Hadis dan Sains Tentang Keajaiban Tulang Ekor


Tulang Ekor, hidayatullah.com

Al-Quran dan Sunnah merupakan dua elemen yang memiliki otoritas tertinggi dalam permasalahan agama Islam. Dua elemen ini pada saat ini sudah berbentuk teks berkat usaha dan perjuangan para shahabat dan ulama terdahulu. Karena teks akan mati atau tidak berguna bila hanya dibiarkan dalam teksnya dan akan bisa hidup dan sangat berguna bila dipelajari dan diamalkan.
Begitu juga sains, titik perbedaannya yaitu sains adalah pengetahuan manusia melalui penelitian-penelitian yang terus berkembang hingga saat ini. Meskipun sains merupakan sesuatu yang ilmiah dan dapat dibuktikan dan disepakati oleh banyak orang, tetapi kebenarannya tetaplah relatif dan bisa saja berubah pada tiap-tiap masanya dan oleh penemuan baru lainnya.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa apa saja yang berasal dari Rasulullah yang berdasarkan wahyu pasti benar sedangkan sains itu belum tentu benar, begitu juga hadis yang sampai pada kita juga belum tentu benar, terutama pemahaman kita mengenai hadis jelas belum tentu benar dan barangkali juga sangatlah salah. Dalam pembahasan ini yang dicari bukanlah untuk membenarkan salah satunya antara pemahaman kita tentang hadis dan juga tentang sains dan membuat kesimpulan bahwa Rasulullah telah berkata tentang ini 1400 tahun lalu dan terbukti benar, melainkan mencari titik temu antara hadis dan sains bahwa ada beberapa hadis yang tidak hanya berbicara tentang doktrin agama melainkan juga tentang sains, ekonomi, politik, dan lain-lain, serta sebagai tambahan wawasan bagi kita bahwa ada beberapa hal dalam hadis tentang sains dan telah diteliti oleh ilmuwan yang ahli di bidangnya.
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.      Apa saja hadis dan sains yang membahas tentang tulang ekor?
2.      Bagaimana titik temu antara hadis dan sains dalam pembahasan ini?




II.                PEMBAHASAN

   A.  Teks Hadis
و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ يَعْنِي الْحِزَامِيَّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُهُ التُّرَابُ إِلَّا عَجْبَ الذَّنَبِ مِنْهُ خُلِقَ وَفِيهِ يُرَكَّبُ
(MUSLIM - 5254) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Al Mughirah Al Hizami dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Setiap anak cucu Adam dimakan tanah kecuali tulang ekor. Dari situlah ia diciptakan dari Disitulah ia disusun (kembali)".


Kata Kunci:
عجب الذنب  : Tulang ekor
يركب : Disusun kembali

Takhrij:
No.
Sumber
Nama Kitab
Hadis
1
Al-Bukhori
Tafsir al-Quran
4440
    2
Al-Bukhori
Tafsir al-Quran
4554
3
An-Nasa’i
Al-Janaiz
2050
4
Abu Dawud
As-Sunnah
4118
5
Ibn Majah
Az-Zuhd
4256
6
Ahmad
Baqi Musnad al-Muksirin
7833
7
Ahmad
Baqi Musnad al-Muksirin
7934
8
Ahmad
Baqi Musnad al-Muksirin
9163
9
Ahmad
Baqi Musnad al-Muksirin
10072
10
Malik
Al-Janaiz
503





