Memberi, blogspot.com |
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui dan apa yang sudah menjadi rahasia umum,
bahwasannya di zaman sekarang di Indonesia tepatnya, bahwa pengemis sekarang
rata-rata adalah bukan orang yang benar-benar kesusahan dalam segi ekonominya.
Mereka sebenarnya adalah termasuk orang yang berkecukupan, bahkan ada dari
mereka yang dapat dikatakan kaya dan banyak uang.
Dan
hal ini terdapat fenomena yang menarik, ternyata masih banyak masyarakat
Indonesia yang tetap memberikan sedekah terhadap mereka oknum pengemis yang
mampu. Apakah ada sesuatu yang mendasari motif mereka, sehingga mereka rela
melakukan hal yang mungkin saja menyalahi keyakinan mereka (bahwa pengemis
rata-rata berkecukupan)?
Padahal
saat ini, sudah banyak pula tempat-tempat yang memang sudah jelas bergerak
dibidang kemanusiaan dan memberi bantuan, seperti badan zakat, panti asuhan,
dan sebagainya. Sehingga orang-orang tidak akan ragu ketika memang ingin
memberi suatu bantuan.
Inilah
yang akan saya teliti di daerah lingkungan warung kopi/café di daerah
Sorowajan, Yogyakarta. Yang disana banyak berdiri café-café langganan mahasiswa
terutama UIN Sunan Kalijaga. Dan di sana juga banyak berlalu lalang para
pengemis-pengemis dan dari yang saya pantau juga masih banyak para pengunjung
café yang memberi uang kepada mereka.
Dari pemberian tersebut, apakah ada faktor-faktor yang melatar belakangi
diri mereka untuk memberi, seperti faktor agama atau faktorx`-faktor eksternal
seperti lingkungan, kebudayaan, atau mungkin faktor-faktor yang lain yang kita
belum ketahui.
Dari
apa yang sudah saya teliti senja tadi di café Blandongan di area Sorowajan,
Bantul Yogyakarta, saya mendapatkan data sementara yang berasal dari 2
narasumber yang kebetulan adalah Mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga yang sedang
melakukan kegiatan ngopi di sana. 2 narasumber tersebut bernama Muhammad Faiz
dari fakultas Syariah jurusan Hukum Tata Negara semester 4, dan Abdullah Afif
dari fakultas Adab jurusan Sejarah Kebudayaan Islam.
Salah
satu narasumber yaitu M. Faiz, yang mengaku bahwa dia cukup sering datang ke
Blandongan dan melakukan kegiatan “Ngopi” bisa sampai dua kali, yang sekali
datang bisa sampai menghabiskan uang 10ribu. Dia mengatakan bahwa tidak
memiliki keinginan untuk memberi uang kepada pengemi. Menurutnya, para pengemis
itu masih sehat dan masih bisa bekerja, berbeda apabila ada seorang pengemis
yang memang sangat membutuhkan yang dlihat dengan mata saja sudah terlihat
tidak sehat, dia akan memberikan uang kepada pengemis tersebut jika memiliki uang
receh. Tetapi M. Faiz mengaku juga bahwa dia cukup sering memberi uang kepada
para pengamen dikarenakan menghargai usaha nya dalam berkreasi dan berseni, dan
juga untuk menghibur.
Berbeda
dengan narasumber satunya yang bernama Abdullah Afif, dia mengaku bahwa dia
cukup sering memberikan uang kepada para pengemis dan pengamen apabila sedang
membawa uang receh atau mendapat kembalian dari kasir Blandongan. Tetapi
justru, motif yang saudara Afif bukanlah berasal dari faktor agama ataupun yang
lain. dia mengaku bahwa dia memberi receh supaya pengemis atau pengamen
tersebut cepat pergi. Karena menurutnya, Afif yang juga cukup sering datang ke
Blandongan ini sampai-sampai sekali datang bisa menghabiskan uang sekitar
20ribu merasa bahwa pengemis yang datang sering kali orang-orang itu saja, dan
sudah dikenali. Saudara Afif juga mengaku bahwa dia sudah tau kalau banyak
diantara pengemis dan pengamen ini sudah memiliki harta yang berkecukupan.
Tetapi dia tetap memberikan sedikit uangnya kepada pengemis tersebut dikarenakan
ketidak nyamanannya. Dia memberikan uang agar pengemis tersebut cepat pergi
dari situ.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Motif
2.
Bagaimana Motif
Masyarakat ketika memberi uang terhadap pengemis atau pengamen
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk menetahui
motif yang melatar belakangi masyrakat untuk memberi uang terhadap pengemis dan
pengamen
2. Untuk mengetahui
bagaimana faktor agama mempengaruhi seseorang untuk bersedekah
D. Manfaat
Penelitian
1. Dari sisi
teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kriteria untuk
dijadikan bahan wacana baru dalam studi keilmuan Sosiologi Agama.
