Hagia Sophia, blogspot.com |
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat iman dan kesehatan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “SKI DAN BUDAYA LOKAL” kemudian shalawat
serta salam tak lupa kita sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah keselamatan ummat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Sejarah dan Budaya Lokal di program studi Ilmu Hadis pada Universitas Islam
Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, penyusun mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Syaifuddin Zuhri selaku dosen pengampu.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Yogyakarta
15 September 2015
Irfan Hamid
Ttd
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara masalah Turki Utsmani, dalam makalah kali ini
penyusun ingin menjelaskan isu-isu dan poin-poin penting seputar kekhilafahan
Turki Utsmani, baik dari sisi kemajuan, kemunduran, maupun perkembangan hadis
dalam masa ini.
Kajian ini sangat penting dalam ranah Sejarah Kebudayaan
Islam mengingat kemajuan islam dibidang teknologi, pertanian, pertahanan,
arsitektur, sastra maupun bidang-bidang yang lain dalam masa ini telah
berkembang secara signifikan, yang nantinya akan menjadi tonggak sejarah yang
dapat di kenang di masa mendatang seperti saat ini.
Semoga dengan adanya makalah ini sedikit banyak dapat
membuka wawasan dan kesadaran pembaca, akan pentingnya mempelajari sejarah,
khususnya sejarah Turki Utsmani.
B.
Rumusan Masalah
A. Sejarah
dan Perkembangan Islam Masa masa Turki Utsmani
B. Kemajuan
kajian Hadis di masa Turki Utsmani
C. Peradaban
dan kebudayaan masa Turki Utsmani
D. Runtuhnya
Turki Utsmani
C.
Tujuan Penulisan
A. Dapat
menjelaskan tentang asal usul dan perkembangan Islam masa Turki Utsmani
B. Dapat
menjelaskan perkembangan hadis dalam masa Turki Utsmani
C. Dapat
menjelaskan kemajuan peradaban dan kebudayaan masa Turki Utsmani
D. Dapat
menjelaskan tentang Runtuhnya DinastiTurki Utsmani.
PEMBAHASAN
Kata Utsmani diambil dari pendiri
pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogril ibn Sulaiman Syah dari suku Qayih
Oghus Turki[1]
Sulaiman Syah dengan seribu pengikutnya mengembara ke Anatolia dan singgah di
Azerbeijan, namun sebelum sampai ke tujuan, ia meninggal dunia. Dan
kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Erthogril untuk melanjutkan
perjalanan sesuai dengan tujuan semula. Sesampai di Antolia, mereka diterima
oleh penguasa dinasti saljuk,
Sultan Alauddin II yang sedang berperang dengan
Romawi Timur yang berpusat
dibizantium.
Erthogril membantu Sultan Alauddin II melawan Romawi Timur, sehingga dinasti saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senqang, dan memberikan hadiah kepada Erthogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibu kota pemerintahan yang independen yang berdiri pada tahun 1258M. yang bersamaan dengan lahirnya Utsman
Erthogril membantu Sultan Alauddin II melawan Romawi Timur, sehingga dinasti saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senqang, dan memberikan hadiah kepada Erthogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibu kota pemerintahan yang independen yang berdiri pada tahun 1258M. yang bersamaan dengan lahirnya Utsman
Dinasti
Utsmani berkuasa selama kurang lebih tujuh abad (1258M-1924M). Meskipun dinasti
Utsmani berkuasa cukup lama, tidak berarti bahwa peradabannya maju pesat
seperti pada masa dinasti Abbasiyah. Hal itu disebabkan politik ekspansinya
yang tidak di ikuti dengan pembinaan wilayah taklukannya, disamping seratus
tahun setelah penaklukan Konstantinopel (Sekarang Istanbul), para sultannya
lemah-lemah.