   B.  Kualitas Hadis:
Dikarenakan penulis tidak mengetahui cara untuk melihat pendapat ulama tentang hadis di atas apakah shahih atau tidak, maka penulis mencoba untuk menganalisanya sendiri dengan menggunakan aplikasi CD Mausu’ah Hadis Syarif.
Langsung saja beginilah tampilannya:
Mari kita lihat pada panel di sisi kiri, terdapat lima perawi. Dan lihat di bawah terdapat petunjuk اتصال السند bahwa hadis ini muttashil. Berarti telah memenuhi kaidah kesahihan yaitu ketersambungan sanad.
Selanjutnya kita melihat pada perawinya. Rawi pertama termasuk golongan sahabat dan menempati peringkat pertama dalam ta’dilnya. Rawi kedua menempati peringkat kedua. Rawi ketiga menempati peringkat kedua juga. Rawi keempat menempati peringkat ketiga. Dan rawi kelima menempati peringkat kedua. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada perawi yang bermasalah disini yang dapat mengganggu kesahihannya. Penilaian perawi mencangkup pada syarat kesahihan yaitu adil dan dabit. Tapi dalam penilaian ini tidak dijelaskan tingkat keadilan dan kedabitan perawi, melainkan hanya menjelaskan kesiqahannya saja. Meskipun siqah adalah istilah bagi perawi yang adil dan dabit, dan bila tidak siqah berarti perawi tidak adil dan juga tidak dabit. Karena ada dua syarat, maka masih terdapat pertanyaan bagaimana jika perawi tidak adil tapi dabit ataupun sebaliknya. Dan perlu diketahui bahwa penilaian perawi ini berdasarkan penilaian Imam Ibn Hajar al-Asqalany. Karena penilaian hanya menjelaskan kesiqahannya saja, maka untuk sementara dianggap telah memenuhi persyaratan kaidah kesahihan sanad.
Dan untuk persyaratan tidak ada kejanggalan dan tidak ada cacat, penulis tidak bisa menemukan penjelasannya dengan aplikasi ini. Maka sebagai kesimpulan bahwa hadis ini secara kualitas termasuk hadis Sahih jika tanpa melihat kejanggalan dan cacatnya.

   C.  Pembuktian Teori Sains terhadap Isi Kandungan Hadis:
Hadis di atas menjelaskan firman Allah Swt., “Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang dihancurkan bumi dari (tubuh) mereka, dan di sisi Kami terdapat kitab yang memelihara (mencatat).[1]
Fokus kita pada pembahasan ini yaitu tulang ekor yang saya dijelaskan oleh ilmuwan biologi yaitu:
The coccyx (kok’siks), commonly called the “tailbone” is formed from four coccygeal vertebra (Co1-Co2) taht satart to unite during puberty. The first coccygeal vertebra (Co1) articulates with the inferior end of the sacrum. In much later years, the coccyx also may fuse to the sacrum.[2]
Four small coccygeal vertebrate fuse to form the coccyx. The individual vertebrae begin to fuse by about age 25. The coccyx ia an attachment site for several ligaments and some muscles. The first and second coccygeal vertebrae have unfused vertebral arches and transverse processes. The prominent laminae of the first coccygeal vertebrae are known as the coccygeal cornua, which curve to meet the sacral cornua. Fusion of the coccygeal vertebrae is not complete until adulthood. Inmales, the coccyx tends to project anteriorly, but in females it tends to project more inferiorly. In very old individuals, the coccyx may fuse with the sacrum.[3]
Berbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa ketika tubuh manusia yang telah mati dikubur di dalam tanah, kemudian menyatu dengan muasal sejatinya, yaitu tanah dan air, ada bagian penting dari tubuh mereka yang tersisa. Karena itulah ayat al-Quran di atas mempergunakan ungkapan “apa yang dihancurkan bumi dari (tubuh) mereka”. Ayat itu seakan-akan hendak menegaskan bahwa muasal mereka tetap ada ketika bagian tubuh lainnya musnah dihancurkan bumi. Hadis-hadis Rasulullah menjelaskan apa yang tersisa setelah jasad mereka menyatu dengan tanah, yaitu tulang sebesar atom yang merupakan asal penciptaan mereka, dan dari bagian itulah mereka kelak akan dibangkitkan. Dari berbagai ayat dan hadis Nabi saw., kita mengetahui bahwa bagian itulah yang paling penting dari struktur tubuh manusia.[4]

