Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara


Wilyah Asia Tenggara, blogspot.com

            Islam merupakan agama terbesar dalam sejarah peradaban manusia yang mampu mengusai seluruh daratan mulai dari Barat, Eropa, Afrika, dan Asia. khususnya Asia Tenggara yang fase awal perkembangan Islam di mulai abad ke-11 hingga abad ke-14. Kehebatan para pendahulunya menjadikan Asia Tenggara pusat umat Islam terbesar setelah Asia Tengah, sekitar 240 juta muslim tinggal di Asia Tenggara atau seperempat dari jumlah Islam di dunia yang mencapai 1,6 juta miliar jiwa.[1]
            Meski banyak yang mengatakan bahwa Islam masuk di Asia tenggara dari Arab, tidak sedikit negara-negara di kawasan ini menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Seperti di Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia yang mayoritas penduduk muslim terbesar di Asia Tenggara. Walaupun  terdiri dari berbagai budaya yang heterogen tidak menjadikan negara-negara di kawasan ini terlibat konflik agama, dan kekerasan sangat minim. Berbeda dengan di Asia Tengah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimana penyebaran Islam di Asia Tenggara?     
3. Bagaimana perkembangan budaya di Asia Tenggara?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses masuknya Islam di Asia Tenggara
2. Mengetahui penyebaran Islam di Asia Tenggara
3. Mengetahui perkembangan budaya Islam di Asia Tenggara

A. Proses masuknya Islam di Asia Tenggara
                Masuknya Islam di Asia Tenggara melalui kegiatan para pedagang. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di dunia lain yang di sebarluaskan melalui penaklukan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka, tanpa kekerasan  dan tanpa paksaan sehingga Islam sangat mudah di terima. Tetapi yang menjadi permasalahan oleh pakar sejarah sampai saat ini bagaimana masuknya Islam di Asia tenggara masih menjadi perdebatan hangat. Dan seiring perkembangan teknologi dan komunikasi sarjanawan masih memerlukan argumentasi-argumentasi  dan teori baru. Ada yang mengklaim bahwa islam di Asia Tenggara berasal dari Asia Tengah yaitu Arab lewat jalur perdagangan.[2] Tetapi ada 3 teori mengenai masuknya Islam di Asia Tenggara untuk memperjelas di antaranya:
1.  Menekan peran kaum pedagang yang telah melambangkan diri di beberapa wilayah pesisir Indonesia dan Asia Tenggara lain, yang melakukan Asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa  keluarga penguasa lokal yang  telah menyumbangkan peran diplomatik, dan perkembangan Internasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir.[3] Kelompok pertama yang memeluk agama Islam adalah penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi perdagangan-perdagangan Hindu di Jawa.
2. Menekankan peran kaum misionaris dari Gujarat, Bengal, dan Arabian. Kedatangan kaum sufi bukan hanya sebagai guru, melainkan sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara.[4] Jadi, kemungkinan Islam masuk di Asia Tenggara melalui daerah setempat.
3. Lebih menekan makna Islam bagi masyarakat umum dari pada kaum elit pemerintahan dan Islam telah menyumbang landasan idiologis bagi kebajikan individual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas kaum pedagang.[5]           
            Selain dari teori tersebut ada beberapa teori mengenai proses masuknya Islam di Asia Tenggara, yaitu sebagai berikut:
                Teori pertama, teori yang mengatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau tepatnya di Hadramaut. Teori di kemukkan oleh Crawfurd (1859), Kayzer (1859), Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab sedangkan Kayzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i, sama dengan di anut kaum muslimin Nusantara lainnya.[6] Teori semacam ini juga di kemukkan oleh Hamka  yang  menyebutkan bahwa Islam masuk  di Indonesia langsung dari Arab, bukan India, dan abad ke-11 melainkan pada abad pertama Hijriah atau 7 Masehi.[7]
            Teori kedua, mengatakan bahwa Islam datang dari India, pertama kali di temukan oleh pijnapel tahun 1872, berdasarkan terjemahan Prancis tentang cacatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibnu Batuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i, Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam di Asia Tenggara. Ia mendukung teori ini kemudian mengatakan bahwa melalui perdagangan, sangat terselenggaranya hubungan antara dua wilayah, diperkuat dengan istilah-istilah Persia yang di bawa India – digunakan oleh pelabuhan kota-kota di Asia Tenggara.[8]
            Teori ketiga, teori di kembangkan oleh Fatimi bahwa islam datang dari Benggali ( kini Bangladesh). Bahwa kebanyakan orang Islam terkemuka Pasai adalah orang Benggali dan atau keturunam mereka. Dan Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah pantai Timur bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11 Masehi melelui Kantong, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu.[9] Ia beralasan bahwa secara doktrin Islam disemenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang diperkuat dengan elemen-elemen yang ada di Trengganu lebih mirip dengan prasasti yang ada di Leran.[10] Sementara Drewes, mempertahankan teori Snouck, bahwa teori Fatimi ini tidak dapat di terima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada di nilai merupakan “ perkiraan liar belaka.’’[11]

