Ilmuan Andalusia, republika.co.id |
PENDAHULUAN
Sejarah
tidak akan hilang dari ingatan setiap manusia yang menjadikan dasar
perkembangan pendidikan dari zaman sekarang hingga yang akan datang. Pengertian
sejarah sendiri merupakan peristiwa masa lalu yang memiliki bukti penting.
Sedangkan SKI adalah segala aktifitas atau kreatifitas umat Islam pada masa lampau
yang memiliki dimensi ruang dan waktu.
Membahas
mengenai masa lalu sejarah Islam, kita dapat menganalisa dan mengambil ibrah
dari peristiwa yang pernah terjadi. Contohnya kita dapat mengetahui dan
mengenal tentang kemajuan bidang hadis di masa Bani Umayyah di Andalusia. Kita
dapat mengetahui pula peradaban dan kebudayaan disana. Kedua contoh tersebut
akan kami bahas di makalah ini.
Dengan
segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami belum bisa menjelaskan secara
rinci, namun akan kami bahas sejelas mungkin agar pembaca puas dengan makalah
ini. Dengan sedikit gambaran yang akan kami bahas di makalah ini meliputi:
1. Kemajuan
dalam bidang hadis di masa Bani Umayyah Andalusia
2. Peradaban
dan kebudayaan masa Bani Umayyah Andalusia.
PEMBAHASAN
Ditinjau
dari segi Bahasa nama Andalusia atau Al-Andalus belum diketahui secara pasti.
Bukti paling awal dari nama ini tertera pada koin yang dicetak oleh pemerintah
Islam di Iberia sekitar 715 tahun (percetakan juga tidak pasti, Karena koin
dituliskan dalam Latin dan Arab. Keduanya menunjukkan tahun yang berbeda).
Setidaknya
ada tiga teori etimologi yang pernah diusulkan oleh para ilmuwan barat.
Semuanya menganggap bahwa nama tersebut berasal dari zaman kekuasaan Romawi di Semenanjung Iberia.
Berikut ketiga teori yang
dinyatakan oleh para ilmuwan Barat tersebut:
1.
Nama Andalusia berasal dari Vandal, suku
Jerman yang menguasai sebagian Iberia selama tahun 407-429. Salah satu ilmuwan
yang menerima teori ini adalah Reinhart P. Dozy, sejarawan abad ke 19.
2.
Nama Andalusia berasal dari arabisasi kata
“atlantik”. Pendukung teori ini adalah sejarawan Spanyol bernama Vallve.
3.
Halm(1998) menerangkan bahwa nama
Andalusia diberikan oleh suku Visigoth yang berkuasa di Iberia pada abad ke 5
hingga 9.
Ketiga
teori ini tidak memiliki bukti historis, sehingga dapat dikatakan amat lemah.
Pelopor dan pembela dari ketiga teori ini adalah sejarawan. Namun, belakangan
ini ahli bahasa telash diikut sertakan dalam diskusi ini. Argumen-argumen dari
ilmu sejarah, linguistic dan toponimi (ilmu yang mempelajari nama daerah)
menunjukkan kelemahan semua teori itu. Dan ternyata, nama Andalusia berasal
dari masa Romawi.
Sedangkan semenanjung
Iberia di Eropa ini meliputi wilayah Spanyol dan Portugal saat ini, ujungnya
menjorok ke selatan dan hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung
Benua Afrika. Bangsa Grit Tua menyebut selat sempit itu sebagai Tiang-Tiang
Hercules. Sedangkan, diseberang selat sempit ini, ada benua Eropa. Selat sempit
itu memisahkan antara Laut Tengah dan Laut Atlantik.
Semenanjung
Iberia, sebelum ditaklukkan oleh bangsa Visighots pada tahun 507 M, didiami
oleh bangsa Vandal. Dan wilayah kediaman mereka itu disebut Vandalusia. Dengan
mengubah ejaan dan cara melafalkannya, bangsa Arab akhirnya menyebut
Semenanjung Iberia dengan Andalusia.
