Petani, blogspot.com |
BAB
I
PENDAHULUAN
Kerajaan Banten merupakan sebuah
kerajaan Islam yang bentuk pemerintahannya Kesultanan. Menurut histiografi
Banten, Sultan Hasanuddin dianggap sebagai pendiri kerajaan banten pada abad ke - 15 M di Tatar Pasundan. Kerajaan Banten
merupakan wilayah yang cukup luas sehingga dibagi menjadi 2 bagian, yakni
Banten utara dan Banten Selatan. Banten Selatan masih identik dengan
kepercayaan Animisme dan Dinamisme, mereka tinggal di hutan dengan cara
sederhana dan menutup diri tidak mau ikut campur dengan urusan dunia luar,
mereka disebut sebagai suku Badui. Sedangkan mereka yang tinggal di wilayah
Banten utara pola hidup telah berkembang dan lebih maju terutama ketika bangsa
kolonial Belanda masuk ke Belanda.
Seiring berkembangnya waktu pengaruh
kedatangan bangsa Belanda membawa kesan buruk bagi rakyat Banten, hak rakyat
sepenuhnya dikuasai bangsa kolonial, sehingga rakyat Banten melakukan perlawanan,
merasa rakyat Banten mulai memberontak Williems Daendels Gubernur Jendral
Belanda mengambil langkah menghapuskan Kesultanan Banten, pada masa Sultan
Alauddin ll (1803-1808) sehingga Kesultanan Banten berakhir.
Perjuangan rakyat banten tidak sampai
disitu pada tahun 1888 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh para ulama yang
menggelorakan semangat jihad fii
Sabilillaah.
rakyat Banten yang
mayoritas muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting dalam menumbuhkan
semangat juang melawan kolonial Belanda. Tercatat ada 4 kali pemberontakan dibanten
terhadap kolonialisme diantaranya “pemberontakan petani cilegon 1888” yang pada
kesempatan ini penulis akan membahasnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kedudukan para petani Banten pada
masa kolonial Belanda?
2.
Apa saja yang melatar belakangi terjadinya
peristiwa gerakan petani Banten 1888?
3.
Siapakah tokoh pemimpin gerakan petani Banten
1888?
4.
Bagaimana jalannya pemberontakan gerakan
petani Banten 1888?
5.
Apa dampak dari peristiwa gerakan petani
Banten 1888?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan Penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui dan memahami :
1.
Kedudukan para petani pada masa kolonial
belanda
2.
Latar belakang terjadinya peristiwa
gerakan petani Banten 1888
3.
Tokoh pemimpin gerakan petani Banten 1888
4.
Jalannya Pemberontakan petani Banten 1888
5.
Dampak dari peristiwa gerakan petani
Banten 1888
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Kedudukan
para petani pada masa kolonial Belanda
Banten merupakan wilayah yang subur,
dikarenakan letak geografisnya berada di daerah pegunungan dan perbukitan,
mayoritas penduduk Banten pada masa itu adalah sebagai para petani atau disebut
juga kaum Abdi (petani, tukang, dan buruh).
Para petani pada masa kolonial belanda
dipandang sebagai kaum yang rendah, mereka sama halnya seperti budak yang
dipekerjakan untuk mengelolah tanah-tanah kesultanan atau sawah milik kerajaan.
Hal ini digunakan sebagai pembayaran pajak para petani dengan cara menggarap
sawah atau tanah-tanah tersebut. Mereka menerapkan kebijakan wajib kerja, pada
masa Deandels menjadi gubernur jenderal belanda pada tahun 1808 kebijakan
tersebut dihapuskan, tanah tersebut dibagikan kepada masyarakat. Akan tetapi,
walaupun peraturan tersebut dihapuskan, praktik wajib kerja masih terus
berlangsung, tentunya praktik tersebut memberatkan rakyat. Mereka hanya sebagai
alat untuk kebutuhan elit sebagian bangsawan dan kolonial.