Hal-hal tersebut di atas mendorong
lahirnya peradaban yang tidak dapat di lepaskan dari hasil penaklukan
Konstantinopel. Dinasti Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari
bangsa Persia. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, dinasti Utsmani di
pengaruhi oleh Romawi Timur (Konstantinopel). Namun, jauh sebelum mereka
berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama mereka masuk islam,
bangsa Arab telah menuntun mereka dalam bidang agama, prinsip-prinsip
kemasyarakatan dan hukum. Oleh karena itu, huruf Arab dijadikan huruf
resmikerajaan (Yatim, 1995: 288). Selain itu, faktor-faktor yang pernah ditorehkan
pada masa dinasti Utsmani secara umum, yaitu:
1. Adanya
sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa, menyebabkan
mereka hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
2. Tidak
adanya deskriminisasi dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai
kedudukan tinggi tidak terbataspada satu kelompok atau keturunan sultan saja.
3. Kepengurusan
organisaasi yang cakap.
4. Pihak
Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru.
5. Dinasti
Utsmani menggunakan tenaga-tenaga yang professional dan terampil.
6. Menjaga
hubungan sosial yang baik.
7. Rakyat
yangmemeluk agama Kristen hanya di bebani biaya perlindungan.
8. Toleransi
kepada setiap pemeluk agama.
9. Tidak
fanatik agama.
A. Kemajuan
dalam Kajian Hadis di Masa Turki Utsmani
Salah satu kemajuan hadis pada kurun waktu 655H – Masa
kedinastian Turki Utsmani sampai sekarang adalah :
1.
Menerbitkan
isi kitab-kitab hadits, menyaringnya dan menyusun kitab-kitab takhrij.
Serta membuat kitab-kitab jami’ yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkan
hadits tentang hukum, mentakhrijkan hadis-hadis yang terdapat dalam beberapa
kitab, mentakhrijkan hadits-hadits yang terkenal dalam masyarakat dan menyusun athraf.[2]
Di antara kitab-kitab
yang disusun dalam periode ini adalah :
Kitab-kitab Zawa’id
Dalam periode ini ulama’ mulai mengumpulkan hadits-hadits
yang tidak terdapat dalam kitab-kitab yang sebelumnya ke dalam sebuah kitab
tertentu. Kitab-kitab itu mereka namai kitab Zawa’id. Di antara kitab
zawa’id yang terkenal adalah :
a.
Zawa’id
Sunan Ibni Majjah (yakni hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah
yang tidak terdapat dalam kitab-kitab lain).
b.
Ithhaf
al-Muharah bi Zawa’id al-Masanid al-Asyrah.
c.
Zawa’id
as-Sunan al-Kubra, yaitu hadis-hadis yang tidak terdapat dalam kitab
enam.
Ketiga kitab ini
disusun oleh Al-Bushiry (804 H.).
d.
Majma’
az-Zawa’id, susunan Al-Hafizh
Nuruddin Abu- al-Husain al-Haitsamy (807 H.).
Dan masih banyak
kitab-kitab zawa’id yang lain.[3]
Kitab-kitab
Jawami’ yang Umum
Ulama’ hadis dalam periode ini mengumpulkan pula
hadis-hadis yang terdapat dalam beberapa kitab kedalam sebuah kitab khusus. Di
antara kitab yang merupakan jawami’ yang umum adalah :
a. Jami’ al-Masanid was-Sunan al-Hadi li Aqwani Sanan, karya Al-Hafiz Ibnu Katsir (774 H.). Dalam kitab ini dikumpulkan
hadi-hadis dari Shahih al-Bukhary, Shahih Muslim, Sunan an-Nasa’y, Sunan Abi
Daud, Sunan at-Tirmidzy, Sunan Ibni Majjah, Musnad Ahmad, Al-Bazzar, Abu Ya’la,
dan Mu’jam al-Kabir (susunan at-Thabrany).
b. Jami’ al-Jami’, susunan al-Hafiz Sayuthy (911 H). Dalam kitab ini
dikumpulkan hadis-hadis kitab enam dan lain-lain. Kitab ini mengandung banyak
hadis dha’if dan maudhu’.
