Showing posts with label HISTORIOGRAFI. Show all posts
Showing posts with label HISTORIOGRAFI. Show all posts
Historiografi Thucydides, blogspot.com

Pada pengantar ini membahas mengenai Thucydides dan kehidupannya, kemudian pada bahasan berikutnya disajikan hubungan Thucydides dengan historiografi dan karya sejarahnya. Thucydides adalah seorang sejarawan kedua dari zaman Yunani Klasik setelah Herodotus. Thucydides lahir pada tahun 460 SM. Dia merupakan penduduk Athena yang memiliki ayah bernama Olorus.
Thucydides keturunan Thrase dan sebagai pemilik tambang emas di Thrace yang menghadap Pulau Thasos dan menurut cerita dia termasuk orang berpengaruh[1] . Thucydides lahir di kota Alimos yang menghubungkan antara Athena dan Miltiades. Dia mengatakan bahwa ia adalah seorang Anthenian[2] . Thucydides memiliki dua rumah dan ia sering berpindah-pindah, yaitu Athena dan Thrace. Faktor keluargalah yang membuat Thucydides menulis sejarah.
Pada usianya yang kedua puluh tahun, perang Peloponnesian dimulai, yaitu pada 431 SM. Pada 424SM, Thucydides diangkat menjadi
Strategies , satu dari sepuluh orang jenderal yang dipilih setiap tahun. Thucydides memimpin pasukan dengan tujuh buah kapal atau armada di daerah Thraceward [3] . Namun, Thucydides gagal menguasai kota Amphipolis dengan jenderal Sparta Brasidas yang melancarkan serangan mendadak di musim dingin. Kemudian, dia diadili dan menjalani pengasingan di Athena. Pengasingannya berakhir pada saat kekalahan Athena saat berperang pada 404 SM. Thucydides dikenal sebagai orang yang pembawaannya kering, tanpa humor, dan pesimistik. Thucydides kembali ke Athena dan meninggal sebelum 400 SM.
Perlu untuk diketahui, Thucydides juga pernah belajar ilmu Sophist. Guru-gurunya berasal dari Athena dan banyak mengajarkan tentang kebenaran. Pengetahuan yang ia miliki berupa filosofi dan astronomi. Thucydidas menulis selalu dekat dengan kebenaran dan tidak penuh kebohongan, bahkan bisa dikatakan tulisan Thucydides lebih jujur daripada Herodotus. Oleh karena itu, Thucydides disebut sebagai
storyteller yang baik.