Andalusia
memegang peranan penting dalam penyebaran Islam ke Eropa. Sebab, selain karena
Spanyol (Andalusia) adalah salah satunya Negara di Eropa yang paling maju, kaya
dan padat penduduknya, Andalusia juga merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke
Benua Eropa. Kota ini terletak di barat daya Benua Eropa, yakni di Semenanjung
Iberia. Kini, Semenanjung Iberia terpecah menjadi dua Negara, yakni Spanyol dan
Portugal.
Bangsa Arab menyebutnya
dengan Al-Andalus, yang diambil dari kata Vandalusia, sebagaimana yang telah
diterangkan sebelumnya. Vandalusia berasal dari kata Vandal. Ini merupakan nama
sebuah suku di Eropa yang datang menyerbu Semenanjung Iberia sebelum dikuasai
oleh bangsa Arab. Sebagian penulis Barat menganggap wilayah Andalusia hanya
sebatas Granada. Adapun wilayah kekuasaan muslim disebut Islamic Span, yang
meliputi Kordoba, Malaga, Sevilla, Saragossa dan Toledo.[1]
B. Kemajuan dalam Bidang Hadis di Masa Bani Umayyah
Andalusia
Dalam komunitas penduduk Spanyol,
mayoritas dari mereka adalah Kristen.
Dan para pendatang Arab yang berdatangan menjadi minoritas yang
dihormati. Hal ini bertitik pada budaya keintelektualan serta peradaban orang-orang
Arab yang lebih maju dari Eropa. Orang-orang Islam abad ke-8 dan ke-
9 pasca zaman masih hampir sama dengan zaman
para sahabat Rasulullah SAW. Nuansa tarbiyah rasul dirasai dan terus
dipraktikkan terutama selepas penjilidan al quran dan hadis dalam bentuk tertulis. Orang Islam sangat akrab dengan
lima konsep ini; ilmu, keadilan, ibadah, khalifah dan wakaf.
Orang-orang islam belajar membuat
kertas dari peradaban Cina. Pada abad ke-7 mereka memiliki jalinan kukuh dengan
Cina. Industri kertas pertama didirikan di kota islam pertama adalah di Samarkand
( 704 M). Kemudian berkembang di
kota-kota islam yang lainnya seperti Baghdad, Damsyik, Kaheran, Fez dan
Andalusia. Akhir abad ke-7 tulisan pada dokumen-dokumen tidak lagi ditulis
menggunakan kulis kambing akan tetapi sudah menggunakan kertas.
Setelah seratus tahun kedatangan
umat islam para umatnya telah menjadi ‘Ahl Kitab’. Perpustakaan merupan
tujuan kedua setelah masjid. Membacapun kini telah menjadi kebiasaan
mereka. Sehingga al quran dan hadis juga telah diuraikan dengan jelas dan
terperinci. Peradaban islam di masa ini telah melahirkan tokoh-tokoh ulama
cendekiawan dan orang awan yang jenius.[2]
C. Peradaban dan Kebudayaan Masa Bani Umayyah Andalusia
Kemajuan dalam peradaban islam di Andalusia pada
permulaan abad ke-8 M. Telah membuka cakrawala baru dalam sejarah islam. Dalam
rentang waktu selama kurang lebih satu setengah abad, umat islam di spanyol
telah mencapai kemajuan yang pesat baik di bidang ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. [3]
Perkembangan peradaban dan kebudayaan tersebut diantaranya:
Ihwal Pemerintahan
Abd Al-rahman ibn
Mu’awiyyah atau yang disebut Al-Dakhil, menginjakkan kakinya di
Andalusia setelah lolos dari upaya pembunuhan atas dirinya ketika terjadi
terjadi perubahan ketatanegaraan yang dilakukan dengan kekerasan Abbasiyah
sekitar tahun 132M (756 H ).[4]
Pada 757 ia mulai menghapus nama Khalifah Abbasiyah dari khutbah jumat yang
dilakukan oleh gubernur sebelumnya, serta memproklamasikan Bani Muawiyyah
terbebas dari kekuasaan Khalifah Abbasiyyah.
Al-Dakhil berhasil meletakkan sendi dasar bagi tegaknya
Daulah Bani Umayyah II di Andalusia. Selama 32 tahun kekuasaannya ia mampu
mengatasi berbagai ancaman dari dalam negeri maupun serangan musuh dari luar.
