Historiografi Sejarah Indonesia Masa Kolonial, blogspot.com |
A. Latar
Belakang
Sejarawan adalah orang yang menulis
peristiwa-peristiwa masa silam melalui berbagai fakta yang ada. Tanpa fakta
mustahil seorang sejarawan dapat merekonstruksi sejarah yang telah terjadi.
Posisi fakta adalah sangat penting, fakta inilah yang kemudian membedakan
seorang sejarawan dengan seorang sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah
karya sastra tidak menekankan pada fakta, dia bisa membuat itu lewat daya
imajinasi yang ia miliki, namun seorang sejarawan harus tertuju pada
fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih menarik tulisan sejarahnya
digunakan pula fiksi dan imajinasi.
Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta
yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing.
Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari kehari, entah
itu dari segi metodenya, keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi
Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari
historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi revolusi dan
yang terakhir berkembang adalah historiografi modern.
Bicara perkembangan historiografi Indonesia tidak
lepas dari historiografi kolonial turut memperkuat proses historiografi
Indonesia, historiografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peran bangsa
Belanda dan memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Hal ini merupakan
perkembangan logis dari situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan
utama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya.
Penulisan sejarah kolonial tentunya tidak lepas dari
kepentingan penguasa kolonial, kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka
terhadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya berbeda dengan penafsiran penulis sejarah nasional Indonesia. Jika dalam sejarah
Belnda-sentris menonjolkan peranan VOC sebagai “pemersatu” dalam menulis
sejarah Hindia-Belanda (Indonesia) maka dalam pandangan indonesia-sentris hal
itu kan berbeda. Kehadiran bangsa barat pada umumnya serta Belanda pada
khususnya dan sengaja atau tidak sengaja mendorong kearah integrasi.
Historiografi kolonial merupakan penulisan
sejarah yang membahas masalah penjajahan atas Indonesia oleh Belanda.Penulisan
tersebut dilakukan oleh orang Belanda.Bahkan banyak diantara mereka yang tidak
pernah berkunjung di Indonesia.Sumber-sumber yang digunakan adalah arsip-arsip
di Negara Belanda dan di Jakarta (Batavia).Pada umumnya tidak menggunakan atau
mengabaikan sumber-sumber dari Indonesia.Sesuai dengan namanya, yaitu
historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat jika disebut penulisan
Indonesia, dan lebih tepat apabila disebut sejarah bangsa Belanda di
Hindia-Belanda.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Perkembangan Historiografi kolonial ?
2. Siapa saja penulis sejarah Indonesia
masa kolonial ?
3.
Bagaimana
karakteristik historiografi kolonial ?
4.
Apa saja kelebihan dan kekurangan historiografi kolonial ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan
perkembangan historiografi kolonial
2. Untuk mendeskripsikan penulis sejarah Indonesia pada masa
kolonial
3. Untuk medeskripsikan karakteristik historiografi kolonial
4. Untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan
historiografi kolonial
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Historiografi Kolonial
Salah satu warisan historiografi di Indonesia yang
tidak dapat diabaikan adalah historiografi kolonial. Historiografi tersebut
menempatkan orang barat (Belanda) sebagai pelaku utama. Hal ini merupakan
perkembangan logis dari situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan
utama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya
Sejarah VOC inilah yang mengawali historiografi
kolonial, yang tentu saja tidak dimulai sebagai penjajahan ketika Cornelis De
Houtman merapatkan kapalnya di pelabuhan Banten. VOC yang dating ke Indonesia
tidak bertujuan untuk melakukan kolonialisasi, tetapi memperoleh rempah-rempah
yang diperlukan di Eropa. Ketika VOC di atas angin, maka sejarawan yang akan
menulis kehidupan mereka akan dilandasi oleh penafsiran yang subjektif dengan
pandangan yang bersifat Neerlandosentrisme. Neerlandosentrisme
dikarakterisasikan sebagai fakta bahwa para agen Belanda berperan di barisan
terdepan dalam sebagian peristiwa sejarah, sementara orang-orang pribumi hanya
memainkan peran kecil.
Ketika bangsa Indonesia yang merdeka menginginkan
suatu penulisan sejarah identitas, maka historiografi kolonial ada manfaatnya.
