Resume Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia (Spanyol)

Resume Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia (Spanyol), https://www.salam-online.com
A. Latar Belakang Kemunculan Bani Umayyah di Andalusia
Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik, di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa Bin Nushair. Di bawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Cordova yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali pada masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibukota dan pusat pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, setelah bani Umayyah di Damaskus jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750 M. Bani umayyah sepenuhnya menguasai Afrika Utara pada zaman khalifah Abdul Malik setelah memkan waktu 53 tahun (30-83 H). 
Awalnya Tharif bin Malik merintis dan menyelidiki keadaan spanyol dengan menyebrangi selat antara Maroko dan Eropa itu dengan satu pasukan perang berjumlah 500 tentara berkuda yang menaiki kapal Julian. Kemelut yang ada dalam kerajaan Visigoth membuat Tharif bin Malik memenangkan pertempuran. Selanjutnya Musa bn Nushair mengirim 7000 pasukan di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang terdiri dari suku Barbar yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi dari orang Arab dikirim khalifah al-Walid. Pasukan itu menyebrangi selat melewati gunung tempat beristirahat dan menyiapkan pasukan, dikenal dnegan nama Gibraltar atau jabal Thariq. Kemudian pasukan Thariq mulai bertempur di suatu tempat  bernama Bakkah lalu raja Roderick dapat dikalahkan. Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Goth) ditambah dengan jumlah 5000 pasukan oleh Musa bin Nushair sehingga total pasukan menjadi 12.000 orang. Ditambah lagi orang Yahudi secara rahasia juga mengadakan persekutuan dengan kaum Muslimin. Kemenangan pertama yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad merupakan jalan lapang untuk menaklukkan wilayah yang lebih luas lagi. Sehingga Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu pejuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia menyebrangi beberapa selat, satu demi satu kota yang dilewati berhasil dikuasai. Setlah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajan Gothic, Theodomir di Oriheula, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol mulai Saragossa hingga Navarre. 
Masa pemerintahan Umr bin Abdul Aziz (99 H/717 M), perluasan dilakukan untuk menaklukkan daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan yang dipimpin al-Samah namun ia gagal dan terbunuh tahun 102 H. dilanjutkan dengan penyerangan ke kota Bordesu, Poiter, dan Torus oleh Abdul Rahman bin Abdullah al-Ghafiqi, namun dihadang oleh Charles Martel sehingga pasukan mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih terdapat penyerangan-penyerangan ke Avigon dan Lyon. 
Ada dua faktor kemenangan Umat Islam di Spanyol, yaitu: faktor eksternal, kondisi dalam negeri Spanyol  sendiri. Secara politik, Spanyol terbagi dalam negara-negara kecil. Penguasa Gothic tidak toleran terhadap aliran agama Monofisit apalagi yahudi. Mereka dipaksa untuk dibaptis menurut kristen dan akan disiksa bila menolak. Rakyat terbagi atas sistem kelas, sehingga keadaanya diliputi kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Ekonomi masyarakat di sana juga dalam keadaanlumpuh dan kesejahteraan menuru. Konflik kekuasaan antara Raja Roderick dan Witiza, penguasa Toledo. Juga konflik Roderick dengan Rtu Julian mantan penguasa Septah. Tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak memiliki semangat juang. Kaum Yahudi yang bersejutu dan membantu perjuangan umat Islam. Faktor Internal, kondisi pada tubuh oenguasa, tokoh0tokoh penjuan gdan prajurit Islam. Para pemimpin bersatu, kompak dan percaya diri. Mereka cakap dsan berani serta tabah dalam setiap persoalan. Sikap toleransi, persaudaraan dan tolong menolong yang ditunjukkan prajurit Islam.

B. Periodisasi Pemerintahan Bani Umayyah Di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:[3]
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama  adalah  Abdurrahman  I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk dating ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.
5. Periode Kelima (1086-1248 M) 
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja Kristen. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun dating ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa decade dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periodeini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerahini.

