Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab I | Biografi, dan Proses Penyebaran Pemikiran.

Muhammad bin Abdul Wahab, 2.bp.blogspot.com


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

        Pada abad ke –13 M merupakan sejarah buruk bagi dunia Islam, dengan kejatuhan Bagdad, Islam secara politik dan peradaban telah kehilangan kejayaannya, walaupun pada perkembangan berikutnya muncul kekuatan politik baru dari tiga kerajaan yang besar, yaitu Turki Utsmani, Mughal di India dan terakhir kerajaan Safawi di Persia.1 Sejarah buruk yang dialami umat Islam itu pada gilirannya menimbulkan gagasan-gagasan dari tokoh Islam.
Dimulai dari gagasan pembaharuan Ibn Taymiyah,2 walaupun baru bentuk embrio dan dalam banyak hal kontroversial dengan ulama sebelumnya,3 menunjukkan karakteristik yang sama pada gerakan-gerakan reformasi Islam abad ke-17 M. hingga abad ke-19 M, sehingga tidak berlebihan bila dikatakan gerakan reformasi Islam pada abad ke –17 hingga abad ke-19 itu merupakan imbas dari gagasan pembaharuan Ibn Taymmiyah.Kenyataan ini akan sangat kelihatan dengan teraktualisasikannya pemikiran-pemikiran modern Ibn Taymiyah hitu dalam bentuk gerakan modern pada awal abad ke-18 M. di Arab Saudi , malalui gerakan Wahabi yang dimotori oleh Muhammad bin Abd. Wahhab.4 Muhammad bin Abd Wahhab seorang dari negeri Uyyaynah (Najd), pernah menjadi persoalan dan permasalahan, bahkan sampai sekarang . Di satu pihak mengatakan bahwa Muammad Abd. Wahhab adalah perusak iman, menyebar keyakinan (akidah) yaang cenderung pada kesesatan .di lain pihak mengatakan bahwa beliau adalah pembaharuan (mujaddid) dan pembangakit gerakan Islam serta perjuangan Islam.
Dari pemaparan latar belakang diatas bisa kami simpulkan rumusan masalahnya sebagaimana berikut:
Bagaimana Biografi Muhammad bin Abdul Wahhab?
Apa Bentuk Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab?
Apa Faktor Yang Mendasari Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab?
Bagaimana Proses Penyebaran Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab?