B. Penyebaran Islam di Asia Tenggara
                Penyebaran Islam wilayah di Asia Tenggara di tandai dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Islam di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di wilayah Asia Tenggara tidak lepas dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang di bawa oleh saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka di kenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan di berikan sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur dan Asia Barat bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan di Asia Tenggara. Sedangkan Aceh menjadi pintu masuk para pendatang Islam dari Asia Barat sehingga mendapat julukan Serambi Mekkah. Inilah beberapa kesultanan-kesultanan yang pernah berdiri di Asia Tenggara yaitu:

1. Kesultanan Malaka (Abad ke-15)
                Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal dari Samudra Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit.[12] Parameswara menikah dengan putri sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam.[13] Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah pada tahun (1445-1459).[14] Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada tahun 1511.Peninggalan sejarah kesultanan Malaka berupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A-Farmosa yang merupakan bukti penaklukan Malaka oleh pasukan Portugis.[15]
Adapun  sultan-sultan malaka adalah:                       
a.   Parameswara (Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
b.  Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
c.  Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
d.  Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
e.  Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
f.  Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
g.  Sultan Mahmud Syah (1488-1528).[16]

2. Kesultanan Islam Pattani ( Abad ke-15 M)
                Kehadiran Islam Pattani di mulai dengan kadatangan Syaikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan Raja Pattani bernama Phaya Tu Napka yang sedang sakit parah.[17] Phaya Tu Nakpa (1486-1530 M) beragama Budha, kemudian masuk Islam dan bergelar Sulatan Islamil Syah.[18] Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama pedagang dari Cina dan India.[19] Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari bangkok dan peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang di sebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudra Pasai.[20]

3. Kesultanan Brunei Darussalam
                Raja Brunei pertama adalah Awang Betatar yang tertarik menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Pada tahun 1511 masehi, kerajaan Melayu Malaka jatuh ketangan Portugis.[21] Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi pusat penyebaran Islam di kepulauan Melayu dan Kerajaan Brunei merupakan kerajaan Islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara.[22]   
           
Brunei merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan Sultan adalah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara.[23] Gelar Muizaddin Waddaulah (Penata Agama dan Negara) merupakanciri sebutan yang selalu meleket pada setiap raja yang memerintah Brunei. Sultan Hasanal Bolkiah sebagai sultan yang memegang kepala Negara sekaligus Pemerintahan.[24] Adapun raja-raja Brunei Darussalam adalah:
1.  Sultan Muhammad Shah (1405-1415)
2.  Sultan Ahmad (1415-1425)
3.  Sultan Syarif Ali (1425-1433)
4.  Sultan Sulaiman (1433-1473)
5.  Sultan Bolkiah (1473-1521) dst.
4. Kesultanan Islam Sulu (Abad ke-15).[25]
Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filiphina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filiphina. Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim Al-makdum, mubaligh Arab yang ahli dalam ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang da’i dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.[26]
            Para penguasa Kesultanan Sulu di Filiphina Selatan yang dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim) (1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 Sultan. Diantaranya adalah Sultan Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim), Sultan Kamaluddin bin Syarif Abu Bakar, Sultan Alauddin bin Syarif Abu Bakar.[27]