Artinya, historiografi kolonial tidak bisa dibuang ketempat sampah karena di
dalamnya terkandung berbagai data yang diperlukan dalam historiografi
Indonesia.[1]
Sesuai dengan namanya yaitu sejarah kolonial, maka
sebenarnya kuranglah tepat apabila disebut dengan penulisan sejarah Indonesia.
Lebih tepat disebut sebagai sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda
(Indonesia) mengapa demikian, hal ini tidaklah mengherankan sebab focus
pembicaraan adalah bangsa Belanda, bukankah kehidupan rakyat atau kiprah bangsa
Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sifat pokok dari Historiografi
kolonial ialah Europasentris atau Belandasentris yang dibentangkan atau
diuraikan secara panjang lebar di dalam aktivitas bangsa Belanda, pemerintahan
kolonial, aktivitas pegawai kompeni dan mengabaikan segala aktivitas yang
dialami oleh rakyat dan bangsa Indonesia.
Penulisan sejarah Indonesia masa kolonial berawal dari
tahun 1816 hingga 1942. Meskipun pertama kali belanda tiba di Indonesia tahun
1602 dengan VOC. Dalam kurun waktu penjajahan Belanda terdapat dua macam
penulisan sejarah di Indonesia, yang pertama penulisan Belanda dan yang kedua
penulisan Indonesia. Penulisan sejarah Indonesia yang dilakukan oleh sejarawan
Indonesia dapat dikatakan tidak banyak berbeda metodenya dari sebelum
penjajahan. Salah satu perbedaannya adalah berkurangnya mitos dalam penulisan
itu[2].
Pada abad ke-17 historiografi masa kolonial awalnya adalah sebuah laporan pegawai VOC
kepada tuannya yang berada di Belanda yang menggambarkan sedikit mengenai
Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Eropa belum begitu mengenal
kawasan Indonesia dan sekitarnya. Laporan ini bertujuan agar pemerintah Belanda
mengetahui kebijakan yang dirasa tepat bagi perdagangan mereka dengan bukti
yang kuat bukan hanya dugaan.
Kemudian ketika pemerintah Hindia Belanda memerintah
di seluruh Indonesia, para pegawainya diharuskan memberikan laporan tentang
seluruh negeri dan setiap rincian tentang hukum dan kebiasaan setempat yang
menarik perhatiannya. Sekali lagi, tujuannya adalah agar kebijakan pemerintah
dapat disesuaikan dengan tuntutan tempat dan waktu. Umumnya tugas itu
dilaksanakan secara lebih cakap oleh para pegawai Belanda di timur dari pada
pegawai colonial mana pun.
Historiografi kolonial banyak dipengaruhi tradisi
penulisan sejarah di Eropa abad ke-19 di bawah tokoh Leopold van Ranke, yang
dianggap sebagai “bapak” historiografi modern. Historiografi kolonial yang bersandarpada sumber-sumber arsip resmi
negara mempengaruhi konstruk sejarah yang dihadirkan. Para sejarawan sejarah
colonial sepenuhnya mengandalkan studi arsip resmi yang dihimpun oleh
Pemerintah Kolonial Belanda yang sebagian besar merupakan laporan para pejabat
baik pusat maupun di daerah.
Dari sumber sejarah seperti itulah para sejarawah
merekonstruksi prosedur Sejarah Indonesia yang pada dasarnya menceritakan
sejarah orang-orang Belanda di Indonesia. Pemanfaatan sumber-sumber local
seperti sumber lisan dan artefak lainnya belum banyak diminati sehingga
kehadiran penduduk pribumi dalam historiografi kolonial tidak terlihat atau
dengan sengaja disingkirkan.[3]
B. Penulis Sejarah Indonesia Masa Kolonial
1. Valentijn (1666-1727)
Suatu ikhtisar yang besar mengenai segala sesuatu yang
dikenal tentang kompeni dan kepulauan ini pada permulaan abad ke-18 adalah “
Oud en Nieuw Oost Indien “ karangan de F. Valentijn. Inseklopedia Hindia
Belanda dari masa Campagnie ini adalah suatu karya yang sangat bagus dalam 8 jilid
buku dan dihias dengan gambar-gambar. Sebenarnya karya itu merupakan suatu
kompilasi yang mengagumkan dari pengumuman, dokumen-dokumen pribadi dan
fragmen-fragmen yang dicuri dari karya orang lain yang dikumpulkan oleh seorang
yang mengenal Hindia Belanda dengan baik.