2. Mampu memberikan
ilmu pengetahuan mengenai perilaku sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Mampu memberikan
wawasan pada masyarakat mengenai dampak serta faktor yang melatar belakangi
perilaku sosial yang terjadi di kalangan masyarakat Yogyakata.
E. Kajian
Pustaka
Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penluis terkait dengan tema
penelitian mengenai implementasi toleransi terhadap keberagaman umat beragama,
terdapat beberapa penlitian atau referensi yang dapat dijadikan sebagai rujuan,
yaitu:
Pertama,
suatu Jurnal karya dari HJ. Saadiyah Binti Syekh Bahmid yang berjudul Sedekah Dalam Pandangan Al-quran.
Didalam jurnal tersebut, pembahasannya ke arah hukum islam atau fiqih ketika
seseorang memberi sedekah. Jika didalam penelitian saya lebih membicarakan
motif kenapa seseorang mau mengeluarkan uang untuk memberi kepada pengemis,
berbeda dengan didalam jurnal tersebut yang lebih membahas kenapa seseorang
harus bersedekah, efek, dan dampaknya apa saja secara psikologis dan teologis,
karena juga pembahasan di jurnal tersebut lebih kearah pembahasan teologis dari
pada sosiologis dan psikologis.
Kedua,
yaitu studi penelitian dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
Madura yang bernama Sutikno dalam Jurnal Penelitian nya yang berjudul Memaknai Perilaku Muslim Dalam Bersedekah.
Apa yang dibahas di dalam jurnal penelitian tersebut memiliki sedikit kesamaan
dengan apa yang akan saya teliti, yaitu motivasi seseorang dalam memberi
sedekah. Tetapi ada yang membedakan, didalam penelitian tersebut, focus nya
adalah apa motivasi seseorang dalam memberi sedekah dalam lingkup motivasi
keagamaan, sehingga apa yang terfokus dalam motivasi tersebut hanyalah faktor-faktor
agama seorang narasumber. Berbeda dengan penelitian saya yang disamping faktor
agama, juga mempertanyakan apakah ada tekanan dari lingkungan eksternal
sehingga orang mau memberikan uang padahal terkadang orang tersebut tahu kalau
seorang pengemis atau pengamen biasanya adalah orang yang mampu. Intinya bahwa,
kenapa seorang pemberi rela mengkhianati apa yang dia percayai (pengemis,
pengamen adalah orang mampu, dan dia tetap memberi), dengan cara melihat dari
sisi internal dan eksternal orang tersbut.
Ketiga,
Skripsi yang ditulis pada tahun 2013 karya dari Fandi Fuad Mirza, seorang
mahasiswa dari Fakultas Syariah di Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, yang berjudul Pengaruh Perilaku
Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha. Mengkaji seorang pemberi sedekah
sebagai sumber infomasi/narasumber tetapi dalam skripsi tersebut memiliki
tujuan lebih kepada dampak dari sedekah kepada kehidupan mereka, termasuk
psikologis-sosiologis sampai ke ekonomi, contohnya adalah dampak bersedekah
terhadap seorang yang memiliki usaha perhotelan yang terbilang sukses. Yang
membedakan dengan penelitian saya tentu saja tujuan nya, tujuan saya adalah
motif seseorang dalam melakukan sedekah, apa yang melatar belakangi seseorang
ketika seseorang tersebut memberi sedekah, apakah karena faktor agama, faktor
sosiologis atau kemanusiaan, atau bahkan faktor-faktor personal dan lainnya.
F. Kerangka
Teori
Dalam penelitian ini, saya meminjam teori Atribusi dari Fritz Heider,
dan dalam teori ini, memiliki pendekatan dalam sisi psikologis. Dalam Teori
Atribusi milik Fritz Heider ini, mengkaji tentang perilaku tergantung dari
kombinasi antara daya-daya efektif dalam diri individu dan daya-daya efektif
dari lingkungan.
Orang
yang cenderung beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor di
luar dirinya disebut mempunyai lokus control eksternal, sedangkan orang-orang
yang beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor di dalam dirinya
disebut locus control internal, mereka terkahir ini yang dipandang lebih
mandiri dan bertanggung jawab atas perilakunya.
Heider
juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya
pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain.
menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tiga tahapan proses, yaitu
pengamatan perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan
mengelompokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau
eksternal.
Dalam
pengaplikasian teori ini kedalam penelitian saya, saya akan terbantu dengan
konsep-konsep Fritz Heider ini tentang bagaimana faktor-faktor yang mendorong
seseorang dalam berbuat sesuatu. Karena saya akan meneliti seseorang yang
memberi uang (perbuatan) kepada pengemis atau pengamen. Dan mencari tahu apakah
faktor-faktor eksternal seperti lingkungan serta faktor internal seperti
keyakinan, dan personality mereka, sehingga dapat memberikan suatu kesimpulan
apakah seorang pemberi uang atau penyedekah ini termasuk kelompok locus
eksternal ataukah locus internal.
G. Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui makna dibalik fakta tanpa mengubah data yang telah diperoleh.
Adapun data yang ingin penulis deskirpsikan adalah data tentang:
1)
Bagaimana Motif Masyarakat
ketika memberi uang terhadap pengemis atau pengamen
2)
Bagaimana agama
menjadi salah satu faktor seseorang untuk bersedekah.
Kemudian
menggunakan pendekatan logika induktif yaitu dari khusus ke umum, karena
analisis dalam pendekatan ini digunakan untuk memahami sebuah proses dan fakta
dan bukan sekedar untuk menjelaskan fakta tersebut.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
sumber pertamanya. Adapun data primer yang penulis gunakan adalah hasil
wawancara. Dalam pengambilan sampel untuk memperoleh sumber data primer.
b. Data Sekunder
Sumber
data sekunder adalah sumber data yang digunakan sebagai pelengkap dalam
melakukan penelitian. Sumber data sekunder untuk mendukung hasil penelitian ini
penulis mengambil dari berbagai artikel, hasil penelitian orang lain yang
berkaitan dengan masalah yang peneliti lakukan, dokumentasi dan data-data
lainnya yang memilki relevansi dengan penelitian ini.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, yaitu merekam data (informasi) yang peneliti
butuhkan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara tertatur terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengataman dan pencatatan ini
dilakukan terhadap objek penelitian di tempat terjadi atau berlangsungnya
perstiwa.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalaha yang harus
diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
3. Waktu dan
tempat penelitian
Waktu
yang digunakan penluis untuk meneliti dimulai dari tanggal 18 Maret 2018 sampai
selesai.
Latar
dari penelitian ini adalah didaerah café-café atau warung kopi di daerah
Sorowajan, Bantul. Yang juga berdekatan dengan kampus UIN Sunan Kalijaga
sehingga banyak pelanggan-pelanggan disana yang kebanyakan berisi
mahasiswa-mahasiswa. Di daerah tersebut, banyak sekali pengemis-pengemis dan
pengamen berlalu lalang ke berbagai café dan warung kopi, dan para customer atau pelanggan disana mau
mengeluarkan sebagian harta nya. Oleh karena itu, yang menjadi subyek dalam
penelitian ini adalah para pelaku (orang) yang secara langsung terlibat di
dalam realitas yang diamati, terutama yang berkaitan dengan persepsi, motif dan
motivasi, yaitu para pemberi uang atau sedekah.
H. Sistematika
Pembahasan
Untuk
menggambarkan isi penelitian ini, maka disusun sistematika pembahasan yang
memuat kerangka pemikiran yang digunakan dalam pelaporan hasil penelitian yang
dilakukan. Laporan hasil penelitian ini penulis sajikan dalam beberapa bahasan
dengan sub-sub sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan. Pada bab ini peneliti akan menguraikan beberapa hal yang sangat
pokok dalam kajian ini, yaitu membahas latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab
II, Menjelaskan tentang pembahasan, isi, atau hasil kajian dari apa yang sudah
penulis teliti.
Bab
III, berisi tentang penutup atau kesimpulan beserta Daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Motif
Motif
adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia. Motif juga dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai sesuatu.[1]
Menurut
beberapa ahli seperti Sigmund Freud, Motif merupakan energy dasar (insting)
yang mendorong tingkah laku individu. Sedangkan menurut J.P Chaplin, Motif
adalah satu kesatuan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara, dan
mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan.
Jika
ditarik lebih lanjut, maka definisi motif sebenarnya adalah suatu daya atau
energy yang berada di pikiran manusia atau dapat dikatakan “Insting” yang dapat
menggerakkan manusia melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan insting tersebut.
Secara simple nya, motif dapat dikatakan sebagai tujuan atau maksud utama
manusia dalam melakukan kegiatan.
Teori
Atribusi Fritz Heider
a . Fritz Heider
Fritz
Heider (1946, 1958), adalah seorang ahli psikolog berasal dari bangsa Jerman
yang dapat dikatakn sebagai yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi.
Terdapat dua pengertian atribusi menerut Heider, yaitu atribusi sebagai proses
persepsi dan atrbusi sebagai penilaian kausalitas.
a.) Atribusi sebagai
proses persepsi
Menurut
Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider
berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan
pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai
obyek tersebut direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat
dari pengalaman perseptual. Sebaliknya, ketika orang menoba untuk membayangkan
sebuah obyek, maka mereka akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam
pikiran mereka.
b.) Atribusi sebagai
penilaian kausalitas
Ketertarikan
Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi
selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan
dan membuat penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi
sebagai penilaian kausalitas yang menekankan pada penyebab orang berperilaku
tertentu.
