Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani

Cara Belajar Filsafat Yunanani, blogspot.com


Filsafat adalah suatu pola pikir manusia untuk mencari kebenaran dan menggunakan kebenaran itu dengan bijaksana. Filsafat membantu manusia untuk mencari tahu keadaan alam dengan Logika manusia secara maksimal, menjelaskan segala sesuatu dengan cara empiris dan rasional.
Filsafat sebagai suatu ilmu adalah suatu ilmu yang mempelajari atau mencari tahu suatu kebenaran tentang segala sesuatu di dunia, termasuk Logika, Fisika, Metafisik, dan pengetahuan praktis.
Mengenai Filsafat Islam, berikut adalah kutipan dari buku mengenai kenapa Filsafat ini dinamakan Filsafat Islam.
1.      Filsafat Islam adalah jembatan yang menghubungkan antara Falsafah kuno dan falsafah pada abad kebangkitan (Renaissance). Selain itu, menggambarkan bahwa Islam bersifat toleran dan lapang dada sehingga falsafah Yunani Kuno dapat bernaung dan dipelihara oleh umat Islam dengan sebaik-baiknya.
2.      Filsafat Islam adalah filsafat yang diterapkan pada hukum Islam. Ia merupakan filsafat khusus dan objeknya tertentu, yaitu hukum Islam. Oleh karena itu, filsafat Islam adalah sifat yang menganalisis hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar, atau menganalisis hukum Islam secara Islam dan sebagai alatnya.
3.      Filsafat Islam adalah pemikiran secara ilmiah, sistematis dapat dipertanggungjawabkan dan radikal tentang hukum Islam.
4.      Filsafat Islam adalah pengetahuan tentang hakikat, rahasia, dan tujuan Islam, baik yang menyangkut materinya maupun penetapannya.
5.      Filsafat Islam adalah Filsafat yang berusaha menangani pertanyaan-pertanyaan fundamental secara ketat, konsepsional, metodism koeheren, sistematis, radikal, universal dan komprehensif, rasional, serta bertanggung jawab. Arti pertanggung jawaban ini adalah adanya kesiapan untuk memberikan jawaban yang objektif dan argumentative terhadap segala pertanyaan, sangkalan, dan kritikan.
Filsfat Islam, tidak dapat di katakan Filsafat Arab karena jika dinamakan arab, itu hanya mewakili tokoh filsafat pada Negara/kekuasaan arab saja. Dikatakan FIlsafat Islam karena Islam dapat diartikan sangat luas, dapat menjadi patokan sejarah bahwa sebelum Renaissance terdapat suatu masa dimana Bangsa Islam menguasai, Filsafat nya adalah khusus dan memiliki Objek tertentu, yaitu Hukum Islam.
Objek Filsafat Islam ada 2, yaitu Objek Material dan Formal. Objek Material dapat dikatakan sama dengan Objek materi sains, yang bersifat Empiris. Sedangkan Objek Formal adalah cara untuk mencari keterangan sedalam-dalam nya atas Objek materi Filsafat. Dapat dianalogikan Bahwa Objek Materi nya adalah Tujuan atas suatu perjalanan, kemudian Objek Formal nya adalah kendaraan yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut, seperti sepeda motor, mobil, dsb.
Sedangkan sifat dari Objek Filsafat itu sangat luas, meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin manusia.

Hubungan Filsafat Islam Dengan Filsafat Yunani
Secara Historis
Para Filsuf Islam banyak mengambil dan mengartikan buku-buku yang ditulis dengan bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Kemudian pemikiran para Filsuf Islam pada saat itu juga banyak yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran dari filsuf Yunani, seperti Aristoteles dan Plato. Filsafat Islam dapat dikatakan sebagai pembembang dan penerus dari filsafat Yunani, yang kemudian disebarkan ke dunia Barat, dan oleh barat kemudian diteruskan dan dikembangkan lagi hingga sekarang
Doktrin
Hubunguan Doktrin atau Pemikiran antara Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani adalah sama pada pola pikirnya saja, yaitu berpikir dengan kehendak bebas dan tanggung jawab manusia (Rasional dan Liberal). Namun pada penerapannya, Filsafat Islam lebih menggunakan pola pkir tersebut untuk membantu menjelaskan tafsir, maksud, dan tujuan dalam melihat agama Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadist).

