Tulang Ekor, hidayatullah.com |
Al-Quran dan Sunnah merupakan dua elemen yang memiliki otoritas
tertinggi dalam permasalahan agama Islam. Dua elemen ini pada saat ini sudah
berbentuk teks berkat usaha dan perjuangan para shahabat dan ulama terdahulu.
Karena teks akan mati atau tidak berguna bila hanya dibiarkan dalam teksnya dan
akan bisa hidup dan sangat berguna bila dipelajari dan diamalkan.
Begitu juga sains, titik perbedaannya yaitu sains adalah
pengetahuan manusia melalui penelitian-penelitian yang terus berkembang hingga
saat ini. Meskipun sains merupakan sesuatu yang ilmiah dan dapat dibuktikan dan
disepakati oleh banyak orang, tetapi kebenarannya tetaplah relatif dan bisa
saja berubah pada tiap-tiap masanya dan oleh penemuan baru lainnya.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa apa saja yang berasal dari
Rasulullah yang berdasarkan wahyu pasti benar sedangkan sains itu belum tentu
benar, begitu juga hadis yang sampai pada kita juga belum tentu benar, terutama
pemahaman kita mengenai hadis jelas belum tentu benar dan barangkali juga
sangatlah salah. Dalam pembahasan ini yang dicari bukanlah untuk membenarkan
salah satunya antara pemahaman kita tentang hadis dan juga tentang sains dan
membuat kesimpulan bahwa Rasulullah telah berkata tentang ini 1400 tahun lalu
dan terbukti benar, melainkan mencari titik temu antara hadis dan sains bahwa
ada beberapa hadis yang tidak hanya berbicara tentang doktrin agama melainkan
juga tentang sains, ekonomi, politik, dan lain-lain, serta sebagai tambahan
wawasan bagi kita bahwa ada beberapa hal dalam hadis tentang sains dan telah
diteliti oleh ilmuwan yang ahli di bidangnya.
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.
Apa saja hadis
dan sains yang membahas tentang tulang ekor?
2.
Bagaimana titik
temu antara hadis dan sains dalam pembahasan ini?
II.
PEMBAHASAN
A. Teks Hadis
و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا
الْمُغِيرَةُ يَعْنِي الْحِزَامِيَّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ
إِلَّا عَجْبَ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ
(MUSLIM - 5254) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id
telah menceritakan kepada kami Al Mughirah Al Hizami dari Abu Az Zinad dari Al
A'raj dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
"Setiap anak cucu Adam dimakan tanah kecuali tulang ekor. Dari situlah ia
diciptakan dari Disitulah ia disusun (kembali)".
Kata Kunci:
عجب الذنب : Tulang ekor
يركب : Disusun kembali
Takhrij:
No.
|
Sumber
|
Nama
Kitab
|
Hadis
|
1
|
Al-Bukhori
|
Tafsir
al-Quran
|
4440
|
2
|
Al-Bukhori
|
Tafsir
al-Quran
|
4554
|
3
|
An-Nasa’i
|
Al-Janaiz
|
2050
|
4
|
Abu Dawud
|
As-Sunnah
|
4118
|
5
|
Ibn Majah
|
Az-Zuhd
|
4256
|
6
|
Ahmad
|
Baqi Musnad
al-Muksirin
|
7833
|
7
|
Ahmad
|
Baqi Musnad
al-Muksirin
|
7934
|
8
|
Ahmad
|
Baqi Musnad
al-Muksirin
|
9163
|
9
|
Ahmad
|
Baqi Musnad
al-Muksirin
|
10072
|
10
|
Malik
|
Al-Janaiz
|
503
|
B. Kualitas Hadis:
Dikarenakan penulis tidak mengetahui cara untuk melihat pendapat
ulama tentang hadis di atas apakah shahih atau tidak, maka penulis mencoba
untuk menganalisanya sendiri dengan menggunakan aplikasi CD Mausu’ah Hadis
Syarif.
