Perkembangan Historiografi Indonesia Masa Tradisional



BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Historiografi berkembang dalam waktu yang berbeda di berbagai tempat di dunia. Historiografi juga berkembang secara unik di masing-masing tempat, tak terkecuali di Indonesia. Di Benua Eropa, Historiografi telah muncul dan berkembang mulai dari abad ke-8 sebelum Masehi, sedangkan di belahan bumi lainnya seperti Asia Tenggara, baru muncul Historiografi sederhana 13 abad setelahnya.[1] Historiografi di Asia Tenggara pun tidak muncul dari dalam melainkan melalui pengaruh Hindu-Buddha dari India. Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara juga menerima pengaruh tersebut.
Sejak awal abad Masehi sebenarnya orang Koromandel India telah masuk ke Nusantara, namun secara jelas barulah tahun 400an Masehi (awal abad 5 M) terdapat bukti tulisan pada batu (Prasasti) di Kutai sebagai prasasti kerajaan Hindu.[2] Dari prasasti itulah babak sejarah di Indonesia dimulai, zaman praaksara telah berganti pada zaman aksara. Tulisan tertua tersebut yang menjadi titik awal sejarah kepenulisan di Indonesia. Tulisan sejarah pada masa selanjutnya berkembang dalam berbagai bentuk di berbagai tempat di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perkembangan historiografi Indonesia masa tradisional?
2.  Apa saja jenis-jenis historiografi Indonesia masa tradisional dan sumber-sumber  sejarah yang digunakan dalam penulisan?
3.      Apa saja contoh historiografi Indonesia masa tradisional?





BAB. II
PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI INDONESIA MASA TRADISIONAL

Pada masa awal perkembangan Historiografi di Indonesia, secara umum karya historiografi pada masa itu mendapat pengaruh dari India. Prasasti Kutai Kartanegara yang berasal dari awal tahun 400 Masehi sebagai titik awal sejarah Historiografi di Indonesia menjadi bukti bahwa pengaruh India sangat kental. Bahasa yang dipakai dalam prasasti ini adalah bahasa Sansekerta,[3] yang merupakan bahasa klasik India.[4] Huruf yang digunakan dalam prasasti juga berasal dari India, yaitu huruf Pallawa, yang sekitar tahun 400 Masehi digunakan di India selatan.[5] Selain prasasti Kutai yang ada di Kalimantan, ada juga prasasti Tarumanegara yang ciri-cirinya tidak jauh beda dengan prasasti Kutai, prasasti ini ditemukan di Bogor.[6] Di Sumatra juga ditemukan prasasti dari Kerajaan Sriwijaya bernama Prasasti Kedukan-Bukit, yang bertuliskan tahun 605 S (saka) atau 683 M.[7] Jika 2 prasasti awal yaitu Kutai dan Tarumanegara menggunakan bahasa Sansekerta, prasasti Kedukan-Bukit berbahasa Melayu Kuno.[8]
Hasil penulisan sejarah yang ditemukan di tiga pulau besar di Indonesia yakni Kalimantan, Jawa, dan Sumatra masih sederhana dan bersifat subjektif. Prasasti Kutai misalnya, isinya membicarakan silsilah raja Mulawarman, upacara di istana, pujian terhadap Mulawarman, dan kebaikan-kebaikannya. Pada prasasti Tarumanegara, sang raja Purnawarman digambarkan sebagai raja yang terhormat bahkan dianggap sebagai titisan dewa Wisnu.[9] Lain halnya dengan dua prasasti sebelumnya, prasasti Kedukan-Bukit milik kerajaan Sriwijaya memiliki kelebihan. Prasasti ini telah menunjukkan adanya kronologi sejarah. Hal ini dibuktikan dengan isinya yang mengisahkan tentang kemenangan kerajaan Sriwijaya (tidak jelas menang melawan siapa) pada 605 S/683 M dengan penjelasan jumlah tentara dan waktu pemberangkatan pasukan armada laut dan darat.[10]