2. Thucydides dan Historiografi
Sumbangan Thucydides terhadap historiografi terletak pada bidang kritik dan metodologi. Menurutnya, akurasi atau ketepatan pernyataan jauh lebih penting dan bernilai bagi sejarah dibandingkan dengan narasi yang bersifat retoris. Akurasi data harus menjadi pondasi bagi penulisan sejarah yang benar. Norma utama kedua dalam penulisan sejarah, menurut Thucydides adalah masalah relevansi dan kebenaran suatu sumber sejarah. Pada norma ini sejarawan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam menseleksi sumber melalui langkah-langkah kritik. Kemudian, Thucydides disebut sebagai “Bapak Sejarah Kritis”.
Thucydides meyakini bahwa nilai-nilai praktis sejarah, yakni sebagai sumber keteladanan. Menurutnya, pengetahuan yang akurat tentang sesuatu yang telah terjadi akan berguna karena hal-hal serupa akan terjadi lagi. Dalam sejarah akan ada pola-pola yang berulang. Untuk itu, agar tulisan bermanfaat karena keakuratnnya, Thucydides secara ketat melakukan seleksi sumber mendasarkan kisah pada informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Serta mengorganisasikan dan menginterpretasikannya.Thucydides menulis dengan kebenaran yang nyata. Hal yang harus diingat adalah Thucydides mengenalkan premis-premis metodologi sehingga ia disebut sebagi sejarawan.
Tulisan sejarah Thucydides seolah ingin menunjukkan kepada umum bahwa konsep dari karyanya menyatakan prinsip yang diatur dalam komposisi yang dinamis. Tulisannya memegang secara sungguh-sungguh arah yang telah dipilih. Bahkan, ia sangat memperhatikan keakuratan data dan relevansi[4] . Karyanya yang paling populer adalah sejarang perang Peloponnesia, yang disebut dengan History of The Pelopponesian War. Dalam halaman pengantar, Thucydides meyakini akan pentingnya tema yang dia bahas dalam bukunya. Dalam pandangannya, perang Peloponnesia merupakan perang terbesar yang pernah mengguncang orang Yunani yang juga meluas ke sebagian orang Barbar, orang pun mengatakan ini adalah guncangan terbesar bagi kebanyakan manusia. Ia juga menyatakan bahwa tulisan Herodotus dan Homerus menjadi literaratur dalam karya sejarahnya.
Perang Peloponnesia merupakan perang antarorang Yunani dengan Sparta yang berlangsung sekitar 431-404 SM. Thucydides membeberkan alasan terkejam terjadinya perang Peloponnesia, yaitu ekspansionisme Athena. Adapun perbedaan antara Athena dan Sparta. Athena merupakan negara yang memiliki kekuatan bahari. Armada laut Athena yang membebaskan Ionia dari kekuasaan Persia. Anggota angkatan lautnya diberi gaji dan dijadikan anggota majelis sehingga Athena dikenal dengan watak demokratis. Namun berbeda dengan Sparta yang cenderung militer dan menyokong angkatan darat dengan pasukan artileri bersenjata berat. Sparta juga melakukan pemaksaan militer. Perang terjadi ketika Athena meluaskan pengaruhnya di negara yang termasuk liga Peloponnesia dan memiliki konflik dengan Corinth mengenai Corrycra.
Thucydides juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu
Ia tidak sepenuhnya mampu memegang konsep waktu atau memandang fakta-fakta dalam perspektif sejarah. Bagaimanapun juga, peristiwa dalam dimensi sejarah harus jelas tahap-tahap kewaktuannya. Yang terjadi pada suatu masa berkait dengan banyak-banyak hal pada masa-masa sebelumnya.
Ia tidak memiliki apresiasi yang kuat terhadap nilai penting faktor-faktor geografi dalam sejarah
Ia terlalu membatasi kajian sejarah pada bidang politik diplomasi dan militer yang bersifat eksternal
Ia mengabaikan signifikasi kekuatan-kekuatan kultural, sosial, dan ekonomi dalam proses sejarah. Kisah sejarah politik yang disusun tidak dieksplorasi lebih lanjut keterkaitannya dengan berbagai hal yang bersifat nonpolitik.
Thucydides memiliki beberapa perbedaan dengan Herodotus. Thucydides dimasukkan dalam sejarawan politik sedangkan Herodotus dikelompokkan dalam sejarawan kebudayaan. Thucydides memiliki pengaruh besar dalam membawa historiografi di bawah dominasi politik sampai akhir abad 19. Selain itu, Thucydides tidak pernah menggunakan cerita rakyat seperti Herodotus (The Lier). Dia cenderung menggunakan riset dan memiliki bukti-bukti khusus, seperi militer dan politik dan karyanya tidak pernah melantur dari pokok bahasan sehingga berbeda dengan Herodotus yang selalu memakai “kata orang” atau legenda yang berkembang di masyarakat tanpa melakukan riset.
Thucydides memakai inskripsi dan bukti yang disediakan oleh orakel-orakel untuk melengkapi dan memperkuat catatannya tentang peristiwa. Bukti material juga digunakan untuk menyempurnakan catatannya tentang kejadian masa lampau, misalnya dia memakai bukti arkeologis untuk menunjukkan bukti arkeologis untuk menunjukkan bahwa bangunan tembok kota di Athena pada 478 dibuat secara terburu-buru. Fokus Thucydides pada perang membuatnya menjadi sejarawan terkenal. Metode riset yang digunakan Thucydides menjadi populer di kalangan sejarawan. Thucydides sebenarnya tidak ingin pembaca hanya mengagumi metodologi dan kemampuan literernya, tetapi juga mempersilakan pada pembaca untuk memikirkan dan menyadari apa yang terjadi ketika orang tidak lagi memiliki panduan moral dan sosial untuk bertindak.

3. Karya Thucydides
Adapun karya Thucydides yang dianggap penting, yaitu karya monumentalnya berjudul History of The Pelopponesian War yang terjalin 8 jilid. Pada jilid 1 sampai empat mengenai sepuluh tahun pertama perang Peloponnesia, Perang Achidamia, antara Athena dan Sparta, dan perjanjian damai Nicias pada 431 sampai 421 SM dan jilid kelima membahas penyelesaian konflik pada tahun antata 421 SM sampai 413 SM. Pada jilid enam dan tujuh berisi upaya Athena untuk menaklukan Sicily pada 415 sampai 413SM. Jilid delapan mengungkap pendudukan Sparta terhadap benteng Decelea di wilayah Athena.

PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI ZAMAN YUNANI KUNO
Penulisan sejarah muncul di Yunani awalnya berbentuk sebuah puisi yang merupakan karya Homer. Karya tersebut dituliskan berdasarkan cerita-cerita lama yang mengandung informasi mengenai kebudayaan dan masyarakat pada zamannya. Pada abad ke-6 SM penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di Lonia. Hal ini dikarenakan masyarakatnya pada waktu itu memungkinkan perorangan untuk berekspresi. Adanya kebebasan untuk berfikir dan berfilsafat kritis.
Para Sejarawan Yunani pada umumnya berasal dari golongan keluarga yang berada dalam lingkup kekaisaran. Mereka disamping menjadi seorang sejarawan, diantaranya juga sudah ada yang menjalani profesi sebagai guru, dokter, militer, politikus, atau pegawai. Profesi ini tetap mereka jalani baik itu dari sebelum mereka menjadi sejarawan ataupun saat mereka masih menjadi seorang sejarawan. Para Sejarawan pada zaman Yunani ini menulis tentang sejarah lama, kontemporer, ataupun sejarah zamannya sendiri. Lingkup geografinya mencakup Yunani dan sejarah lokal khususnya sejarah Attica. Sejarawan Yunani umumnya menulis atau mengisahkan tentang sejarah masa lampau berdasarkan pada cerita rakyat, kisah-kisah yang disampaikan secara turun-temurun oleh para penulis terdahulu. Pada awalnya tradisi penulisan sejarah pada zaman Yunani kuno adalah apa yang disebut dengan tradisi Homerus.s


Penulisan Sejarah Oleh Taufik Abdullah, ahmadnajip.files.wordpress.com

BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah merupakan suatu ilmu tentang peristiwa masa lalu yang  terjadi pada suatu masyarakat atau bangsa dalam kurung waktu tertentu dan sifatnya berkelanjutan. Sehingga sejarah tidak dapat dikatan sebagai suatu karya yang sudah selesai.
Sebelum Indonesia dijajah oleh Belanda, tulisan masyarakat masih bersifat tradisional yang tertulis dalam bentuk tambo, hikayat, silsilah, babad, kidung dan lain-lain. Namun setelah Belanda menduduki Nusantara, penulisan sejarah berubah menjadi satu tulisan yang dikenal dengan istilah historiografi kolonial. Namun pada saat kemerdekaan diperoleh, bangsa Indonesia terdorong untuk menuliskan setiap peristiwa yang dialami dengan menjadikan dirinya sebagai pemeran utama.
Perkembangan historiografi Indonesia dimulai pada munculnya ilmu kritis sejarah yang mengkritik  sumber-sumber yang  ada. Kritikan yang dilakukan bertujuan mengungkap kejadian yang sebenarnya terjadi. Seperti tokoh sejarawan Taufik Abdullah yang berusaha mengugkap kebenaran peristiwa yang terjadi dalam sejarah panjang bangsa Indonesia.
     B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan historiografi Indonesia pasca historiografi kolonial?
2.      Bagaimana Biografi Taufik Abdullah?
3.      Apa karya Taufik Abdullah dalam historiografi Indonesia?
     C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami perkembangan historiografi Indonesa pasca kolonial
2.      Mengetahui biografi Taufik Abdullah
3.      Mengetahui karya-karya Taufik Abdullah dalam historiografi Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Perkembangan historiografi Indonesia pasca historiografi kolonial
Historiografi Indonesia tidak terlepas dari tiga historiografi yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial  dan historiografi nasional. Dalam hal ini, Penulisan sejarah atau historiografi pendudukan Jepang seakan-akan diabaikan karena mereka belum merintis dan menulis sejarah yang bercirikan kekuasaannya di Indonesia.
Abad ke-17 sampai pertengahan pertama abad ke-20 disebut sebagai sejarah kolonial, yang bernafaskan Neerlandosentrisme atau Belandasentrisme.  Namun pada saat Indonesia merdeka , bangsa Indonesia berusaha menuliskan peristiwa-peristiwa yang dialami sebelum menjadi negara yang berdaulat.
Istilah konsep sejarah Indonesia atau sejarah nasional dipakai untuk memudahkan  dalam pelabelan atau penamaan sejarah bagi bangsa yang hidup di wilayah bekas jajahan Hindia Belanda. Dalam penulisan sejarah Indonesia atau historiografi Indonesia setelah penjajahan Belanda, para sejarawan berusaha mengungkap kejadian yang sebenarnya terjadi dengan mengkritik sumber-sumber dari bangsa para penjajaah itu.
Adapun perkembangan historiografi Indonesia modern dimulai pada tanggal 14-18 Desember tahun 1957, ketika itu kementrian pendidikan mengadakan Seminar Nasional Sejarah yang pertama di Yogyakarta untuk merancang sejarah nasional yang resmi. Pengembangan historiografi Indonesia bertujuan mengubah sisi pandang dunia tentang perlawanan rakyat terhadap para penjajah yang awalnya dianggap sebagai “Pemberontak”, akhirnya berubah menjadi “Pahlawan”.

