Maulawiyah dan tarekat Bektasyiyah. Kedua tarekat ini memiliki peran penting dalam perkembangan bidang keagamaan Turki Utsmani. Penganutnya mayoritas masyarakat sipil dan militer.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang munculnya tarekat di Kerajaan Turki Usmani ?
2. Bagaimana perkembangan tarekat pada masa Kerajaan Turki Usmani?
3. Bagaimana pengaruh tarekat pada masa Kerajaan Turki Usmani?

1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya tarekat di Kerajaan Turki Usmani
2. Untuk mengetahui perkembangan tarekat pada masa Kerajaan Turki Usmani
3. Untuk mengetahui pengaruh tarekat pada masa Kerajaan Turki Usmani 

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Munculnya Tarekat di Turki Usmani
Lahirnya tarekat tidak terlepas dari keberadaan tasawuf secara umum, terutama peralihan tasawuf yang bersifat personil kepada tarekat sebagai suatu organisasi, yang merupakan perkembangan, pengamalan serta perluasan ajaran tasawuf. Kajian tentang tarekat sendiri tidak mungkin dilakukan tanpa kajian tasawuf. 
Dalam masyarakat Turki, agama mempunyai peran besar bagi lapangan sosial dan juga politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat Turki.  Kemunculan tarekat pada masa Turki Usmani juga tidak terlepas dari kerajaan Saljuk yang sebelumnya berkuasa.  Pada masa Saljuk, tarekat diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatannya dan pemerintah menyediakan sejumlah sekolahan, tempat pertemuan, dan sejumlah wakaf  kepada thariqat. 
Secara khusus kalangan sufi sangat penting kedudukannya di Anatolia. Anggota thariqat Qalandariyah, Rifa`iyah, dan anggota beberapa thariqat lainnya berpindah dari Asia Tengah dan Iran Timur ke Anatolia, sedangkan sejumlah warga thareqat lainya terdesak  ke arah barat oleh invansi Bangsa Mongol. Tokoh-tokoh besar sufi (babas) menjadi pimpinan dalam perpindahan masyarakat Turki tersebut, dan kemudian mereka membangun pemukiman tempat-tempat yang baru mereka singgahi dan mereka turut membantu menjadikan daerah-daerah tersebut menjadi area pertanian, membangun tempat pertemuan, membuat lahan perkebunan, mengelola sekolahan, dan menjaga keamanan persengketaan antar suku.  

