HIstoriografi Asia Tenggara Masa Tradisional dan Moderen

HIstoriografi Asia Tenggara Masa Tradisional dan Moderen , mnaufalshidqi.files.wordpress.com

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Historiografi Asia Tenggara ” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Historiografi ”, di Universitas Negeri Yogyakarta tahun ajaran 2011.
Pembuatan makalah ini tidak hanya penulis saja, tetapi banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Dosen Pengampu Danar Widiyanta M, Hum.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, dalam kesempatan ini pula penulis sangat mengharapkan dan menghargai setiap kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi untuk menyempurnakan penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan makalah ini untuk pembaca, semoga bermanfaat dan selamat membaca. Terima kasih.
Yogyakarta, 27 April 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Pengantar.......…………………………………….....................
ar Isi ………………………………………...
......................................
I Pendahuluan
.1. Latar Belakang………………………………………...................................
.2. Tujuan Penulisan………………………………............................................
1.2.1. Tujuan Umum ..…………………..…................................................
1.2.2. Tujuan Khusus ...…….……………………..……............................
.3. Metode Penulisan...…………….……………….……………......................
.4. Sistematika Penulisan.....……………….......................................................
II Perkembangan Historiografi Tradisional Asia gara
.1. Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.……….…………....................
.2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara. ..….............................
III Perkembangan Historiografi Modern Asia gara
.1 Historiografi Modern di Asia Tenggara.........................................................
.2 Ciri-ciri Historiografi Modern di Asia Tenggara..........................................
IV Penutup
.1
Kesimpulan.....................................................................................................
.2
Saran...............................................................................................................
r Pustaka i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penulisan sejarah di setiap bagian negara sudah berlangsung cukup lama. setiap negara-negara bentuk historiografinya tidaklah sama, hisstoriografi yang dibuat didasarkan pada perkembangan kebudayaan di masing-masing negara. Begitu pula dengan historiografi di negara-negara Asia Tenggara, penulisan sejarah mereka disesuaikan dengan perkembngan kebudayaan yang berlangsung dan perkembnagan historiografinya selalu berhubungan dengan dengan sumber-sumber kesusastraan (literary). Masing-masing kesusastraan yang dihasilkan oleh masing-masing negara di Asia Tenggara berbeda, sehingga berbeda pula hasil penulisan sejarahnya. Hal itu dikarenakan sumber yang digunakan dalam menulis sejarah juga berbeda dari masing-masing wilayah.
Wilayah Asia Tenggara terdapat perbedaan dalam menanggapi tentang sejarah. Setiap wilayah mengembangkan historiografi berdasarkan periodesasi yang berkembang di wilayah-wilayah tersebut. Perkembangan penulisan sejarah di Asia tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di negara-negara Eropa. Sebelum abad ke-XX sumber utama historiografi Asia Tenggara dapat dibagi menjadi daerah yang disesuaikan dengan agama. Misalnya saja, Agama Budha di Theravada di Muang Thai, Burma dan Sri Langka atau agama Islam Pakistan, India, masyarakat Islam di malaysia, Indonesia dan Filipina Selatan atau budaya Tiongkok di Vietnam atau Kristen di Fillipina. Hal tersebut pernah terjadi di Eropa ketika abad pertengahan yang mana agama memiliki peranan yang penting dalam penulisan sejarah.

1.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah, antara lain sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana Historiografi Tradisional di Asia Tenggara ?
1.2.2 Bagaimanakah ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara ?
1.2.3 Bagaimanakah Historiograsi Modern di Asia Tenggara ?
1.2.4 Bagaimanakah ciri-ciri Historiografi modern Asia Tenggara ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Historiografi Asia Tenggara .

1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Bagaimana Historiografi Tradisional di Asia Tenggara
2. Mengetahui Bagaimana ciri-ciri Historiografi Tradisional.
3. Mengetahui Bagaimana Historiograsi Modern di Asia Tenggara.
4. Mengetahui Bagaimana ciri-ciri Historiografi modern Asia Tenggara.

1.2 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu studi kepustakaan dengan membaca dan mempelajari serta memahami literatur yang dikutip dari berbagai buku sumber dan bacaan lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam proses penyelesaian dan penulisan makalah ini.

1.3 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan yang terdiri
Historiografi Tradisional di Asia Tenggara, ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara,
Bab III Historiografi Modern di Asia Tenggara,
ciri-ciri Historiografi Modern di Asia Tenggara, Bab IV Penutup yang merupakan kesimpulan dan saran. Dan di akhiri dengan daftar pustaka.

