HIstoriografi Asia Tenggara Masa Tradisional dan Moderen , mnaufalshidqi.files.wordpress.com |
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“
Historiografi Asia Tenggara ” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Historiografi ”, di Universitas Negeri Yogyakarta tahun ajaran 2011.
Pembuatan
makalah ini tidak hanya penulis saja, tetapi banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada: Dosen Pengampu Danar Widiyanta M, Hum.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, dalam kesempatan ini pula
penulis sangat mengharapkan dan menghargai setiap kritikan dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi untuk menyempurnakan penyusunan karya
tulis ilmiah selanjutnya.
Segala
kerendahan hati, penulis mempersembahkan makalah ini untuk pembaca, semoga
bermanfaat dan selamat membaca. Terima kasih.
Yogyakarta,
27 April 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Pengantar.......…………………………………….....................
ar
Isi ………………………………………...
......................................
I
Pendahuluan
.1.
Latar Belakang………………………………………...................................
.2.
Tujuan Penulisan………………………………............................................
1.2.1.
Tujuan Umum ..…………………..…................................................
1.2.2.
Tujuan Khusus ...…….……………………..……............................
.3.
Metode Penulisan...…………….……………….……………......................
.4.
Sistematika
Penulisan.....……………….......................................................
II
Perkembangan Historiografi Tradisional Asia gara
.1.
Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.……….…………....................
.2.
Ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.
..….............................
III
Perkembangan Historiografi Modern Asia gara
.1
Historiografi Modern di Asia
Tenggara.........................................................
.2
Ciri-ciri Historiografi Modern di Asia Tenggara..........................................
IV
Penutup
.1
Kesimpulan.....................................................................................................
.2
Saran...............................................................................................................
r
Pustaka i
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penulisan
sejarah di setiap bagian negara sudah berlangsung cukup lama. setiap
negara-negara bentuk historiografinya tidaklah sama, hisstoriografi yang dibuat
didasarkan pada perkembangan kebudayaan di masing-masing negara. Begitu pula
dengan historiografi di negara-negara Asia Tenggara, penulisan sejarah mereka
disesuaikan dengan perkembngan kebudayaan yang berlangsung dan perkembnagan historiografinya
selalu berhubungan dengan dengan sumber-sumber kesusastraan (literary).
Masing-masing kesusastraan yang dihasilkan oleh masing-masing negara di Asia
Tenggara berbeda, sehingga berbeda pula hasil penulisan sejarahnya. Hal itu
dikarenakan sumber yang digunakan dalam menulis sejarah juga berbeda dari
masing-masing wilayah.
Wilayah
Asia Tenggara terdapat perbedaan dalam menanggapi tentang sejarah. Setiap
wilayah mengembangkan historiografi berdasarkan periodesasi yang berkembang di
wilayah-wilayah tersebut. Perkembangan penulisan sejarah di Asia tidak jauh
berbeda dengan yang terjadi di negara-negara Eropa. Sebelum abad ke-XX sumber
utama historiografi Asia Tenggara dapat dibagi menjadi daerah yang disesuaikan
dengan agama. Misalnya saja, Agama Budha di Theravada di Muang Thai, Burma dan
Sri Langka atau agama Islam Pakistan, India, masyarakat Islam di malaysia,
Indonesia dan Filipina Selatan atau budaya Tiongkok di Vietnam atau Kristen di
Fillipina. Hal tersebut pernah terjadi di Eropa ketika abad pertengahan yang
mana agama memiliki peranan yang penting dalam penulisan sejarah.
1.2
Rumusan Masalah
Melihat
latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah, antara lain
sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana Historiografi Tradisional di Asia Tenggara ?
1.2.2
Bagaimanakah ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara ?
1.2.3
Bagaimanakah Historiograsi Modern di Asia Tenggara ?
1.2.4
Bagaimanakah ciri-ciri Historiografi modern Asia Tenggara ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan
umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Historiografi
Asia Tenggara .