Pada tahun 1856 peraturan mengenai
pengelolahan tanah diperbaharui, wajib kerja akan dikurangi dan bisa bebas
dengan syarat membayar sejumlah uang tertentu. Tentunya kebijakan peraturan ini
sama saja merugikan para petani, mereka mengelolah tanah milik kerajaan
hasilnya untuk pemerintah dan harus membayar agar bebas dari praktik wajib
kerja.
2.
Latar
Belakang gerakan Banten 1888
Ketidakadilan pemerintah membuat para
petani merasa di-diskriminasikan membuat mereka merasa terpuruk, sehingga
mereka menempuh jalan dengan cara memberontak untuk mendapatkan hak-hak mereka.
Pemimpin dalam pemberontakan ini lebi banyak dilakukan oleh pemuka agama,
seperti para ulama, kyai, santri dan tokoh masyarakat lainnya. Mereka
mendirikan pesantren untuk memahami tentang islam, sehingga banyak masyarakat
Banten yang menjalankan rukum islam yang ke-5 naik haji ke Mekkah. Setelah
pulang dari haji, para haji membawa tarikat Pan-Islamisme yang saat itu sedang
berkembang di Arab yang mengajarkan Nasionalisme, sehingga masyarakat muslim
tergerak hatinya untuk melawan penjajah, bisa dikatakan para haji inilah
penggerak dalam perlawanan kolonial maupun pemerintah yang sewenang-wenang.
Para haji selama mereka menetap di
Mekkah untuk menuntut ilmu mereka terdoktrin cita-cita keagamaan menurut
Pan-Islamisme yang menolak kolonial barat, kemudian dari pendidikan pesantren
para haji menerangkan akan cita-cita keagamaan menurut Pan-Islamisme dan
menanamkan sikap fanatisme terhadap santri-santri, melalui pesantren para
santri maupun tokoh agama tergerak hatinya untuk melawan penjajah.
Disisi lain, konflik yang terjadi antara
petani dan bangsawan terkait kepemilikan tanah, tanah atau sawah sudah dihapuskan
bukan milik milik kerabat sultan lagi, berbagai alas an dikemukakan oleh kaum
elit bangsawan untuk menuntut rakyat sebagai penggarap sawah. Selain itu,
adanya penyelewengan yang dilakukan oleh bangsawan yaitu pegadaian sawah
Negara, sehingga para petani menempuh jalan dengan cara membrontak.
3.
Pemimpin
gerakan pemberontakan petani Banten 1888
Pemberontakan petani Banten 1888 tidak
terlepas dari peranan para tokoh agamawan yang menggerakan hati masyarakat
untuk menantang ke dzaliman. Mereka merupakan unsur penting dalam peristiwa
tersebut. Diantara mereka ialah Haji Abdul Karim, Haji Wasid, Kyai Haji Tubagus
Ismail, Haji Marjuki dan kawan-kawannya.
1.
Haji Abdul Karim
Haji Abdul Karim merupakan seorang Kyai
agung, ulama besar yang dihormati, disegani dan popular dikalangan masyarakat.
Beliau adalah seorang pemimpin agama dan guru tarikat Qadariyyah, beliau juga salah
satu pelopor penumbuh kesadaran Nasionalisme, dengan khotbah-khotbahnya dapat
membakar semangat rakyat untuk menentang kolonialisme.
2.
Haji Marjuki
Haji Marjuki merupakan salah seorang
pengikut setia H. Abdul Karim, beliau mempunyai reputasi yang mapan sebagai
seorang guru agama dan masyhur dikalangan ulama pada masa itu. Beliau pemimpin
yang agresif dari tokoh lainnya yang mengusulkan pemberontakan segera dilakukan
secepatnya, namun ada sisi buruk dan hal yang menyedihkan dari beliau, ketika hari
pemberontakan dilaksanakan ia malah pulang ke Mekah dengan keluarganya yang ada
disana, karna hal ini banyak pendapat bahwa beliau hanya ingin menyelamatkan
diri.