      B.     Biografi Taufik Abdullah
Prof.Dr.H. Taufik Abdullah adalah sejarawan dan peneliti Indonesia, ia dilahirkan pada 3 Januari 1936 di Bukittinggi, Sumatera Barat.  Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia selalu menjadi murid yang rajin dan tekun belajar sehinngga selalu meraih prestasi yang gemilang. Dari prestasi-prestasi yang diraih, akhirnya mengantarkannya sampai ke perguruan tinggi.
Taufik Abdullah memperoleh gelar keserjanaannya dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan di Universitas Gadjah Madah  Yogyakarta pada tahun 1961 dengan skripsi berbahasa Inggris yang membahas tentang sejarah Eropa. Pada waktu itu, skripsinya menjadi satu-satunya skripsi yang menggunakan bahasa Inggris dalam jurusan sejarah di UGM. Setelah itu, ia kemudian melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar master pada tahun 1967 di Unversitas Cornell, Ithaca,  Amerika Serikat. Selanjutnya, tahun 1970, ia berhasil meraih gelar doktor di universitas yang sama dengan disertasi School dan Politics: The Kaum Muda Movement  in West Sumatera (1927-1933). Selain jalur pendidikan formal, ia juga pernah mengikuti Orientasi Program East-West Center di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat pada tahun 1964.
Taufik Abdullah mengawali karier sebagai peneliti di LIPI,dengan jabatan Kepala Bagian Umum Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (Biro MIPI), Jakarta (1962-1963) dan Asisten Peneliti Leknas (1963-1967). Kemudian ia menjadi Peneliti Leknas (1967-1974), Direktur Leknas LIPI (1974-1978) dan Peneliti Leknas LIPI (1978),sampai akhirnya iamenjabat sebagai Ketua LIPI (2000-2002).
Selain di dalam negeri, Taufik Abdullah juga aktif di luar negeri sebagai peneliti dan pegiat sosial. Ia menjadi peneliti di Departemen Ilmu Politik Universitas Chicago, Universitas Wisconsin dan Netherlands Institute for Advanced Studies in the Humanities and Social Science (NIAS) Wassenaar. Lalu menduduki posisi penting di Eksekutif Program Kajian Asia Tenggara (ISEAS) Singapura, Wakil Presiden Asosiasi Ilmu Sosial Asia Tenggara Kuala Lumpur, sertawakil Presiden Asosiasi Sosiologi Internasional Dewan Riset Sosiologi Agama.
Selain sebagai seorang peneliti, Taufik Abdullah juga merupakan seorang penulis yang cukup aktif. Ia telah menghasilkan lebih dari 150artikelyang tersebar di seluruh media massa  dan lebih dari 50 kata pengantar dalam berbagai karya, khususnya buku-buku tentang sejarah.
Sebagai seorang sejarawan dan peneliti, Taufik Abdullah selalu berpegang teguh pada etika ilmiah. Dalam etika ilmiah tersebut, kejujuran, rasionaldan jernih dalam berpikir adalah mutlak diperlukan demi mencapai integritas intelektual. 

      C.     Karya-karya Taufik Abdullah
Sebagai seorang peneliti dan sejarawan, Taufik Abdullah melahirkan banyak karya diantaranya :
1.      Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933), 1971
2.      Tentang Pemuda dan Pembangunan: Kumpulan Esei, 1972
3.      Aspek Reformasi Islam di Indonesia, 1976
4.      Islam di Indonesia: Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi, 1974
5.      Islam di Asia Tenggara, 1976
6.      Arah Gejala dan Perspektif Studi Sejarah Indonesia, 1980
7.      Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, 1982
8.      Manusia Dalam Kemelut Sejarah, 1983
9.      Ilmu Sejarah Dan Histografi, 1985
10.  Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan, 1985
11.  Dari Peristiwa ke Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia: Kumpulan Karangan, 1985
12.  Islam and Society in Southeast Asia, 1986
13.  Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia, 1987
14.  Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia, 1987
15.  Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, 1990
16.  Amanat Sejarah Ummat Islam Indonesia, 1991
17.  Sejarah ummat Islam Indonesia, 1991
18.  Pemuda dan Perubahan Sosial, 1991
19.  Sang Jenderal, 1991
20.  Film Indonesia: bagian I : 1900-1950, 1993
21.  Pengalaman, Kesadaran, dan Sejarah, 1995
22.  50 Tahun Indonesia Merdeka: 1945-1965, 1995
23.  Islam dan Pluralisme di Asia Tenggara, 1996
24.  Konsep Fungsi Ganda Koperasi di Indonesia, 1996



BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Historiografi Indonesia adalah penulisan sejarah tentang peristiwa-peristiwa yang dilalui oleh masyarakat baik itu sebelum penjajahan, masa penjajaha dan pasca penjajahan. Tujuan dari historiografi yaitu menggungkap jati diri bangsa Indonesia melalui peristiwa-peristiwa pada masa lampau
Taufik Abdullah adalah salah satu sejarawan yang memilki prestasi yang laurbiasa dibidang pendidikan dan karier. Sebagai sejarawan, ia memiliki peran penting dalam historiografi Indonesia. Melalui karyanya, ia berusaha mengungkap tentang kebenaran sejarah bangsa Indonesia.

      B.     Saran
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah kami masih terdapat kekurangan,maka dari  itu sangat diharapkan masukan atau kritik yang membangun,sehingga pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Sejarawan Indonesia dan Zamannya, bimbinganislam.com

A.    Latar Belakang
Berbicara tentang historiografi tidak bisa lepas dari peran para sejarawan dalam menghasilkan sebuah tulisan sejarah. Sejarawan melalui karya-karyanya dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam upaya pemahaman yang lebih akurat terhadap sejarah secara keseluruhan. Selain mereka yang terdidik sebagai sejarawan, sejarawan juga dapat datang dari disiplin lain dan masyarakat. Karena pada dasarnya setiap orang mampu menjadi sejarawan jika obsesi mereka adalah sejarah.
Di Indonesia terdapat pula tokoh-tokoh sejarawan yang mempengaruhi perkembangan historiografi Indonesia. Perkembangan historiografi Indonesia diawali dengan historiografi tradisional kemudian historiografi kolonial yang bersifat Eropa-Sentris. Setelah Indonesia merdeka muncul historiografi nasional yang bersifat Indonesia–Sentris dan yang terakhir adalah historiografi modern. Perkembangan upaya penulisan sejarah tersebut berjalan bersamaan dengan perkembangan rakyat dan bangsa Indonesia juga pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan modern.

    B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi dari tokoh sejarawan Indonesia?
2.      Bagaimana keterkaitan sejarawan Indonesia dan zamannya dalam historiografi Indonesia?
3.      Bagaimana pengaruh sejarawan Indonesia terhadap historiografi?

     C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui biografi sejarawan Indonesia;
2.      Menjelaskan keterkaitan sejarawan Indonesia dan zamannya dalam historiografi Indonesia;
3.      Mengetahui pengaruh sejarawan Indonesia terhadap historiografi Indonesia;
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Sejarawan Indonesia
1.      Sartono Kartodirdjo
Prof. Dr. Aloysius Sartono Kartodirdjo lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, pada tanggal 15 Februari 1921. Ia meninggal di Yogyakarta, 7 Desember 2007 pada umur 86 tahun. Ia adalah pelopor dalam penulisan sejarah dengan cara pandang Indonesia. Semasa hidupnya, ia menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada dan dinobatkan sebagai Guru Besar UGM, selain mengajar di UGM ia juga mengajar di IKIP Bandung yang sekarang bernama UPI Bandung. Sartono Kartodirdjo meninggal dunia di Yogyakarta, pada usia 86 tahun.
Kecintaannya terhadap sejarah dimulai ketika ia bersama keluarganya ketika berkunjung ke Candi Prambanan sewaktu usianya masih anak-anak. Ayahnya bernama Tjiro Sarojo sebenarnya menginginkan anaknya untuk menjadi seorang dokter namun karena Sartono Kartodirjo takut dengan darah maka ia tidak bisa menyanggupi keinginan ayahnya. Walaupun demikian ia merasa tidak mengecewakan hati orang tuanya sebab menurutnya ia juga memberikan terapi bagi orang lain. Sebab dengan berpegang pada sejarah yang benar. Kemajuan sebuah bangsa dapat terjaga, Keperibadian bangsa juga berakar dari sejarahnya.[1]
Dalam bukunya  yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono membagi pengertian sejarah menjadi dua yaitu sejarah pada pengertian subjektif dan sejarah dalam pengertian objektif. Sejarah dalam pengertian subjektif menurutnya yaitu bangunan yang disusun penulis sebagi uraian atau cerita. Sedangkan sejarah dalam pengertian objektif adalah proses sejarah dalam aktualitasnya. Adapula desetasinya yaitu yang membahas gerakan sosial dalam bentuk pemberontakan petani banten.[2]