Filsafat Al-Kindi
Tentang Falsafah Ketuhanan. Menurutnya, Falsafah tertinggi adalah falsadah tentang ketuhanan, dan tuhan adalah sebab yang satu dan yang utama, ia berpendapat bahwa alam adalah penciptaan dari sesuatu yang tiada menjadi ada, dan yang maha esa adalah yang bertanggung jawab atas hal ini.
             Tentang Falsafah Jiwa, ia berpendapat bahwa Roh itu berhubungan langsung dengan Tuhan, Roh berbeda dengan badan, karena badan memiliki hawa nafsu.
            Al-Kindi adalah Filsuf Pertama dalam Islam, yang menyelaraskan antara agama dan filsafat. Ia mempermudah jalan pemikiran bagi Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd. Ia memberikan dua pandangan berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli logika dan memfilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah ilmu ilahiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilahiah ini diketahui lewat jalur para nabi. Akan tetapi, melalui penafisan filosofis, agama menjadi selaras dengan filsafat.
           
Filsafat Ar-Razi
            Ar-Razi memiliki 3 pemikiran yang terkenal, yaitu Filsafat tentang Lima Kekal, Rasionalis, dan Moral.
1.      Filsafat Lima Kekal
Pemikiran Ar-Razi tentang Lima kekal berasal dari Yunani Kuno, yaitu: Tuhan, Roh Universal, Materi pertama, Ruang mutlak, dan waktu Mutlak
2.      Rasionalis
Ar-Razi adalah seorang rasionalis murni, banyak karya-karya nya yang berpatok pada observasi, dan eksperimen (Rasional Empiris), salah satu contohnya adalah pemikirannya dibidang kedokteran. Namun meskipun ia adalah seorang rasionalis murni, ia tetap mengakui keberadaan tuhan dan mempercayai Allah dan Nabi Muhammad. Banyak juga karya-karya dan pemikiran nya tentang agama dan ketuhanan. Oleh karena itu, Ar-Razi dapat dikatakan sebagai seorang Rasionalis-Religius.
3.      Moral
Filsafat Moral Ar-Razi sangat Bijak, karena segala hal tentang moral yang ia teliti ada dalam dirinya sendiri. Ar-Razi mengganggap sebagai kesalahan moral mendasarkan penilaian etis pada pertimbangan-pertimbangan diluar kesenangan pribadi manusia dalam pengertian ketenangan jiwa dan emosi. Keseluruhan etikanya difokuskan pada imbauan kepada akal untuk mengontrol hawa nafsu.

Filsafat Al-Farabi
            Al-Farabi adalah seorang filsuf terkenal dan sangat berpengaruh pada saat ini, bahkan pada zamannya, pemikiran al-Farabi diikuti oleh banyak orang. Pemikirannya banyak terinspirasi dari Plato, terutama teori tentang emanasi yang menerangkan bahwa alam ini adalah baru, yang terjadi dari tidak ada. Namun, tentang ilmu ketuhanan, Al-Farabi terpengaruhi pemikiran dari Aristoteles yang menyatakan bahwa tuhan tidak mengetahui dan memikirkan alam.
            Al-Farabi berusaha memadukan beberapa aliran Filsafat yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan Filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai filsuf sinkretisme yang memercayai kesatuan filsafat. Dalam ilmu logika dan fisika, ia dipengaruhi oleh Aristoteles. Dalam masalah akhlak dan politik, ia dipengaruhi oleh Plato. Adapun dalam persoalan metafisika, ia dipengaruhi oleh Plotinus.