B.  Historiografi Kitab Hindu-Buddha
Historiografi kitab di Indonesia mulai dapat dideteksi pada akhir abad ke-10 M di Pulau Jawa, lebih tepatnya pada tahun  996  M di Kerajaan Mataram Jawa Timur (wangsa Isana). Kitab ini bernama Wirataparwwa, berbahasa Jawa Kuno.[11] Kitab lain yang menceritakan keberadaan Mataram di Jawa Timur adalah Kitab Arjunawiwaha (939 S/1017 M).[12] Masih dari daerah Jawa Timur, tepatnya kerajaan Singhasari terdapat kitab yang bernama Pararaton yang ditulis pada abad XV M.[13] Selain itu ada juga Naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad XVI, yang menjadi rujukan beberapa sejarah kerajaan di Jawa dan Bali.[14]
Tulisan-tulisan sejarah yang berupa kitab di paragraf sebelumnya merupakan bukti sejarah yang masih sangat sederhana dan kental akan nuansa kingship (raja sentris). Seperti pada kitab Arjunawiwaha yang memiliki arti (Pernikahan Arjuna), berisi tentang riwayat raja Airlangga.[15] Begitu juga kitab Pararaton yang menceritakan kisah hidup raja Ken Arok.[16] Berbeda dengan kitab-kitab lainnya, Carita Parahyangan menurut Poerbatjaraka (baca: Purbacaraka) cukup berbobot sebagai sumber sejarah, perpindahan pusat kerajaan pun dijelaskan secara rinci dalam Carita Parahyangan.[17]

C.  Historiografi Islam
Historiografi Islam di Indonesia sejalan dengan munculnya kerajaan Islam pertama yakni Kerajaan Samudera Pasai. Hasil penulisan sejarah mengenai kerajaan ini adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, dan Hikayat Melayu.[18] Hikayat Raja-Raja Pasai, dan Hikayat Melayu menurut Russel Jones ditulis pada sekitar abad XIV M.[19] Menurut J. C. Bottoms, sumber untuk penulisan sejarah Islam Melayu sangat sedikit. Selain dua Hikayat yang disebutkan di atas, ada Bustan as Salatin, Hikayat Aceh, Sha’eer Speelman dll. Sedangkan sumber yang ada di Jawa ada Babad Tanah Jawi, Babad Petjina, Babad Giyanti, Babad Diponegoro, Serrat Centini, dll.[20]
Historiografi Islam Indonesia Tradisional adalah karya sastra klasik berbahasa Melayu dan terdapat percampuran dengan bahasa Arab. Secara umum karya Hostoriografi Islam Indonesia berbentuk Haba, Hikayat, Kisah, dan Tambo. Hamka mengatakan bahwa penulisan sejarah tersebut banyak terpengaruh mitos dan legenda.[21] Mitos dan legenda di sini bukanlah mitos dewa seperti yang ada pada kebudayaan Hindu-Buddha, namun lebih ke penokohan Islam seperti Sunan Kalijaga yang memilik kesaktian yang sebenarnya tidak bisa diukur kebenarannya dengan rasionalitas.






BAB. III
JENIS-JENIS HISORIOGRAFI INDONESIA MASA TRADISIONAL DAN SUMBER-SUMBER SEJARAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENULISAN

Untuk memahami historiografi Indonesia, perlu diketahui beberapa macam historiografi Indonesia. Secara garis besar, historiografi Indonesia terbagi dalam tiga macam yang dibedakan berdasarkan waktu, ciri-ciri dan jenis sejarah yang dihasilkan. Macam-macam historiografi Indonesia adalah historiografi tradisional, kolonial, dan modern. Adapun jenis-jenis yang ada dalam historiografi tradisional adalah sebagai berikut :