Langsung saja beginilah tampilannya:
Mari kita lihat pada panel di sisi kiri, terdapat lima perawi. Dan
lihat di bawah terdapat petunjuk اتصال السند bahwa hadis ini
muttashil. Berarti telah memenuhi kaidah kesahihan yaitu ketersambungan sanad.
Selanjutnya kita melihat pada perawinya. Rawi pertama termasuk
golongan sahabat dan menempati peringkat pertama dalam ta’dilnya. Rawi kedua
menempati peringkat kedua. Rawi ketiga menempati peringkat kedua juga. Rawi
keempat menempati peringkat ketiga. Dan rawi kelima menempati peringkat kedua.
Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada perawi yang bermasalah disini yang
dapat mengganggu kesahihannya. Penilaian perawi mencangkup pada syarat
kesahihan yaitu adil dan dabit. Tapi dalam penilaian ini tidak dijelaskan
tingkat keadilan dan kedabitan perawi, melainkan hanya menjelaskan kesiqahannya
saja. Meskipun siqah adalah istilah bagi perawi yang adil dan dabit, dan bila
tidak siqah berarti perawi tidak adil dan juga tidak dabit. Karena ada dua
syarat, maka masih terdapat pertanyaan bagaimana jika perawi tidak adil tapi
dabit ataupun sebaliknya. Dan perlu diketahui bahwa penilaian perawi ini
berdasarkan penilaian Imam Ibn Hajar al-Asqalany. Karena penilaian hanya
menjelaskan kesiqahannya saja, maka untuk sementara dianggap telah memenuhi
persyaratan kaidah kesahihan sanad.
Dan untuk persyaratan tidak ada kejanggalan dan tidak ada cacat, penulis
tidak bisa menemukan penjelasannya dengan aplikasi ini. Maka sebagai kesimpulan
bahwa hadis ini secara kualitas termasuk hadis Sahih jika tanpa melihat kejanggalan
dan cacatnya.
C. Pembuktian
Teori Sains terhadap Isi Kandungan Hadis:
Hadis di atas menjelaskan firman Allah Swt., “Sesungguhnya Kami
mengetahui apa yang dihancurkan bumi dari (tubuh) mereka, dan di sisi Kami
terdapat kitab yang memelihara (mencatat).”[1]
Fokus kita pada pembahasan ini yaitu tulang ekor yang saya
dijelaskan oleh ilmuwan biologi yaitu:
The coccyx (kok’siks), commonly called the “tailbone” is formed
from four coccygeal vertebra (Co1-Co2) taht satart to unite during puberty. The first coccygeal vertebra
(Co1) articulates with the inferior end of the sacrum. In much later
years, the coccyx also may fuse to the sacrum.[2]
Four small coccygeal vertebrate fuse to form the coccyx. The
individual vertebrae begin to fuse by about age 25. The coccyx ia an attachment
site for several ligaments and some muscles. The first and second coccygeal
vertebrae have unfused vertebral arches and transverse processes. The prominent
laminae of the first coccygeal vertebrae are known as the coccygeal cornua,
which curve to meet the sacral cornua. Fusion of the coccygeal vertebrae is not
complete until adulthood. Inmales, the coccyx tends to project anteriorly, but
in females it tends to project more inferiorly. In very old individuals, the
coccyx may fuse with the sacrum.[3]
Berbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa
ketika tubuh manusia yang telah mati dikubur di dalam tanah, kemudian menyatu
dengan muasal sejatinya, yaitu tanah dan air, ada bagian penting dari tubuh
mereka yang tersisa. Karena itulah ayat al-Quran di atas mempergunakan ungkapan
“apa yang dihancurkan bumi dari (tubuh) mereka”. Ayat itu seakan-akan
hendak menegaskan bahwa muasal mereka tetap ada ketika bagian tubuh lainnya
musnah dihancurkan bumi. Hadis-hadis Rasulullah menjelaskan apa yang tersisa
setelah jasad mereka menyatu dengan tanah, yaitu tulang sebesar atom yang
merupakan asal penciptaan mereka, dan dari bagian itulah mereka kelak akan
dibangkitkan. Dari berbagai ayat dan hadis Nabi saw., kita mengetahui bahwa
bagian itulah yang paling penting dari struktur tubuh manusia.[4]
Tulang Ekor pada Hewan
Dalam kerangka kajian terhadap perkembangan embrionik hewan-hewan
amfibi, pada permulaan dekade tiga puluhan abad ke-20, ilmuwan Jerman, Hans
Spermann bersama kru penelitiannya memberikan catatan penting bahwa dengan
dibuahinya ovum, maka zigot langsung melakukan pembelahan diri berkali-kali
sampai ia berubah menjadi piringan yang terdiri dari dua lapisan sel: lapisan
atas (epiplast) dan lapisan bawah (hypoplast). Piringan ini tidak
menunjukkan tanda-tanda pembeda sampai munculnya benang tipis di atas lapisan
atasnya yang disebut dengan istilah “benang dasar” (the primary/the
primitive streak). Benang dasar ini memiliki sebuah simpul di bagian
ujungnya yang disebut dengan istilah “simpul primer” (the primary/primitive
knot atau node).