2.      Soedjatmoko
Soedjatmoko dilahirkan di Sawah Lunto, Sumatera Barat, pada 10 Januari 1922 dengan nama Soedjatmoko Mangoendiningrat. Pada usia dua tahun, Soedjatmoko turut dengan ayahnya, Saleh Mangoendiningrat, yang mendapatkan beasiswa lima tahun untuk belajar ilmu kedokteran di Belanda. Perantauan masa muda itu bermanfaat bagi Soedjatmoko yang cenderung mampu memahami bahasa Belanda dengan cepat. Pada usia tujuh tahun ia kembali ke Hindia-Belanda dan melanjutkan studinya di sekolah tingkat dua, HBS Surabaya dan kemudian sekolah kedokteran di Batavia.
Pada tahun 1943-1945 Soedjatmoko memutuskan untuk pergi ke Surakarta setelah dirinya dikeluarkan dari sekolah akibat keterlibatannya dalam gerakan anti-Jepang. Soedjatmoko menghabiskan waktu dua tahunnya di Kota Surakarta dengan membaca banyak buku. Buku-buku loakan yang dibelinya seperti karya Henri Bergson, Max Scheler, Karl Jaspers serta Martin Heidegger makin mengembangkan intelektualitas Soedjatmoko. Soedjatmoko juga menyempatkan mempelajari mistik Islam, Katolik, India dan alam kebatinan Jawa. Bahkan Soedjatmoko sempat berdialog dengan Ki Ageng Suryomentaram dan tak habis pikir mengapa tokoh ini diam ketika alam pikiran Jawa terancam oleh ideologi Jepang.
Pada tahun 1946, Soedjatmoko kembali ke belantara politik Jakarta sebagai Asisten Editor Siasat. Kiprahnya harus dihentikan pada tahun 1947 ketika Sutan Sjahrir menugaskan Soedjatmoko sebagai delegasi dan pengamat Indonesia dalam PBB hingga tahun 1950-an. Pada tahun 1951 Soedjatmoko pulang ke Indonesia dan memutuskan untuk melanjutkan kiprah politik serta jurnalistiknya sebagai editor harian Pedoman, Siasat serta Penerbit Pembangunan. Di bawah bendera penerbitannya, Soedjatmoko sempat menerbitkan novel Doctor Zhivago karya Boris Pasternak, sebuah novel yang terang-terangan memprotes komunisme dan pemerintahan autoritarian.[3] Karir politik Soedjatmoko juga meningkat. Sebagai anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI), Soedjatmoko terpilih sebagai anggota Badan Konstituante dalam pemilu 1955. Tahun 1957 menjadi amat penting bagi pemikirannya tentang sejarah dan historiografi Indonesia. Soedjatmoko bersama dengan Muhammad Yamin dan A.Sartono Kartodirdjo menggelar Seminar Nasional Sejarah pertama di Universitas Gadjah Mada yang merupakan tanggapan terhadap arus perumusan arah penulisan sejarah Indonesia yang dikemukakan Komite Sejarah Nasional pada tahun 1951. Dalam kesempatan itu Soedjatmoko menunjukkan kekhawatirannya terhadap semangat ultra-nasionalitsik dalam penulisan sejarah.
Perhatian Soedjatmoko terhadap sejarah dan historiografi Indonesia semakin mendalam ketika Soedjatmoko berkesempatan menjadi dosen tamu di Departemen Sejarah Cornell University. Dalam momen tersebut, Soedjatmoko mengembangkan pemikirannya melalui penulisan sebuah buku pengantar historiografi Indonesia. Di dalam buku tersebut Soedjatmoko bertindak sebagai editor dan menyumbangkan dua tulisan pada bagian pengantar dan akhir buku.