A. Historiografi Tradisional Kuno 
1.    Merupakan Hasil Terjemahan Kebudayaan Hindu
Kitab Ramayana yang dikarang oleh Walmiki merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari penyebaran agama Hindu-Budha dari India yang sampai ke Indonesia. Akibat lain yang ditimbulkan adalah munculnya pengaruh hasil-hasil kebudayaan yang bisa dilihat dengan banyaknya kitab-kitab dari India yang diterjemahkan dalam bahasa setempat (Jawa Kuno) seperti kitab Mahabarata dan Ramayana.
2.    Bersifat Religiomagis
Dalam lingkungan sosio-kultural dari historiografi tradisional pada cerita sejarah terdapat kekuatan religio-magis. Kekuatan magis tersebut merupakan prinsip-prinsip penggerak sejarah, seperti wahyu nurbuat. Maka jelaslah bahwa kausalitas historis dikembalikan pada kekuatan supranatural, sehingga historiografi belum sepenuhnya terlepas dari kosmogoni.[22]
3.    Meneguhkan Dinasti atau Memperkuat Legitimasi
Penulisan ini berisi tentang catatan keluarga yang keturunannya memperoleh keberhasilan dalam hidupnya dan menjadi sebuah kebanggaan keluarga dalam jenis penulisan babad.[23] Mataram untuk melegitimasi kedudukannya sebagai pengganti Demak dan Pajang menciptakan Genealogi yang disebut sejarah panengen (silsilah kanan) yang mengacu pada nabi-nabi dan sejarah pangiwa (silsilah kiri) yang mengacu pada dewa-dewa.[24]
4.    Bersifat Kratonsentris
Historiografi tradisional mencerminkan sejarah yang dihasilkan keraton, yang umumnya disebut sejarah ofisial (sejarah resmi) yang memuat versi yang telah dikanonisasikan oleh pihak yang berkuasa, contohnya yaitu Babad Tanah Jawi. Karya kanon ini dilingkari oleh karya-karya berbentuk folklor yang berversi-versi.

B. Historiografi Tradisional Tengah
Historiografi yang dihasil umumnya berupa kidung dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bersifat Etnosetris
Historiografi  ini lebih banyak berbicara tentang masalah-masalah local dan peranan suatu golongan atau masyarakat. Historiografi ditulis berdasarkan sudut pandang suku atau kebudayaan tertentu. Contohnya kidung-kidung yang dihasilkan sebagai hasil penulisan sejarah semuanya berbentuk khas Jawa.
2. Bersifat Naratif Konsepsional
Isi historiografi bersifat narasi sehingga ceritanya bersifat subjektif meskipun masih berdasar pada fakta-fakta yang ada. Narasi merupakan pengait bagi genealogi dalam sebuah teks. Teks tersebut pada dasarnya ialah sejarah bagi keluarga yang genealoginya dipasangkan dalam teks.[25]
3. Bersifat Nonofficial
Historiografi ini bertujuan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat tentang norma-norma kebaikan dan kepahlawanan.