Tim peneliti Jerman ini juga mencatat bahwa benang dasar ini mulai
mengatur proses pembentukan seluruh organ dan sistem tubuh janin, melalui
pergerakan sejumlah sel lapisan atas (epiplast) ke arah benang dasar di
mana sel tersebut tertanam. Maka terbentuklah organ dan sistem tubuh janin
sesuai dengan fungsi yang telah ditentukan baginya. Kemudian benang dasar ini
bergerak menuju posisi masing-masing organ dan sistem di dalam tubuh janin yang
belum sempurna pembentukannya. Adapun yang pertama-tama tercipta dalam proses
ini adalah sel-sel saraf yang menjadi fondasi sistem saraf janin, ditandai
dengan lewatnya sejumlah sel lapisan atas melalui simpul primer.
Setelah sempurnanya penciptaan seluruh sistem tubuh janin, Spermann
dan kru penelitinya mencatat bahwa pita primer telah dilorot untuk ditampung di
ujung tulang belakang. Spermann dan kru penelitinya juga tercengang oleh proses
terciptanya seluruh sistem tubuh janin selama masuknya sel-sel primer melalui benang
dasar dan simpulnya yang mereka sebut dengan istilah “pengorganisir pertama” (the
primary organizer).
Untuk meneliti lebih jauh karakteristik “pengorganisir pertama”
tersebut dan menyingkap lebih banyak lagi rahasia-rahasianya, tim peneliti ini
pun memotong benang dasar ini lalu menanamnya pada janin lain. Ternyata ia
tumbuh pada pusat poros yang berbeda dengan pusat poros janin tuan rumah.
Pada tahun 1931 M, Spermann dan kru penelitinya mencoba menumbuk
halus pita primer ini, kemudian menanamnya di salah satu janin amfibi. Dan
ternyata, ia tumbuh pada pusat poros lain yang berbeda dengan poros janin tuan
rumah. Hal ini mengisyaratkan bahwa pita primer tidak terpengearuh dengan upaya
penumbukan.
Selanjutnya pada tahun 1932 M, Spermann dan kru penelitinya merebus
pengorganisir pertama ini, kemudian menanamnya di janin lain. Dan ternyata
lagi-lagi, ia tumbuh mandiri, sehingga semakin menegaskan
ketidakterpengaruhannya dengan upaya perebusan.
Akhirnya pada tahun 1935 M, Spermann memperoleh Hadiah Nobel bidang
ilmu biologi sebagai penghargaan atas prestasinya menemukan “pengorganisir
pertama” dan membuktikan perannya dalam penciptaan seluruh jaringan, organ, dan
sistem tubuh janin, juga bahwasanya ia tidak dapat binasa.
Tujuh puluh tahun kemudian, tepatnya pada bulan Ramadhan 1424 H
(2003 M), Dr. Utsman Jailan melakukan uji pembakaran terhadap dua ruas terakhir
dari tulang tungging/sulbi lima ekor kambing dengan menggunakan pistol gas
selama sepuluh menit sampai benar-benar berarang. Kemudian ia memeriksanya pada
sejumlah ahli ilmu jaringan tubuh (histology) di Universitas Shana.