3.      Taufik Abdullah
Taufik Abdullah lahir di Bukittinggi, pada tanggal 3 Januari 1936. Ia memperoleh gelar kesarjanaannya pada tahun 1961 dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM. Kemudian pada tahun 1970 ia melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar master dan doktor di Universitas Cornell, Ithaca Amerika Serikat. Pada tahun 1971 desertasinya yang berjudul School and Politics : The Kaum Muda Movement in West Sumatra, diterbitkan oleh Universitas Cornell. Ia adalah sejarawan yang tajam dalam mengulas peristiwa masa lalu.
Taufik mengawali karier sebagai peneliti di LIPI, dengan jabatan Kepala Bagian Umum Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (Biro MIPI), Jakarta (1962-1963) dan Asisten Peneliti Leknas LIPI (1963-1967). Kemudian ia menjadi Peneliti Leknas (1967-1974), Direktur Leknas LIPI (1974-1978) dan Peneliti Leknas LIPI (1978), sampai menjabat sebagai Ketua LIPI (2000-2002). Selain sebagai seorang peneliti, Taufik juga merupakan seorang penulis yang cukup aktif. Tulisannya tersebar di berbagai media dan jurnal, baik lokal maupun luar negeri. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 30 buku yang berhasil diselesaikannya. Atas karya-karyanya itu, pada tahun 2009 Taufik memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dariUniversitas Indonesia.[4] Beberapa karyanya yaitu: Sejarah dan Kesadaran Sejarah, Ilmu Sejarah Dan Histografi, Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan,masalah sejarah dan daerah dan kesadaran sejarah dan school and politics : The Kaum Muda Movement In West Sumatra.[5]
Menanggapi perkembangan sejarah di Indonesia, ia berpendapat bahwa spiral kebodohan masih terjadi di Indonesia sehingga terus menggerogoti kehidupan dan budaya yang diagungkan adiluhung. Lebih lanjut, spiral kebodohan ini terus membesar ketika tindakan kebodohan dibalas dengan kebodohan juga. Ia menjelaskan, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti semakin menjauh akibat banyak tindakan bodoh yang dilakukan dalam semua lapisan masyarakat, sehingga terus melingkar bagai spiral yang makin membesar setiap hari.[6]

4.      Kuntowijoyo
Prof. Dr. Kuntowijoyo lahir di Sanden, Bantul, Yogyakarta pada 18 September 1943. Ia mendapatkan pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo, Klaten. Ia lulus SMP di Klaten dan SMA di Solo, melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1969. Gelar MA diperoleh dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1974, dan Ph.D Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia pada tahun 1980. Ia mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan terakhir menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, dan menjadi peneliti senior di Pusat Studi dan Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia meninggal dunia pada 22 Februari 2005 di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta akibat komplikasi penyakit yang dialaminya.[7]
Kuntowijoyo tidak hanya dikenal sebagai seorang sejarahwan, sastrawan, dan budayawan tapi juga seorang cendekiawan muslim yang banyak memberikan sumbangsih bagi dunia pemikiran Islam di Indonesia. Dari karyakaryanya dala bentuk tulisan mencerminkan bahwa kuntowijoyo layak dijuluki semua itu. Dalam kalangan Islam, beliau adalah pemikir Islam kontekstual yang sangat Indonesianis, sehingga konsep Islamnya tepat jika  diaplikasikan untuk aksi di bumi Indonesia ini. Tepatnya, dalam bahasa Islam beliau adalah sosok manusia alim, yang banyak membaca dan banyak tahu.
Dalam bidang sejarah, Kuntowijoyo sangat tepat apabila diberi gelar sejarawan propesional. Beliau tidak hanya menulis karya sejarah, akan tetapi juga menulis bagaimana seharusnya sejarah ditulis. Kuntowijoyo mengenalkan baik metode maupun metodologi sejarah sesuai dengan perkembangan ilmu sejarah.[8] Beberapa karyanya yaitu : Dinamika Umat Islam Indonesia (1985), Budaya dan Masyarakat (1987), Radikalisasi Petani (1993), Pengantar Ilmu Sejarah (1995).

B.     Historiografi Indonesia Pada Zamannya
Sejawaran dan historiografi tidak bisa dipecahkan, keduanya saling berhubungan satu sama lain, tidak akan ada historiografi jika tidak ada sejarawan dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini hubungan sejarawan dengan Historiografi Indonesia dan para sejarawan yang terkait.
Karya sejarah Indonesia baik dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan nama sejarah kontemporer) telah banyak ditulis, baik oleh sejarawan atau pemerhati sejarah bangsa kita sendiri, maupun bangsa asing. Dari berbagai penulisan sejarah Indonesia (historiografi Indonesia) dari berbagai zaman/masa; maka penulisan sejarah Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1.      historiografi tradisional
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.
Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat. Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu, hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura, dan masih banyak lagi.
2.      historiografi kolonial
Berbeda dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia.
Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Hal ini tidaklah mengherankan, sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat pokok dari historiografi kolonial ialah Eropa sentris atau Belanda sentris. Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih), seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia. Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.
Contoh historigrafi kolonial, antara lain Indonesian Trade and Society karangan Y.C. Van Leur, Indonesian Sociological Studies karangan Schrieke, dan Indonesian Society in Transition karangan Wertheim.
3.      historiografi nasional
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yakni mengingat adanya character and nation-building, Indonesia sentris, sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia, disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Contoh historiografi nasional, antara lain Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo, Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali, dan Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
Dengan demikian hubungan atau keterkaitan sejarawan Indonesia dengan Historiografi (penulisan sejarah) adalah dilihat dari zamannya yang berubah maka berubah pula pola penulisan sejarahnya, namun dalam metodologi tetaplah sama, hanya saja lebih kepada menulis sejarah tentang Indonesia lebih objektif dari sebelumnya.