2. Van Dam
Karya Van Dam lebih resmi dan kurang pribadi sifatnya
daripada karya Valentijn. Akan tetapi karya ini kurang berarti karena Van Dam
melihatnya melalui kacamata Campagnie dan Hindia yang dikenal dari surat-surat
dan buku-buku. Van Dam menulis dari Belanda. Anehnya pada masa lalu itu buku
Van Dam dirahasiakan. Baru sekarang buku itu diterbitkan dalam Rijks
Geschiedkundige Publicatien oleh Dr. F. W. Stapel. Inilah titik puncak dalam
penulisan sejarah Compagnie.
3. Thomas Stamford Raffles (1787-1826)
Raffles melihat Hindia dari segi yang lain sama
sekali. Dalam buku karyanya yaitu Historiy of Java, dia banyak menggunakan
sumber-sumber pribumi yang dibuka oleh temannya Panembahan dari Sumenep.
4. J. Hageman ( 1817-1872)
Hageman merupakan seseorang pencari, pengumpul,
pemeriksa, dan seseorang yang berpengetahuan luas yang sangat bersemangat dan
tidak kenal lelah dan juga karena kurangnya pendidikan, bekerja sangat tidak
kritis dan karena itu memberikan banyak kesempatan untuk dikritik. Dia adalah
orang Belanda pertama yang telah berusaha menulis sejarah nasional Pulau Jawa.
5. De Jonge (1828-1879)
De Jonge sendiri sejak tahun 1854 bekerja pada Arsip
Kerajaan. Mulai tahun 1862 ia menrbitkan suatu seri dokumen 10 jilid yang
dilengkapi dengan pengantar-pengantar historis[4].
C. Karakteristik Historiografi Kolonial
1. Belandasentrisme atau Neerlandosentrisme
Sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang
kepentingan orang-orang Belanda yang sedang berkuasa (menjajah) di Nusantara
Indonesia saat itu.
2. Eropasentrisme
Selain ditulis dari sudut pandang kepentingan Belanda,
ditulis juga sesuai dengan kepentingan bangsa Eropa pada umumnya.
3. Mitologis
Banyak kejadian yang tidak didasrkan pada kejadian
yang sebenarnya. Interpretasi dar zaman Kolonial cenderung untuk membuat
mitologis dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang colonial sebagai
usaha pasifikasi daerah-daerah yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk
pertahanan masyarakat serta kebudayaan.
4. Ahistoris
Orang Belanda dianggap sebagai manusia paling sempurna
dalam berbagai kehidupan di nusantara, peran mereka ditulis dalam historiografi
colonial sampai berlembar-lembar sementara peran rakyat pribumi sebagai pemilik
sangat sederhana dan dituangkan dalam halaman yang sagat minim[5].
D. Kelebihan dan kelemahan Historiografi Kolonial
1. Kelebihan
Tidak disangkal bahwa historiografi masa colonial
turut memperkuat proses naturalisasi historiografi. Terlepas dari subjektifitas
yang melekat, sejarawan colonial berorientasi fakta-fakta dan
kejadian-kejadian. Kekayaan akan fakta-fakta sungguh mencolok. Pembicaraan
mengenai perkembangan historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan literatur
historiografis yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial.
2. Kekurangan
a. Subjektifitas Tinggi terhadap Belanda
Sejarawan colonial pada umumnya deskripsinya
berorientasikan pada kejadian-kejadian yang menyangkut orang-orang Belandan
misalnya dalam VOC. Banyak kupasan-kupasan yang menekankan ciri yang menonjol
yaitu Neerlandosentrisme pada khususnya dan Europasentrisme pada umumnya.
b. Kekurangan Kualitatif dari Sejarawan-sejarawan
Kolonial
Kebanyakan buku tentang sejarah colonial mempunyai
hal-hal yang kaku dan dibuat-buat. Buku-buku yang ditulis dari ruang studi di Belanda
dan hamper seluruhnya membahas Gubernemen dan pejabt-pejabatnya dan orang-orang
pribumi yang dijumpai. Hanya sedikit dibicarakan tentang rakya yang berfikir
yang merasa dan bertindak. Hamper tidak seorang pun yang berusaha meneliti
syair, hikayat, babad dan sejarah.
c. Kekurangan Kuantitatif dari Sejarawan-sejarwan
Kolonial
Setelah masa kompeni relatif sedikit karya-karya yang
diterbitkan yang disebabkan oleh system kerahasiaann yang fatal dan yang
berlaku pada masa itu dan pengawasan yang menurun terhadap jajahan pada abad
ke-18. Berdasarkan jumlah arsip yang banyak, hanya sedikit saja yang merupakan
sumber terbuka[6].
