Sejarah Muslim Minoritas di China

Sejarah Muslim Minoritas di China, http://www.brightstareducation.co.id


A. Latar Belakang
Islam telah berkembang ke berbagai belahan dunia. Walaupun dalam bentuk minoritas, tetapi eksistensinya tetap ada. Islam sudah memasuki China sejak masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan. Bertepatan dengan Dinasti Tang ( 581-618 M) sampai Dinasti Ming (907-900 M), kemudian berkembang ke berbagai pelosok China.
Islam masuk melalui jalur perdagangan laut kemudian jalur darat. Munculnya komunitas Muslim China meningkat terus-menerus bertahun-tahun melalui imigrasi, perpindahan agama dan pernikahan. Kedatangan Islam yang sudah lebih dari 10 abad yang lalu tentu sedikit banyak memberikan pengaruh tersendiri bagi perkembangan China. Walaupun sebagai minoritas, Muslim China selalu melibatkan diri dalam proses berdirinya negeri China. Dibuktikan dengan berkembangnya China dari pemerintahan Tiran (Dinasti Manchu) menuju negara Republik Demokratis adalah peran Sun Yat Sen yang merupakan  tokoh Muslim.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat ditarik rumusan maslah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya Islam di China?
2. Bagaimana problematika dan kasus Muslim di China?