2.2 Perkembangan Tarekat Pada Masa Turki Usmani
Pada masa Turki Usmani perkembangan tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan dikalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi. 
Tarekat Mawliyah adalah salah satu aliran tarekat didirikan oleh Maulana (Mevlana) Jalaluddin Rumi (605-672 H/ 1207-1273 M) pada abad ke 13. Tarekat ini berpusat di Konya, Turki.  Kata Maulawiyah berasal dari kata “mawlana” (guru kami) yaitu gelar yang diberikan murid-muridnya kepada orang “sufi penyair Persia terbesar sepanjang masa”, Muhammad Jalal al-Din Rumi (1273). Oleh karena itu, jelas bahwa Rumi adalah pendiri tarekat ini yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir hidup Rumi. 
 Mawlana lahir di Balkh (Afhganistan sekarang) pada tanggal 6 Rabi’al-Awwal atau 30 September 1207. Ayahnya bernama Bahauddin Walad Muhammad bin Husen.  Dari pihak ayah ia keturunan kholifah Abu Bakar Shiddiq. Sedangkan dari pihak ibu, Ali bin Abi Thalib  Rumi mulai tertarik terhadap tasawuf ketika bertemu dengan Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmuzi. At-Turmuzi ini adalah bekas murid dari ayahnya ketika mengajar di Balkh. Dari at-Turmuzi inilah al-Rumi mulai tertarik mempelajari tasawuf. Ia belajar kepada at-Turmuzi tentang rahasia pemikirran tasawuf secara mendalam untuk mencapai persatuan dengan Tuhan. Sepeninggal at-Turmuzi Jalaluddin al-Rumi menggantikannya sebagai syekh tarekat.
Pada tahun 1244, sepeninggal at-Turmuzi, al-Rumi bertemu dengan seorang Darwis (pengelana) bernama Syamsuddin at-Tabrizi. Dari pertemuan tersebut kemudian al-Rumi berguru dengan at-Tabrizi. Ketika at-Tabrizi wafat, al-Rumi menulis Diwan Shams-I Tabriz, kumpulan syair sebagai penghormatan serta ungkapan kesedihan mendalam kepada at-Tabrizi.
Setelah meninggalnya Syamsuddin at-Tabrizi, Al-Rumi menunjuk Salahuddin Zarqub sebagai khalifahnya (pengganti) untuk mengajarkan ritual-ritual Tarekat Maulawiyah. Setelah Salahuddin wafat kemudian digantikan oleh Hasanuddin Hasan bin Muhammad bin Hasan bin Akhi Turk.  Hasanuddin inilah yang kemudian meminta kepada gurunya, Jalaluddin al-Rumi, untuk membuat sebuah karya tasawuf.  Dari permintaan Hasanuddin munculah karya tasawuf yang di beri nama al-Masnawi. Kitab al-Masnawi ini berisi tentang nasihat-nasihat moral sampai kebijaksanaan hidup yang pantas untuk diteladani. Al-Masnawi ini adalah baris-baris sajak Jalaluddin al-Rumi yang ditulis oleh Hasanuddin, terdiri dari 25.000 baris yang terbagi menjadi enam jilid, dan disusun selama 14 tahun.
Di Barat, tarekat al-Maulawiah dikenal dengan nama The Whirling Dervishes ( para Darwis yang berputar-putar). Nama ini muncul karena penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar yang diiringi oleh gendang dan suling , dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.
Tarian yang kemudian disebut “tari Sema” itu memiliki makna bahwa dasar dari kehidupan di dunia dan di bumi ini adalah berputar. Menurut beberapa sumber, munculnya tarian ini berawal dari meninggalnya Syamsyuddin at-Tibrizi. Sebagai bentuk kesedihan, Rumi kemudian mengekspresikannyya dengan berputar-putar sehingga membentuk sebuah tarian. Dari tarian itu Rumi kemudian menemukan tujuan hidup yang hakiki, yaitu mencari Tuhan. Sejak itulah dia mulai berputar, bahkan bias selama tiga hari tiga malam. Saat berputar, Rumi menanggalkan semua emosinya serta semua rasa duniawi. Dia hanya merasakan satu hal, yaitu kerinduan  dan kecintaan yang sangat besar kepada Sang Pencipta. 
Selain tarekat Maulawiyah, tarekat Bektasyi juga berkembang pesat di Turki Usmani. Pada mulanya, Bektasyiyah merupakan tarekat hasil dari perkembangan Tarekat Yasawiyah yang didirikan oleh Ahmad al-Yasawi yang wafat pada 562 H. Tarekat Bektasyiyah ini didirikan oleh Hajji Bektasyi pada 1338 M, beliau ke Anatolia pada abad XIII M dari Khurasan, ia wafat pada 738 H/1338 M.  Pengikut tarekat ini lebih dikenal sebagai pengikut tarekat sufi. Tarekat ini mengandung berbagai percampuran keyakinan dan peribadatan yang didalamnya termasuk unsur Syiah, Kristen, bahkan Budha. Tarekat Bektasyiyah ini berkembang pesat saat pemerintahan Khedive Ismail, kira-kira pada abad ke-17 dan ke-18 M.
Dalam Tarekat Bektasyiyah memiliki tradisi seperti adanya tingkatan-tingkatan dari yang tinggi hingga terendah. Misalkan seperti tingkat termasuk golongan guru, sedangkan yang rendah ibaratkan murid. Hubungan antara tarekat Bektasyiyah dengan tentara Jenisseri begitu erat, karena banyaknya anggota tentara yang mengikuti aliran ini maka mereka disebut dengan tentara Bektasyi. Tarekat Bektasyiyah ini identik dengan Jenisseri dimulai pada abad XV, pemimpin Bektasyi tinggal di dekat barak orang Jenisseri. Tidak jarang mereka memberikan pengarahan serta pembinaan rohani kepada tentara Jenisseri.
Hancurnya tarekat Bektasyiyah pada Juni 1826, Sultan Mahmud II (1808-1839) sengaja memancing sebuah insiden yang membuat pasukan Jenisseri seolah-olah akan melakukan pemberontakan. Kejadian tersebut dijadikan alasan untuk membubarkan pasukan Jenisseri. Markas mereka yang ada di Aksaray dibombadir, yang mana banyak pasukan yang berada didalamnya. Pasukan Jenisseri hampir semua mati terbunuh dan tertangkap atas kejadian tersebut. Dengan demikian tarekat sufi Bektasyi dibubarkan pula.