Ternyata, riset membuktikan bahwa sel-sel tulan sungging/sulbi tidak
terpengaruh oleh pembakaran sama sekali, meskipun seluruh organ dan jaringan
lemak yang meliputinya terbakar habis, berikut sel-sel sumsum yang ada di
dalamnya.[5]
Tulang Ekor pada Manusia
Dengan menerapkan hasil pengamatan Spermann dan krunya dalam bidang
penelitian janin manusia, para ilmuwan embriologi, seperti Keith L. Moore,
memperoleh rumusan dan kejelasan sebagai berikut.
1.
Ovum yang telah
dibuahi (zigot) terbentuk begitu ovum dibuahi oleh sperma jantan (spermatozoa).
2.
Zigot kemudian
mulai melakukan proses pembelahan menjadi beberapa sel yang dikenal dengan nama
blastomeres. Empat hari kemudian (setelah pembuahan), blastomeres
berubah menjadi gumpalan bundar berisi sel-sel yang dikenal dengan istilah morula.
Bentuk mirip bola cekung yang berdiameter seperempat milimeter, dikenal dengan
istilah blastula. Fase ini memakan waktu hampir seminggu pertama dari
usia janin. Pada malam kelima, morula terbelah menjadi dua, membentuk apa yang
disebut dengan “blastocyst”.
3.
Maksimal pada
malam ketujuh, blastocyst mulai tertanam di dinding rahim dengan bantuan
sejumlah sel pengait yang muncul dari sana. Ia pun menggantung dengan bantuan
sel pengait tersebut ditambah beberapa beludru lembut di dinding rahim, dan
memulai fase baru, fase ‘alaqah (gumpalan darah mirip lintah) yang
berlangsung selama dua minggu kedua dan ketiga usia janin, berbentuk gumpalan
daging yang amat sangat kecil dan menggantung di dinding rahim dengan
diselimuti darah yang membeku. Dari sini, istilah ‘alaqah yang digunakan
al-Quran untuk menyebut tahapan ini sangat tepat.
Kira-kira pada
malam kelima belas sejak tanggal pembuahan, sabuk sel-sel lapisan atas ‘alaqah
mulai tersusun mirip garis bujur yang disebut dengan “pita primer” yang ujung
depannya membesar mirip sebuah bandul yang disebut “simpul primer”.
Dalam kurun
waktu yang bersamaan, di atas pita primer terjadi penurunan kesempitan yang
terus berlangsung, membentuk sebuah lubang di simpul primer yang lebih lanjut
dikenal dengan istilah “lubang pertama” (the primitive pit). Pada malam
keenam belas, lapisan tengah sel-sel mulai terbentuk di antara lapisan atas
bagian luar dan lapisan bawah bagian dalam.
4.
Kira-kira pada
malam kedua puluh satu, lapisan tengah memadat ke arah poros sentral janin,
membentuk gumpalan-gumpalan bakal-badan (somites) yang pasangan pertamanya
mulai tampak di sisi atas janin (bagian kepala). ‘Alaqah (gumpalan darah
mirip lintah pun beralih ke fase mudghah (gumpalan daging mirip kunyahan
permen) yang panjangnya hampir tidak lebih dari 2,5 mm. Kemudian berturut-turut
muncul gumpalan-gumpalan bakal-badan yang berpasang-pasangan di kedua sisi
poros sentral janin hingga berjumlah antara 42 hingga 45 pasang. Janin pun
menyerupai potongan daging kecil yang dikunyah-kunyah gigi kemudian
dimuntahkan. Dari sini tampak sekali akurasi ungkapan al-Quran dalam menyebut
fase ini dengan istilah mudghah (yang secara bahasa berarti sesuatu yang
dikunyah).
Fase mudghah
ini berlangsung hingga kira-kira akhir minggu keempat, atau antara malam kedua
puluh delapan hingga malam ketiga puluh usia janin.
Kemunculan
somites ternyata juga dibarengi dengan kemunculan lengkungan-lengkungan pharyngeal
dalam bentuk lima pasang lubang yang terbentuk di lapisan luar tubuh janin
tepat di bawah puncak kepala.
