Manusia dan Harapan


Harapan, blogspot.com
  1. Pengertian Harapan
            Kata harapan berasal dari kata harap, artinya suatu keinginan , permohonan, penantian. Adapun kata harapan itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang belum terwujud dan diupayakan agar terwujud. Misalnya: seorang petani berharap agar panen tahun ini lebih besar dari pada tahun kemarin; orang tua yang baru saja punya putra tentu akan berharap agar kelak jadi anak yang shaleh, dan sebangainya.
            Sebab –sebab manusia mempunyai harapan adalah manusia sebagai makhluk sosial , sehingga manusia  harus bergaul dengan anggota masyarakat lainnya .
            Ada 2 hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain yaitu :
   a.       Dorongan kodrat ialah menangis , tertawa ,berpikir,bercinta ,mempunyai keturunan, dan sebaginya. Jadi merupakan sifat ,keadaan,dan pembawaan sejak lahir.
Misalnya: orang menonton film sedih dengan harapan bisa menangis , orang menonton lawak dengan harapan bisa tertawa.
    b.      Dorongan kebutuhan hidup, berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani berupa makan , minum ,pakaian ,dan sebagainya. Kebutuhan rohani berupa kebahagiaan, kepuasan , ketenangan , hiburan ,dan sebagainya.

Dalam mencukupi kebutuhan itu , baik kebutuhan kodrat maupun kebutuhan hidup, manusia tidak dapat mencapai sendiri , melainkan harus dengan bantuan orang lain. Berdasar dorongan kodrat dan kebutuhan hidup,maka orang mengharapkan agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi.

Menurut Abraham Maslow , ada 5 kebutuhan/harapan manusia yaitu :
a.       Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival).
Misalnya: kebutuhan fisiologis (pangan ,sandang ,papan)
b.      Harapan untuk memperoleh keamanan (safety).
Misalnya:perlindungan/proteksi dari pemerintah dan agama
c.       Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and love).
d.      Harapan memperoleh status untuk diterima dan diakui lingkungan.
Misalnya : seseorang dianggap sebagai wanita sempurna jika telah melahirkan anak. Status bisa dibedakan antara yang ascribe dan archive. Status ascribe adalah status yang dimiliki seseorang  sejak lahir, berdasarkan keturunan. Misalnya keturunan brahmana , keturunan ningrat , dan sebagainya. Sedangkan status yang arcive adalah status yang diproleh seorang berdasarkan prestasinya. Misalnya status sarjana yang diperoleh dengan kerja keras, belajar dengan giat,dan sebagainya.
e.       Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization) –diikuti eksistensinya sesuai dengan keahlian atau pangkatnya.
           
  1. Harapan Sebagai Fenomena Universal
            Harapan dapat dikatakan sebagai fenomena yang sifatnya universal. Artinya , keberadaan harapan yang berkembang dalam diri manusia itu merupakan sesuatu yang wajar, di mana pun mereka berada. Setiap manusia tidak peduli latar belakangnya, mereka mempunyai keinginan untuk terpenuhi segala harapan  yang ada pada dirinya. Karena begitu menggejalanya, orang yang hampir meninggal pun masih sering menaruh harapan-harapan. Hal itu bisa dilihat pada banyak orang yang akan menghadapi kematian sering masih sempat meninggalkan pesan-pesan, baik secara lisan maupun melalui surat wasiat kepada ahli waris yang ditinggalkannya.
            Fenomena yang begitu universal tersebut menantang para seniman uantuk menuangkan dalam berbagai karya. Fenomena tersebut juga muncul dalam cerita-cerita rakyat, seperti: cerita sumantri dan sukasrana; dalam baratayuda tokoh bisma dan resi seta juga berpesan pada para  pandawa sebelum kematiannya; dan masih banyak lagi contoh-contoh lain yang pernah menjadi mitos rakyat.
            A.F.C Wallace dalam bukunya culture and personality dikatakan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok kepribadian, yang jadi sasaran dari kehendak, harapan, keinginan,dan emosi seseorang. Kebutuhan tersebut bisa saja positif ataupun negative. Kebutuhan itu bisa jadi positif jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara memuaskan; apabila tidak terpenuhi secara memuaskan menjadi negative. Adapun kebutuhan manusia itu sendiri bisa dikelompokkan menjadi tiga kebutuhan pokok, yakni: 1) kebutuhan organic individu; 2)kebutuhan psikologis individu; 3) kebutuhan organic dan psikologis sesama manusia. Masing-masing kelompok kebutuhan tersebut bisa saja positif atau bahkan negative.
            Khusus menganai kebutuhan individu dapat dijabarkan sebagai berikut: 1)kebutuhan organic individu bernilai positif (makan dan minum, istirahat dan tidur, seks, keseimbangan suhu, buang haja,bernafas); 2) kebutuhan organic individu bernilai negative (makan minum tidak lezat, istirahat dan tidur terganggu, kegagalan seks, ketidakseimbangan suhu, kesulitan buang hajat, bernafas sesak); 3) kebutuhan psikologis individu bernilai positif (pengendoran ketengangan dan bersantai, kemesraan dan cinta, kepuasan ego,kehormatan, kepuasan dan kebanggaan mencapai tujuan) (ibid., 1991:191-192).
            Semua kebutuhan itu adalah sumber harapan bagi gairah kelangsungan hidup manusia. Namun begitu dalam ajaran agama khususnya islam, pemenuhan segala kebutuhan yang dijadikan harapan setiap manusia tidaklah harus dilakukan secara berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan akhirnya akan membawa bencana, baik kepada diri sendiri maupun bagi orang lain, bahkan masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam hal ini perlu menengok sejarah masa lampau yang telah menimpa fir’aun dan tokoh-tokoh lain yang berlaku tamak, loba, serakah menimbun-nimbun kekayaan, dan bahkan kufur nikmat. Mereka akhirnya lupa diri