2.3. Pengaruh Tarekat pada Masa Kerajaan Turki Usmani
Perkembangan tarekat di Turki usmani tentu memberikan pengaruh bagi kerajaan Usmani. Tarekat Maulawiyah mempunyai pengaruh terhadap Kesultanan Utsmani dan dikalangan seniman. Pada 1648 M pemimpin Tarekat Maulawiyah mendapatkan hak istimewa dari Kesultanan Utsmani berupa hak istimewa untuk memakaikan pedang kepada seorang sultan yang baru dilantik. Diantara beberapa sultan yang tercatat sebagai anggota tarekat ini adalah, Sultan Abdul Aziz (1861-1876), Sultan salim III (1789-1808) dan Sultan Rasyad (1909-1918). 
Tarekat Maulawiyah banyak memberikan pengaruh terhadap bidang musik dan seni pada zaman Kesultanan Utsmani. Salah satu musik klasik pada saat itu, yaitu musik gubahan ‘Itri (abad XVII), digubah oleh seniman-seniman yang menjadi anggota Tarekat Maulawiyah atau paling tidak mempunyai hubungan erat dengan tarekat ini. Begitu juga dengan para seniman kaligrafi dan miniaturis, banyak diantara mereka tergabung dalam Tarekat Maulawiyah.
Pada abad ke-17 Tarekat Maulawiyah mendapatkan perlindungan dari sultan. Hal ini memungkin untuk menyebarkan ajaran tarekat meluas ke seluruh Turki. Kemudian pada abad ke-19 tarekat ini menjadi kelompok yang paling berpengaruh di Kesultanan Utsmani. Pada saat Mustafa Kemal Ataturk berkuasa, ia mengeluarkan dekrit 4 Desember 1925, yang isinya menutup semua aktifitas tekye di Turki. Mustafa Kemal beranggapan bahwa ajaran tarekat dapat menghambat modernisasi Turki. Akan tetapi pada tahun 1954 tarekat ini diperbolehkan kembali melakukan ritualnya. 
Sementara itu, Tarekat Bektasyiyah sangat berperan dalam bidang kemiliteran Turki Utsmani, Tarekat ini memperkuat pasukan Jenissari yang merupakan ciri dari Turki Utsmani. Pasukan ini begitu taat pada sisi agama, sehingga aliran ini berkembang sangat pesat dilingkup kemiliteran. Pembinaan yang diberikan sebelum perang, menambah ketaatan pasukan dan semangat untuk menegakkan Islam. Tarekat Bektasyiyah ini juga menanamkan ajaran Islam sejak dini pada anak-anak yang berada dalam pembinaan Jenissari, sehingga mereka sangat taat dan berhasrat untuk menyebarkan serta menegakkan tarekat Bektasyiyah. 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerajaan Usmani merupakan imperium yang kurang lebih berdiri selama 6 abad. Dalam perkembangannya, Kerajaan Usmani memiliki pengaruh yang besar bagi kemajun politik pemerintahan, teknologi dan pengetahuan, dan juga keagaman. Dalam bidang agama, tarekat berkembang pesat di Turki Usmani.  Lahirnya tarekat tidak terlepas dari keberadaan tasawuf secara umum, terutama peralihan tasawuf yang bersifat personil kepada tarekat sebagai suatu organisasi, yang merupakan perkembangan, pengamalan serta perluasan ajaran tasawuf. Hal ini juga  karena pengaruh ulama-ulama sufi yang terus mengkaji ajaran tasawuf. 

Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Maulawiyah dan Tarekat Bektasyiah memiliki pengaruh terhadap Kesultanan Utsmani. Tarekat Maulawiyah yang didirikan oleh Jalaludin al-Rumi ini  berpengaruh dilingkungan keluarga sultan dan kalangan sipil. Tarekat ini banyak dianut oleh para seniman Turki. Begitu juga dengan Tarekat Bektasyi ,tarekat yang didirikan oleh Haji Bektash ini mempunyai pengaruh besar terhadap pasukan militer Jenisary Kesultanan Utsmani. Para tentara Jenisary banyak yang menganut ajaran tarekat ini. Pemimpin Tarekat Bektasyiah juga bergabung tinggal di barak tentara untuk mengajarkan ajaran agama dan ritual-ritual tarekat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku 
Antonio, Muhammad Syafii. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam ISTANBUL. Jakarta Selatan

Herdiansyah, Deden A. 2016. Dibalik Runtuhnya Turki Ustmani. Yogyakarta: Pro-U Media.
Lapidus, Ira.1999. Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian Kesatu dan Dua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mulyati, Sri. 2004. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana
Toprak, Binnaz. 1999. Islam dan perkembangan politik di Turki. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Internet
Firman Kaisa, Tri kodariya Nisa, “Senja: Tarekat Bektasyi dan Maulawiyah”, diakses dari https://mybloggmyadventure.blogspot.com pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 11:36 WIB

Rumi Bisnis, “Tarekat Mawlawiyah / al-Rumiyah” diakses dari http://bumi-ilmu01.blogspot.com/2015/08/tarekat-mawlawiyah-al-rumiyah.html, pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 10:17 WIB

Satria winaroh, “Tarekat dan Militer” diakses dari https://satriawinarah.wordpress.com/2014/01/08/tarekat-dan-militer/ pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 13:33 WIB

Siregar, L H, “Sejarah Tarekat dan Gerakan Sosial”, diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/153588-ID-sejarah-tarekat-dan-dinamika-sosial.pdf, pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 16:24 WIB

0 komentar:

Post a Comment