Biografi Tokoh Historiografi Nugroho Notosusanto

Biografi Tokoh Historiografi Nugroho Notosusanto, wikimedia.org
KATAPENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Biografi Tokoh Historiografi Nugroho Notosusanto”.
            Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin serta telah mendapat bantuan dari berbagai pihak yang berguna untuk kelancaran pembuatan makalah. Untuk itu, kami sampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam pembuatan makalah kami.
            Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun isi serta kelengkapannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala bentuk kritik serta saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, Amiin.
Yogyakarta, Desember 2018


Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
2.1 Sejarah berdirinya Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga....................... 2
2.2 Bentuk kegiatan Laboraorium Agama UIN Sunan Kalijaga........................... 4
2.3 Penerapan teori insttusional dalam lembaga Laboratorium Agama................. 5

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Historiografi mulai dikenal oleh manusia ketika ditemukannya tulisan. Pengertian historiografi sendiri ialah penulisan sejarah yang merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah. Indonesia sebagai sebuah negara mengalami pergeseran sentris dari kolonial-sentris menjadi Indonesia-sentris. Hal tersebut tidak terlepas dari tokoh-tokoh historiografi nasional di Indonesia.
Salah satunya adalah Nugroho Notosusanto. Ia cukup dikenal sebagai pengarang buku Sejarah Nasional Indonesia dari jilid I-VI bersama dengan Marwati Djoened Poesponegoro. Selain sebagai sejarawan ia juga dikenal sebagai sastrawan, ini diketahui selain menulis buku-buku sejarah, ia juga menulis beberapa kumpulan cerpen yang diterbitkan menjadi buku.
Meski aktif di bidang kepenulisan, ia juga pernah menjabat posisi penting dalam pemerintahan. Namun, banyak kritik yang diberikan padanya terkait dengan kontroversi-kontroversi yang ia lakukan selama Orde Baru. Terlepas dari hal tersebut, Nugroho Notosusanto merupakan salah satu tokoh historiografi di Indonesia yang telah memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap bidang yang ia geluti tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana kehidupan Nugroho Notosusanto?
2.    Bagaimana karir Nugroho Notosusanto?
3.    Apa saja karya Nugroho Notosusanto?

1.3 TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut?
1.      Mengetahui kehidupan Nugroho Notosusanto.
2.      Mengetahui karir yang telah dicapai oleh Nugroho Notosusanto.
3.      Mengetahui karya yang telah dihasilkan oleh Nugroho Notosusanto.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEHIDUPAN NUGROHO NOTOSUSANTO
Nugroho Notosusanto dilahirkan di Rembang, 15 Juli 1930.[1] Ayahnya adalah seorang guru besar di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Prof. Mr. R.P Notosusanto. Ia beragama Islam dan merupakan putra sulung dari tiga bersaudara.[2] Bakat Nugroho dalam mengarang terlihat sejak kecil. Dia senang mengarang bersama Budi Darma. Ceritanya seringkali bertemakan perjuangan karena ketika itu Indonesia tengah diduduki oleh Belanda.
Pendidikan pertama Nugroho adalah Europeese Lagere School (ELS) yang tamat pada tahun 1944. Ia melanjutkan SMP di Pati, dan di tahun 1951 menyelesaikan pendidikan SMA di Yogyakarta. Ketika menempuh pendidikan di Yogyakarta, ia tergabung dalam Tentara Pelajar (TP) Brigade 17 dan TKR Yogyakara.[3] Setelah menyelesaikan pendidikanya di Yogyakarta, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra, jurusan Sejarah, Universitas Indonesia. Semasa menjadi mahasiswa, Nugroho merupakan seorang penulis sastra, ia cukup rajin menulis sejak tahun 1952-1963. Tema yang diangkatnya adalah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pengalamannya ketika menjadi tentara. Karena karyanya tersebut, ia menjalin hubungan yang baik dengan para sastrawan anti-komunis seperti Ramdhan KH dan H.B Jassin.
Nugroho menikah dengan Irma Sawitri Ramelan, yang merupakan salah satu teman masa kuliahnya pada 12 Desember 1960, di Hotel Indonesia. Lilik, sapaan akrab dari Irma, merupakan keponakan Direktur Seskoad Jenderal Suwarto. Dari pernikahan tersebut ia dikarunia tiga orang anak, yaitu Indrya Smita, Inggita Sukma dan Norottama. Di tahun 1962 mendapat beasiswa Rockefeller Foundation untuk melanjutkan studinya di London di bidang Sejarah dan Filsafat di University of London.[4]
Gelar doktor dalam Ilmu-Ilmu Sastra bidang Sejarah diraihnya di Universitas Indonesia pada tahun 1977, dengan tesis berjudul The PETA Army During the JAPANESE Occupation of Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indoneia dengan judul Tentara PETA pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia. Disertasi tersebut disusun berdasarkan wawancara dan penelurusan dokumentasi sejarah, yang diperolehnya dari dalam dan luar negeri. Tahun 1979 dikukuhkan sebagai guru besar di bidang Ilmu Sejarah, fakultas Sastra Universitas Indonesia, dengan pidato pengukuhan berjudul “Sejarah Demi Masa Kini”.[5]
Semasa mahasiswa ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI (1952-1953), Ketua Gerakan Mahasiswa Jakarta (1955-1956), Ketua Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (1955-1958) dan Ketua Badan Kerja Sama Kesenian Mahasiswa Indonesia (1958). Di bidang kepenulisan, ia pernah menjabat sebagai redaktur majalah kampus Gelora (1949-1950), Kompas (1951-1954), Mahasiswa (1957-1958) dan Indonesia (1958).[6]
Nugroho meninggal pada 3 Juni 1985 di Jakarta karena pendarahan otak disebabkan tekanan darah tinggi yang ia derita pada waktu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Nugroho di kebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. H.B Jassin menggolongkannya ke dalam angkatan ’66. Karyanya lebih banyak berbentuk cerita pendek.