Karena ketangguhannya itu dia dijuluki Rajawali Quraisy. Proklamasi
Khilafah Fathimiyah di Ifriqiyyah pada tahun 297 M (909 H), disamping gengsi
Daulah Abbasiyyah yang sangat merosot sepeninggal al-Mutawakkil mendorong
Abdurrahman untuk memproklamasikan diri sebagai khalifah dan Amir al-Mukminin.[5]
Hubungan luar negeri
Bani umayyah II telah menjalin persahabatan dengan
Bizantium untuk menghadapi ancaman Baghdad. Pada masa al-Nashir dengan huungan
tetangga-tetangga di perluas. Pada tahun 334 M (945 H) raja Otto dari Jerman
telah mengirim dutanya ke Cordova sebagai mana yang dilakukan raja Perancis dan
raja-raja lainnya.[6]Italia
menjalin persahabatan dengan Cordova setelah menderita akibat serbuan
Fathimiyyah ke Genua, sebagaiman halnya Bizantium yang ingin melepaskan Sicilia
dari cengkeraman kekuasaan Kholifah al-Qaim ibn Amrillah al-Fathim. Kaisar
Bizantium Constantine Porphryogenitus mengirimkan dutanya ke Cordova untuk
membuat perjanjian damai dengan al-Nashir guna menghadapi Abbasiyah dan Fathimiyyah.
Komposisi Penduduk
Penduduk Andalusia terdiri
dari banyak unsur, antara lain Arab, Barbar, Spanyol, Yahudi dan Slavia. Bangsa
Arab dan Barbar datang ke daratan ini sejak masa penaklukkan. Orang-orang Arab
ini terdiri dari dua kelompok besar yaitu: keturunan Arab Utara atau suku
Mudlari dan keturunan Arab Selatan atau suku Yamani.[7]
Orang-orang Barbar banyak ditempatkan diperbukitan yang kering dan tandus
bagian utara negeri ini, berhadapan dengan basis-basis kekuatan nasrani.
Padahal pada saat yang sama, orang-orang Arab menempati tempat yang subur, yang
jauh dari ancaman-ancaman orang Gerilya
( orang-orang salib).
Penduduk keturunan Spanyol
terdiri dari:
(1) kelompok yang memeluk Islam
(2) kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi meniru adat kebiasaan
bangsa Arab
(3) kelompok yang tetap beregang teguh pada agamanya semula dan warisan
budaya nenek moyangnya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari
Baghdad secara politis, tidak berpengaruh pada transmisi keilmuan dan peradaban
antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negeri islam belahan
timur itu, dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya
di Andalusia.[8]
Oleh karena itu, pengaruh timur cukup besar terhadap perkembangan ilmu dan
peradaban di Andalusia.
Kebanyakan umat islam di
Andalusia adalah penganut madzhab Maliki. Ada yang berkata madzhab ini
diperkenalkan pertama kali di Andalusia oleh Ziyad ibn abd al-Rahman ibn Ziyad
al-Lahmi.[9]
Ilmu agama yang berkembang di Andalusia sangat pesat ialah ilmu qira’at yaitu
ilmu cara-cara membaca lafadz-lafadz al quran dengan baik dan benar.
Andalusia selain mempelajari ilmu qiraat, juga mempelajari ilmu filsafat,
sains, bahasa sastra dan musik, sejarah geografi, fiqh dan kemajuan pembangunan
fisik.
Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan ini merupakan inisiatif dari al-Hakam ( 961-976 M). Al-Hakam II
kemudian memperbesar dan memperluas perpustakaan yang ada di ibukota Cordova
sehingga menjadi perpustakaan terbesar se-Eropa pada masanya dan abad-abad
setelahnya.