C. Historiografi Tradisional Baru
Ciri-ciri historiografi tradisional baru adalah sebagai berikut :
1. Unsur-unsurnya Bergaya Islam Jawa (Mitologis)
Mitologis akan menjawab pertanyaan bagaimana sesuatu itu dapat terjadi. Memuat tindakan-tindakan bukan dari manusia, tetapi dari dewa-dewa, jadi merupakan teogoni dan kosmogoni yang menerangkan kekuatan-kekuatan alam dan mempersonifikasikan sebagai dewa. Mitos berfungsi membuat masa lampau bermakna dengan memusatkan bagian-bagian masa lampau yang mempunyai sifat tetap dan berlaku secara umum, maka tidak ada masalah kronologi.[26] Contohnya adalah Nagarakartagama karya Prapanca, karya tersebut sudah megalami naturalisasi yang tinggi. Isinya tidak hanya mitos namun juga membicarakan tentang kehidupan Hayam Wuruk dalam bahasa masa kini dengan keanekaragaman aspek kebudayaan.[27]
2. Bersifat Kronologi
Kronologi merupakan benih sejarah yang berpusat pada tindakan manusia, meskipun masih merupakan susunan kosmis kejadian-kejadian, baik yang alamiah maupun yang super-alamiah.  Hal-hal yang pokok dalam cerita sejarah yaitu adanya batasan waktu dan urutan kejadian seperti dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Jangka Jayabaya pada urutan kerajaan-kerajaan dan periode berdirinya kerajaaan-kerajaan itu. Kronologi tidak membentangkan sebab-musabab, maka tidak ada cerita yang kontinu di dalamnya.[28]
3. Bersifat Feodalistik
Ceritanya berkisar kejadian disekitar kraton sehingga peristiwa yang sama sekali tidak berhubungan dengan kraton tidak disinggung. Hal ini dikarenakan orang-orang yang menulisnya adalah orang yang bekerja pada kraton atau biasa disebut pujangga.




BAB. IV
CONTOH HISTORIOGRAFI INDONESIA MASA TRADISIONAL

A.    Babad
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, babad berarti kisah berbahasa Jawa, Bali, Sunda, Sasak, dan Madura yang berisi  tentang peristiwa sejarah. Babad dalam bahasa Jawa berarti membersihkan atau menebang pepohonan, maksudnya adalah membuka suatu wilayah yang kemudian dijadikan kerajaan. Oleh karena itulah babad biasanya berbentuk kronik yang menceritakan tentang asal-usul suatu daerah atau kerajaan. Babad merupakan karya sastra  berbentuk sajak yang di dalamnya terkandung mitos dan fiktif tetapi tetap terdapat unsur historis yang dapat dilihat dari cerita tentang sejarah suatu kerajaan, tentang tokoh-tokoh, maupun tentang kejadian masa lampau.
Pemakaian istilah babad dalam suatu karya lebih dikenal oleh masyarakat Jawa, oleh karena itu, kebanyakan babad menceritakan tentang wilayah yang ada di Jawa. Karena berisi tentang sejarah, maka babad dapat dijadikan sebagai sumber sejarah, namun harus diteliti secara cermat, karena banyaknya penggunaan mitos dan hal fiktif dalam penulisannya.[29] Contoh karya babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Demak, Babad Majapahit, dan lain-lain.

B.     Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab, hikayah artinya kisah, cerita, atau dongeng. Hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, dan sejarah. Tujuannya untuk pembangkit semangat, pelipul lara, atau untuk meramaikan pesta. Hikayat pada dasarnya sama seperti babad, yaitu sebagai karya sastra berisi unsur historis. Namun istilah hikayat lebih dikenal oleh masyarakat Melayu dan ceritanya didominasi oleh unsur-unsur Islam walaupun penggunaannya tidak hanya di Melayu saja. Contoh hikayat adalah Hikayat Hang Tuah, berisi tentang keutamaan seorang bernama Hang Tuah yang berhasil menjadi seorang perwira, seorang laksamana, dan menjadi orang besar.

C.    Tambo
Kata Tambo berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu tambe atau tambay yang artinya bermula atau asal usul sesuatu. Tambo adalah uraian sejarah tentang suatu daerah yang sering bercampur dengan dongeng. Tambo secara garis besar sama seperti hikayat dan Babad, yang membedakan hanya penggunaan istilah saja. Tambo biasanya digunakan di tanah Melayu, terutama Sumatera Barat. Namun adapula tambo yang berasal dari daerah Bengkulu. Contoh karya tambo adalah Tambo Minangkabau yang berisi tentang asal-usul daerah, silsilah para raja, batas wilayah, dan adat dalam masyarakat Minang, ditulis dalam bahasa Melayu berbentuk prosa, dan Tambo Bengkulu, yang berisi tentang asal-usul serta adat masyarakat Bengkulu.[30]

D.    Lontara
Lontara adalah naskah yang ditulis di atas daun lontar. Istilah lontara merupakan istilah dari masyarakat Bugis yang menulis tentang adat dan kebudayaan mereka di atas daun lontar menggunakan aksara Bugis yang sering disebut sebagai aksara Lontara. Contoh karya Lontara adalah Lontara Kutika yang banyak berisi tentang ketentuan adat Bugis dan ramalan-ramalan kehidupan masyarakat Bugis.