2.2 KARIR NUGROHO NOTOSUSANTO
Nugroho menjadi dosen di UI fakultas Sastra ketika ia dipercaya menduduki posisi sebagai Kepala Pusat Sejarah Angkatan Darat di tahun 1964. Selanjutnya di tahun 1967, berdasarkan SK Panglima AD No. Kep. 1994/12/67 ia mendapat gelar kolonel tituler. Karena latar belakangnya sebagai seorang dosen, Nugroho mengajar di berbagai sekolah di lingkungan Angkaan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Dia aktif mengajar di Sekolah Staf Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (SESKO-ABRI), baik dibagian darat, laut, udara maupun kepolisian. Dia juga tercatat sebagai pengajar di Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS) serta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (SESDILU).[7]
Nugroho juga pernah menjadi Wakil Ketua Harian Pembina Pahlawan Pusat (1971), anggota Dewan Pers (1974), serta anggota Badan Pertimbangan Perintis Kemerdekaan (1975) serta aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah di dalam dan luar negeri.
Di Universitas Indonesia Nugroho Notosusanto memegang beberapa jabatan penting. Ia pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FSUI, menjadi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Puncaknya adalah menjadi rektor berdasar Surat Keputusan Presiden No. 5/M/1982 untuk periode 1982-1986.[8] Namun, ketika ia dilantik menjadi rektor UI, ia disambut dengan kecemasan dan caci maki para mahasiswa UI. Mahasiswa menganggap bahwa Nugroho merupakan tokoh militer dan merupakan orang pemerintah yang disusupkan ke dalam kampus untuk mematikan kebebasan suara mahasiswa.[9]
Pada 15 Januari 1982 Nugroho dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan IV. Ia mencetuskan banyak ide, seperti konsep wawasan almamater, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan pendidikan humaniora. Disamping hal tersebut, ia mengubah kurikulum dengan menghapus jurusan di SMA, mencetuskan sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru, penetepan Universitas Terbuka sebagai perguruan tinggi paling bungsu di Indonesia, Program Wajib Belajar, Orang Tua Asuh, dan pendidikan kejuruan di sekolah menegah.[10]
Ketika diangkat sebagai menteri pendidikan pada 1984, Nugroho menggunakan kesempatan itu untuk menulis ulang kurikulum sejarah untuk lebih menekankan peranan historis militer. Pada tahun itu pula Nugroho ikut menulis skenario untuk film Pengkhianatan G30S/PKI yang memuat versi resmi Orde Baru tentang tragedi tersebut. Film ini kemudian dijadikan tontonan wajib untuk murid-murid sekolah di seluruh Indonesia, dan belakangan diputar sebagai acara rutin setiap tahun di TVRI pada malam tanggal 30 September hingga tahun 1997.
Peranan Nugroho dalam penulisan sejarah versi Orde Baru paling menonjol adalah ketika dia mengajukan versinya sendiri mengenai pencetus Pancasila. Menurut Nugroho, Pancasila dicetuskan oleh Mr. Muhammad Yamin, bukan oleh Soekarno. Soekarno hanyalah penerus. Akibatnya, tanggal 1 Juni tidak lagi diperingati sebagai hari lahir Pancasila oleh pemerintah Orde Baru.[11]
Jabatan lain yang pernah ia ampu adalah Ketua Penulisan Buku Teks Sejarah Hankam/ABRI, Ketua Tim Pelaksaba Pengisian Museum Sejarah Tugu Nasional, dan Wakil Ketua II dan Ketua Panel VI Panitia Penulisan Buku Standar Sejarah Nasional Indonesia. Tahun 1976 ia diajak oleh Presiden Soeharto untuk mengadakan pertemua bersama Jenderal Amir Achmad, Jenderal M. Jusuf, dan Mashuri S.H untuk meluruskan penafsiran tentang peristiwa 11 Maret 1966. Nugroho terkenal karena merupakan salah satu penulis skenario film G30 S/PKI.[12]
Puncak pengakuan atas sumbangan Nugroho terhadap bangsa Indonesia adalah diberikannya Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Nararya, Satyalancana Penegak.[13]