C.    Pengaruh Sejarawan Terhadap Historiografi
Taufik Abdullah adalah salah satu dari sedikit saksi hidup yang melihat sekaligus terlibat dalam perkembangan historiografi Indonesia dari zaman ke zaman. Pada 1970-an, ia adalah wonderkid dalam dunia ilmu sejarah di Indonesia. Gelar doktor baru saja diraihnya dari Cornell University, salah satu kampus ternama di Amerika yang memiliki jurusan Kajian Indonesia. Ia meraih gelar Doktor di bawah bimbingan langsung George McTurnan Kahin, mahaguru para indonesianis.[9]
Kariernya cemerlang di dunia akademik dan di kemudian hari dikenal sebagai sejarawan yang tajam mengulas peristiwa masa lalu. Sebagai sejarawan senior saat ini, ia dengan rendah hati meyakini bahwa anak-anak muda yang akan memegang peranan penting dalam penulisan sejarah Indonesia.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengaruh sejarawan dan sumbangsih seorang sejarawan, khususnya sejarawan Indonesia pada historiografi sangatlah besar. Jika mereka tidak peduli terhadap sejarah Indonesia dan penulisannya sendiri, maka historiografi di Indonesia tidak akan mengalami perubahan yang signifikan.
Hal ini dibuktikan dengan berkembangan historiografi modern atau kontemporer yang lebih objektif, sistematis, juga ilmiah, dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran.
Dengan demikian, meskipun bukan taufik abdullah saja, sejarawan-sejarawan yang lain seperti yang telah disebutkan pada pembahasan pertama, merekalah yang berpengaruh besar membawa historiografi yang dapat dinikmati dan dikonsumsi publik sampai sekarang ini.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Tokoh sejarawan Indonesia dalam historiografi Indonesia memiliki peranan penting dalam penulisan sejarah Indonesia dari pra-Kemerdekaan sampai dengan merdeka, merekalah yang berjasa memperkenalkan Indonesia pada bangsa dan dunia.
Hubungannya sendiri dengan historiografi Indonesia yang sangat berkaitan adalah salah satu ciri bahwa sejarawan akan selalu berkontribusi dalam penulisan sejarah masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang.
Dengan demikian dengan banyaknya kontribusi tersebut akibatnya mempengaruhi pola historiografi yang ada di Indonesia yang dari mula-mula kolonial-sentris sampai sekarang penulisan sejarah kontemporer. Selain itu pengaruhnya menjadi sangat besar terhadap penelitian sejarah yang dilakukan.
B.     Saran
Sejarah adalah sejarawan yang membuat historiografi yang luar biasa, oleh karenanya generasi penerus bangsa harus lebih responsif terhadap peristiwa menarik yang terjadi di masa lalu untuk kemudian diteliti kembali. 
Daftar Pustaka

Peter. 2010. Sartono kartodirdjo. https://peterkasenda.wordpress.com/2010/10/26/sartono-kartodirdjo-sejarawan-multi-dimensional/, diunduh 7 November 2018
Refleksi pemikirian sejarah, https://www.academia.edu/16498930/Refleksi_Pemikiran_Soedjatmoko_Sejarah_dan_Historiografi_Indonesia, diunduh 7 November 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Taufik_Abdullah, diunduh 7 oktober 2018.
Masyarakat sejarawan Indonesia, Sejarawan Indonesia dan Karya Tulisnya. Lembaga Ilmu Pengetahuan. Jakarta: 1978.
https://www.merdeka.com/taufik-abdullah/profil/, diunduh 7 oktober 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuntowijoyo, diunduh 7 oktober 2018.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/miftahuddin-mhum/pnlitan-2014-kunto.pdf, diunduh 7 oktober 2018.
https://tirto.id/historiografi-indonesia-di-tangan-sejarawan-milenial-cwla, diunduh 7 oktober 2018.

Baca Juga: Penulisan Sejarah Oleh Mona Lohan


[2] Masyarakat sejarawan Indonesia, Sejarawan Indonesia dan Karya Tulisnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Jakarta, 1978, hlm. 9.
[5] Masyarakat sejarawan Indonesia, Sejarawan Indonesia dan Karya Tulisnya,Lembaga Ilmu Pengetahuan, Jakarta, 1978, hlm.14
[9] https://tirto.id/historiografi-indonesia-di-tangan-sejarawan-milenial-cwla, diunduh 7 oktober 2018.