Alauddin al-Hindy (975 H.). telah menerbitkan kitab-kitab
ini dalam sebuah kitab yang dinamai al-Ummal fi Sunan al-Aqwali wal-Af’al kemudian
diringkaskannya dalam kitab Muntakhabu Kanz al-Ummal. As-Sayuthy sendiri
telah mengikhtisari kitab itu. Mukhtasarnya dinamai Al-Jami’ ash-Shaghir fi
Hadis al-Basyir an-Nadzir.[4]
Kitab-kitab yang Mengumpulkan Hadis-hadis Hukum
Di antara kitab-kitab itu adalah :
a.
AL-Imam
fi Ahadits al-Ahkam, susunan
Ibnu Daqiq al-Ied (702 H.).
Kitab ini disyarahkan
dalam kitab Al-Imam, sebuah syarah yang sangat besar.
b.
Bulugh
al-Maram min Ahadis al-Ahkam, oleh
Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalany
(852 H.). kitab ini mengandung 1.400 buah hadis dna telah di syrahkan
oleh banyak ulama’. Diantaranya Al-Qadhi Al- Husain Muhammad ibn Isma’il
as-Shan’any (1182 H.). dalam kitab
yang bernama subul as-Salam dan Siddiq Hasan Khan (1307 H.). dalam kitab bernama Fath
al-‘Allam.[5]
Kitab-kitab Takhrij Hadis dan Yang Terkenal dalam
Masyarakat
Kitab-kitab hadis takhrij yang terkenal dalam masyarakat
bermacam-macam diantaranya:
a. Al-Maqashid al-Hasanah, oleh As-Skhawy. Kitab ini telah di ikhtisarkan oleh murid-murid beliau Abd ar-Rahman ibn ad-Daiba’ asy-Syaibani dan dinamai Tamyiz ath-Thayibi min al-Khabits.
b. Tashil as-Subul ila Kasyf al-Libas, ioleh Izzuddin Muhammad ibn ahmad al-Khalily (1507 H.).
c. Kasyf al-Khafa’ wa Muzil al-Albas, oleh Al-Hafiz Al-Ajaluny (1162 H.). Kitab ini amat bermanfaat.[6]
a. Al-Maqashid al-Hasanah, oleh As-Skhawy. Kitab ini telah di ikhtisarkan oleh murid-murid beliau Abd ar-Rahman ibn ad-Daiba’ asy-Syaibani dan dinamai Tamyiz ath-Thayibi min al-Khabits.
b. Tashil as-Subul ila Kasyf al-Libas, ioleh Izzuddin Muhammad ibn ahmad al-Khalily (1507 H.).
c. Kasyf al-Khafa’ wa Muzil al-Albas, oleh Al-Hafiz Al-Ajaluny (1162 H.). Kitab ini amat bermanfaat.[6]
Kitab-kitab Athraf
Sebagaimana dalam periode keenam muncul kitab-kitab
athraf yang disusun oleh tokoh-tokoh hadis, maka dalam periode ini tergerak
pula beberapa orang ulama’ menyusun kitab-kitab athraf itu, seperti:
a.
Ith-haf
Maharah bi Athraf al-Asyrah, oleh
Ibnu Hajar Al-Asqalany.
b.
Athraf
al-Musnad al-Mu’tali bi Athraf al-Musnad al-Hanbaly, oleh Ibnu Hajar.
c.
Athraf
al-Hadis al-Mukhtarah. oleh
Ibnu Hajar al-Asqalany.
d.
Athraf
al-Musnad Firdaus, oleh Ibnu Hajar
e.
Athraf
as-Shahih Ibni Hibban, oleh
Al-Iraqy
Inilah beberapa usaha penting oleh ulama’ untuk
mengumpulkan hadis, menerbitkannya. Dan dalam periode inilah lahir kitab-kitab
syarah hadis yang besar-besar, seperti Fath al-Bari, ‘Umdat al-Qari, Irsyad
as-Sari dan lain-lain.