5.
Selama minggu
kelima hingga minggu kedelapan usia janin, terbentuklah tulang yang kemudian
dibungkus oleh daging (otot/urat dan kulit). Hal itu terjadi dengan perubahan
gumpalan-gumpalan badaniah (somites) menjadi dua bagian yang berbeda, sebagai
berikut.
a.
Bagian depan,
dikenal dengan nama sclerotone (gumpalan kerangka skeleton). Dari bagian
ini terbentuklah tulang-tulang belakang dan rusuk, lengan dan tungkai bagian
atas dan bawah (tangan dan kaki), serta landasan tengkorak. Sedangkan
tulang-tulang wajah, kedua tulang rahang, dan tulang-tulang telinga bagian
tengah, terbentuk dari lengkungan pharygeal pertama, sementara tulang
induk (hyiod bone) terbentuk dari lengkungan pharyngeal kedua.
Adapun tengkorak kepala terbentuk dari sel-sel lapisan tengah yang memadat di
puncak kepala dan berubah langsung dari selaput-selaput menjadi tulang-tulang
rawan.
b.
Bagian belakang
dan permukaan, dikenal dengan nama dermomyotome (gumpalan otot/kulit).
Bagian ini terbagi lagi menjadi dua bagian. Yang terbesar adalah bagian otot (muscular);
ia membentuk sebagian besar otot-otot dan urat tubuh. Sedang yang lain adalah
bagian kulit dan jaringan-jaringan di bawah kulit.
Selama fase ini, terjadi proses pembentukan, penyempurnaan, dan
perbaikan. Proses-proses ini berlangsung hingga janin lahir, setelah lahir,
hingga mati. Ruh, sebagaimana informasi Rasulullah, ditiupkan ke dalam diri
jani pada akhir minggu keenam (hari ke-42).
Proses penyempurnaan dan perbaikan ini meliputi pertumbuhan
organ-organ tubuh dan organ lengan dan tungkai (tangan dan kaki). Tangan dan
kaki mula-mula menyerupai tunas-tunas sangat kecil yang terbentuk dan pemadatan
sel-sel lapisan tengah janin dan ia terbungkus oleh kulit dari lapisan luar.
Pada fase penyempurnaan dan perbaikan (finishing) ini juga
terbentuk bagian-bagian dalam tubuh, antara lain hati beserta embel-embelnya,
sistem saraf komplet, sistem pencernaan, sistem urinal/reproduksi, dan
lain-lain.
Proses-proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing) tidak
mungkin berlangsung kecuali setelah peletakan asas (landasan). Asas-asas.
Pempentukan seluruh organ janinini terbangun pada rentang waktu antara minggu
keempat dan minggu kedelapan usia janin. Dan ini merupakan masa-masa yang
paling kritis dan sensitif dalam usia janin.
Pada tahap-tahap awal proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing),
terjadi hal-hal sebagai berikut: penegakkan kelengkungan tubuh secara signifikan,
permulaan pembentukan wajah, penandaan kawasan leher dan penampakan
lengkungan-lengkungan tekak pada kedua sisinya, penandaan sepasang mata,
telinga, dan hidung, permulaan kemunculan tunas-tunas tangan kemudian kaki,
pembentukan tali pusar dari sambungan leher yang menghubungkan antara janin dan
ibunya, kemunculan kelenjar-kelenjar reproduksi (gonads), meskipun baru
terlihat betul pada akhir minggu kedelapan, ketika posisi tubuh bagian dalam
secara keseluruhan telah tertata pada tempat masing-masing, kendati hanya dalam
bentuk-bentuk awal (primitif). Dan seiring dengan berakhirnya minggu kedelapan,
maka berakhirlah periode embrio, dan mulailah periode fetus yang berakhir
dengan kelahiran.[6]
Peran Tulang
Ekor dalam Proses Penciptaan
Sel-sel lapisan tengah janin memiliki keistimewaan tersendiri.