5. Kesultanan Johor
                Kesultanan Johor berdiri setelah kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (15511 M). Sultan Alaudin Riayat Ryah membangun kesultanan Johor sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.[28] Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga disebut kesultatan Johor-Riau.[29] Kesultanan Johor Riau berakhir setelah raja haji wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda. Kesultanan Johor merupakan lanjutan dari kerajaan Melayu Malaka yang dikalahkan Portugis (1911 M).[30]
Adapun para sultan Johor adalah:
1. Sultan Alauddin Riayat Syah
2. Sultan Muzafar Syah
3. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I
4. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.[31]
            Islam masuk di Asia Tenggara  dengan kegiatan perdagangan. Kondisi tersebut berbeda dengan dunia islam lain yang di sebarluaskan dengan cara peperangan dan kekerasan seperti di Arab. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tidak paksaan sehingga tidak terjadi penolakkan dari masyarakat.
            Mengenai penyebaran  Islam di Asia tenggara, hampir seluruhnya di mulai dengan hubungan  masyarakat di daerah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, cina, Gujarat dan lain-lain. Pada abad ke-5 sebelum Masehi, kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar dari Cina dan mereka menjalin hubungan dengan masyarakat di sekitar pesisir. Maka  kesempatan inilah di manfaatkan oleh pedagang untuk menyebarkan Islam. Ada beberapa jalur masuknya Islam di Asia Tenggara yaitu:


1. Jalur perdagangan
                Jalur perdagangan merupakan alternatif pertama sebagai kegiatan Islam di Asia tenggara. Kesibukkan lalu-lintas pada abad ke-7 sampai ke-16  membuat para pedagang dari berbagai negara terutama Arab ikut andil dalam perdagangan dari negara-negara bagian Barat, Tenggara, dan timur bagian Asia. Proses ini di nilai sangat menguntungkan, karena para bangsawan ikut serta dalam  kegiatan perdagangan tersebut.

2. Jalur Perkawinan
            Tingkatan status sosial di masyarakat sangat berpengaruh sehingga mendorong para wanita menikah dengan para saudagar . Tujuannya untuk meningkatkan status sosial mereka di masyarakat dan ada juga yang menikah dengan para bangsawan tapi, sebelumnya mereka di Islamkan terlebih dahulu setelah itu di nikahkan. Misalnya di Indonesia Seperti yang terjadi antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawuganten, Brawijaya dengan Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja Pertama Demak), dan lain-lain.

3. Jalur Pendidikan
                Pendidikan merupakan bagian proses Islamisasi. Dengan pendidikan dapat menanamkan intelektualitas Islam secara langsung dan pemahaman tentang Islam yang di sampaikan langsung oleh guru Agama, ulama, ataupun kyai agar nantinnya dapat di praktikkan langsung.

4.  Jalur Kesenian
            Kesenian salah satu  proses penyebaran Islam . Misalnya di Indonesia pada masa Sunan Kalijaga beliau sangat pandai dalam memainkan wayang. Ia tidak meminta upah dari pertunjukkan tersebut. Tetapi dia meminta para penonton untuk ikut mengucapkan syahadat dan melalui pertunjukkan wayang  sedikit menyelipkan ajaran Hindu-Budha yang mengakar kuat di masyarakat. Dengan demikian  Islam di terima dengan mudah dan tidak  ada penolakkan dari masyarakat.

5. Jalur Politik
                Perkembangan Islam diAsia Tenggara tidak terlepas dengan politik.  Pengaruh politik seorang pemimpin sangat berpengaruh bagi proses penyebaran Islam, dan demi politik ada juga kerajaan Islam melakukan ekspansi ke kerajaa-kerajaan non-muslim untuk  menaklukkan  wilayah tersebut . setelah memperoleh kemenangan dari penaklukkan tersebut dapat mengajak penduduk sekitar untuk  masuk Islam.