Tulang Ekor pada Hewan
Dalam kerangka kajian terhadap perkembangan embrionik hewan-hewan amfibi, pada permulaan dekade tiga puluhan abad ke-20, ilmuwan Jerman, Hans Spermann bersama kru penelitiannya memberikan catatan penting bahwa dengan dibuahinya ovum, maka zigot langsung melakukan pembelahan diri berkali-kali sampai ia berubah menjadi piringan yang terdiri dari dua lapisan sel: lapisan atas (epiplast) dan lapisan bawah (hypoplast). Piringan ini tidak menunjukkan tanda-tanda pembeda sampai munculnya benang tipis di atas lapisan atasnya yang disebut dengan istilah “benang dasar” (the primary/the primitive streak). Benang dasar ini memiliki sebuah simpul di bagian ujungnya yang disebut dengan istilah “simpul primer” (the primary/primitive knot atau node).
Tim peneliti Jerman ini juga mencatat bahwa benang dasar ini mulai mengatur proses pembentukan seluruh organ dan sistem tubuh janin, melalui pergerakan sejumlah sel lapisan atas (epiplast) ke arah benang dasar di mana sel tersebut tertanam. Maka terbentuklah organ dan sistem tubuh janin sesuai dengan fungsi yang telah ditentukan baginya. Kemudian benang dasar ini bergerak menuju posisi masing-masing organ dan sistem di dalam tubuh janin yang belum sempurna pembentukannya. Adapun yang pertama-tama tercipta dalam proses ini adalah sel-sel saraf yang menjadi fondasi sistem saraf janin, ditandai dengan lewatnya sejumlah sel lapisan atas melalui simpul primer.
Setelah sempurnanya penciptaan seluruh sistem tubuh janin, Spermann dan kru penelitinya mencatat bahwa pita primer telah dilorot untuk ditampung di ujung tulang belakang. Spermann dan kru penelitinya juga tercengang oleh proses terciptanya seluruh sistem tubuh janin selama masuknya sel-sel primer melalui benang dasar dan simpulnya yang mereka sebut dengan istilah “pengorganisir pertama” (the primary organizer).
Untuk meneliti lebih jauh karakteristik “pengorganisir pertama” tersebut dan menyingkap lebih banyak lagi rahasia-rahasianya, tim peneliti ini pun memotong benang dasar ini lalu menanamnya pada janin lain. Ternyata ia tumbuh pada pusat poros yang berbeda dengan pusat poros janin tuan rumah.
Pada tahun 1931 M, Spermann dan kru penelitinya mencoba menumbuk halus pita primer ini, kemudian menanamnya di salah satu janin amfibi. Dan ternyata, ia tumbuh pada pusat poros lain yang berbeda dengan poros janin tuan rumah. Hal ini mengisyaratkan bahwa pita primer tidak terpengearuh dengan upaya penumbukan.
Selanjutnya pada tahun 1932 M, Spermann dan kru penelitinya merebus pengorganisir pertama ini, kemudian menanamnya di janin lain. Dan ternyata lagi-lagi, ia tumbuh mandiri, sehingga semakin menegaskan ketidakterpengaruhannya dengan upaya perebusan.
Akhirnya pada tahun 1935 M, Spermann memperoleh Hadiah Nobel bidang ilmu biologi sebagai penghargaan atas prestasinya menemukan “pengorganisir pertama” dan membuktikan perannya dalam penciptaan seluruh jaringan, organ, dan sistem tubuh janin, juga bahwasanya ia tidak dapat binasa.
Tujuh puluh tahun kemudian, tepatnya pada bulan Ramadhan 1424 H (2003 M), Dr. Utsman Jailan melakukan uji pembakaran terhadap dua ruas terakhir dari tulang tungging/sulbi lima ekor kambing dengan menggunakan pistol gas selama sepuluh menit sampai benar-benar berarang. Kemudian ia memeriksanya pada sejumlah ahli ilmu jaringan tubuh (histology) di Universitas Shana. Ternyata, riset membuktikan bahwa sel-sel tulan sungging/sulbi tidak terpengaruh oleh pembakaran sama sekali, meskipun seluruh organ dan jaringan lemak yang meliputinya terbakar habis, berikut sel-sel sumsum yang ada di dalamnya.[5]