1.3.2
Tujuan Khusus
Adapun
tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui Bagaimana Historiografi Tradisional di Asia Tenggara
2.
Mengetahui Bagaimana ciri-ciri Historiografi Tradisional.
3.
Mengetahui Bagaimana Historiograsi Modern di Asia Tenggara.
4.
Mengetahui Bagaimana ciri-ciri Historiografi modern Asia Tenggara.
1.2
Metode Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu studi
kepustakaan dengan membaca dan mempelajari serta memahami literatur yang
dikutip dari berbagai buku sumber dan bacaan lainnya yang dapat dijadikan
sebagai landasan teori dalam proses penyelesaian dan penulisan makalah ini.
1.3
Sistematika Penulisan
Makalah
ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan
yang terdiri
Historiografi
Tradisional di Asia Tenggara, ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia
Tenggara,
Bab
III Historiografi Modern di Asia Tenggara,
ciri-ciri
Historiografi Modern di Asia Tenggara, Bab IV Penutup yang merupakan kesimpulan
dan saran. Dan di akhiri dengan daftar pustaka.
BAB
II
Perkembangan
Historiografi Tradisional Asia Tenggara
2.1
Historiografi Tradisional di Asia Tenggara
Seperti
yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional Asia
Tenggara sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan agama
itulah maka historiografi di Asia Tenggara dapat dibedakan kedalam empat
wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda. Penggolongan
ini digunakan untuk menjelaskan secara jelas mengenai Historiografi di
Indonesia. Adapun keempat wilayah Asia Tenggara tersebut adalah sebagai
berikut;
2.1.1
Pengaruh Agama Theravada di Muangthai dan Kamboja
Bangsa
Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah daerah-daerah di Burma. Negara
Burma yang berbatasan dengan India, membuat negara ini mayoritas penganut agama
Budha yang juga berasal dari India. Agama Budha yang dianut oleh para bangsa
Mon berbeda dengan yang ada di India. Penduduk Mon banyak menganut agam Budha
Theravada Sinhala yang masuk ke Burma pada tahun 1190 yang menyebar pada abad
ke-13 dari bangsa Mon dna Burma ke bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada
yang telah berkembang bangsa-bangsa diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh
oleh masyarakat setempat, namun terjadi alkulturasi dengan agama-agama
masyarakat pribumi. Berkembangnya agama Budha Theravada ini semakin menggusur
keberadaan Budha Mahayana dan Hindu yang sebelumnya banyak berkembang di Asia
tenggara. Namun demikian agama Budha Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum
elit di Asia Tenggara.
Setelah
masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha Hinayyana yang sebelumnya
dianut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) mulai tergantikan. Tepatnya
pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak kebudayaan dan karya sastra
yang dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada. Misalnya pada abad ke-13
bangsa Mon menyusun sebuah kronik (Rajawan dan berbagai bentuk Genelogis) yang
menetapkan suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot
mengenai raja-raja, serta berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada
setiap pemerintahan. Tradisi ini semakin diperkuat dengan pemasukan kesadaran
kronologi yang lebih teliti dalam komposisi tulisan yang dibuat oleh bangsa
Mon.
Salah
satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma)
yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:
1.2.1.1
Tulisan asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta
kosmologi
Burma
sendiri.
1.2.1.2
Karya ini disusun oleh para biarawan serta para Brahmana terpelajar.
1.2.1.3
Mengandung bahan-bahan berharga bagi tulisan-tulisan pertama dari orang-orang
Eropa mengenai Burma.
Tradisi
seperti ini juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda
perkembangan tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang
terpelajar yang berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa
yang berbahasa Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian
besar kronik ini musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang
dipimpin oleh Raja Hsin Byusin . Ayuthia kalah dalam peperangan ini. Semua
kronik yang masih tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan
meliputi antara tahun 1350-1605. Bentuk kronik ini kembali dikembangkan pada
akhir abad ke-18. kebanyakan kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan
negara-negara Malaysia seperti Onghala dan Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik
tersebut.