BAB II
PEMBAHASAN

Muhammad bin Abdul Wahab lahir pada tahun 1115 H di kota Uyainah, 70 km di sebelah barat daya Riyadh, ibukota kerajaan Saudi Arabia. Beliau berasal dari keluarga yang sangat terhormat dan terpelajar. Ayahnya, syaikh Abdul wahab bin Sulaiman, mempunyai karakter yang sangat ilmiyah dan bijak, mewarisi status mulia yang disandang oleh leluhurnya, Syaikh Sulaiman bin Ali seorang pemimpin ulama’ dan orang yang benar-benar berpengalaman dalam mengajar, menulis dan memberikan keputusan.
Muhammad bin Abdul wahab memperoleh pendidikan dasar dari ayahnya sendiri yang dimuliakannya ditempat kelahirannya, dan diasuh dibawah bimbingan sang ayah. Beliau adalah seorang yang cerdas, mampu menghafal al-Qur’an dalam usia yang masih sangat muda, 10 tahun. Beliau membaca buku-buku tafsir, hadist, dan fiqh. Sejak awal beliau sangat tertarik dengan karya-karya yang disusun oleh para ulama’ sebelumnya, terutama karya –karya Syaikh al-Islam Ibn Taymiyah dan muridnya Allamah Ibn Qayyim. Beliau mempelajari seluruh buku-buku tersebut dari awal sampai akhir dan menguasai semua isinya.
Ketika mencapai dewasa, beliau berangkat menunaikan ibadah haji di Makkah dan banyak mengambil manfaat dari para ulama’ di sana. Kemudian meneruskan perjalanan ke Madinah untuk menemui para ulama’ terpelajar di sana, dan menjadi murid dari dua ulama’ terpelajar yang terkenal, yaitu Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Sa’id Najdi dan syaikh Muhammad Hayat Sindhi, dalam waktu yang cukup lama. Karena berhasrat ingin mengikuti pendidikan yang kebih tinggi, beliau juga melakukan perjalanan ke Iraq dan Bashrah dan dapat memperoleh manfaat di sana.
Sekalipun merupakan seorang tokoh reformasi dan tokoh dakwah, Syaikh Muhammad bin Abdul wahab masih sempat juga menyibukkan diri untuk menulis. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:
1.                  Kitab at-Tauhid
2.                  Kitab al-kabair
3.                  Kasyf asy-Syubat
4.                  Mukhtasar Sirat ar-Rasul
5.                  Masa’il al-Jahiliyah
6.                  Usul al-Iman
7.                  Fada’il al-Qur’an
8.                  Fadail al-Islam
9.                  Majmu’ al-Hadist
10.              Mukhtasar al-Insaf wa asy-Syarh al-Kabir
11.              Al-Usul ats-Tsalatsah
12.              Adab al-Masyi ila ash-Shalah, dan lain sebagainya
Muhammad bin Abdul Wahab telah mendarmabaktikan seluruh hidupnya untuk melaksanakan dakwah dan jihad dengan penuh keikhlasan. Beliau dibantu oleh Muhammad bin Sa’ud dan anaknya, Abdul aziz yang menjadi penguasa Dar’iyah. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan Dzulqa’dah tahun 1206 H ( tahun 1792 M).
B.Bentuk Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab
Muhammad Ibnu Abdul Wahhab kecil telah ditempa dengan pendidikan agama yang kuat, baik dari keluarga maupun lingkungan yang masih murni tingkat keIslamannya. Darah Arab yang mengalir dalam tubuhnya, melahirkan citra watak yang khas, gandrung dengan kebebasan dan petualangan. Kecemerlangan otak Ibnu Abdul Wahhab semakin kentara ketika Ia banyak belajar filsafat dan sufi serta petualangan intelektual lain diluar tempat kelahirannya. Bahkan untuk beberapa waktu Ibnu Abdul Wahhab telah mengajarkan sufisme. Sekembalinya ke rumah dalam usia empat puluh tahun, dimana kemapanan kondisi psikologis,kematangan berpikir dan pemahaman telah mencapai puncaknya, Ibnu Abdul Wahhab mulai mengajarkan doktrin-doktrinnya.
Untuk pemikiran atau doktrin ajaran Muhammad Ibnu Abdul Wahhab dapat dilihat dari dua sumber. Pertama, buku-buku karyanya dan kedua,pendapat atau analis ahli sejarah.
Pertama, lewat kitab At Tauhid. Dalam terjemahan Thahir Badrie,Ibnu Abdul Wahhab mengartikan tauhid sebagai dasar ajarannya. Tauhid menurut bahasa berarti meyakini keesaan Allah, menganggap hanya ada satu Tuhan tidak ada yang lain. Secara istilah tauhid berarti bahwa di dunia ini hanya ada satu Tuhan, Allah Rabul Alamin.
Menurutnya tauhid dibagi menjadi dua. Pertama, tauhid Uluhiyah, yaitu kepercayaan untuk menetapkan bahwa sifat ke Tuhanan itu hanyalah milik Allah belaka. Kedua, tauhid Rububiyah, yakni kepercayaan bahwa pencipta alam ini adalah Allah, tapi ia tidak mengabdi kepadanya saja.
Pembagian ini mengacu pada Al Qur’an surat Al Baqarah 63, tentang keesaan Allah yang artinya,
“Adapun Tuhanmu adalah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang maha pengasih lagi maha penyayang”.
Kedua, tentang kekhawatiran pada syirik. Riya merupakan salah satu bentuk syirik ringan dan orang-orang saleh dikhawatirkan terjerumus ke dalamnya. Memakai azimat menyebabkan syirik sesuai dengan hadis riwayat Uqbah bin Amir ra. Artinya :
Barang siapa mengikatkan azimat atau jimat, dirinya tidak akan disempurnakan oleh Allah. Dan barang siapa mengalungkan sebuah kerang (jimat), dia tidak akan pernah memperoleh ketenangan dan kedamaian dari Allah.
Ketiga, bernadzar atau bersumpah untuk selain Allah adalah perbuatan syirik. Pendapat ini didasarkan pada hadis riwayat Bukhori. Artinya :
Barang siapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka dia harus mentaatiNya. Dan barang siapa bernadzar untuk tidak mentaatiNya,maka dia tidak boleh menentangNya.
Keempat, mencari perlindungan kepada selain Allah merupakan bagian dari syirik (berdasarkan surat Al Jin : 6)
Kelima, mencari pertolongan selain Allah atau berdoa kepada selainNya merupakan perbuatan syirik (Yunus:106-107, Al Ahqaf 5-6, An Nahl : 62)
Keenam,masalah syafaat adalah hak Allah dan diberikan kepada orang yang diridhoiNya.
Ketujuh, kutukan bagi orang yang menyembah Allah di kuburan orang saleh. Nabi Muhammad SAW melarang dengan keras menjadikan kuburannya sebagai masjid, seperti umat Nasrani dan Yahudi.
Kedelapan, janganlah manusia membuat sekutu-sekutu bagi Allah (Al Baqarah : 2)