Tulang Ekor pada Manusia
Dengan menerapkan hasil pengamatan Spermann dan krunya dalam bidang penelitian janin manusia, para ilmuwan embriologi, seperti Keith L. Moore, memperoleh rumusan dan kejelasan sebagai berikut.
1.        Ovum yang telah dibuahi (zigot) terbentuk begitu ovum dibuahi oleh sperma jantan (spermatozoa).
2.        Zigot kemudian mulai melakukan proses pembelahan menjadi beberapa sel yang dikenal dengan nama blastomeres. Empat hari kemudian (setelah pembuahan), blastomeres berubah menjadi gumpalan bundar berisi sel-sel yang dikenal dengan istilah morula. Bentuk mirip bola cekung yang berdiameter seperempat milimeter, dikenal dengan istilah blastula. Fase ini memakan waktu hampir seminggu pertama dari usia janin. Pada malam kelima, morula terbelah menjadi dua, membentuk apa yang disebut dengan “blastocyst”.
3.        Maksimal pada malam ketujuh, blastocyst mulai tertanam di dinding rahim dengan bantuan sejumlah sel pengait yang muncul dari sana. Ia pun menggantung dengan bantuan sel pengait tersebut ditambah beberapa beludru lembut di dinding rahim, dan memulai fase baru, fase ‘alaqah (gumpalan darah mirip lintah) yang berlangsung selama dua minggu kedua dan ketiga usia janin, berbentuk gumpalan daging yang amat sangat kecil dan menggantung di dinding rahim dengan diselimuti darah yang membeku. Dari sini, istilah ‘alaqah yang digunakan al-Quran untuk menyebut tahapan ini sangat tepat.
Kira-kira pada malam kelima belas sejak tanggal pembuahan, sabuk sel-sel lapisan atas ‘alaqah mulai tersusun mirip garis bujur yang disebut dengan “pita primer” yang ujung depannya membesar mirip sebuah bandul yang disebut “simpul primer”.
Dalam kurun waktu yang bersamaan, di atas pita primer terjadi penurunan kesempitan yang terus berlangsung, membentuk sebuah lubang di simpul primer yang lebih lanjut dikenal dengan istilah “lubang pertama” (the primitive pit). Pada malam keenam belas, lapisan tengah sel-sel mulai terbentuk di antara lapisan atas bagian luar dan lapisan bawah bagian dalam.
4.        Kira-kira pada malam kedua puluh satu, lapisan tengah memadat ke arah poros sentral janin, membentuk gumpalan-gumpalan bakal-badan (somites) yang pasangan pertamanya mulai tampak di sisi atas janin (bagian kepala). ‘Alaqah (gumpalan darah mirip lintah pun beralih ke fase mudghah (gumpalan daging mirip kunyahan permen) yang panjangnya hampir tidak lebih dari 2,5 mm. Kemudian berturut-turut muncul gumpalan-gumpalan bakal-badan yang berpasang-pasangan di kedua sisi poros sentral janin hingga berjumlah antara 42 hingga 45 pasang. Janin pun menyerupai potongan daging kecil yang dikunyah-kunyah gigi kemudian dimuntahkan. Dari sini tampak sekali akurasi ungkapan al-Quran dalam menyebut fase ini dengan istilah mudghah (yang secara bahasa berarti sesuatu yang dikunyah).
Fase mudghah ini berlangsung hingga kira-kira akhir minggu keempat, atau antara malam kedua puluh delapan hingga malam ketiga puluh usia janin.
Kemunculan somites ternyata juga dibarengi dengan kemunculan lengkungan-lengkungan pharyngeal dalam bentuk lima pasang lubang yang terbentuk di lapisan luar tubuh janin tepat di bawah puncak kepala.