Sel-sel yang diproduksi oleh “pita pertama” ini mampu membagi dirinya untuk
membentuk berbagai jaringan sel tubuh dengan berbagai jenis dan spesifikasi. Ia
juga mampu bermigrasi membentuk sel-sel dan jaringan-jaringan khusus, serta
organ dan sistem tertentu. “Pita pertama” ini akan terus menumbuhkan sel-sel
tengah pada tubuh janin dengan gerakan yang cepat sampai akhir minggu keempat
sejak hari pembuahan. Kemudian, produksi sel yang dilakukan oleh pita pertama
itu semakin lambat dan menyebabkan terjadinya penyusutan yang sangat drastis
sehingga secara bertahap ukurannya menjadi semakin kecil, bahkan nyaris tak
terlihat, dan bagian itu kemudian menarik diri secara berangsur-angsur ke area
bokong, yaitu area penyambung tulang tungging janin (the sacrococcygeal
region of the embrio).
Para ahli genetika dewasa ini mengetahui bahwa sel-sel Pita Pertama
telah dianugerahi oleh Sang Maha Pencipta, Allah Swt., kemampuan luar
biasa untuk memproduksi sel-sel khusus. Karena itulah ia dikenal dengan sebutan
“Sel Pita Pertama Berkemampuan Banyak” (Pleuropotent Primituve Streak Cells).
Sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk membentuk seluruh jaringan dan organ
tubuh. Bahkan, sel-sel itu dapat tumbuh dengan izin Allah Swt., kelak pada hari
kebangkitan dengan turunnya air khusus dari langit sebagaimana disebutkan dalam
hadis Nabi saw.: “... kemudian Allah Swt. menurunkan air dari langit lalu
tumbuhlah seluruhnya seperti tumbuhnya sayur-sayuran. Seluruh bagian tubuh
manusia akan hancur binasa kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, dan dari
tulang itulah manusia dirakit kembali pada hari kiamat.”
Sebagaimana diungkapkan di atas, sel tulang belakang tidak akan
punah dan manusia kelak akan dibangkitkana kembali darinya. Tidak hanya itu,
bahkan pada fase kehamilan pun sel tulang belakang punya peranan penting dalam
proses pembentukan tubuh janin. Paparan ini semakin menegaskan bahwa bagian
paling penting yang tersisa dari tubuh manusia setelah nyawanya dinaikkan ke
alam malakut adalah (sel) tulang ekor yang tidak mungkin musnah untuk
selamanya, sementara bagian tubuhnya yang lain terurai dan menyatu dengan
unsur-unsur pembentukannya, yaitu air dan tanah. Allah Swt. berfirman,
Sesungguhnya Kami mengetahui apa
yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh) mereka, dan di sisi Kami ada Kitab yang
memelihara (mencatat).[7]
Dan Rasulullah Saw. bersabda: “Seluruh bagian tubuh anak Adam akan
dimakan bumi kecuali tulang ekor. Darinyalah ia diciptakan dan dengannyalah
kelak ia dirakit kembali.”
Artinya, rahasia manusia terdapat pada tulang ekornya, ketika
bagian-bagian tubuh lain terurai dan kembali pada unsur asalnya, yaitu air dan
tanah, bagian yang tersisa sebagai esensi tubuh manusia adalah sel yang sangat
kecil bagaikan biji benih yang menumbuhkan tanaman. Sel tulang itu sangat kecil
tetapi ia tidak akan musnah untuk selamanya. Rasulullah Saw. dalam hadis di
atas menyatakan bahwa kelas manusia akan dirakit kemudian dibangkitkan kembali
dari tulang ekor itu. Inilah fakta yang tidak diketahui kecuali oleh seorang
nabi yang dituntun oleh wahyu Allah Swt., pencipta langit dan bumi.[8]
Peran Tulang
Ekor dalam Proses Kebangkitan
Dalam riwayat al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Di antara dua
tiupan sangkakala lamanya empat puluh-entah 40 hari, bjlan, atau tahun.