C. Masa Kejayaan dan Kontribusi Bani Umayyah
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibukota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya. Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia. Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova.
a. Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b. Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1. Al-Qashr al-Kabir
Adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2. Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil di sebelah barat laut Cordova. Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3. Masjid Jami’ Cordova
4. Jembatan Cordova
5. Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova. Kemegahan al-Zahra hamper menyamai al-Qashr al-kabir. Termasuk keistimewaan al-Zahra  ialah kolam-kolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bias diminum
6. Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Di dalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang  senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah,
pasar-pasar, toko-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satusisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung dengan al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah  menjadi bagian depan kota Cordova.

Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu. Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembangan bahasa Arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantara jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun kartafiksi lainnya. Menurut Amer Ali ”Orang-orang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam. Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan terkemuka  Andalusia adalah:
1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih
Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah. Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia ubah syair-syair, sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan
3. Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta. Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain
4. Muluk al-thawaif dianggap penyair  paling besar di Andalusia pada masa itu. Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik dan seni suara. Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggilan Ziryab mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletak dasar dari music Spanyol  modern.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya. Banyak muslim di Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits. Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasululllah saw amat besar pada waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh  Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang  pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerinthan. Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, di samping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hamper tidak  ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara  Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia

D. Persamaan dan Perbedaan Dinasti Bani Umayyah I dan II
Pada masa Umayyah I, latar belakang didirikan karena adanya perjanjian antara Mu’awiyah dengan Hasan. Pusat pemerintahan Islam yang sebelumnya ada di Madinah dipindahkan ke Damaskus. Bentuk pemerintahan yang mulanya Theo-demokratis menjadi Monarki (kerajaan) yang berbasis Islam. Puncak kejayaan masa Bani Umayyah I ini pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Adapun kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pada masa Umayyah I, sebagai berikut:
a. Pemisahan kekuasaan. Kekuasaan agama dan negara dibedakan. Agama diserahkan kepada ulama.
b. Pembagian wilayah terdapat 10 provinsi.
c. Bidang administrasi pemerintah. Ada 5 bagian sekretaris dengan tugas yang berbeda-beda dibawah pimpinan Amir (penguasa) di daerah.
d. Arabisasi. 
Pada masa Umayyah II di Spanyol membuat berbagai perubahan dalam kebijaksanaan. Dijalankan pemerintahan yang masih sama sepert bangsa Romawi yaitu sifat sentralistik. Kekuasaan sepenuhnya berada di tangan raja. Sehingga terjadi perubahan organisasi politikyang menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan. Sistem pemerintahan masih sama yaitu monarki. 
Pendidikan Andalusia yang berasal dari banyak unsur seperti Arab, Barbar, Spanyol Yahudi dan Slavia, sehingga lebih maju dari masa Umayyah I. hal ini menjadikan sering terjadinya hubungan timbal balik dengan cendikiawan-cendikiawan di luar Eropa terkhusus Eropa.  Pemerintahan juga memberikan kebebasan dalam beragama. Hal tersebut digunakan sebagai siasat agar tidak banyak terjadi gesekan dengan kerajaa-kerajaan kristen di Eropa. 
Dalam bidang militer, dibentuk armada militer baru yaitu shaqalibah (pasukan yang dibeli sejak belia dari kriten dan dididik dengan tradisi Islam-Arab menjadi pasukan yang setia terhadap penguasa). 

Daftar Sumber
http://syafieh.blogspot.com/2014/02/bani-umayyah-ii-perkembangan-islam-di.html#ixzz5oQyf37t5
Okti, Regita. Perkembangan Islam pada Masa Daulah Umayyah di Andalusia. https://www.kompasiana.com/regizhara/5a1579499f91ce5e6309dbf2/perkembangan-islam-pada-masa-daulah-umayyah-di-andalusia?page=all#, 
Hadil, Fajar. Sejarah Dinasti Bani Umayyah I dan II. https://www.academia.edu/31881013/SEJARAH_DINASTI_UMAYYAH_I_DAN_II,  


0 komentar:

Post a Comment