2.1.2
Pengaruh Islam di Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan
Hampir
seluruh wilayah di Asia Tenggara mendapat pengaruh agama Hindu dan Budha yang
berasal dari India. Namun dalam perkembangannya wilayah Indoneisa, Malaysia dan
Fillipina bagian selatan mendapat pengaruh dari agama Islam, yang kemudian
membuat agama Hindu dan Budha kehilangan landasannya di tiga daerah tersebut.
Dalam awal penulisan sejarah tradisional di Indonesia agama Hindu dan Budha memeganga
peranan yang cukup penting. Orang-orang Jawa banyak meninggalakan monumen dan
inskripsi-inskripsi yang bercorak Hindu-Budha. Tidak hanya berupa monumen,
sajak-sajak epik seperti
Negarakertagama,
Pararaton, Babad tanah Jawi (abad 14-17), pemujaan pujangga-pujangga keraton
terhadap raja, penyusunan geneologi, serta penyempurnaan sajak-sajak. Orang
Jawa dan melayu memiliki kesadaran kontinuitas, keinginan untuk meneruskan
kekuasaan yang sah dan kedaulatan tokoh dimasa lampau dengan asal-usul sejarah mereka,
selalu dipertahankan hingga berabad-abad. Hal tersebut menyebabkan
ketidakadanya ketepatan kronologis. Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu lebih
berkembang sebagai sejarah, misalnya saja Kitab Sejarah Melayu yang berisi
tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu juga kronik bersajak seperti
Sha’ir Perang Mekasar . Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu ini merupakan
uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum terdapat kronologis, walaupun
deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh lebih tepat. Tidak banyak
tulisan yang berbau mitos dan lebih banyak terkandung unsur nilai-nilai tentang
kepatuhan dan kejujuran. Selain digunakan untuk mendidik juga digunakan untuk
menghibur. Contoh yang menonjol dalam sejarah melayu adalah tentang sejarah
sosial “ Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan Tuhfal-ul Nafls” (abad 18-19).
2.1.3
Pengaruh Agama dan Budaya Cina di Vietnam
Vietnam
bagian Utara adalah salah satu daerah jajahan atau fasal Cina. Selama
pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak pengaruh yang diberikan Cina terhadap
Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga
menanamkan kebudayaan yang mereka miliki kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina
itu membuat berhasil menentukan sifat dan historiografi di Vietnam Utara.
Karya-karya tradisional seperti Cina masih ada sampai abad ke 19 dan ke 20.
Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang
peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil
menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta
membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak
terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina.
Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara
Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.
2.1.4
Pengaruh Agama Kristen di Fllipina
Ketika
mulai berkembangnya pelayaran samudra yang dilakukan oleh bangsa Barat, hal itu
mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16
spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke
Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel) . Penyebaran agama katolik
di Fillipina membuat masuk bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang
berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu.
Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga
sekarang.
2.2
Ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.
Ciri-ciri
yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:
1.
Karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan
dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
2.
Tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan
anekdot, dan penggunaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
3.
Bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan dalam
hal perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan
diletakkan pada kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.
4.
Pertimbangan-pertimbangan astorlogis dan kosmologis cenderung untuk
menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan ( progress).
Walaupun
terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat pula perbedaan-perbedaan
dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
Persaingan nasional memperngaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang
bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.
2.
Perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak
karya-karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.
3.
Kebijakan-kebijakan Raja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya,
karya-karya Islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya
yang dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan
untuk kepentingan pihak resmi.
4.
Agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks
sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari
Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-Jawa
dari orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak
lain.
BAB
III
Perkembangan
Historiografi Modern Asia Tenggara
3.1
Historiografi Modern di Asia Tenggara
Historiografi
Modern tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di perkembangan
historiografi di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di Asia
Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan
barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang Eropa yang
tidak menyeluruh sehingga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara
menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi
modern. Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebanyakkan hasil tulisan sejarah banyak
ditulis oleh orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh
orang-orang Eropa belum dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia
Tenggara. Berikut adalah beberapa contoh historiografi modern di Asia tenggara:
3.2.1
Indonesia dan Malaysia
Pembentukkan
Btavia Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk seni
dan Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden History of Sumatra
(1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali
merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan
dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan,
serta dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878,
mulailah dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indonesia dan Malaysia.