C.Faktor yang Mendasari Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab
Setelah kembali ke Najed pada usia sekitar empat puluh tahun, ia mulai menceramahkan ajaran ajarannya sendiri, yang kemudian ditentang oleh sanak saudaranya sendiri.46 Bagaimana tidak, pada waktu itu orang-orang Najed banyak yang melakukan amalan-amalan yang berbau syirik dan perbuatan perbuatan yang tidak Islami dengan sekehendak hati mereka. Seluruh kehidupan
Mereka diliputi oleh paham polyteisme. Mereka menganggap makam-makam, pepohonan, makhluk-makhluk halus dan orang-orang gila sebagai sesembahan.Kondisi yang sama juga berlaku di wilayah Mekah dan Madinah, demikian juga di Yaman. Dimana paham polyteisme, pendirian bangunan-bangunan di makam, serta pencaharian perlindungan dan bantuan kepada orang-orang mati, orang-orang suci dan jin-jin menjadi gambaran keagamaan yang umum. Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian menetapkan diri untuk memurnikan (Puritanisme)ajaran Islam, dan menyelamatkannya kedalam bentuk ajaran terdahulu yang ketat.


D. Proses Penyebaran Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab
Apa yang menimpa umat Islam membuat rasa prihatin yang mendalam bagi Muhammad bin Abdul Wahhab. Dari kenyataan yang ada,Muhammad bin Abdul Wahhab berasumsi hal ini terjadi karena pengaruh tarekat yang ada di tengah masyarakat. Karena pengaruh tarekat ini, permohonan dan doa tidak lagi langsung dipanjatkan kepada Allah akan tetapi melalui syafaat para wali atau Syekh tarekat, karena masyarakat berasumsi bahwa Allah tidak bisa didekati tanpa perantara. Menurut Abdul Wahhab, hal ini jelas telah menyimpang dari ajaran Islam yang seharusnya. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh pendahulunya Ahmad bin Hanbal dan Ibn Taimiyah.
Dalam melakukan dakwahnya selain melalui lisan dan tulisan, juga melalui sebuah gerakan keagamaan yang cukup terorganisir dan sukses, baik dalam aspek keagamaan maupun politik. Oleh karenanya ia bertekad membentuk sebuah gerakan pemurnian agama Islam supaya kembali kepada jalan yang semestinya. Gerakan ini tepatnya terbentuk pada tahun 1740 M yaitu gerakan Wahabi.Namun yang terjadi, ia diusir oleh penguasa setempat dari tempat kelahirannya karena dianggap telah menimbulkan keributan-keributan di negerinya, kemudian Ia bersama keluarga pindah ke Dar’iyah. Dar’iyah ini merupakan sebuah dusun yang ditempati Muhammad bin Sa’ud (kakek Raja Abdullah) yang telah memeluk ajaran Wahabi, bahkan menjadi pelindung dan penyiarnya. Ada beberapa isu yang ditekankan sebagai ajarannya yang kemudian membedakannya dengan gerakan Islam lainnya, yang meliputi masalah tauhid,tawassul, ziarah kubur, takfir, bidah, khurafat, ijtihad, dan taklid.Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, pemurnian akidah merupakan pondasi utama dalam pendidikan Islam. Ia juga menegaskan bahwa Pendidikan melalui teladan atau contoh merupakan metode pendidikan yang paling efektif. Hal ini sejalan dengan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab agar umat manusia kembali kepada ajaran Rasulullah dan para sahabatnya sebagai suri tauladan yang sangat baik bagi manusia.Selain itu menurutnya, tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Ia mendapat dukungan dari Muhammad Bin Saud dan puteranya Abd al-Azis di Najed. Faham-faham Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian mulai tersiar itu bertambah kuat, sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menduduki Riyadh. Kemudian pada tahun 1787 M Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal dunia, tetapi ajaran-ajarannya tetap hidup dengan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiah.
Berikut merupakan karya-karya Muhammad bin Abdul Wahhab,
sebagai berikut;
a. Kitab Tauhid ma’a aqidah al-salaf alladzi huwa haqqu Allah ‘ala al-‘abid
b. Mukhtashor sirah al-Rasul
c. al-Ushul al-Tsalatsah wa adillatuha
d. Masa’il al-Jahiliyah
e. Alati khalafah fiha Rasulullah saw ahlah al-Jahiliyah
f. Muqaddimah wa Risalatan
g. Al-Tauhid wa al-Kitabu qaulu al-Sadid
h. Kasyfu al-Syubuhat