C. Perkembangan Budaya Islam di Asia Tenggara
            Diterimanya Islam oleh masyarakat dalam kekuasaan tak pelak lagi mengakibatkan trasnformasi budaya dan politik dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Budaya politik  Hindu-Budha yang merupakan tradisi politik wilayah kepulauan telah di gantikan dengan ide-ide dan lembaga-lembaga yang di ilhami oleh Qur’an dan sumber-sumber sah Islam lainnya dan konsep Islam tentang pemimpin menggatikan konsep Hindu tentang devaraja.[32] Sebutan kehormatan dan gelar yang bernafaskan Islam mulai di gunakan.[33]    Hukum Islam segera di laksanakan setelah Islam menjadi agama resmi, meskipun tetap selektif.[34] Undang-undang Malaka (dikoplikasikan tahun 1450) dengan jelas hukum-hukum Islam yang menetapkan bahwa pemerintahan Malaka harus di jalankan sesuai dengan hukum Qur’an.[35]
            Islam di trasformasikan budaya masyarakat yang telah di Islamkan di kawasan kepulauan ini dan secara bertahap, iman Islam dan etos yang lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan umum dari masyarakat yang telah di Islamkan dengan sedikit muatan lokal.[36]
Beberapa-berapa budaya dan tradisi yang berkembang di Asia Tenggara di antaranya:
1. Pendidikan tidak lagi menjadikan hak istimewa kaum bangsawan, pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan setiap muslim di harapkan mampu membaca Al-Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional
2. Huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh hingga Mindanau
3.  Bahasa-bahasa lokal diperkaya dengan kosa kata dan gaya bahasa Arab
4.  Bahasa Melayu secara khusus digunakan sebagai lingua franca  di Asia Tenggara dan dijadikan media pengajaran agama.[37]
            Sejumlah karya bermutu di bidang teologi, hukum, sastra, dan sejarah segera bermunculan.[38] Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka, Aceh, dan Pattani muncul sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik bagi para pelajar dari seluruh penjuru wilayah ini.[39] Sistem pendidikan Islam segera dirancang, dalam banyak kasus masjid atau surau menjadi lembaga pusat pengajaran, dan pondok pesantren di dirikan. Hubungan dengan pusat-pusat dunia Islam segera dibina.[40] Semua ini adalah tanda-tanda perkembangan Islam di Asia Tenggara yang kemudian melahirkan perspektif unik di wilayah ini dan terus memberikan penekanan pada keunggulan Islam. Dengan memungkinkan unsur-unsur lokal masuk  dalam pemikiran ulama pribumi.
Kesimpulan
            Kehadiran Islam di Asia Tenggara memberikan warna dalam peradaban dunia Islam. Meskipun kehadiran Islam di Asia Tenggara masih tumpang tindih, proses masuknya melahirkan beberapa teori diantaranya:
1. Teori pertama, oleh Crawfurd (1859) bahwa Islam berasal dari Arab atau Hadramaut.
2. Teori kedua, bahwa Islam berasal dari Gujarat, India.
3. Teori ketiga, oleh Fatimi bahwa Islam berasal dari Bangladesh.
            Proses penyebaran Islam antara lain:
-          Perdagangan
-          Perkawinan
-          Pendidikan
-          Kesenian
-          Politik,
dan ditandai berdirinya Kesultanan Islam
-          Kesultanan Malaka (abad ke-15)
-          Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15)
-          Kesultanan Brunei Darussalam
-          Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15)
-          Kesultanan Johor


Perkembangan budaya Islam di Asia Tenggara yaitu membaca dan memahami Al-Qur’an dan dasar-dasar yang rasional, di perkenalkan huruf Arab di seluruh Semenanjung Melayu dan pendidikan yang melahirkan banyak ilmu-ilmu dibidang teologi, hukum, sastra dan sejarah.
                       
DAFTAR PUSTAKA

Amir Munir Samsur. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Azra Azyumarzi. 1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Maryam Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI.
Muzani Saiful. 1993. Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenngara. Jakarta: Pustaka.
Sen Ta Tan. 2010. Cheng Ho Penyebar Islam dari Cina ke Nusantara. Jakarta: Buku Kompas.


[1] Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta, Lesfi,2002),  hlm.285.
[2] Tan Ta Sen, Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara,(Jakarta: Buku Kompas, 2010), hlm. 17.
[3] Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 291.
[4] Ibid, hlm. 292.
[5] Ibid.
[6] Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara,(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, Anggota IKAPI, 1989), hlm. 11.
[7]  Ibid.
[8]  Ibid, hlm. 13.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 325.
[13] Ibid
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid, 326.
[17] Ibid, 327.
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] Ibid
[22] Ibid
 [23] Drs. Samsul Munir, Ibid.
[24] Ibid.
[25] Ibid.
[26] Ibid, hlm.329.
[27]Ibid

  
[29]Ibid
[30] Ibid
[31] Ibid, 330.
[32]  Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1993), hlm. 25.
[33]  Ibid.
[34]  Ibid.
[35]  Ibid.
[36] Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1993), hlm. 25.
[37]  Ibid, hl


[38]  Ibid.
[39]  Ibid.
[40]  Ibid.
[41]  Ibid.

0 komentar:

Post a Comment