5.        Selama minggu kelima hingga minggu kedelapan usia janin, terbentuklah tulang yang kemudian dibungkus oleh daging (otot/urat dan kulit). Hal itu terjadi dengan perubahan gumpalan-gumpalan badaniah (somites) menjadi dua bagian yang berbeda, sebagai berikut.
a.       Bagian depan, dikenal dengan nama sclerotone (gumpalan kerangka skeleton). Dari bagian ini terbentuklah tulang-tulang belakang dan rusuk, lengan dan tungkai bagian atas dan bawah (tangan dan kaki), serta landasan tengkorak. Sedangkan tulang-tulang wajah, kedua tulang rahang, dan tulang-tulang telinga bagian tengah, terbentuk dari lengkungan pharygeal pertama, sementara tulang induk (hyiod bone) terbentuk dari lengkungan pharyngeal kedua. Adapun tengkorak kepala terbentuk dari sel-sel lapisan tengah yang memadat di puncak kepala dan berubah langsung dari selaput-selaput menjadi tulang-tulang rawan.
b.      Bagian belakang dan permukaan, dikenal dengan nama dermomyotome (gumpalan otot/kulit). Bagian ini terbagi lagi menjadi dua bagian. Yang terbesar adalah bagian otot (muscular); ia membentuk sebagian besar otot-otot dan urat tubuh. Sedang yang lain adalah bagian kulit dan jaringan-jaringan di bawah kulit.
Selama fase ini, terjadi proses pembentukan, penyempurnaan, dan perbaikan. Proses-proses ini berlangsung hingga janin lahir, setelah lahir, hingga mati. Ruh, sebagaimana informasi Rasulullah, ditiupkan ke dalam diri jani pada akhir minggu keenam (hari ke-42).
Proses penyempurnaan dan perbaikan ini meliputi pertumbuhan organ-organ tubuh dan organ lengan dan tungkai (tangan dan kaki). Tangan dan kaki mula-mula menyerupai tunas-tunas sangat kecil yang terbentuk dan pemadatan sel-sel lapisan tengah janin dan ia terbungkus oleh kulit dari lapisan luar.
Pada fase penyempurnaan dan perbaikan (finishing) ini juga terbentuk bagian-bagian dalam tubuh, antara lain hati beserta embel-embelnya, sistem saraf komplet, sistem pencernaan, sistem urinal/reproduksi, dan lain-lain.
Proses-proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing) tidak mungkin berlangsung kecuali setelah peletakan asas (landasan). Asas-asas. Pempentukan seluruh organ janinini terbangun pada rentang waktu antara minggu keempat dan minggu kedelapan usia janin. Dan ini merupakan masa-masa yang paling kritis dan sensitif dalam usia janin.
Pada tahap-tahap awal proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing), terjadi hal-hal sebagai berikut: penegakkan kelengkungan tubuh secara signifikan, permulaan pembentukan wajah, penandaan kawasan leher dan penampakan lengkungan-lengkungan tekak pada kedua sisinya, penandaan sepasang mata, telinga, dan hidung, permulaan kemunculan tunas-tunas tangan kemudian kaki, pembentukan tali pusar dari sambungan leher yang menghubungkan antara janin dan ibunya, kemunculan kelenjar-kelenjar reproduksi (gonads), meskipun baru terlihat betul pada akhir minggu kedelapan, ketika posisi tubuh bagian dalam secara keseluruhan telah tertata pada tempat masing-masing, kendati hanya dalam bentuk-bentuk awal (primitif). Dan seiring dengan berakhirnya minggu kedelapan, maka berakhirlah periode embrio, dan mulailah periode fetus yang berakhir dengan kelahiran.[6]