Walaupun demikian penulisan babad masih tetap ada.
3.2.2
Burma dan Muangthai
Tidak
hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis karya
sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood ( A History
of Siam, 1902 ) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Jurnal masyarakat Burma
dan Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa sangat bergantung pada
penelitian setempat.
3.2.3
Vietnam
Sejarahwan
tradisional Vietnam banyak membantu sarjana-sarjana Prancis yang tergabung
dalam Ecole Francais d’Etreme Orient (Sekolah perancis Mengenai timur Jauh),
yang didirikan tahun 1900 dan bertujuan untuk mengembangkan ilmu sosiologi yang
sudah muali berkembang di Prancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat
sarjana-sarjana Prancis tersebut diterbitkan dalam sebuah buletin. Selain itu
arsip-arsip kerajaan Hue masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional
samapai beberapa tahun sebelum pendudukan Prancis. Sehingga semakin mempermudah
penelitian yang dilakukan oleh sarjana-sarjana asal Prancis.
3.2.4
Fillipina
Pada
masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah
Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah
satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson ( The
Phillipine Island, 1493-1889 ) yang diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada
abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia
yang berbeda-beda. Antara lain:
1)
Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat
asli, biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para arkeolog. Salah satu
contohnya adalah karya N.J Krom mengenai sejarah kuno Indonesia.
2)
Sejarah Koonial biasanya mencakup masalah perdagangan, perang,
perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang Eropa.
3)
Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai
sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli,
metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan
malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.
Muangthai
dan Filipina perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Muangthai
Universitas Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah kuno dan
sejarah modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti
Santo Thomas tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19
mulai banyak memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908
orang-orang Amerika mendirikan universitas di Filipina dan mengajarkan sejarah
modern. Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara
merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi,
antara lain:
1.
Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin
menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno
hingga modern merupakan unit sejarah yang lengkap.
2.
Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai
historiografi Indonesia yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.
3.
Usaha membentuk pertemuan Internasional Association of Historians of Asia, yang
melakukan kongres tiga atau empat tahun sekali.
3.2
Ciri-ciri Historiografi Modern di Asia Tenggara.
Kawasan
Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina, historiografi
modern sedang dikonfrontasikan dengan Nasionalisme. Seperti terlihat dalam
bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan dibuat guna
membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Untuk
menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagia bangsa yang jahat dan selalu
merugikan bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak
terdapat mengenai tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro, dan lain
sebagainya. Pada sejarah modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah
Nasional dibandingkan dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya
sekarang ini para sejarawan sudah mulai banyak menggunakan metode-metode dalam
penulisan sejarah.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang terdapat dalam
makalah
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1.
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional
Asia Tenggara sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan
agama itulah maka historiografi di Asia Tenggara dapat dibedakan kedalam empat
wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda.
4.1.2.
Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada pertenaghan abad
ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai masuk di kawasan
Asia Tenggara.
4.1.3.
Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina,
historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan Nasionalisme.
4.2.
Saran
Adapun
saran yang dapat disampaikan yaitu agar dalam mempelajari tentang sejarah
H
istoriografi Asia Tenggara, akan lebih baik dipelajari secara komprehensif,
sehingga dalam aplikasinya mahasiswa dan pendidik dapat memiliki pengetahuan
yang maksimal sehingga dapat memberikan pengajaran yang optimal kepada peserta
didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggar
Kaswani. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta offset.
Danar
Widiyanto. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia
. Yogyakarta: UNY
Sartono
Kartodirjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia . Jakarta:
Gramedia.
Baca Juga: Historiogragi Indonesia Masa Kolonial
0 komentar:
Post a Comment