Asal Usul Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai

Cakra Donya (Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai), wiki.

BAB II
PEMBAHASAN 
A. Asal Usul Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
Kesultanan Pasai, atau dikenal juga sebagai Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam kedua di Nusantara yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar kota Lhokseumawe di Aceh. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Salah satu makam adalah makam Sultan Malik As-Shaleh yang wafat pada Bulan Ramadhan 696 H atau sekiatr 1297 MKeberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam catatan perjalanan Ibnu Bathuthah, musafir Maroko yang sempat singgah ke negeri ini pada tahun 1345 M. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik Ash-Shaleh, sekitar tahun 1267. Ia sebagai pendiri Kerajaan ini, diketahui dari tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, dan hasil penelitian yang dilakukan para sarjana barat.
Asal usul Kerajaan Samudera Pasai juga dapat dilihat menurut Kronik Pasai dan Sejarah Melayu, asal usul kerajaan ini berasal dari mitos yang menceritakan tentang kedua orangtua Meurah Silu.

B. Kondisi Sosial-Budaya Kerajaan Samudera Pasai
Sebagai kerajaan besar, pada kerajaan Samudera Pasai berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Beberapa masyarakat berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian  disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. 

C. Kondisi Politik Kerajaan Samudera Pasai
Sultan pertama kerajaan ini adalah Malik As-Shaleh, lalu di lanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan Muhammad Malik Az-Zhahir, yang pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai bisa dikatakan mengalami masa keemasan. Ia berhasil mempersatukan Kerajaan Peurlak dan Samudera Pasai. 
Pusat pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai  berada di antara sungai Jambu Air dengan sungai Pasai, Aceh Utara. Dalam struktur pemerintahannya, terdapat istilah menteri, syahbandar, dan Kadi. Anak-anak sultan digelari Tun begitupun dengan petinggi-petingi kerajaan.
Adapun mengenai berita dari China, dijelaskan bahwa abad 13, sekitar tahun 1282 M, Sultan Malik as-Shaleh telah mengirim beberapa utusan ke Quilon, India, dan juga bertemu dengan duta-duta Cina. Diantara nama-nama utusan yang dikirim adalah Husein dan Sulaiman (nama muslim). Dari keterangan tersebut, dapat diketahui Samudera Pasai telah ada sekurang-kurangnya pada tahun 1282 M dan telah melakukan hubungan dengan pihak luar. Menurut Ibnu Bathutah ketika Ia berkunjung tahun 1346 M ke Sumatera, islam telah disyiarkan sekitar 1 abad lamanya. Di samping itu, Ia juga mengabarkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan raja dan rakyatnya, dan juga madzhab yang diyakini, yaitu madzhab Syafi’i.
Nama-nama sultan penerus Sultan Malik As-Shaleh adalah,
Muhammad Malik az-Zhahir (1297-1326 M)
Malik al Mahmud Al Zhahir (1326-1345 M)
Manshur Malik Az-Zhahir ( 1345 M)
Ahmad Malik Az-Zhahir ( 1345-1383 M)
Zainal Abidin Malik Az-Zhahir ( 1383-1405 M)
Nahrasiyah (1405- )
Abu Zaid Malik az Zhahir ( - 1455 M)
Mahmud Malik az Zhahir (1455-1477 M)
Zainal Abidin (1477-1500 M)
Abdullah malik Azh Zhahir( 1501- 1513M)
Zainal Abidin ( 1513- 1524 M) 
Saat sultan terkahir memerintah, itulah awal lemahnya Kerajaan Samudera Pasai, ditandai dengan masuknya Portugis yang berkuasa selama 3 tahun. Tahun 1524, kekuasaan pun jatuh kepada kerajaaan Islam lainnya, yaitu Aceh Darussalam. Keruntuhan kerajaan ini juga karena serangan Majapahit dan juga munculnya Kerajaan Melayu di Semenanjung Melayu. 

D. Kondisi Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai
Basis perekonomian kerajaan ini lebih ke pelayaran dan perdagangan. Ditinjau dari segi geografis, pada saat itu Samudera Pasai merupakan suatu daerah penghubung antara pusat perdagangan di kepulauan Indonesia, dengan India, Cina, dan Arab. Pada kerajaan ini juga telah digunakan mata uang sebagai alat pembayaran yang disebut deureuham (dirham), menandakan bahwa perekonomian kerajaan ini telah makmur.
Dalam sektor dagang, Samudera Pasai mengandalkan lada sebagai produk unggulan yang dicari pedagang-pedagang internasional. Masyarakat pada umumnya sebagai petani yang menanam padi di ladang yang dipanen 2 kali dalam setahun. Mereka juga beternak sapi perah untuk kemudian menghasilkan susu dan keju.

E. Peran Kerajaan Samudera Pasai Terhadap Penyebaran Islam
Pada masa kerajaan ini, perkembangan islam dapat dikatakan pesat dan mendapat perhatian dari sultan-sultannya. Pada masa Malik Az Zhahir, putera Malik us-Shaleh, adalah masa keemasan karena Ia sangat perhatian terhadap islam, Ia berpegang teguh pada madzhab ahlus sunnah, gemar mengadakan majelis-majelis ilmu dengan menghadirkan ulama-ulama yang ahli dalam bidang fikih, syiar, dan filsafat. Sultan juga dengan tegas menyatakan perang terhadap penyembah berhala dan memberlakukan jizyah (upeti) kepada non muslim.
Pada masa itu, Samudera Pasai menjadi pusat pengkajian islam dan pusat penyebaran islam, karena disana menjadi tempat berkumpulnya para fuqaha dan para ulama. Sultan Malik azZhahir telah mengutus para ulama untuk berdakwah diberbagai wilayah Nusantara. Diantaranya, Sultan mengutus Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak ke Tanah Jawa. Dalam perkembangan berikutnya, Maulana Malik Ibrahim berhasil menjadi pendakwah yang ulung dan dikenal sebagai sesepuh dari wali songo. Sultan juga mengirim beberapa juru dakwah ke Sulawesi yang dipimpin oleh Raja Abdul Jalil bin Sultan Al-Qahhar dan dibimbing oleh seorang ulama Arab, syaikh Ali al Qaisar. 














                                   BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar kota Lhokseumawe di Aceh. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu yang bergelar Malik As-Shaleh. 
Dalam perkembangannya, kerajaan ini mengalami beberapa peristiwa pasang surut di banyak aspek, seperti pada aspek politik, aspek sosial budaya, dan aspek ekonomi. Sumber yang terbatas mengenai kerajaan ini sehingga banyak pendapat mengenai urutan sultan dan tahun-tahun pemerintahan, dan keterbatasan pada sumber aspek lainnya.
Samudera pasai merupakan kerajaan Islam, sehingga cukup banyak sumbangsih kerajaan ini terhadap perkembangan islam, terutama di Nusantara. Beberapa hasil karya islami dan madzhab syafi’i mulai disebarluaskan atas jasa Sultan-sultan Kerajaan Samudera Pasai.
Runtuhnya kerajaan ini selain akibat dari penyerangan Majapahit, masuknya Portugis, juga disebabkan oleh munculnya kerajaan islam lain yang akhirnya menggeser kekuasaan Samudera Pasai.




DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Saeful. 2015Sejarah Peradaban Islam : Perkembangan Islam di NusantaraBanten : PAM Press.

SKI Fakultas Adab UIN Yogyakarta. 2006.Sejarah Peradaban Islam di IndonesiaYogyakarta: penerbit Pustaka. 

Darmawijaya. 2010Kesultanan Islam NusantaraJakarta : Pustaka al Kautsar.
7

0 komentar:

Post a Comment