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di China
Permulaan awal persentuhan Islam dengan China dimulai sekitar tahun 31 H/651 M yaitu ditandai dengan datangnya delegasi yang dikirimkan khalifah Usman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas. Saat itu China dalam kekuasaan Dinasti Tang, pemerintahan Kaisar Yung Way. Agar dapat masuk ke China, Sa’ad bin Abi Waqash membawa misi dagang dan juga misi diplomatik. Hubungan dagang di China pada abad ke-7 ini diterima oleh Kaisar Yung Way yang kemudian memerintahkan membangun Masjid di Huaisheng. Saat awal mula masuknya Islam, pemeluknya adalah orang-orang Arab dan Persia. Sementara dari masyarakat China sendiri adalah suku Hui yang  pertama kali memeluk Islam. 
Islam kemudian berkembang ke berbagai pelosok China sejak masa Dinasti Tang (581-618 M) samapai Dinasti Ming (907-900 M). Maka, hubungan dagang antara China dan Arab meningkat pesat. Perdagangan pertama dijalankan dengan jalur laut, kemudian berlanjut dengan jalur darat. Pedagang Arab maupun Persia ini beragama Islam. Salah satu pertukaran delegasi terjadi pada 138 H/755 M saat kaisar China meminta pertolongan dari bangsa Muslim untuk memadamkan pemberontakan An-Lu-Chan. Lalu dikirimlah 4.000 pasukan Muslim yang berhasil mengalahkan pemberontak dan menetap di China. Mereka menikahi perempuan China, membangun keluarga Muslim, sehingga mampu memberikan dukungan demografi yang kuat kepada komunitas Muslim pertama di China. Selanjutnya ada 37 kali pertukaran diplomatik antara perutusan pihak Arab dan pihak China.
Kanton menjadi pusat penyebaran komunitas Muslim ke arah Hang-Chu digaris pantai utara. Mereka membangun masjid dan sekolah. Pada 259 H/ 872 M pengembara Arab Ibn Wahb mengunjungi Kanton dan bertemu Kaisar. Namun tujuh tahun kemudian, malapetaka menimpa orang-orang Muslim ketika pemberontak membakar kota dan membunuh lebih dari 100.000 Muslim. Dinasti Tang tidak selamat dalam peristiiwa ini dan jatuh pada 295 H/ 907 M.
Islam pun cukup besar berpengaruh pada masa Dinasti Ming. Kaisar pertama Dinasti ini, Ming Tsai Tsu, dan Kaisar perempuan diperkirakan telah menjadi Muslim. Kecintaan Kaisar kepada Nabi Muhammad sudah terkenal dan sangat terang-terangan. Kaisar Yung Lu (1405-32 M) menggunakan Kalender Hijriah sebagai kalender resmi China dan mengirim Duta Besar Muslim,, Chung Hu, ke beberapa negara Muslim untuk membangun hubungan yang hangat dengan mereka. Kebanyakan pejabat tinggi Dinasti Ming juga Muslim.
Selain itu ada beberapa faktor yang membuat islam begitu mudah dan cepat diterima oleh penduduk asli China. Pertama, misi para pedagang yang datang ke China lebih besar sebagai pedagang daripada misionaris (penyebar agama) karenanya, mereka tidak ditentang oleh pihak yang berkuasa, bahkan diperbolehkan untuk menetap di China dan melakukan pernikahan dengan penduduk lokal kedua. Kedua, Muslim pendatang sangat melindungi budak. Pada masa Dinasti Song, pemerintahan memberlakukan aneksasi tanah, dan beberapa petani-sewa yang kehilangan sawah akan meminta perlindungan kepada para imigrasi Muslim. Ketiga, menjalankan sekolah-sekolah. Keempat, mengikuti ujian kekaisaran.
B.  Problematika dan Kasus Muslim di China
a. Problematika Muslim di China
Sepanjang sejarah China tidak memberikan kesempatan bagi Umat Islam. Muslim China dibantai dan disiksa juga di usir. Sekarang ini, China memasukkan enam orang suku Muslim Uighur ke daftar teroris nasionalnya. China menuduh mereka sebagai dalang dibalik kegiatan teroris yang mengancam keamanan di provinsi Xinjiang, wilayah barat China. Ada begitu banyak diskriminasi dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap Muslim Uighur yang dilakukan secara sistematis. Pemerintah China yang menerapkan kebijakan srtike hard yaitu memperketat pengendalian terhadap kegiatan agama, membatasi pergerakan orang dan menahan orang yang dicurigai mendukung gerakan separatis pada tahun 1996. 
Kaum Muslim Uighur sebagai pihak yang minoritas mengalami penindasan dan kezhaliman dari pemerintah China. Kezhaliman itu terus berlangsung sampai hari ini dan melakukan aksi kekerasan senjata terhadap Muslim di wilayah tersebut. Dimanapun kelompok China, pasti jika mereka memiliki kekuasaan akan menindas golongan Muslim secara kejam.
Terdapat beberapa larangan yang dibuat pemerintah China untuk Muslim Uighur, antara lain:
1. Larangan Penggunaan Bahasa Ibu
Pemerintah di sebuah daerah di Xinjiang China melarang Muslim di wilayah itu menggunakan bahasa ibu mereka di sekolah. Langkah itu diumumkan Departemen Pendidikan di  Provinsi Hoten melalui pemberitahuan di situs webnya. Terdapat lima butir larangan yang isinya dengan tegas melarang penggunaan bahasa, tulisan, tanda-tanda atau gambaran yang menggunakan bahasa Uighur.
2. Larangan beribadah Puasa pada Bulan Ramadhan
Pemerintah China memberikan peraturan ketat selama Ramadhan khususnya untuk populasi Muslim Uighur di Turkistan Timur. Pegawai Sipil Uighur juga dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan, dengan menyediakan makanan dan air untuk siswa sepanjang hari. Akses ke Masjid dikendalikan lebih ketat, restoran telah diperintahkan tetap buka. Larangan ini pertama kali dilakukan bagi Muslim Uighur pada tahun 2017. Para pelajar dan orangtua di Xinjiang dipaksa menandatangni perjanjian bahwa mereka tidak akan berpuasa selama Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa otoritas China di Xinjiang melakukan serangan yang belum pernah terjadi kehidupan personal Muslin Uighur dengan dalil menyingkirkan ekstrimisme beragama.
3. China larang beri nama Islami pada bayi
Pemerintah China semakin memperketat Muslim Uighur dengan melarang orangtua memberi nama-nama religi, seperti Muhammad. Hal ini  terdapat dalam dokumen berjudul “daftar nama etnis minoritas yang dilarang”, menyebutkan mereka yang tidak mematuhi aturan maka hukumannya tidak akan mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. Peraturan ini berkenaan dilaksanakan di wilayah Xinjiang dimana Partai Komunis China memberlakukan aturan ketat terhadap Islam, guna membatasi gerakan ekstrimis.
4. China larang memelihara janggut dan kerudung
Larangan-larangan serupa di atas telah diterapkan di Xinjiang, sanksi juga sudah di berlakukan secara legal. Terdapat larangan baru yang mengatur sejumlah larangan bagi warga Uighur, yaitu tidak diizinkan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah milik pemerintah, tidak mematuhi kebijakan perencanaan keluarga, secara sengaja merusak dokumen hukum dan menikah hanya dengan menggunakan prosedur agama. Selain itu, pekerja di ruang publik dilarang mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh, termasuk wajah atau memakai jilbab dan cadar. Larangan ini disetujui oleh anggota anggota perlemen Xinjiang. Otoritas China sebelumnya telah menerapkan keebijakan lain, termasuk pembatasan unutk menerbitkan paspor bagi orang Uighur.
b. Kasus Muslim China
1. Kasus Muslim Uighur
 Pada Agustus 2018, komite PBB mendapat laporan bahwa sekitar 1 juta warga Uighur dan kelompok Muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat, dan di sana mereka menjalani program pendidikan ulang. Menurut Human Rights watch, suku Uighur sudah dipantau sangat ketat. Mereka harus memberi sempel biometrik dan DNA. Dilaporkan terjadi penangkapan terhadap mereka yang memiliki kerabat di 26 negara yang dianggap sensitif. Dan sudah satu juta orang ditahan. 
Sejumlah serangan teroris terjadi selama dekade terakhir, dan pemerintah menuding separatis di Xinjiang dan sekitarnya adalah pelakunya. Lalu pada Februari 2017, terjadi serangan penikaman yang menewaskan lima orang, disusul dengan penggebrekan besar-besaran oleh pemerintah China terhadap apa yang mereka sebut sebagai kaum ekstrimis dan separatis.
Sementara mengenai kamp-kamp rahasia tersebut, China menyangkalnya dan menyatakan bahwa orang-orang di Xinjiang mendapatkan ‘pelatihan kejuruan’. Seorang pejabat tinggi Xinjiang mengatakan wilayah itu menghadapi ancaman tiga kekuatan besar: terorisme, ekstrimisme dan separatisme.