Adapun tokoh-tokoh hadis yang terkenal dalam masa ini
yaitu :
Az-Zahaby (748
H), Ibnu Sayyid an-as (734 H), Ibnu Daqieq al-Ied, Mughlatai (862 H),
Al-Asqlany (852 H), Ad-Dimyaty (705 H), Al-Ainy (855 H), As-Sayuty (911 H), Az
Zarkasy (794 H), Al-Mizzy (742 H), Ibnu Rajab (795 H), Ibnu Katsir (744 H),
Az-Zaila’y (762 H), Ibnu Rajab (795 H), Ibnu Mulaqqin (804 H), Al-Bulqiny (8-5
H), Al-Iraqy (806 H), Al-Haitsamy (807 H), Abu Zur’ah (862 H).[8]
B.
Perdaban
dan Kebudayaan Masa Turki Utsmani
Pada masa Dinasti Turki Utsmani mengalami perkembangan dan kemajuan dalam peradaban dan kebudayaan diantaranya, yaitu :
1. Bidang
Militer
SElama pemerintahan Turki Utsmani,
kemajuan dalam bidang militer lebih menonjol dibandingkan dengan bidang-bidang
lainnya. Dengan adanya kondisi objektif yang dihadapi Turki Utsmani, para
pemimpin mewujudkan pemerintahan yang berdasarkan sistem dan prinsip
kemiliteran. Contohnya saja pada zaman Sultan Muhammad II atau yang familiar
disebut al-fatih (Sang Penakluk) atas keberhasilannya menaklukkan
kekuatan terakhir imperium Romawi Timur yang berpusat dikota Konstantinopel.
Setelah berlangsungnya pengepungan selama 53 hari, Konstantinopel jatuh ke
tangan kekuasaan Sultan Muhammad II pada tahun 1453M.
2. Bidang
Pemerintahan
Dalam sistem pemerintahan sendiri, sultan
adalah penguasa tertinggi. Pelantikan sultan sendiri mengikuti system feudal
(berhubungan dengan pemerintahan yang di kuasai oleh kaum bangsawan/elit)[9].
3. Bidang
Agama dan Budaya
Kebudayaan turki merupakan perpaduan
antara kebudayaan Persia, Byzantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka
banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam kehidupan
istana. Organisasi pemerintahan dan prinsip-prinsip kemiliteran mereka dapatkan
dari kebudayaan Byzantium. Sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan
ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
4. Bidang
Intelektual
Kemajuan bidang intelektual pada masa ini
nampaknya sedikit menonjol di bandingkan bidang politik. Dari aspek-aspek
intelektual pada periode ini adalah sebagai berikut :
a. Terdapat
tiga buah surat kabar yang muncul pada masa ini yaitu : Berita Harian Takvini
Veka (1831 M.), Jurnal Tasviri Efkyar (1862 M.), dan Terjumani
Ahval (1860 M.)
b. Dalam
bidang pendidikan, dinasti Utsmani melakukan pengorganisasian sebuah sistem
pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Utsmani pertama didirikan di
Izmir pada tahun 1331 M.
5. Bidang
Bahasa
Pada masa ini muncul sastrawan-sastrawan
dengan hasil karya setelah menamatkan studi diluar negri. Diantaranya Ibrahim
Shinasi pendiri surat kabar Tasviri Efkyar. Diantara karya yang
dihasilkannya yaitu the Poets Wedding (Komedi). Salah seorang
pengikutnya adalah Namik Kemal dengan karyanya Fatherland atau Silistria.
Disamping itu terdapat Ahmad Midhat dengan Entertaining Tales dan
Mahmed Taufiq dengan Year in Istanbul.
6. Bidang
Seni dan Arsitektur
Bidang-bidang seni dan arsitektur yang
muncul pada masa dinasti Utsmani sangatlah beragam, seperti bentuk kubah
masjid, seni bangunan, kaligrafi, interior design, painting dan cover
buku. Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh para sultan dinasti Utsmani
adalah membangun masjid untuk menandai wilayah yang telah ditaklukannya,
seperti Masjid Muhammad al-Fatih, Majid Agung Sulaiman, Masjid Ayub al-Anshori
dan Masjid Aya Shopia yang asalnya gereja St. Shopia (Pada masa Konstantinopel)
yang merupakan peninggalan seni dan arsitektur Utsmani yang sangat dikagumi
dunia sampai saat ini.
