Pemikiran Utsmani Muda dan Turki Muda | Sejarah Turki Utsmani

Cover Buku Turki Muda, amazonaws.com

Latar Belakang
           
            Turki memiliki sejarah yang sangat kuat, dan banyak mempengaruhi perkembangan negara-negara lain, dan tentu saja Indonesia. Perjalanan Negara Turki semasa masih bersistem kesultanan memiliki lika-liku yang panjang dan kompleks, hingga sampai menjadi suatu Negara yang berkedaulatan setelah kekalahannya di masa perang dunia kedua yang kemudian dipimpin oleh Kemal Attaturk.
            Dalam perjalanannya, golongan Utsmani Muda dan Turki Muda adalah berisi perkumpulan orang-orang intelektual muda Turki yang memiliki pemikiran maju dan kritis yang menginginkan kemajuan negaranya dalam bersaing dengan Negara Eropa lain dengan cara mengubah sistem pemerintahannya.
            Dalam makalah ini, akan dijelaskan bagaimana perjalanan para golongan Utsmani dan Turki Muda dalam mengakuisisi pemerintahan Turki yang pada saat itu dipegang oleh Kesultanan Utsmani.

Rumusan Masalah
1.      Apa itu Golongan Utsmani Muda dan Bagaimana Perjuangannya
2.      Apa itu Golongan Turki Muda dan Bagaimana Perjuangannya




            Golongan intelegensia Kerajaan Utsmani yang banyak menentang kekuasaan absolut Sultan dikenal dengan nama Utsmani Muda. Pemikiran-pemikiran yang diajukan pemuka-pemuka Utsmani Muda lah yang mempengaruhi pembaharuan yang terjadi pada sesudah zaman Tanzimat. Zaman Tanzimat berakhir dengan wafatnya Ali Pasya di tahun 1871.  Sebagai perdana Menteri, Ali Pasya tidak menentang kekuasaan absolut Sultan Abdul Aziz, bahkan dia turut memperkuat tirani dengan cara menindas pemikiran bebas.[1]
            Utsmani Muda pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan pada tahun 1865 dengan tujuan untuk merubah pemerintahan aboslut Kerajaan Utsmani menjadi pemerintahan konstitusionil. Setelah rahasia mereka terbongkar, para pemuka-pemukanya lari ke Eropa pada tahun 1867 dan disanalah gerakan mereka memperoleh nama Utsmani Muda. Kemudian setelah kematian Ali Pasya, sebagian dari mereka kembali ke Istanbul (Turki).
            Salah satu pemikir Utsmani Muda yaitu Ziya Pasya berpendapat bahwa agar dapat digolongkan dalam kumpulan negara-negara yang maju, Kerajaan Utsmani harus memakai sistem pemerintahan konstitusionil. Negara Eropa maju karena di sana tidak terdapat lagi pemerintahan absolut kecuali di Rusia. Bahkan Rusia pun sudah mlai mengarah kepada pemerintahan konstitusionil karena Kerajaan Utsmani dipandang masuk dalam keluarga negara-negara Eropa, tidaklah pada tempatnya kalau Kerajaan Utsmani mempunyai sistem pemerintahan yang berlainan dengan seluruh Eropa.
            Ada lagi Pemikir terkemuka dari Utsmani Muda bernama Namik Kemal, yang menurutnya negara yang baik adalah negara yang memakai kedaulatan akyat sebagai fondasi dan di samping itu juga menjamin tidak dilanggarnya hak-hak rakyat. Pelaksanaan kedaulatan tidak mungkin dijalankan oleh rakyat seluruhnya dan oleh karena itu perlulah adanya sistem perwakilan. Wakil-wakil yang dipilih itulah yang akan memegang kedaulatan rakyat.
            Yang dikehendaki Namik Kemal adalah pemerintahan demokrasi, dan pemerintahan seperti ini menurut pendapatnya tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Negara Islam yang dibentuk dan dipimpin oleh Empat Khalifah Besar, sebenarnya mempunyai corak demokrasi. Sistem bai’ah yang terdapat dalam pemerintahan khilafah pada hakekatnya merupakan kedaulatan rakyat.  Melalui bai’ah rakyat menyatakan persetujuan mereka atas pengangkatan Khalifah yang baru. Dengan demikian Bai’ah merupakan kontrak sosial pula dan kontrak yang terjadi antara rakyat dan Khalifah itu dapat dibatalkan jika Khalifah mengabaikan kewajiban-kewajibannya sebagai Kepala Negara.
            Tokoh-tokoh Utsmani Muda beserta gagasan dan corak pemikirannya sebenarnya memiliki pemikiran yang sama, yakni berupaya untuk merubah tatanan pemerintahan dari sistem absolutisme atau otokrasi menjadi suatu pemerintahan yang menerapkan sistem demokrasi yang berkonstitusi. Sebab hanya dengan langkah itulah yang dapat mengangkat poisisi kerjaan Turki Utsmani dari belenggu keterbelakangan menuju kearah kemajuan sejajar dengan negara-negara Eropa.
            Namun dalam perjalanannya, golongan Utsmani Muda juga memiliki suatu kendala. Diantara kendala yang dialami oleh tokoh-tokoh Utsmani Muda yang sangat berarti dalam memperjuangkan konsep pembaharuan yang mereka tawarkan adalah:
1.      Dukungan dari kaum terpelajar barat dan kalangan yang ekonomi tinggi relative belum mapan.
2.      Ide pembaharuan yang mereka canangkan masih relative terlalu tinggi yang masih belum bisa dipahami oleh kalangan masyarakat Turki pada umumnya.
3.      Ide pembaharuan yang mereka canangkan belum tersosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat bawah.
4.      Ide konstitusi merupakan desakan kaum intelektual semata, bukan desakan masyarakat.
5.      Para tokoh-tokoh Utsmani Muda berhasil diamankan oleh pihak pemerintah dengan dalil negara dalam kondisi darurat.
6.      Setelah tokoh-tokoh tersebut diamankan, kalangan masyarakat tidak memunculkan suatu reaksi atau tindakan sebagai tuntunan kepada pemerintah agar tokoh-tokoh Utsmnai Muda ini segera dibebaskan, melainkan mereka hanya bersifat pasif.[2]
            Setelah berbagai perjuangan yang telah dilalui para Utsmani Muda, akhirnya pada tahun 1876 mereka berhasil mewujudkan cita-cita mereka dan mengadakan Undang-Undang Dasar bagi Kerajaan Utsmani. Tetapi sebernarnya, mereka tidaklah berhasil dalam mengatasi atau membatasi kekuasaan absolut Sultan. Yang terjadi malah sebaliknya, kekuasaannya tetap bersifat absolut dan kekuasaan absolut itu telah mempunyai dasar konstitusionil.
            Hingga pada akhirnya, karena banyaknya perlawanan dari pihak Kesultanan dan dengan berbagai kendala-kendala lain, membuat perjuangan Utsmani Muda tidak banyak berhasil bahkan dapat dikatakan gagal. Kegagalan Utsmani Muda dalam mengadakan sistem pemerintahan konstitusional di Kerajaan Utsmani dan dalam menjatuhkan Sultan, membuat merka bukan hanya tidak  berhasil dalam usaha pembaharuan, bahkan lebih dari itu, membuat mereka hilang dari arena pembaharuan di Kerajaan Utsmani abad kesembilan belas.