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

    Muslim China muncul sejak awal datangnya islam ke China dengan misi dagang. Hubungan negara-negara Islam dengan China semakin baik dengan dikirimnya bantuan untuk melawan pemberontak di China. Namun, selama adanya Revolusi Kebudayaan situasi Muslim lebih memburuk. Masjid-masjid dibakar, para imam dibunuh, literatur Islam dilemparkan, para pemimpin Islam dianiaya dan dihina, keluarga Muslim dibubarkan dan sebagainya. Situasi tenang terjadi beberapa waktu sesudah 1969. 
DAFTAR PUSTAKA

Ma, H. Ibrahim Tien Ying. 1979. Perkembangan Islam di Tiongkok. Jakarta: Bulan Bintang.
Mubarak, Muhammad Izzul. 2018. Kebijakan Pemerintah China Terhadap Muslim Perspektif Siyasah Syar’iyyah (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Kettani, M Ali. Minoritas Mulim di Dunia Dewasa Ini. Terj. Zarkowi Soejoeti. Jakarta: PT RajaGraindo Persada.
Rusda, Ismail Suardi Wekke. 2017. Minoritas Muslim Di China: Perkembangan, Sejarah dan Pendidikan (Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam). 
Rosid, Abdul. 2014. Muslim Di Tiongkok 1949-1979 M: Studi Tentang Dinamika Etnis Minoritas Hui Perode Mao Zedong (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
China Larang Beri Nama Islam pada Bayi, https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/04/26/115581/china-larang-beri-nama-islam-pada-bayi-ancaman-tak-dapat-kerjaan.html, diakses pada 20 Maret 2019
Muslim Uighur Dilarang Gunakan Bahasa Ibu, https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/08/05/120973/muslim-uighur-dilarang-gunakan-bahasa-ibu.html, diakses pada 20 Maret 2019
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601638, diakses pada 19 maret 2019


0 komentar:

Post a Comment