C. Runtuhnya
Turki Utsmani
1. Sesungguhnya
sebab-sebab keruntuhan pemerintahan Utsmani sangatlah banyak, yang semuanya
tersimpul pada semakin menjauhnya
pemerintahan Utsmani demi pemberilakuan syariah Allah yang menyebabkan kesempitan dan kesengsaraan bagi umat di
dunia. Paling tidak terdapat dua dosa yang dengan sebab keduanya Allah
hancurkan sebuah negri dan menyiksa bangsanya, yaitu:
A. Menentang
para rosul dan kufur dengan apa yang mereka bawa.
B. Kufur
terhadap nikmat dengan penuh congkak, pongah, dan menyepelak kebenaran serta
menghina manusia, menzhalimi orang-orang lemah dan berlaku menjilat terhadap
orang-orang kuat, melakukan kefasikan dan kedurhakaan yang melampaui batas
serta tertipu dengan kekayaan.
Di suatu sisi penyabab runtuhnya kerajaan
Turki Utsmani ini adalah terdapat beberapa penyimpangan, diantaranya yaitu:
1. Salah
satu bentuk kebenaran iman adalah adanya loyalitas(wala’) dan disloyalitas
(bara’)
2. Penyempitan
makna ibadah
3. Menyebarnya
fenomena Syirik, Bid’ah dan Khurafat
4. Sufi
yang menyimpang
5. Gencarnya
aktivitas kelompok-kelompok yang menyimpang
6. Tidak
adanyab pemimpin Robbani
PENUTUP
Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa Dinasti Utsmani didirikan oleh Utsman ibn Erthogril ibn
Sulaiman Syah dari suku Qoyigh Oghus Turki. Erthogril membantu Sultan
Alauddin II melawan Romawi Timur sehingga dinasti Saljukn mengalami kemenangan.
Secara
umum, faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dinasti Turki Utsmani adalah; pertama,
adanya sistem pemberian hadiah
berupa tanah kepada tentara yang berjasa; kedua, tidak ada
diskriminisasi dari pihak penguasa; ketigapihak Turki memberikan
perlakuan yang baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada hak
rakyat secara penuh, baik dalam kehidupan beragama maupun kemasyarakatan; keempat,
Dinasti Utsmani telah menggunakan tenaga-tenaga yang professional dan
terampil; kelima, kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat
penduduk negri-negri bahkan untuk memeluk islam; keenam, rakyat yang
memeluk agama Kristen hanya di bebani biaya perlindungan (Jizyah) yang
relative murah dibandingkan masa pemerintahan Bizantium; kedelapan, semua
penduduk diberikan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai kepercayaan
masing-masing; kedelapan, Turki Utsmani tidak fanatik terhadap agama.
Sedangkan
yang menyebabkan keruntuhan Utsmani adalah luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem
pemerintahan yang di tangani oleh orang-orang yang tidak cakap, hilangnya
keadilan, merajalelanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas, kehidupan yang
bermegahan, merosotnya perekonomian yang di sebabkan peperangan yang sebagian
besar mengalami kekalahan, serta
timbulnya gerakan Nasionalisme.
DAFTAR
PUSTAKA
As-Shallabi, Muhammad, di
terjemah kedalam bahasa Indonesia oleh : Rahman Samson, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Syaefuddin Machfud, Dinamika
Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013.
Amin, Kamaruddin, Menguji
Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta Penerbit Hikmah,
2009.
Ya’kub, Ali Musthafa, Kritik
Hadis, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang :
Pustaka Rizki Putra,2009.
[1]
Dalam literatur Indonesia, bangsa qayih Oghuz ini juga dikenal dengan sebutan bangsa koyi (Machfud
Syaefuddin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, hlm. 184
[2] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 88.
[3] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 89.
[4] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 89.
[5] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 90.
[6] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 92.
[7] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 91
[8] Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Rizki Putra, Semarang, 2009, hlm. 92.
[9] Sumber
: KBBI
0 komentar:
Post a Comment