  1. Kepercayaan
            Kepercayaan adalah keyakinan atau pengakuan akan kebenaran. Kebenaran menurut Poedjawiyatna dalam bukunya “etika filsafat tingkah laku “, merupakan cita-cita orang yang  tahu. Sudah tentu dalam hal ini kebenaran tersebut adalah kebenaran logis itu, tetapi benar-benar diusahakan orang. Tidak seorang pun yang suka kekeliruan, ini ternyata pula dalam usaha ilmu dalam mencari kebenaran. Orang tidak memperhitungkan sosial dan biaya , karana tujuannya ialah kebenaran.

Macam –macam kepercayaan , yaitu:
  a.       Kepercayaan kepada diri sendiri , berarti bahwa dirinya benar, mampu, mengetahui dengan sebenarnya , misalnya Wibisana percaya bahwa dirinya benar.
  b.      Kepercayaan pada orang lain, berarti mempunyai keyakinan bahwa orang lain itu benar,mampu, dapat menepati janji, dan benar-benar mengetahui. Makin berwibawa orang yang memberi tahu, makin besar kepercayaan terhadap orang itu, Karena kebenaran yang diberikan tidak mergukan lagi. Misalnya ucapan pendeta mengenai ajaran agama, pendapat professor dalam pendidikan.
  c.       Kepercayaan kepada pemerintah atau Negara, bersumber dari rakyat (menurut pandangan demokratis), karena itu pemerintah atau Negara pasti benar. Kalau tidak benar, bukan pemerintahnya, tetapi oknum yang memerintah salah.
  d.      Kepercayaan kepada tuhan, adalah tuhan pencipta alam semesta beserta isinya. Kepercayaan kepada (kebenaran) agama atau tuhan adalah kepercayaan mutlak. Untuk meningkatkan kepercayaan terhadap tuhan antara lain kita harus meningkatkan ketakwaan, ibadah, pengabdian kepada masyarakat, kecintaan kepada sesama, mengurangi nafsu,dermawan, dan menekan perasaan negative.

Berdasarkan kepercayaan tadi, tiap-tiap individu merasa pasti bahwa tujuan hidup pada kebahagiaan yang sempurna itu tidak terdapat didunia ini, tetapi diakhirat. Keyakinan ini membawa akibat, bahwa hidup didunia ini merupakan satu kesatuan dengan diakhirat dan manusia berbuat penyesuaian dengan keyakinan tadi (assurance).
Prasaan optimis bahwa kebaikan dalam tingkah laku akan membawa kebaikan pula (pahala) dan akan mengalahkan kejahatan. Dengan demikian, bagi yang berbuat baik (tindakan moral) bisa berharap/mempunyai pengharapan mendapat kebaikan dalam kesempatan lain.

  1. Sistem Kepercayaan
            Asal usul kepercayaan adalah manusia itu percaya bahwa ada suatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari padanya. Oleh karena itu, manusia melakukan hal dengan kekuatan tadi agar mencapai ketenangan hidup. Teori tentang asal usul kepercayaan, yaitu:
   1.      Teori kesadaran jiwa (E.B Taylor)- manusia mulai sadar adanya roh halus. Asalnya menganut animisme (semua benda mempunyai jiwa), berkembang menjadi monotheisme (hanya satu benda/jiwa yang paling unggul).
   2.      Teori batas (J.G Frazer)- manusia mempunyai keterbatasan dalam pemikiran akal. Misalnya magic, yaitu segala sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan – kekuatan dan hukum gaib yang ada didalam magic bukanlah kemampun manusia.
  3.      Teori krisis (M.Crawley)- dalam kehidupannya manusia mengalami masa krisis (misalnya sakit dan sebagainya). Untuk itu diperlukan upacara /ritus yang berguna dalam menanggulangi keadaan krisis tersebut.
   4.      Teori kekuatan luar biasa (R.R. Marett)- misalnya manusia merasa kagum terhadap gejala alam sebagai kemampuan yang luar biasa (the supranatural).
  5.      Teori sentiment kemasyarakatan (E. Durkheim)- sentiment (perasaan) kemasyarakatan menimbulkan getaran jiwa dan emosi keagamaan, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk totem (benda / hewan kramat).
   6.      Teori firman tuhan – kepercayaan terhadap pencipta alam. Hukum agama (hal yang terkait dengan larangan dan anjuran sebagai pedoman hidup manusia) adalah berasal dari tuhan semata).


Upacara dalam sistem kepercayaan  (rites ceremonies).
Sarana:
1. Tempat upacara (masjid, gereja, pura,dan sebagainya)
2. Saat upacara (iniasi, malam/siang, dan sebagainya)
3. Benda / alat upacara (kemenyan, dupa, dan sebagainya)
4. Orang yang melakukan upacara (pendeta, kiai, dan sebagainya)

 Baca Juga: Manusia dan Keindahan

0 komentar:

Post a Comment