Golongan Turki Muda
            Gerakan Golongan Turki Muda ini pada dasarnya memiliki ciri yang sama dengan golongan Utsmani Muda, dan dapat dikatakan sebagai perjuangan lanjutan dari Utsmani Muda. Golongan ini timbul karena tidak senang dan tidak setujunya dengan absolutisme dan tirani yang dilakukan oleh Sultan di Turki yang pada saat itu adalah Sultan Abdul Hamid.
            Pada saat itu, rasa tidak senang timbul bukan hanya dikalangan kaum intelegensia yang dipengaruhi pemikiran liberal, tetapi juga digolongan pegawai sipil dan juga dikalangan kaum militer. Bahkan diperguruan tinggi, rasa tidak senang itu juga kelihatan meluap ke luar. Guru-guru bercerita tentang pemuka-pemuka Utsmani Muda dan ide-ide mereka hingga membuat Murid merasa rindu ke zaman Utsmani Muda.[3]
            Dalam suasana demikian timbullah gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintahan absolut Sultan Abdul Hamid. Oposisi dikalangan Perguruan Tinggi, mengambil bentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia. Dikalangan intelegensia pemimpin-pemimpinnya lari ke luar negeri dan dari sana melanjutkan oposisi mereka. Gerakan dikalangan militer menjelma dalam bentuk komite-komite rahasia. Oposisi yang berbagai kelompok itulah yang kemudian dikenal dengan nama Turki Muda.
            Ide Perjuangan Turki Muda, antara lain dimajukan oleh tiga pemimpin, Ahmad Riza, Mehmed Murad, dan Pangeran Sabahaddin.[4]
            Dalam perjalanannya, kelompok Turki Muda dikenal sebagai kelompok pembaharu pertama yang merencanakan industrialisasi. Hal itu kemudian dilegalformalkan dalam Undang-Undang tentang industri pada tahun 1909 yang kemudian diperbaharu pada tahun 1915. Meskipun mereka hanya mendapatkan keberhasilan yang kecil dalam bidang industri, namun paling tidak Turki telah memiliki jaringan kerja bagi rencana pembangunan ekonomi masa mendatang. Disamping itu tentunya, pasti dalam pembaharuan bidang pendidikan. Terutama pendidikan tingkat dasar yang selama ini nyaris diabaikan.
            Pada akhirnya, ketiga pemimpin dari Turki Muda yaitu Ahmad Riza, Mehmed Murad, dan Pangeran Sabahaddin, serta para pengikut mereka sepakat untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid, keputusan ini diambil setelah diadakannya dua kali konferensi di Eropa dan yang terakhir di Paris pada tahun 1970M. Sampai pada tahun 1908, Revolusi terjadi dan kekuasaan Sultan berakhir dan diberlakukan konstitusi baru.
            Karena pembela-pembela konstitusi baru tidak banyak dan lemah, maka dalam perkembangan selanjutnya akhirnya pemerintah mengalami degenerasi kedalam satu bentuk militer dari pemimpin-pemimpin Turki Muda yang sama sekali tidak menerima kritikan-kritikan dari pihak lain, dan bahkan semua gerakan oposisi dibubarkan dan para pemimpin-pemimpin dibuang.
            Sehingga perjuangan Turki Muda pun juga dapat dikatakan tidak banyak berhasil. Mereka hanya berhasil dalam menggulingkan Sultan, tetapi tidak berhasil dalam mencapai tujuan yang telah mereka cita-citakan, dan juga kekuasaan mereka tidak diatur dengan rapi, sehingga membuat kekuasaan mereka menjadi berantakan.[5]