2.3 KARYA NUGROHO NOTOSUSANTO
Sebagai sejarawan, Nugroho Juga telah berhasil menulis sejumlah makalah, artikel dan buku. Sebagian besar karyanya berhubungan dengan dunia militer. Setidaknya ada 50-an karya jenis yang dihasilkannya, Sebagian karyanya tersebut pernah menjadi kontroversi, terutama yang berhubungan sejarah penggalian pancasila, peranan militer dalam kehidupan politik Indonesia, dan perkembangan politik Indonesia kontemporer. Kritik yang dilontarkan terhadapnya berkenaan dengan sikapnya yang relatif menonjolkan peranan militer dan peranan Soeharto di panggung sejarah Indonesia kontemporer, serta pengenyampingan peranan tokoh-tokoh lain seperti Sukarno.
Buku kumpulan cerita pendeknya, antara lain berjudul Hudjan Kepagian (1958), Tiga Kota (1959), Rasa Sajange (1961), dan Hidjau Bumiku, Hidjau Badjuku (1963). Karya ilmiahnya, antara lain berjudul Seri Pahlawan Nasional (1972), Norma-Norma Dasar Penelitian Sejarah Kontemporer (1978), Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang (1979), dan Tercapainya Konsensus Nasional 1966--1969 (editor, 1985). Dalam The Indonesian Quarterly, No.1/1975, Jakarta terdapat tulisannya "The Historical Development of the Dual Function of Indonesian Armed Forces".[14]
Nugroho menghasilkan pula karya terjemahn yaitu Kisah Perang Salib di Eropa (1986) dari Dwight D. Eisenhower, Crusade in Europe, Understanding History: A Primer of Historical Method, dan terjemahan tentang bahasa dan sejarah, yaitu Kisah Daripada Bahasa (1971) oleh Mario Pei, The Story of Language.
Nugroho, dengan kemahirannya menulis sejarah dengan fokus politik dan militer, juga menuliskan buku-buku sejarah sendiri maupun melakukan kolaborasi dengan penulis lain. Karya bukunya yang paling terkenal adalah Sejarah Nasional Indonesia yang ia tulis bersama M Joened sebanyak 6 jilid yang menjadi standar sejarah Indonesia.
Kontroversi buku tersebut tersebut terletak pada jilid ke enam, yang melibatkan langsung Nugroho Notosusanto. Kontroversi dimulai ketika Nugroho Notosusanto memecat secara sepihak Deliar Noer, tim penulis SNI jilid ke lima. Hal itu menimbulkan gelombang protes yang berbuntut pengunduran diri rekan-rekan satu tim Deliar Noer, hingga berujung pengunduran diri Sartono Kartodirjo. Polemik dan kontroversi berlanjut pada isi SNI ke enam yang mendapat kritik dari berbagai macam pihak. Dalam jilid ke enam, nampak usaha-usaha Nugroho Notosusanto yang menjabat sebagai penyunting jilid ke enam, untuk menonjolkan peran militer secara berlebihan, bahkan hingga upaya desukarnoisasi melalui bahan ajar sejarah.[15]
Buku lain yang pernah ia tulis adalah Tragedi Nasional Percobaan KUP G30S/PKI di Indonesia (1989), Hakikat Sejarah dan Metode Sejarah (1964), Proses Perumusan Pancasila Dasar Neagara (1981), Sejarah Nasional Indonesia (1984), Pejuang dan Pajurit (1991), Tercapainya Konsesus Nasional 1966-1969 (198), Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indoneisa (1979) serta Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah (1971).
Nugroho Notosusansto juga menulis buku dengan penulis yang lain, dinataranya: Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia (1984), Sejarah Nasional Indonesia: Indonesia dalam Abad 18 dan 19 (1975) bersama MD Poesponegoro dan Pejuang dan Prajurit: Konsepsi dan Implementasi Dwifungsi ABRI (1984) bersama Soebijono, ASS Tambunan, dan H. Mukmin.




BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
Nugroho Notosusanto merupakan seorang sastrawan dan sejarawan yang hidup pada tahun 1930-1980. Ayahnya seorang guru besar di Universtas Gadjah Mada di Fakultas Hukum. Pendidikan awalnya adalah ELS, dilanjutkan SMP di Pati dan SMA di Yogyakarta. Nugroho mengikuti Tentara Rakyat serta TKR di Yogyakarta. Kemudian melanjutkan di Universitas Indonesia,
Ia juga aktif dalam bidang pendidikan dan kemiliteran. Setelah lulus dari UI, ia mendapat beasiswa ke London. Nugroho dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia dan menjadi kolonel tituler di bidang kemiliteran. Karirnya naik menjadi Rektor Universitas Indonesia walaupun mendapat reaksi yang kurang bisa diterima oleh mahasiswa. Kemudian Nugroho diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di masa Orde Baru.
Terlepas kontroversinya yang terlalu memihak militer di era orde baru, Nugroho Notosusanto menuliskan berbagai macam karya tulis mulai dari cerpen, buku terjemahan, serta buku-buku tentang sejarah. Diantaranya yang paling terkenal adalah Searah Nasional Indonesia yang dikarangnya bersama dengan MD Poesponegoro.



DAFTAR PUSTAKA

Asnan, GustI. Biografi Tujuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Naskah merupakan kerangka rancangan penulisan buku sejarah tokoh menteri pendidkan kebudayaan RI

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Nugroho Notosusanto, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/286, diakses pada 2 Desember 2018 pukul 2:17

Ensiklopedia Sastra Indonesia, Nugroho Notosusanto, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Nugroho_Notosusanto, diakses pada 3 Desember 2018 pukul 1:37

Jurnal Online, Nugroho Notosusanto, http://indonesia.peradaban.web.id/id3/2898-2789/Nugroho-Notosusanto_51122_indonesia-peradaban.html, diakses pada 2 Desember pukul 4:53

Izza, Miezar Fatkhul. 2014.  Skripsi: Penggunaan Gaya Bahasa pada Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Kalamkopi, Nugroho Notosusanto: Dari Sejawaran Militer hingga Aktor Intelektual Rezim Otoritarian Soeharto, https://kalamkopi.wordpress.com/2016/04/16/nugroho-notosusanto-dari-sejarawan-militer-hingga-aktor-intelektual-rezim-otoritarian-soeharto/, diakses pada 2 Desember 2018 pukul 2:06

Zahrah, Fathimatus. Nugroho Notosusanto, https://www.merdeka.com/nugroho-notosusanto/profil/ diakses pada 3 Desember 2018 pukul 5:03



[1]               Miezar Fatkhul Izza, Skripsi: Penggunaan Gaya Bahasa pada Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, hlm. 34
[2]              Ensiklopedia Sastra Indonesia, Nugroho Notosusanto, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Nugroho_Notosusanto, diakses pada 3 Desember 2018 pukul 1:37
[3]               Gusti Asnan, Biografi Tujuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Naskah merupakan kerangka rancangan penulisan buku sejarah tokoh menteri pendidkan kebudayaan RI, hlm. 39
[4]               Kalamkopi, Nugroho Notosusanto: Dari Sejawaran Militer hingga Aktor Intelektual Rezim Otoritarian Soeharto, https://kalamkopi.wordpress.com/2016/04/16/nugroho-notosusanto-dari-sejarawan-militer-hingga-aktor-intelektual-rezim-otoritarian-soeharto/, diakses pada 2 Desember 2018 pukul 2:06
[5]               Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Nugroho Notosusanto, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/286, diakses pada 2 Desember 2018 pukul 2:17
[6]               Ensiklopedia Indonesia, Nugroho Notosusanto.
[7]               Gusti Asnan, Biografi Tujuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, hlm. 41
[8]               Ibid, hlm. 41
[9]               Miezar Fatkhul Izza, Skripsi: Penggunaan Gaya Bahasa pada Kumpulan Cerpen, hlm. 36   
[10]             Ibid, hlm. 36
[11]             Fathimatus Zahrah, Nugroho Notosusanto, https://www.merdeka.com/nugroho-notosusanto/profil/ diakses pada 3 Desember 2018 pukul 5:03
[12]             Ensiklopedia Sastra Indonesia, Nugroho Notosusanto.
[13]             Jurnal Online, Nugroho Notosusanto, http://indonesia.peradaban.web.id/id3/2898-2789/Nugroho-Notosusanto_51122_indonesia-peradaban.html, diakses pada 2 Desember pukul 4:53
[14]             Ensiklopedia Sastra Indonesia, Nugroho Notosusanto.
[15]             Kalamkopi, Nugroho Notosusanto: Dari Sejawaran Militer hingga Aktor Intelektual Rezim Otoritarian Soeharto.

0 komentar:

Post a Comment