Peran Tulang Ekor dalam Proses Penciptaan
Sel-sel lapisan tengah janin memiliki keistimewaan tersendiri. Sel-sel yang diproduksi oleh “pita pertama” ini mampu membagi dirinya untuk membentuk berbagai jaringan sel tubuh dengan berbagai jenis dan spesifikasi. Ia juga mampu bermigrasi membentuk sel-sel dan jaringan-jaringan khusus, serta organ dan sistem tertentu. “Pita pertama” ini akan terus menumbuhkan sel-sel tengah pada tubuh janin dengan gerakan yang cepat sampai akhir minggu keempat sejak hari pembuahan. Kemudian, produksi sel yang dilakukan oleh pita pertama itu semakin lambat dan menyebabkan terjadinya penyusutan yang sangat drastis sehingga secara bertahap ukurannya menjadi semakin kecil, bahkan nyaris tak terlihat, dan bagian itu kemudian menarik diri secara berangsur-angsur ke area bokong, yaitu area penyambung tulang tungging janin (the sacrococcygeal region of the embrio).
Para ahli genetika dewasa ini mengetahui bahwa sel-sel Pita Pertama telah dianugerahi oleh Sang Maha Pencipta, Allah Swt., kemampuan luar biasa untuk memproduksi sel-sel khusus. Karena itulah ia dikenal dengan sebutan “Sel Pita Pertama Berkemampuan Banyak” (Pleuropotent Primituve Streak Cells). Sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk membentuk seluruh jaringan dan organ tubuh. Bahkan, sel-sel itu dapat tumbuh dengan izin Allah Swt., kelak pada hari kebangkitan dengan turunnya air khusus dari langit sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi saw.: “... kemudian Allah Swt. menurunkan air dari langit lalu tumbuhlah seluruhnya seperti tumbuhnya sayur-sayuran. Seluruh bagian tubuh manusia akan hancur binasa kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, dan dari tulang itulah manusia dirakit kembali pada hari kiamat.”
Sebagaimana diungkapkan di atas, sel tulang belakang tidak akan punah dan manusia kelak akan dibangkitkana kembali darinya. Tidak hanya itu, bahkan pada fase kehamilan pun sel tulang belakang punya peranan penting dalam proses pembentukan tubuh janin. Paparan ini semakin menegaskan bahwa bagian paling penting yang tersisa dari tubuh manusia setelah nyawanya dinaikkan ke alam malakut adalah (sel) tulang ekor yang tidak mungkin musnah untuk selamanya, sementara bagian tubuhnya yang lain terurai dan menyatu dengan unsur-unsur pembentukannya, yaitu air dan tanah. Allah Swt. berfirman,
Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh) mereka, dan di sisi Kami ada Kitab yang memelihara (mencatat).[7]
Dan Rasulullah Saw. bersabda: “Seluruh bagian tubuh anak Adam akan dimakan bumi kecuali tulang ekor. Darinyalah ia diciptakan dan dengannyalah kelak ia dirakit kembali.”
Artinya, rahasia manusia terdapat pada tulang ekornya, ketika bagian-bagian tubuh lain terurai dan kembali pada unsur asalnya, yaitu air dan tanah, bagian yang tersisa sebagai esensi tubuh manusia adalah sel yang sangat kecil bagaikan biji benih yang menumbuhkan tanaman. Sel tulang itu sangat kecil tetapi ia tidak akan musnah untuk selamanya. Rasulullah Saw. dalam hadis di atas menyatakan bahwa kelas manusia akan dirakit kemudian dibangkitkan kembali dari tulang ekor itu. Inilah fakta yang tidak diketahui kecuali oleh seorang nabi yang dituntun oleh wahyu Allah Swt., pencipta langit dan bumi.[8]