BAB II
Perkembangan Historiografi Tradisional Asia Tenggara
2.1 Historiografi Tradisional di Asia Tenggara
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional Asia Tenggara sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan agama itulah maka historiografi di Asia Tenggara dapat dibedakan kedalam empat wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda. Penggolongan ini digunakan untuk menjelaskan secara jelas mengenai Historiografi di Indonesia. Adapun keempat wilayah Asia Tenggara tersebut adalah sebagai berikut;

2.1.1 Pengaruh Agama Theravada di Muangthai dan Kamboja
Bangsa Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah daerah-daerah di Burma. Negara Burma yang berbatasan dengan India, membuat negara ini mayoritas penganut agama Budha yang juga berasal dari India. Agama Budha yang dianut oleh para bangsa Mon berbeda dengan yang ada di India. Penduduk Mon banyak menganut agam Budha Theravada Sinhala yang masuk ke Burma pada tahun 1190 yang menyebar pada abad ke-13 dari bangsa Mon dna Burma ke bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada yang telah berkembang bangsa-bangsa diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh oleh masyarakat setempat, namun terjadi alkulturasi dengan agama-agama masyarakat pribumi. Berkembangnya agama Budha Theravada ini semakin menggusur keberadaan Budha Mahayana dan Hindu yang sebelumnya banyak berkembang di Asia tenggara. Namun demikian agama Budha Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum elit di Asia Tenggara.

Setelah masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha Hinayyana yang sebelumnya dianut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) mulai tergantikan. Tepatnya pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak kebudayaan dan karya sastra yang dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada. Misalnya pada abad ke-13 bangsa Mon menyusun sebuah kronik (Rajawan dan berbagai bentuk Genelogis) yang menetapkan suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot mengenai raja-raja, serta berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Tradisi ini semakin diperkuat dengan pemasukan kesadaran kronologi yang lebih teliti dalam komposisi tulisan yang dibuat oleh bangsa Mon.
Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma) yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:

1.2.1.1 Tulisan asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta kosmologi
Burma sendiri.
1.2.1.2 Karya ini disusun oleh para biarawan serta para Brahmana terpelajar.
1.2.1.3 Mengandung bahan-bahan berharga bagi tulisan-tulisan pertama dari orang-orang Eropa mengenai Burma.
Tradisi seperti ini juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda perkembangan tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang terpelajar yang berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa yang berbahasa Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian besar kronik ini musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang dipimpin oleh Raja Hsin Byusin . Ayuthia kalah dalam peperangan ini. Semua kronik yang masih tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan meliputi antara tahun 1350-1605. Bentuk kronik ini kembali dikembangkan pada akhir abad ke-18. kebanyakan kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan negara-negara Malaysia seperti Onghala dan Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik tersebut.

2.1.2 Pengaruh Islam di Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan
Hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara mendapat pengaruh agama Hindu dan Budha yang berasal dari India. Namun dalam perkembangannya wilayah Indoneisa, Malaysia dan Fillipina bagian selatan mendapat pengaruh dari agama Islam, yang kemudian membuat agama Hindu dan Budha kehilangan landasannya di tiga daerah tersebut. Dalam awal penulisan sejarah tradisional di Indonesia agama Hindu dan Budha memeganga peranan yang cukup penting. Orang-orang Jawa banyak meninggalakan monumen dan inskripsi-inskripsi yang bercorak Hindu-Budha. Tidak hanya berupa monumen, sajak-sajak epik seperti
Negarakertagama, Pararaton, Babad tanah Jawi (abad 14-17), pemujaan pujangga-pujangga keraton terhadap raja, penyusunan geneologi, serta penyempurnaan sajak-sajak. Orang Jawa dan melayu memiliki kesadaran kontinuitas, keinginan untuk meneruskan kekuasaan yang sah dan kedaulatan tokoh dimasa lampau dengan asal-usul sejarah mereka, selalu dipertahankan hingga berabad-abad. Hal tersebut menyebabkan ketidakadanya ketepatan kronologis. Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu lebih berkembang sebagai sejarah, misalnya saja Kitab Sejarah Melayu yang berisi tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu juga kronik bersajak seperti Sha’ir Perang Mekasar . Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu ini merupakan uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum terdapat kronologis, walaupun deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh lebih tepat. Tidak banyak tulisan yang berbau mitos dan lebih banyak terkandung unsur nilai-nilai tentang kepatuhan dan kejujuran. Selain digunakan untuk mendidik juga digunakan untuk menghibur. Contoh yang menonjol dalam sejarah melayu adalah tentang sejarah sosial “ Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan Tuhfal-ul Nafls” (abad 18-19).
2.1.3 Pengaruh Agama dan Budaya Cina di Vietnam
Vietnam bagian Utara adalah salah satu daerah jajahan atau fasal Cina. Selama pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak pengaruh yang diberikan Cina terhadap Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga menanamkan kebudayaan yang mereka miliki kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina itu membuat berhasil menentukan sifat dan historiografi di Vietnam Utara. Karya-karya tradisional seperti Cina masih ada sampai abad ke 19 dan ke 20. Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.