E.     Legenda
Kata legenda berasal dari bahasa Latin, Legere yang berarti cerita rakyat. Legenda dalam KBBI berarti cerita rakyat zaman dahulu yang ada hubungannya dengan sejarah. Contoh legenda adalah kisah Sangkuriang yang berhubungan dengan asal muasal Gunung Tangkuban Perahu.
F.     Serat
Serat adalah salah satu bentuk karya kesusasteraan Jawa yang merupakan saduran dari bahasa Jawa Kuno, dialihkan ke dalam bahasa Jawa Modern. Dalam serat, diceritakan mengenai peristiwa masa lalu, namun tetap tidak lepas dari unsur mitos. Bahkan terkadang dalam serat terdapat unsur eskatologis. Contoh karya berbentuk serat adalah Serat Pararaton yang menceritakan tentang Ken Arok dan silsilah Kerajaan Majapahit, dan  Serat Jangka Jayabaya, yang berisi tentang kronik Kerajaan Kediri, dan ramalan tentang apokalips yaitu akhir dunia.[31]

G.    Suluk
Istilah suluk mempunyai beberapa pengertian. Pengertian pertama, suluk merupakan ajaran tasawuf dalam Islam yang artinya jalan atau cara, maksudnya adalah cara mendekatkan diri kepada Tuhan secara batin. Pengertian kedua adalah suluk merupakan suatu karya sastra Islam kejawen berbentuk puisi yang berisi tentang aspek ajaran Islam, terutama tasawuf. Sedangkan pengertian ketiga adalah sebuah karya kesusasteraan Jawa yang berisi tentang permasalahan Islam berbentuk dialog antara dua orang. contoh karya suluk adalah Suluk Malang Sumirang dan Suluk Sukarsa.

H.    Kidung
Kidung adalah karya sastra Jawa masa pertengahan, berbentuk tembang atau puisi yang berisi tentang kisah kehidupan dan gambaran realitas suatu masyarakat. Isi dari kidung sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa masa pertengahan. Contoh kidung adalah Kidung Harsawijaya, Kidung Ranggalawe, dan Kidung Sunda.[32]


Baca Juga :  Semua Refrensi ada Di Kumpulan Makalahku

BAB. V
PENUTUP

Kesimpulan


Di Indonesia, Historiografi muncul sejalan dengan munculnya kepenulisan pertama. Kepenulisan inilah yang menandai awal dari zaman aksara, yang pada saat itu berbentuk prasasti. Prasasti sebagai tulisan awal Indonesia dipengaruhi budaya India. Kebudayaan yang digambarkan dalam prasasti juga kental akan nuansa India. Perkembangan selanjutnya naskah mulai berkembang mewarnai Historiografi Indonesia.
Corak dari jenis-jenis Historiografi Indonesia secara umum belum menunjukkan metodologi dalam penulisannya. Pola-pola Historiografi yang berpusat pada kekuasaan & agama mendominasi Historiografi Tradisional Indonesia. Hasil Historiografi Tradisional Indonesia adalah Babad, Legenda, Serat, Suluk, dan Kidung, yang juga belum menggunakan metodologi kepenulisan sejarah.

Daftar Pustaka


Kartodirjo, Sartono. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: PT Gramedia.

Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Poerbatjaraka. 1951. Riwayat Indonesia. Jakarta: Yayasan Pembangunan.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.