KESIMPULAN
            Perjuangan Gerakan Utsmani dan Turki Muda tidak dapat dilupakan begitu saja, jasa nya dalam perkembangan negara Turki sangat banyak hingga membuat Negara Turki sekarang dapat beridiri. Bahkan pengaruhnya pun menyebar hingga ke berbagai negara, terutama Indonesia.
            Sultan Abdul Aziz, sultan yang memiliki sifat otoriter dan kepemimpinannya bersifat absolut dilawan oleh gerakan Utsmani Muda. Keinginan untuk berdirinya negara demokrasi yang maju dan dapat bersaing dengan negara lain adalah tujuan utama dari gerakan Utsmani Muda. Hingga mereka pun dapat menurunkan Sultan Abdul Aziz, tetapi absolutisme Sultan Turki tidaklah berakhir dan dilanjutkan oleh Sultan Abdul Hamid. Sehingga dapat dikatakan perjuangan dari Utsmani Muda tidaklah berhasil.


            Namun perjuangan dari Utsmani Muda pun dilanjutkan oleh golongan Turki Muda, mereka melawan Sultan Abdul Aziz dan pada akhirnya dapat menurunkannya dari jabatan sultan, sehingga Turki pun menjadi milik Golongan Turki Muda. Tetapi karena kekuasaan berantakan karena tidak diatur dengan rapi, dan pada akhrinya Turki Muda pun gagal dalam mewujudkan cita-citanya, dan hanya berhasil dalam menggulingkan kekuasaan aboslutisme saja.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir. 2007. “Usmani Muda (Gerakan Pembaharuan di Turki)”. Dalam http://dorokabuju.blogspot.co.id. diakses pada tanggal 13 Februari 2018.
Doni Setyawan. 2016. “Gerakan Turki Muda”. Dalam www.donisetyawan.com diakses pada tanggal 14 Februari 2018.
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
The Callasandra Of Hanafah. 2010. “Usmani Muda dan Turki Muda”. Dalam http:// berawaldarihati.blogspot.co.id diakses pada 14 Februari 2018.




                [1]Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1975. hlm 106.
                [2] Abdul Munir. “Usmani Muda (Gerakan Pembaharuan di Turki)”. Dalam http://dorokabuju.blogspot.co.id. diakses pada tanggal 13 Februari 2018.
                [3]Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1975. hlm 120.
                [4]Doni Setyawan. “Gerakan Turki Muda”. Dalam http://www.donisetyawan.com diakses pada tanggal 14 Februari 2018.
                [5]The Callasandra Of Hanafah. “Usmani Muda dan Turki Muda”. Dalam http://berawaldarihati.blogspot.co.id diakses pada 14 Februari 2018.

0 komentar:

Post a Comment