3.
Kyai Tubagus Ismail
Kyai Tubagus Ismail juga merupakan murid
dari H. Abdul Karim, beliau termasuk dari golongan bangsawan Banten yang telah
kehilangan semua pengaruh poilitik namun masih memiliki pengaruh sosial
dikalangan masyarakat.
Ia sering berangkat naik
haji, kyai haji Tubagus Ismail mulai mengadakan propaganda untuk gerakan
pemberontakan melawan pemerintahan.
4.
Haji Wasid
Merupakan pemimpin yang baru-baru muncul
bebrapa tahun sebelum pemberontakan itu pecah. Haji wasid muncul setelah haji
Marjuki yang gagal dalam perencanaan pemberontakan. Beliau ikut ambil bagian
dalam propaganda-propaganda yang ditujukan kepada para kyai diluar banten.
4.
Jalannya
pemberontakan petani Banten 1888
A. Pematangan
pemberontakan petani banten 1888
Sebelum melakukan pemberontakan para
tokoh agamawan dan tokoh masyarakat mengadakan pertemuan sembunyi-sembunyi,
untuk menjaga supaya tidak dicurigai, mereka menggunakan kedok pertemuan adat,
kenduri, dan ibadah untuk membicarakan rencana pertemuan dan mempropagandakan
gagasan tentang jihad.
B. Persiapan
pemberontakan petani banten 1888
Para pemberontak membekali diri dengan
persiapan matang sebelum melakukan pemberontakan, adapun kegiatan pemberontakan
ditandai dengan factor-faktor sebagai berikut :
a.
Latihan pencak silat
Latihan pencak silat merupakan bagian
yang penting dari pendidikan pesantren pada masa itu. Sejak bertahun-tahun
olahraga ini sangat popular di desa-desa dimana sering diselenggarakan
pertandingan pencak silat dibawah terang bulan. Jenis hiburan rakyat ini tidak
akan mencurigai pemerintah. Rupa-rupanya olahraga ini digunakan sebagai kedok
untuk menutupi kegiatan sebenarnya melatih para pengikut dalam perang.
b.
Pengumpulan senjata
Para pemberontak bekerja sama dengan
parah pandai besi setempat membuat untuk senjata, sedangkan sebagian lagi dari
persediaan senjata gelap diperoleh dari tempat lain, terutama di Batavia, Haji
Abdul Salam ditugaskan untuk menyediakan senjata-senjata gelap dan dibantu oleh
Haji Dulgani dan Haji Usman. Pengangkutan senjata-senjata gelap itu berlangsung
terus sampai beberapa hari sebelum dimulainya pemberontakan.
C. Meletusnya
Pemberontakan
Serangan pertama dalam pemberontakan ini
dilakukan pada tanggal 8 juli 1888 bertepatan hari minggu, serangan dilakukan
menargetkan para pejabat-pejabat Negara. Pasukan pemberontakan ini dipimpin
oleh H. Wasid dan Tubagus Ismail dengan pasukan berbaju putih.
Sejak semula telah jelas bahwa patih
merupakan orang yang hendak dibunuh oleh para pemberontak. Bukti nyata
ketidakpopuleran patih dikalangan masyarakat karna patih seringkali bersikap
sinis terhadap soal-soal agama dan peraturan-peraturan yang mengikat soal
agama. Sebagian besar pejabat pemerintah dapat dibunuh, yang tidak dibunuh
adalah kaum wanita dan anak-anak dan para babu yang merupakan pribumi. Dan
sebagian mereka lari, para pelarian tidak diperbolehkan tinggal di desa-desa
karna mereka bukan muslim.