Kemudian Allah menurunkan air dari langit, mereka pun bangkit seperti bibji
sawi menumbuhkan tunasnya. Tidaklah setiap manusia melainkan akan binasa,
kecuali satu tulang, yakni tulang sulbi, dengannya makhluk dibangkitkan pada
hari kiamat.”[9]
Hadis itu mempertegas pemaparan di atas bahwa manusia akan
dibangkitkan kembali pada hari kiamat kelak dari tulang sulbinya. Dalam hadis
ini Rasulullah juga menggambarkan proses kebangkitan manusia itu seperti biji
sawi menumbuhkan tunasnya.
Hadis di atas senada dengan firman Allah:
Dan Allah menumbuhkanmu dari tanah
dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan
mengeluarkan kamu (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.”[10]
Dalam ayat tersebut Allah mengibaratkan proses penciptaan manusia
dengan tumbuhnya pepohonan. Kemudian Dia mengibaratkan proses kebangkitan
mereka bagaikan munculnya pepohonan di muka bumi. Sesungguhnya seluruh makhluk
akan dibangkitkan secara serentak kelak setelah tiupan sangkakala yang kedua.
Pada ayat-ayat lain Allah menggambarkan penciptaan manusia dari tanah dalam
berbagai bentuknya, seperti debu (turab),[11]
tanah (thin),[12]
saripati tanah,[13]
tanah liat,[14]
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam,[15]
tanah liat kering seperti tembikar,[16]
bumi,[17]
juga dari air,[18]
air yang hina,[19]
air yang dipancarkan,[20]
dan dari saripati air yang hina.[21]
Semua ayat tentang penciptaan manusia itu menggambarkan
tahapan-tahapan yang berkesinambungan. Tujuh tahapan pertama (penciptaan dari
debu, tanah, saripati tanah, tanah liat, tanah kering dari lumpur hitam, tanah
kering seperti tembikar, dan dari bumi) merupakan gambaran penciptaan Adam a.s.
dan Siti Hawa a.s.
Sebagaimana penciptaan Adam, proses penciptaan anak keturunannya
pun tidak mengalami perbedaan hingga saat ini dan akan terus berlanjut hingga
hari kiamat melalui praktik perkawinan. Bahkan, bentuk dan tahap-tahap
pertumbuhan manusia pun tidak ada bedanya karena mereka semua berasal dari asal
yang sama yaitu tulang sulbi nenek moyang mereka, Adam a.s.
Dengan ungkapan yang ringkas dan indah, Allah berfirman
menggambarkan proses penciptaan dan kebangkitan manusia setelah kematiannya:
Dan Allah menumbuhkan kalian dari
tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah
dan mengeluarkan kalian (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.[22]
Objek pesan dalam ayat ini adalah seluruh manusia sebagai makhluk
yang tercipta dari berbagai unsur yanah. Tidak hanya manusia pertama yang
diciptakan dari tanah, karena manusia yang lahir saat ini pun sesungguhnya
berasal dari tanah atau saripatinya.[23]
Setelah menjalani kehidupan selama waktu yang ditetapkan oleh
Allah, setiap makhluk hidup akan mengalami kematian dan mereka akan
dikembalikan ke dalam tanah, untuk kelak dibangkitkan kembali pada hari kiamat.
Kematian merupakan bukti atas adanya kehidupan. Ada banyak ayat al-Quran yang
berbicara tentang kematian, di antaranya Allah berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka
lalu dimasukkan surga maka sunggu ia telah beruntuh. Kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.[24]
Tiap-tiap yang berjiwa akan mengalami kematian, kemudian hanya
kepada Kami kamu dikembalikan.[25]
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka, Dia menahan jiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berfikir.[26]
Ayat-ayat di atas menegaskan kebenaran yang tak terbantahkan
mengenai kematian dan kebangkitan. Semua itu menegaskan bahwa segala sesuatu
akan dikembalikan ke tanah tempat pertama kali tumbuh.[27]
Demikian pembahasan di atas adalah salah satu upaya untuk
mempertemukan antara hadis dan sains untuk dicari titik temunya, selain itu
juga mencoba mengutip ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan proses
penciptaan dan kebangkitan manusia. Dari pembahasan di atas membuktikan bahwa
hadis dan sains itu tidak bertentangan dan malah saling mendukung dalam
masing-masing pembuktian kebenarannya.