Peran Tulang Ekor dalam Proses Kebangkitan
Dalam riwayat al-Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda: “Di antara dua tiupan sangkakala lamanya empat puluh-entah 40 hari, bjlan, atau tahun. Kemudian Allah menurunkan air dari langit, mereka pun bangkit seperti bibji sawi menumbuhkan tunasnya. Tidaklah setiap manusia melainkan akan binasa, kecuali satu tulang, yakni tulang sulbi, dengannya makhluk dibangkitkan pada hari kiamat.”[9]
Hadis itu mempertegas pemaparan di atas bahwa manusia akan dibangkitkan kembali pada hari kiamat kelak dari tulang sulbinya. Dalam hadis ini Rasulullah juga menggambarkan proses kebangkitan manusia itu seperti biji sawi menumbuhkan tunasnya.
Hadis di atas senada dengan firman Allah:
Dan Allah menumbuhkanmu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.”[10]
Dalam ayat tersebut Allah mengibaratkan proses penciptaan manusia dengan tumbuhnya pepohonan. Kemudian Dia mengibaratkan proses kebangkitan mereka bagaikan munculnya pepohonan di muka bumi. Sesungguhnya seluruh makhluk akan dibangkitkan secara serentak kelak setelah tiupan sangkakala yang kedua. Pada ayat-ayat lain Allah menggambarkan penciptaan manusia dari tanah dalam berbagai bentuknya, seperti debu (turab),[11] tanah (thin),[12] saripati tanah,[13] tanah liat,[14] tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam,[15] tanah liat kering seperti tembikar,[16] bumi,[17] juga dari air,[18] air yang hina,[19] air yang dipancarkan,[20] dan dari saripati air yang hina.[21]
Semua ayat tentang penciptaan manusia itu menggambarkan tahapan-tahapan yang berkesinambungan. Tujuh tahapan pertama (penciptaan dari debu, tanah, saripati tanah, tanah liat, tanah kering dari lumpur hitam, tanah kering seperti tembikar, dan dari bumi) merupakan gambaran penciptaan Adam a.s. dan Siti Hawa a.s.
Sebagaimana penciptaan Adam, proses penciptaan anak keturunannya pun tidak mengalami perbedaan hingga saat ini dan akan terus berlanjut hingga hari kiamat melalui praktik perkawinan. Bahkan, bentuk dan tahap-tahap pertumbuhan manusia pun tidak ada bedanya karena mereka semua berasal dari asal yang sama yaitu tulang sulbi nenek moyang mereka, Adam a.s.
Dengan ungkapan yang ringkas dan indah, Allah berfirman menggambarkan proses penciptaan dan kebangkitan manusia setelah kematiannya:
Dan Allah menumbuhkan kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah dan mengeluarkan kalian (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.[22]
Objek pesan dalam ayat ini adalah seluruh manusia sebagai makhluk yang tercipta dari berbagai unsur yanah. Tidak hanya manusia pertama yang diciptakan dari tanah, karena manusia yang lahir saat ini pun sesungguhnya berasal dari tanah atau saripatinya.[23]
Setelah menjalani kehidupan selama waktu yang ditetapkan oleh Allah, setiap makhluk hidup akan mengalami kematian dan mereka akan dikembalikan ke dalam tanah, untuk kelak dibangkitkan kembali pada hari kiamat. Kematian merupakan bukti atas adanya kehidupan. Ada banyak ayat al-Quran yang berbicara tentang kematian, di antaranya Allah berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka lalu dimasukkan surga maka sunggu ia telah beruntuh. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.[24]
Tiap-tiap yang berjiwa akan mengalami kematian, kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.[25]
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka, Dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada hal itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.[26]
Ayat-ayat di atas menegaskan kebenaran yang tak terbantahkan mengenai kematian dan kebangkitan. Semua itu menegaskan bahwa segala sesuatu akan dikembalikan ke tanah tempat pertama kali tumbuh.[27]
Demikian pembahasan di atas adalah salah satu upaya untuk mempertemukan antara hadis dan sains untuk dicari titik temunya, selain itu juga mencoba mengutip ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan proses penciptaan dan kebangkitan manusia. Dari pembahasan di atas membuktikan bahwa hadis dan sains itu tidak bertentangan dan malah saling mendukung dalam masing-masing pembuktian kebenarannya.