Priyadi, Sugeng. 2015. Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Yakub, M. 2013. Historiografi Islam Indonesia Perspektif Sejarawan Informal. Dalam MIQOT, Vol. XXXVII No. 1 Januari-Juni 2013.

Fitri Kusumadewi, Historiografi Islam Indonesia abad 14-19, dalam www.fitrikusumadewi2011.blogspot.co.id/, diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul 21.43 WIB.

Yofi Sastra, Pengertian Kidung, dalam  www.sinaujawani.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-kidung, diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 18.49 WIB.

Anonim. T.t.  Pengertian Tambo. Dalam www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-tambo-dan-contohnya/, diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 15.02 WIB.

Sri Mulyani N. T.t.. Hikayat Raja-Raja Pasai. Dalam srimulyaninasution.wordpress.com/literature/hikayat-raja-raja-pasai/, pada 11 November 2017, pukul 17:20 WIB.

Anonim. 2012. Historiografi Indonesia Tradisional. Dalam www.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 13.19.




[1] ...telah ditemukan tujuh buah yupa, dan masih ada kemungkinan beberapa buah yupa yang belum ditemukan sampai saat ini. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan di Kaltim, yang mula-mula ditemkan adalah empat buah yupa saja, namun kemudian terdapat tiga lagi. Huruf yang dipahatkan pada yupa itu berasal dari awal abad V masehi,.... Lihat: Marwati dan Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia Jilid II (Balai Pustaka: Jakarta, 1992), hlm. 31.
[2] Poerbatjaraka, Riwayat Indonesia (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1951), hlm. 8.
[3] Poerbatjaraka, Riwayat Indonesia (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1951), hlm. 8.
[4] Anonim, t.t, Bahasa Sansekerta, dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sansekerta, diakses pada 10 November 2017, Pukul 21:52 WIB.
[5] Poerbatjaraka, Riwayat, hlm. 8.
[6] Ibid., hlm. 12.
[7] Ibid., hlm. 33.
[8] Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid II (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 54.
[9] Poerbatjaraka, Riwayat, hlm. 9-12.
[10] Ibid., hlm. 34.
[11] Marwati, dan Nugroho, Sejarah, hlm. 170.
[12] Ibid., hlm. 187.
[13] Ibid., hlm. 397.
[14] Ibid., hlm. 357.
[15] Ibid., hlm. 187.
[16] Ibid., hlm. 397.
[17] Ibid., hlm. 357.
[18] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), hlm. 205.
[19] Dikutip dari: https://srimulyaninasution.wordpress.com/literature/hikayat-raja-raja-pasai/, pada 11 November 2017, pukul 17:20 WIB.
[20] Fitri Kusumadewi, Historiografi Islam Indonesia abad 14-19, dalam www.fitrikusumadewi2011.blogspot.co.id/, diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul 21.43 WIB.
[21] M. Yakub, Historiografi Islam Indonesia Perspektif Sejarawan Informal, Vol. XXXVII No. 1 Januari-Juni 2013, hlm. 160.
[22] Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 22
[23] Sugeng Priyadi, Historiografi Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), hlm. 27
[24] Sugeng Priyadi, Historiografi Indonesia…, hlm. 32
[25] Sugeng Priyadi, Historiografi Indonesi…, hlm. 31
[26] Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 20
[27] Sugeng Priyadi, Historiografi Indonesia…, hlm. 18.
[28] Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 21.
[29] Anonim, Historiografi Indonesia Tradisional dalam www.kompasiana.com. diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 13.19.
[30] Anonim, Pengertian Tambo, dalam www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-tambo-dan-contohnya/, diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 15.02 WIB.
[31] Sartono kartodirjo, pemikiran dan perkembangan historiografi indonesia : suatu alternatif, PT Gramedia :Jakarta, 1982, hlm. 17.
[32]Yofi Sastra, Pengertian Kidung, dalam  www.sinaujawani.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-kidung, diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 18.49 WIB.

0 komentar:

Post a Comment