III.
PENUTUP
Setelah ditelaah dan didudukkan pada porsi
yang sama antara hadis yang bersifat wahyu dan sains yang bersifat ilmiah,
ditemukan titik temu dalam dua elemen ini, bahkan saling menguatkan satu sama
lain. Di dalam hadis dijelaskan bahwa tulang ekor merupakan awal penciptaan dan
awal kebangkitan, karena itu bersifat kekal. Sedangkan dalam penelitian ilmiah
membuktikan bahwa tulang ekor merupakan suatu benda yang ternyata kebal dan
tidak dapat hancur sebagaimana anggota tubuh lainnya.
Baca Juga: Hadis-hadis Dari Kata Yang Gharib
Penelitian ini juga membuktikan kenabian dan kerasulan Nabi
Muhammad sebagai Nabi pemungkas, serta menunjukkan kehebatan sains-sains yang
terdapat dalam hadis beliau. Sebab penelitian ilmiah memerlukan syarat-syarat
yang akurat, komprehensif, empiris dan mendalam. Dan juga sebagai bukti bahwa
hadis-hadis yang diucapkan oleh Rasulullah Saw. merupakan wahyu dari Allah yang
akal akan sulit menerimanya jika yang mengucapkan adalah seorang Nabi yang ummi
dan tidak pernah belajar secara mendalam pada cabang ilmu ini.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Najjar, Zaghlul Raghib. 2013. Buku
Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda Rasulullah. terj.
Yodi Indrayadi dkk.. Jakarta: Zaman.
An-Najjar, Zaghlul. 2007. Pembuktian
Sains dalam Sunnah. terj. A. Zidni Ilham Faylasufa. Jakarta: AMZAH.
CD-ROM Mausu’ah al-Hadis al-Syarif.
V. 2.00
McKinley, Michael P., Valerie Dean
O’Loughlin. 2006. Human Anatomy. New York: McGraw-Hill.
[1] Q.S. Qaf: 4.
[2] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy,
New York: McGraw-Hill, 2006, hlm. 204.
[3] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy,
hlm. 212.
[4] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti
Mukjizat Ilmiah Sabda Rasulullah, terj. Yodi Indrayadi dkk., Jakarta:
Zaman, 2013, hlm., 263.
[5] Zaghlul an-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, terj. A.
Zidni Ilham Faylasufa, Jakarta: AMZAH, 2007, hlm., 227-229.
[6] Zaghlul an-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, hlm.,
229-234.
[7] Q.S. Qaf: 4.
[8] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm.,
270-272.
[9] H.R. Bukhari (hadis no. 4935)
[10] Q.S. Nuh: 17-18.
[11] Q.S. Ali Imran: 30; Q.S. al-Kahfi: 37; Q.S. al-Hajj: 5; Q.S. al-Rum:
20; Q.S. Fathir: 11; Q.S. Ghafir: 67.
[12] Q.S. al-An’am: 2; Q.S. al-A’raf: 12; Q.S. al-Sajdah: 7; Q.S. Shad:
71-76; Q.S. al-Isra: 61.
[13] Q.S. al-Mu’minun: 12.
[14] Q.S. al-Shaffat: 11.
[15] Q.S. al-Hijr: 26, 28, 33.
[16] Q.S. al-Rahman: 14.
[17] Q.S. Hud: 61; Q.S. Thaha: 55; Q.S. al-Najm: 32; Q.S. Nuh: 17,18.
[18] Q.S. al-Furqan: 54.
[19] Q.S. al-Mursalat: 20.
[20] Q.S. al-Thariq: 6.
[21] Q.S. al-Sajdah: 8.
[22] Q.S. al-Nuh: 17-18.
[23] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm.,
272-275.
[24] Q.S. Alu Imran: 185.
[25] Q.S. al-‘Ankabut: 57.
[26] Q.S. al-Zumar: 42.
[27] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm.,
278-279.
0 komentar:
Post a Comment