Filsafat Ibnu Maskawaih
            Dalam karyanya, Al-Fauz Al-Asghar, Maskawaih mengetengahkan uraian tentang sifat dasar Neoplatonisme yang agak tidak lazim, yang di dalamnya ia mengklaim bahwa para filsuf klasik (yakni, Yunani), tidak meragukan eksistensi dan keesaan Tuhan sehingga tidak apa-apa mempertemukan pemikiran mereka dengan Islam. Ia bahkan mengklaim bahwa penyamaan Aristoteles mengenai Sang Pencipta dengan “Penggerak yang Tidak Bergerak” merupakan argument kuat tentang Sang Pecipta yang dapat diterima agama.
            Maskawaih berkesimpulan bahwa karena tidak ada jalan rasional untuk memahami Tuhan, kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk agama dan pandangan-pandangan umum komunitas religious. Ia sangat peduli pada upaya menyelaraskan pandangan filosofis dengan pandangan religious mengenai sifat dasar dunia sehingga ia tidak menemukan adanya masalah dalam menyatukan pandangan bahwa Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan dengan agasan emanasi terputus Neoplatonisme. Tentu saja, sejumlah filsuf berpendapat ada masalah disini, tetapi Maskawaih tampaknya tidak melihat masalah itu. Barangkali, disini ia terbantu oleh model emanasi yang agak tidak lazim. Menurutnya, Tuhan menciptakan akal aktif, jiwa, dan lelangit serta-merta.

Filsafat Ibnu Sina
            Ibnu Sina memahami tujuan filsafat adalah penetapan realitas segala sesuatu, sepanjang hal itu mungkin bagi manusia. Ada dua tipe filsafat, teoritis dan praktis. Yang pertama mencari pengetahuan tentang kebenaran, sedangkan yang kedua pengethauan tentang kabikan. Tujuan filsafat teoritis adalah menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan semata-mata. Tujuan filsafat praktis adalah menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan tentang apa yang seharusnya dilakukan sehingga jiwa bertindak sesuai dengan pengetahuan ini. Filsafat teoritis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada bukan karena pilihan dan tindakan kita, sedangkan filsafat praktis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada berdasarkan pilihan dan tindakan kita.

Filsafat Al-Ghazali
            Filsafat menurut Al-Ghazali terbagi enam bagian: Ilmu Pasti, Ilmu Logika, Ilmu Alam, Ilmu Ketuhanan, Ilmu Politik, dan Ilmu Akhlak. Disamping itu, pada dasarnya, Al-Ghazali tidak menyerang semua cabang filsafat tersebut, kecuali filsafat ketuhanan (Metafisik), dimana para filsuf amat mengagungkan peranan akal yang mengalahkan agama dan syariat.
            Menurut Al-Ghazali, secara teoritis, akal dan syara’ tidak bertentangan secara hakki, karena semuanya adalah cahaya petunjuk dari Allah SWT. Demikian juga, ditinjau dari segi praktis, tidak ada hakikat agama yang bertentangan dengan hakikat ilmiah. Al-Ghazali melihat bahwa satu sama lainnya saling mendukung dan membenarkan.

Komentar Saya Terhadap Buku Ini
            Buku ini menjelaskan secara terperinci bagian-bagian dari Filsafat, baik secara Landasan Filosofis bagi Ilmu lain maupun sebagai Ilmu yang beridiri sendiri. Mengenai bab para tokoh filsuf, buku ini memberikan penjelasan tentang pemikiran-pemikiran dari para filsuf dengan jelas, namun karena menggunakan banyak bahasa ilmiah menjadi sulit dipahami. Kekurangan dalam buku ini adalah kurangnya penjelasan tentang Biografi dari para filsuf, seperti tidak dijelaskan sejarah pendidikan para filsuf, dsb. Namun, secara umum buku ini bagus, khususnya untuk pengantar filsafat Islam atau ingin mencari informasi terhadap para filsuf-filsuf Islam.


0 komentar:

Post a Comment