Ditengah gencarnya para pemberontak dalam
memberangus para pejabat banyak korban berjatuhan. Paling tidak 17 pejabat
pemerintah tewas, 7 diantaranya orang Belanda, dan selebihnya adalah orang
pribumi, dari pihak pejuang dinyatakan 11 orang gugur, termasuk diantaranya
tokoh pemimpin diantaranya kyai Haji Wasid, Haji Ismail, Haji Usman, selain itu
19 orang gugur dalam peperangan yang terjadi selama 3 minggu, setelah
peperangan reda 94 orang pejuang yang tertangkap dibuang oleh penjajah kedaerah
Sumatra, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Timur.
5.
Dampak
dari peristiwa pemberontakan petani
Banten 1888
a. Dampak
Politik
1. Pemecatan terhadap pejabat-pejabat yang
dianggap bersalah melakukan tindakan sewenang-wenangnya dibidang administratif.
2. Pencabutan ketetapan-ketetapan dan
peraturan mengenai pemungutan berbagai macam pajak dan adanya peraturan baru
mengenai kerja wajib, sewa tanah, pajak, dan perdagangan.
3. Pemerintah mengambil tindakan jangka
panjang untuk mencegah pemberontakan.
b. Dampak
Budaya
1. Sistem tradisional mulai luntur dengan
adanya pengaruh barat
2 Sikap masyarakat Banten mulai kebarat-baratan.
c. Dampak
Ekonomi
1. Perekonomian sangat hancur pada peristiwa
tersebut
2. Lahan pertanian sudah tidak subur lagi dan
banyak penyelewengan yang dilakukan para elit tentang lahan Negara
d. Dampak
Sosial
1.
Rakyat banten menjadi sangat menderita
karna adanya kerja paksa untuk pembuatan Anyer-Panarukan
2.
Adanya kaum elit baru yaitu pamongpraja
3.
Adanya gaya hidup kebarat-baratan
e. Dampak
religi
1. Peraturan baru tentang ketentuan
pembatasan jamaah haji bagi masyarakat Banten khususnya.
2. Larangan untuk mengadakan arak-arakan dan
hiburan musik dalam pesta-pesta dan penyelenggara dzikir tidak boleh mengganggu
lingkungan
3.Pembatasan terhadap praktek-praktek yang
dianggap tidak baik dan merendahkan yang dikaitkan dengan pendidikan agama.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pemberontakan yang
dilakukan oleh para petani dan tokoh agamawan bukanlah hal yang dipandang
buruk, sering kita salah artikan kata pemberontak dengan pengkhianatan dan
tentunya istilah tersebut merupakan suatu tindakan kejahatan. Tujuan mereka
memberontak ialah untuk mendapatkan hak-hak mereka. Pemberontakan dilakukan
pada tanggal 9 juli 1888 selama kurang lebih 3 minggu, sebelum pemberontakan
para pemberontak melakukan persiapan-persiapan yang matang mulai dari pembelaan
diri dan membekali diri dengan persenjataan, pemberontakan dilakukan dengan
pembagian kelompok untuk menyerang rumah-rumah pejabat yang dibenci oleh
rakyat. Akibat dari pemberontakan Banten menimbulkan banyak dampak didaerah
Banten seperti politik, social, ekonomi,
budaya, dan religi
DAFTAR
PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono.
1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
Masyrifah, Ainun. 2017. Makalah pemberontakan petani banten 1888.
Diambil dari : http://kelakss.blogspot.co.id/2017/06/makalah-pemberontakan-petani-banten-1888.html
Diambil dari : http://www.konfrontasi.com/content/budaya/ini-kisah-dan-jalannya-pemberontakan-petani-banten-1888-di-cilegonBaca Juga:Gerakan Ekonomi Islam
Saya ingin berbagi di sini tentang bagaimana Tuan Pedro memberi saya pinjaman sebesar £820.000,00 untuk memperluas bisnis saya dengan tingkat pengembalian tahunan 2%. Saya sangat bersyukur dan saya pikir saya harus membagikannya di sini. Berikut alamat emailnya: pedroloanss@gmail.com / WhatsApp +393510140339 jika ada di sini yang mencari suku bunga pinjaman yang terjangkau.
ReplyDelete