i. Najmu’ al-Hadits, yang terdiri dari risalah-risalah kecil mengenai;
“Ushul al-Iman”, “Fudhul al-Islam dan Kitabu al Kabair dan al-Rasa-il fi aqq-id al-Islam”.
Gerakan Wahabi sendiri pada awalnya adalah sebuah gerakan permurnian Islam, namun setelah adanya kesepakatan antara Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad bin Saud pada tahun 1744 M, maka gerakan Wahabi pun berubah menjadi sebuah gerakan politik, tetapi dalam bidang keagamaan. Artinya, meskipun telah berubah menjadi sebuah gerakan politik, namun gerakan Wahabi ini tidak meninggalkan misi awal mereka yaitu sebagai gerakan permurnian Islam.Dengan demikian ajaran Wahabi mengenai dasar-dasar keimanan yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, namun berbeda dengan akibat-akibatnya serta tuntutan-tuntutan ajaran agama yang murni mengikuti mazhab Hanbali. Dengan mengikuti Alquran dan Hadis dan menolak deduksi, meskipun mereka tidak melarang kaidah-kaidah amalan menurut mazhab lainnya.
Ajaran tauhid yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab ini bermula dari kota Najed, Arabia Tengah dan Dar’iyah sebagai pusat perkembangan pemikiran pembaharuannya. Pada akhirnya menyebar ke seluruh Jazirah Arabia, kemudian ke luar Arabia, seperti India, Mesir dan bahkan sampai ke Indonesia.Berikut ini adalah negeri-negeri yang berada dibawah pengaruh aliran wahabiah ialah:
a. India
Tepatnya di Punjab (India Utara), Syekh Waliyullah (1702-1762M) menghasilkan sebuah gerakan yaitu Wahabiah yang kemudian dipimpin oleh Sayid Ahmad (w. 1246 H/1831 M) dari Bareli. Selain di Punjab gerakan ini juga tersebar di Benggala dan perkembangannya sangat pesat ketika itu.
b. Aljazair
Aliran wahabiah yang masuk dan berkembang pesat di negeri Aljazair ini dibawa oleh Sayyid Muhammad bin Sanusi (1791-1859 M). Wahabisme berkembang melalui gerakan al-Sanusiyyah dengan tujuan untuk membangun solidaritas keislaman.gerakan ini mengajarkan pemurnian paham sufi dengan kembali kepada ajaran Alquran dan Sunah. Setelah sukses gerakan ini kemudian menyebar ke Libya.90
c. Mesir
Di negeri Mesir aliran Wahabiah disebarkan oleh Syekh Rasyid Ridha (1856-1935 M), sebagai teolog yang berorientasi liberal dan penggerak utama gerakan Salafi atau Wahabi di Mesir. Menurutnya,umat Islam harus kembali pada sumber murni Alquran dan Sunah dan
mengaitkan diri dengan penafsiran teks.
d. Sudan
Pengaruh Wahabi dipelopori oleh Muhammad Ahmad (1848-1885 M) dengan tarekatnya yang bernama Mahdiyah. Ia menyerukan pemurnian Islam kembali yang telah diselewengkan oleh adat dan kebiasaan asing yang bukan Islam. Pada tahun 1885 M, gerakan ini berhasil menguasai seluruh wilayah Sudan yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan Mesir.
e. Indonesia
Ajaran Wahabi ini masuk dan menyebar luas di Indonesia ini disebarkan oleh ulama dari Sumatera Barat dan para jamaah haji yaitu Syekh Abdullah Ahmad (1878-1945 M), Syekh Abdul Karim Amrullah (1879-1945 M), Syekh Muhammad Djamil Djambek (1880-1947 M), dan lain-lain.
Mereka kemudian memberantas adat-istiadat yang dipandang bidah, mereka kemudian membentuk persatuan harimau dan salapan, persatuan ini kemudian ditantang oleh golongan adat dengan meminta bantuan dari Belanda. Maka timbullah perang Padri tahun 1821-1837 M.
Selain itu terdapat Haji Miskin dengan paham Wahabinya telah memberikan pengatuh baru terhadap gerakan reformasi Islam Indonesia. Begitu pun yang dilakukan oleh Malim Basa yang terkenal dengan gelar Imam Bonjol. Keduanya kemudian mendirikan perguruan di Bonjol yang kemudian menjadi pusat pendidikan bermazhab Hanbali.
Mereka inilah yang mewakili perkembangan pengaruh Wahabi di Sumatera. Selanjutnya paham Wahabi ini juga mempengaruhi pemikiran dari gerakan Persatuan Islam (Persis), ini ditandai dengan adanya kesamaan dalam pemahaman keagamaan yang menyangkut akidah
maupun mengenai ibadah, intinya adalah mengembalikan pada apakah ajaran-ajaran tersebut mempunyai dasar secara eksplisit dalam Alquran dan Hadis. Jika ada maka akan dijadikan amalan untuk diyakini dan diamalkan dan sebaliknya