III.             PENUTUP

Setelah ditelaah dan didudukkan pada porsi yang sama antara hadis yang bersifat wahyu dan sains yang bersifat ilmiah, ditemukan titik temu dalam dua elemen ini, bahkan saling menguatkan satu sama lain. Di dalam hadis dijelaskan bahwa tulang ekor merupakan awal penciptaan dan awal kebangkitan, karena itu bersifat kekal. Sedangkan dalam penelitian ilmiah membuktikan bahwa tulang ekor merupakan suatu benda yang ternyata kebal dan tidak dapat hancur sebagaimana anggota tubuh lainnya.


Penelitian ini juga membuktikan kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad sebagai Nabi pemungkas, serta menunjukkan kehebatan sains-sains yang terdapat dalam hadis beliau. Sebab penelitian ilmiah memerlukan syarat-syarat yang akurat, komprehensif, empiris dan mendalam. Dan juga sebagai bukti bahwa hadis-hadis yang diucapkan oleh Rasulullah Saw. merupakan wahyu dari Allah yang akal akan sulit menerimanya jika yang mengucapkan adalah seorang Nabi yang ummi dan tidak pernah belajar secara mendalam pada cabang ilmu ini.

IV.             DAFTAR PUSTAKA

Al-Najjar, Zaghlul Raghib. 2013. Buku Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda Rasulullah. terj. Yodi Indrayadi dkk.. Jakarta: Zaman.
An-Najjar, Zaghlul. 2007. Pembuktian Sains dalam Sunnah. terj. A. Zidni Ilham Faylasufa. Jakarta: AMZAH.
CD-ROM Mausu’ah al-Hadis al-Syarif. V. 2.00
McKinley, Michael P., Valerie Dean O’Loughlin. 2006. Human Anatomy. New York: McGraw-Hill.



[1] Q.S. Qaf: 4.
[2] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy, New York: McGraw-Hill, 2006, hlm. 204.
[3] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy, hlm. 212.
[4] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda Rasulullah, terj. Yodi Indrayadi dkk., Jakarta: Zaman, 2013, hlm., 263.
[5] Zaghlul an-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, terj. A. Zidni Ilham Faylasufa, Jakarta: AMZAH, 2007, hlm., 227-229.
[6] Zaghlul an-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, hlm., 229-234.
[7] Q.S. Qaf: 4.
[8] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 270-272.
[9] H.R. Bukhari (hadis no. 4935)
[10] Q.S. Nuh: 17-18.
[11] Q.S. Ali Imran: 30; Q.S. al-Kahfi: 37; Q.S. al-Hajj: 5; Q.S. al-Rum: 20; Q.S. Fathir: 11; Q.S. Ghafir: 67.
[12] Q.S. al-An’am: 2; Q.S. al-A’raf: 12; Q.S. al-Sajdah: 7; Q.S. Shad: 71-76; Q.S. al-Isra: 61.
[13] Q.S. al-Mu’minun: 12.
[14] Q.S. al-Shaffat: 11.
[15] Q.S. al-Hijr: 26, 28, 33.
[16] Q.S. al-Rahman: 14.
[17] Q.S. Hud: 61; Q.S. Thaha: 55; Q.S. al-Najm: 32; Q.S. Nuh: 17,18.
[18] Q.S. al-Furqan: 54.
[19] Q.S. al-Mursalat: 20.
[20] Q.S. al-Thariq: 6.
[21] Q.S. al-Sajdah: 8.
[22] Q.S. al-Nuh: 17-18.
[23] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 272-275.
[24] Q.S. Alu Imran: 185.
[25] Q.S. al-‘Ankabut: 57.
[26] Q.S. al-Zumar: 42.
[27] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 278-279.

0 komentar:

Post a Comment