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Historiografi
merupakan sebuah aset berharga dalam suatu negara terlebih bagi Indonesia. Di
Indonesia banyak terdapat berbagai macam historiografi antara lain
historiografi tradisional, historigrafi Kolonial dan historiografi modern. Pada
makalah ini membahas tentang historiografi Kolonial, yaitu karya sejarah
(tulisan sejarah) yang ditulis pada masa pemerintahan Kolonial berkuasa di
Nusantara Indonesia.
Dimulai
sejak zaman VOC (1600) sampai dengan masa pemerintahan Hindia Belanda pada
tahun 1942. Awal mula historiografi kolonial ini adalah sebuah laporan pegawai VOC kepada tuannya yang berada
di Belanda yang menggambarkan sedikit mengenai Indonesia. Hal ini disebabkan
karena saat itu Eropa belum begitu mengenal kawasan Indonesia dan sekitarnya.
Laporan ini bertujuan agar pemerintah Belanda mengetahui kebijakan yang dirasa
tepat bagi perdagangan mereka dengan bukti yang kuat bukan hanya dugaan.
Setelah
pemerintahan Hindia Belanda memerintah
di seluruh Indonesia, para pegawainya diharuskan memberikan laporan tentang
seluruh negeri dan setiap rincian tentang hukum dan kebiasaan setempat yang
menarik perhatiannya. Sekali lagi, tujuannya adalah agar kebijakan pemerintah
dapat disesuaikan dengan tuntutan tempat dan waktu. Umumnya tugas itu
dilaksanakan secara lebih cakap oleh para pegawai Belanda di timur dari pada
pegawai colonial mana pun.
Karakteristik
dari penulisan sejarah masa kolonial Belanda ini mempunyai banyak macam, yaitu Belandasentrisme atau Neerlandosentrisme,
Europasentrisme, Mitologis dan Ahistoris. Namun, dalam semua penulisan sejarah
masa kolonial tidak menyebutkan tentang pribumi atau sejarah tentang orang
indonesia mereka menuliskan tentang kekuasaan Belanda dan kedigdayaan Belanda.
Daftar
Pustaka
Supriyadi, Sugeng. 2015. Historiografi
Indonesia. Yogyakarta:
Ombak.
Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bratara Karya Aksara.
https://sejarahorison.wordpress.com/2016/12/21/historiografi-kolonial-2/diakses pada 27 November 2018 pukul 09.10 WIB.
http://singkatsejarah.blogspot.com/2016/07/penulisan-sejarah-masa-kolonial.html/
diakses pada tanggal 27 November 2018 pukul 10.30 WIB.
http://merahbir.blogspot.com/2016/12/perkembangan-penulisan-historiografi.html/diakses
pada 27 November 2018 pukul 10.20 WIB.
https://myordinarynoy.wordpress.com/2012/04/18historiografi-kolonial-dan-nasional/diakses
pada 27 November 2018 pukul 10.38 WIB.
Baca Juga: Biografi Tokoh Historiografi Nugroho Notosusanto
[3] https://sejarahorison.wordpress.com/2016/12/21/historiografi-kolonial-2/diakses pada 27 November 2018 pukul 09.10 WIB.
[4] http://singkatsejarah.blogspot.com/2016/07/penulisan-sejarah-masa-kolonial.html/
diakses pada tanggal 27 November 2018 pukul 10.30 WIB
[5] http://merahbir.blogspot.com/2016/12/perkembangan-penulisan-historiografi.html/diakses
pada 27 November 2018 pukul 10.20 WIB
[6] https://myordinarynoy.wordpress.com/2012/04/18historiografi-kolonial-dan-nasional/diakses
pada 27 November 2018 pukul 10.38 WIB
0 komentar:
Post a Comment