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu
lembaran budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke
Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang
ke-5, Muhammad Ibnu Abd Al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama
pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyl adalah Abu Bakr Muhamad ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. MAsalah yang dikemukakannya bersifat
etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Karya Abu Bakr ibn Thufail
adalah Hay ibn Yaqzhan. Tokoh utama selanjutnya adalah Ibu Rusyd. Ibnu
Rusyd adalah filsuf terbesar Islam.[10]
b. Fiqh
Spanyol adalah penganut mazhab Maliki dalm
bidang fiqh. Mazhab ini diperkenlakan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya, yang menjadi Qadhi pada
masa pemerintahan Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Tokoh-tokoh lain dalm bidang fiqh
di Spanyol antara lain Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id l-Baluthi,
dan Ibn Hazm.
c. Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika,
astronomi kimia dan lain-lain juga berkembangn dengan baik. Abbas ibn Farnas
terkenal dengan kiia dan astronomi. Ia adalah orang yang menemukan pembuatan
kaca dari batu. Ahmad ibn Ibas adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm
Al-HAsan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-hafidz adalah dua perempuan
yang terkenal dalam bidang kedokteran.
Dalam bidang sejarah dan geografi
ada Ibn Jubair yang menulis tentang negeri-negeri muslim Meditirenia, Ibn
Al-Khatib yang menyusun riwayat Granada,
dan Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah.
d. Musik
dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara
tokohnya adalah Al-Hasan ibn Nafi. Beliau terkenal sebagai penggubah lagu. Dan
di dalam setiap pertunjukan dan perjamuan, kemampuannya selalu dipetunjukkan.
Ia terkenal dengan sebutan Zaryab.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa yang digunakan dalam
administrasi dan pemerintah Spanyol adalah bahasa Arab. Uniknya penduduk asli
tidak memprotes keadaan tersebut. Bahkan, mereka justru cenderung menomorduakan
bahasa asli mereka.
Tokoh bahasa ketika itu adalah Ibn
Sayyidih, Ibn Malik (pengarang Alfiyah),
Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isyibili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan abu
Al-Hayyan Al-Gharnathi.
Selain itu, ada juga Ibn Abdi Rabbih dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn
Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn
al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
2. Pembangunan
Pemerintah Islam membuat tropong bintang di Cordova,
membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel),
memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil,
kulit, logam, dan lainnya.
Namun demikian, pembangunan yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah adalah mesjid Cordova,
kota Al-Zahra, Istana JA’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun,
mesjid Seville, dan Istana Al-Hara di Granada.[11]
PENUTUP
Kesimpulan
Dari isi makalah yang telah
dijelaskan diatas, kita dapat mengambil kesimpulan perkembangan hadis di
Andalusia tetap ada, namun penduduknya lebih mengedepankan pembelajaran ilmu qira’at
agar bisa membaca al-Quran dengan lafadz yang benar. Dari peradaban dan
kebudayaan Bani Umayyah memiliki banyak segi, mulai cara kepemimpinan sampai
perkembangan ilmu pengetahuan.
Saran
Dari penjelasan di atas,
perkembangan peradaban dan budaya di Andalusia memiliki banyak faktor yang
terkemuka, sehingga dapat menciptakan suatu kerja sama yang baik. Bisa menjadi
sejarah islam yang berkesan di kalangan kita. Kita bisa pula mencontoh dari
karakter yang positif. Dari segi kesyukuran kita, yang bisa mengetahui sejarah
di masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Aizid Rizem. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Diva Press.
http://sejarahstpm.blogspot.co.id/2009/06/tamadun-islam-kegemilangan-islam.html.
Supriadi Daedi, M.ag. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Abdurrahman Dudung. Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta.
http://theisol.blogspot.co.id/2013/07/sejarah-peradaban-islam-di-spanyol.html
[1]
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Diva Press, 2015),
hlm. 297.
[2] http://sejarahstpm.blogspot.co.id/2009/06/tamadun-islam-kegemilangan-islam.html
[3] Dedi Supriadi, M.ag, Sejarah Peradaban
Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.119.
[4] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban
Islam, ( Yogyakarta:
[5] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban
Islam, ( Yogyakarta:2002), hlm.81.
[6] Dudung Abdurrahman, Op. Cit., h.82.
[7] Dudung Abdurrahman, Op. Cit., h.83.
[8] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban
Islam, (Yogyakarta: 2002), hal.91.
[9] Dudung Abdurrahman, Loc. Cit.
0 komentar:
Post a Comment