2.1.4 Pengaruh Agama Kristen di Fllipina
Ketika mulai berkembangnya pelayaran samudra yang dilakukan oleh bangsa Barat, hal itu mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16 spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel) . Penyebaran agama katolik di Fillipina membuat masuk bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu. Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.

2.2 Ciri-ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara.
Ciri-ciri yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:

1. Karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
2. Tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan penggunaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
3. Bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan dalam hal perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan pada kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.
4. Pertimbangan-pertimbangan astorlogis dan kosmologis cenderung untuk menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan ( progress).
Walaupun terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Persaingan nasional memperngaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.
2. Perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.
3. Kebijakan-kebijakan Raja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya, karya-karya Islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya yang dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan untuk kepentingan pihak resmi.
4. Agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-Jawa dari orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.

BAB III
Perkembangan Historiografi Modern Asia Tenggara
3.1 Historiografi Modern di Asia Tenggara
Historiografi Modern tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di perkembangan historiografi di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang Eropa yang tidak menyeluruh sehingga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi modern. Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebanyakkan hasil tulisan sejarah banyak ditulis oleh orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang Eropa belum dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia Tenggara. Berikut adalah beberapa contoh historiografi modern di Asia tenggara:

3.2.1 Indonesia dan Malaysia
Pembentukkan Btavia Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden History of Sumatra (1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan, serta dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878, mulailah dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indonesia dan Malaysia. Walaupun demikian penulisan babad masih tetap ada.
3.2.2 Burma dan Muangthai
Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis karya sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood ( A History of Siam, 1902 ) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Jurnal masyarakat Burma dan Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa sangat bergantung pada penelitian setempat.

3.2.3 Vietnam
Sejarahwan tradisional Vietnam banyak membantu sarjana-sarjana Prancis yang tergabung dalam Ecole Francais d’Etreme Orient (Sekolah perancis Mengenai timur Jauh), yang didirikan tahun 1900 dan bertujuan untuk mengembangkan ilmu sosiologi yang sudah muali berkembang di Prancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat sarjana-sarjana Prancis tersebut diterbitkan dalam sebuah buletin. Selain itu arsip-arsip kerajaan Hue masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional samapai beberapa tahun sebelum pendudukan Prancis. Sehingga semakin mempermudah penelitian yang dilakukan oleh sarjana-sarjana asal Prancis.

3.2.4 Fillipina
Pada masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson ( The Phillipine Island, 1493-1889 ) yang diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia yang berbeda-beda. Antara lain:

1) Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat asli, biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para arkeolog. Salah satu contohnya adalah karya N.J Krom mengenai sejarah kuno Indonesia.
2) Sejarah Koonial biasanya mencakup masalah perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang Eropa.
3) Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli, metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.
Muangthai dan Filipina perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Muangthai Universitas Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah kuno dan sejarah modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti Santo Thomas tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19 mulai banyak memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908 orang-orang Amerika mendirikan universitas di Filipina dan mengajarkan sejarah modern. Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara lain:

1. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno hingga modern merupakan unit sejarah yang lengkap.
2. Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai historiografi Indonesia yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.
3. Usaha membentuk pertemuan Internasional Association of Historians of Asia, yang melakukan kongres tiga atau empat tahun sekali.

3.2 Ciri-ciri Historiografi Modern di Asia Tenggara.
Kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina, historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan Nasionalisme. Seperti terlihat dalam bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan dibuat guna membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Untuk menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagia bangsa yang jahat dan selalu merugikan bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak terdapat mengenai tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro, dan lain sebagainya. Pada sejarah modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah Nasional dibandingkan dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya sekarang ini para sejarawan sudah mulai banyak menggunakan metode-metode dalam penulisan sejarah.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdapat dalam
makalah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1. Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional Asia Tenggara sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan agama itulah maka historiografi di Asia Tenggara dapat dibedakan kedalam empat wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda.
4.1.2. Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara.
4.1.3. Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina, historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan Nasionalisme.

4.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu agar dalam mempelajari tentang sejarah
H istoriografi Asia Tenggara, akan lebih baik dipelajari secara komprehensif, sehingga dalam aplikasinya mahasiswa dan pendidik dapat memiliki pengetahuan yang maksimal sehingga dapat memberikan pengajaran yang optimal kepada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Anggar Kaswani. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta offset.
Danar Widiyanto. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia . Yogyakarta: UNY
Sartono Kartodirjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia . Jakarta: Gramedia.


Baca Juga: Historiogragi Indonesia Masa Kolonial

0 komentar:

Post a Comment