DAFTAR PUSTAKA


Gerakan Puritanisme Muhammad bin Abdul Wahhab


Pemikiran Muhammad Ibnu Abdul Wahhab library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=1099 diakses pada tanggal 9 November 2017

Riwayat Hidup Muhammad bin Abdul wahhab dan Pengaruh Pemikirannya dalam Peradaban Modern digilib.uinsby.ac.id/1790/5/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 9 November 2017

1.       




2 comments:

  1. https://generasisalaf.wordpress.com/2013/08/14/salafi-wahabi-memfitnah-ulama-sunni-sebagai-syiah/

    ReplyDelete
  2. WAHABI atau salafy di Indonesia dan SYIAH ada6lah 2 tanduk syetan produk yahudi yg masuk langsung ke jantung islam.
    Banyak yang mengetahui kalau wahabi itu bagian dari Yahudi. Walaupun para Ulama Lulusan dari Arab dan Mesir yg #dikibuliwahabi menyebut wahabi sebagai bagian dari penegak Islam tauhid sebagaimana dikampanyekan oleh pengikut2nya di Indonesia padahal menggiring kpd aqidah tajsim dan tasybih ibnu taimiyyah.

    Sejarawan Yahudi Ishaq bin Zafi mengakui kalau wahabi itu bagian dari sekte Yahudi. Dalam buku Ensiklopedia Sekte-Sekte Yahudi tahun 1957 M dituliskan :
    "Ishaq ibn Zafi (Yitzhak Ben Zvi), mantan presiden ke 2 Israel menerbitkan buku tentang Dunamah (salah satu Sekte Yahudi) dalam Bahasa Ibrani, lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh seorang berkebangsaan Yahudi bernama Yitzhak Abade. Buku terjemah ini diterbitkan Penerbit Yahudi di Amerika thn 1957. dicetak ulang thn 1961. Yitzhak Ben Zvi berkata: “Terdapat beberapa kelompok keagamaan yang senantiasa menganggap diri mereka bagian dari Bani Israel, meski ada perbedaan tradisi dengan Bangsa Yahudi mainstream, mereka secara terus menerus mempraktikkan syiar-syiar Agama Yahudi. Di antara kelompok2 itu adalah -Samiriyyun. Dan di antara mereka ada sebuah kelompok penting lain, yaitu Wahhabiyyah. Kelompok ini secara lahiriah muslim, tapi secara sembunyi2 mempraktekkan ritual-Yahudi."
    Wahabi memiliki sifat yang sama dengan satu sekte nya, bangsa Yahudi, menghalalkan segala cara (meski dengan dalih sunnah), memfitnah, mengubah isi kitab kuning, menuduh orang lain kafir, syirik, sesat, bid'ah dll.
    Wahabiyyah adalah nama yg disematkan oleh Sulaiman bin Abdul Wahab kepada saudaranya yakni Muhammad bin Abdul Wahab. Terdapat pembohongan oleh para ulama salafy mengatakan wahabiyyah adalah kelompok yg didirikan oleh Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum pada abad ke 2 H. Padahal Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengikut wahbiyyah. Dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun dijelaskan bahwa :
    وكان يزيد قد أذل الخوارج ومهد البلاد فكانت ساكنة أيام روح ، ورغب في موادعة عبد الوهاب بن رستم وكان من الوهبية فوادعه Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengikut Wahbiyyah. Pendirinya bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
    http://www.muslimoderat.net/2015/09/abdul-wahhab-bin-rustum
    Islam adalah copy paste dari Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun dalam berfiqih mengikuti 4 madzhab atau salah satunya. Beraqidah ahlussunnah waljamaah asy'ariah ataupun maturidiah. Bertasawuf seperti Al Ghazali ataupun Abdul Qodir Jaelani ataupun ulama-ulama thasawwuf yg telah masyhur. Shalat 5 wkt berjamaah di masjid bagi laki2 yg sdh baligh kecuali udzur. Yg wanita jg laksanakan sholat dan tutup aurat. Jangan berpaham wihdatul wujud, jangan berpaham mu'tazilah, jahmiah, takfiri, sekuralisme, kapitalisme, materialisme, marxisme, leninisme, komunisme, maoisme, dalam bentuk apa pun dan cara bagaimana pun, sesuai amanat TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966, UU Nomor 77 Tahun 1999 junto KUHP Pasal 107a, 107b, 107c, 107d dan 107e, jangan menyembah kuburan serta perbuatan syirik lainnya, jangan mengikuti syi'ah, jangan mengikuti ibnu taimiyyah dan murid2nya yg musyabbih dan mujassim, jangan mengikuti Mr. Hempher dan Muhammad bin Abdul wahab beserta murid muridnya yg musyabbih & mujassim + khawarij, sekte yahudi berkedok ahlussunnah wal jamaah.

    ReplyDelete