Sistem Politik Pemerintahan Mamluk Burji

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Berkembangnya agama Islam yang awalnya hanya disebarkan oleh nabi Muhammad SAW yang kemudian dengan berkembangnya zaman dan semakin banyaknya umat Islam tak lepas peran serta dari Khulafa Ar-Rasyidin dan juga dinasti-dinasti yang berdiri setelah berakhirnya masa kekhalifahan. Salah satu dinasti yang berperan adalah Dinasti Mamalik, khususnya Mamluk Burji.
Dalam makalah ini akan kita bahas mengenai sistem politik dalam Mamluk Burji yang tak lepas dari intrik-intrik penguasa dan para raja yang menguasai pada masa dinasti ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah sistem politik pemerintahan Mamluk Burji ?
2.      Saiapakah raja-raja yang memerintah dalam kerajaan Mamluk Burji ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.       Sistem Politik Pemerintahan Mamluk Burji
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa Mamluk Burji bukanlah sistem monarki seperti dinasti-dinasti pada umumnya, namun Mamluk Burji menggunakan sistem pemerintahan oligarki.[1] Yang dimaksud oligarki adalah dimana kekuasaan dipimpin oleh elit tertentu yang mampu menguasai kepemerintahan. Dalam perpolitikan tentu saja tak lepas dari intrik-intik atau cara-cara licik yang digunakan untuk mencapai puncak kekuasaan, seperti halnya pembunuhan. Tak sedikit sultan yang dibunuh agar tercapainya keinginan berkuasa.
Dalam Mamluk Burji susunan pemerintahan Sultan memiliki kekuasaan tertinggi. Sultan dibantu oleh tokoh-tokoh amir dan birokrasi, dan ketidakstabilan kesultanan terlihat dalam pergantian penguasa yang cepat. Selain itu status budak dalam  sangat diperlukan demi keberhasilan dalam struktur-struktur kekuasaan.[2]
B.       Raja-Raja Yang Memerintah dalam Kerajaan Mamluk Burji
Raja-raja yang pernah memerintah pada masa Dinasti Mamluk sebanyak 27 orang, diantaranya[3]:
1.      Al-Zahir Sayfuddin Barquq (784H/1382M – 801H/1399M)
Pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan Al-Zahir Sayfuddin Barquq setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari Mamluk Bahri yaitu shalih Hajj ibn Asyraf Sya’ban.[4]
2.      An Nashir Faraj bin Barquq (801H/1399M – 808H/1405M)
An Nashir Faraj bin Barquq berkuasa selama 7 tahun dan kemudian kuasaannya dicopot.
3.      Al Manshur Abdul Aziz bin Barquq
Masa pemeritahan Al Manshur Abdul Aziz bin Barquq hanya berjalan tiga bulan. Ia lepaskan dari jabatan, bukan karena meninggal.

4.      An Nashir Farj bin Barquq (808H/1405M)
Memerintah untuk keduakalinya. Ia termasuk korban intrik-intrik dalam politik, ia mati dibunuh.
5.      Al Muayyid Syaikh (815H/1412M)
6.      Al Muzhaffar Ahmad Ibn Al Muayyid
Al Muzhaffar Ahmad Ibn Al Muayyid hanya memerintah selama beberapa bulan, dengan dicopot kekuasaan.
7.      Az Zahir Thuthar
Az Zahir Thuthar hanya memerintah selama beberapa bulan, dikarenakan meninggal.
8.      Ash Shalih Muhammad bin Tuthar
Ash Shalih Muhammad bin Tuthar hanya memerintah selama beberapa bulan, dengan dicopot kekuasaan.
9.      Al Asyraf Barsibai (825H/1422M – 841H/1437M)
Ia pernah melakukan tindakan tidak terpuji yaitu memenggal kepala dua orang dokternya karena tidak bisa menyembuhakan dari penyakit parah[5].
10.  Al Aziz Yusuf bin Barsibai
Al Aziz Yusuf bin Barsibai hanya memerintah beberapa bulan, dengan dicopot kekuasaan.
11.  Azh Zahir Jaqman (824H/1438M)
12.  Al Mansur Utsman bin Jaqman
Al Mansur Utsman bin Jaqman hanya beberapa bulan, dengan dicopot kekuasaan
13.  Al Asyraf Inal (857 H – 1453M)
14.  Al Muayyid Ahmad bin Inal
Al Muayyid Ahmad bin Inal hanya memerintah beberapa bulan, dengan dicopot kekuasaan.
15.  Azh Zahir Khasyqadam (865H /1460M)
16.  Azh Zahir Balba
Hanya memerintah selama dua bulan dan kemudian dicopot kekuasaanya.
17.  Azh Zahir Tamrigha
Hanya memerintah selama dua bulan dan dicopot kekuasaannya
18.  Khairbeik
Ia hanya memerintah selama satu malam saja.
19.  Al Asyraf Qaytabay (872H/1467)

20.  An Nashir Muhammad bin Qaytabi (901H/1495M)
21.  Qanshuh (902H/1496M)
22.  An Nashir Muhammad (903H/1497M)
Ia memerintah untuk keduakalinya.
23.  Azh Zahir Qanshuh (904H/1498M)
24.  Janbalah (905H/1499M)
25.  Al ‘Adil Tamunbai I
26.  Al Asyraf Qanshuh Al Ghawri (906H/1500M)
27.  Tamunbai II (922-923 H / 1516-1517M)



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan mamluk burji menganut sistem pemerintahan oligarki, yang mana kekuasaan dipimpin oleh elit tertentu yang mampu menguasai kepemerintahan. Dan tentu saja dari segi perpolitikan ini tak lepas dari cara-cara licik untuk mendapatkan kekuasaan.
Raja-raja yang memerintah Mamluk Burji ada 26 namun terdapat satu orang raja yang memimpin dua kali, maka terjadilah 27 masa kepemimpinan. Diantara raja-raja yang memimpin terdapat raja yang menjadi korban cara-cara licik politik (dibunuh).


DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Perdaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Usairy, Ahmad. 2013. Sejarah Islam : Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media.
Bosworth, G.E. 1993. Dinasti-dinasti Islam. Bandung: Mizan.
Hitti, Philip K. 2002. History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.




[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Perdaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008), hlm. 241.
[2] G.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 91.
[3] Ahmad Al Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman NabiAdam  HinggaAbad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013), hlm. 310-311.
[4] Dedi Supriyadi, op.cit., hlm.241.
[5]Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), hlm. 889.

0 komentar:

Post a Comment