Terdapat
dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang
dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang
merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku
manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab
diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak
melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang
akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku.[2]
b. Teori
Atribusi
Asumsi dasar dari teori ini adalah, pada umumnya teori atribusi
menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai kejadian dan
bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran perilaku mereka. Teori
atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang
melakukan apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha utnuk memahami mengapa
orang lain melakukan sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku.
Terkait
dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi
internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi yang dibuat
oleh seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi sesorang. Sementara itu,
atribusi eksternal adalah inferensi yang dibuat seseorang terkait dengan
situasi dimana ia berada.[3]
Fritz
Heider, mengemukakan beberapa pendapat yang mendorong orang memiliki tingkah
laku tertentu[4],
yaitu:
1. Penyebab
situasional (orang dipengaruhi oleh lingkungannya)
2. Adanya pengaruh
personal (ingin memengaruhi sesuatu secara pribadi)
3. Memiliki kemampuan
(mampu melakukan sesuatu)
4. Adanya usaha
(mencoba melakukan sesuatu)
5. Memiliki keinginan
(ingin melakukan seusatu)
6. Adanya persaaan
(perasaan menyukai sesuatu)
7. Rasa memiliki
(ingin memiliki sesuatu)
8. Kewajiban
(perasaan harus melakukan sesuatu)
9. Diperkenankan
(diperbolehkan meakukan sesuatu
Fritz
Heider adalah orang pertama yang menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider,
bila mengamati perilaku sosial, pertama-tama menentukan dahulu apa yang
menyebabkannya, faktor situasional atau personal, dalam atribusi lazim disebut
kausalitas eksternal (atribusi eksternal/locus eksternal) dan kausalitas
internal (atribusi internal/locus internal). Hedier membagi sumber atribusi ini
menjadi dua, yaitu:
1. Atribusi Internal
atau atribusi diposisional, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari diri
orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur
psikologis yang mendahului tingkah laku).
2. Atribusi eksternal
atau atribusi lingkungan, yaitu tingkah laku seseorang yang berasal dari
situasi tempat/lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan.
Motif Sedekah
Dari
apa yang sudah saya teliti mengenai motif seseorang ketika melakukan sedekah
terhadap pengemis dan pengamen, dari 5 orang narasumber, masing-masing
narasumber memiliki jawaban yang unik dan berbeda tetapi memiliki maksud yang
sama.
Seperti
kata Faiz, mahasiswa UIN angkatan 16 fakultas Syariah. Menurutnya, dia tidak
memberi uang berdasarkan agama atau kepercayaannya, tetapi justru dia memberi
uang karena menghargai. Jika di warung kopi (pada saat itu Blandongan), dia
hanya memberi uang terhadap pengamen karena menghargai karya seni nya. Berbeda
dengan pengemis, dia tidak akan memberikan uang terhadap pengemis karena dia
tau bahwa pengemis rata-rata adalah orang mampu, begitu pula pengamen, tetapi pengamen
menurutnya masih ada usaha dari pada meminta-minta saja dan masih ada usaha
untuk menghibur orang.
Tidak
jauh berbeda dengan jawaban Faiz, ada Afif mahasiswa UIN angkatan 17 fakultas
Adab, dan Zafran mahasiwa UIN angkatan 16 fakultas Syariah. Mereka berdua
justru memberikan uang terhadap pengemis dan pengamen agar mereka cepat pergi,
tanpa ada sangkut pautnya dengan agama sama sekali. Mereka juga sudah paham
dengan wajah-wajah pengemis yang sering berseliweran.
Artinya
dari berbagai narasumber tersebut mengindikasikan bahwa, sedekah atau memberi
uang terhadap pengemis pada saat ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya
dengan agama, seperti memberi uang terhadap yang tidak mampu. Tetapi justru
karena pengaruh lingkungan, yaitu menghargai karyanya (pengamen), atau justru
karena tidak nyaman dengan kehadiran mereka sehingga para narasumber memberi
uang agar cepat-cepat mereka segera pergi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari apa yang sudah saya teliti, kesimpulan yang saya dapatkan adalah
bahwa masyarakat sekarang ketika memberikan uang kepada pengemis atau pengamen,
bukan lagi berdasarkan apa yang diajarkan oleh keyakinan mereka, idelogis
mereka, yaitu agama. Agama mengajarkan untuk selalu memberi pengemis atau orang
yang tidak mampu, tetapi justru pengemis sekarang dijadikan sebagai kedok untuk
memperoleh keuntungan.
Baca Juga:
Konsep Struktural Fungsional Emile Durkheim
Maka
sesuai dengan teori Atribusi Fritz Heider, fenomena ini dapat dikategorikan
sebagai “Motif Eksternal”, karena masyarakat memberi sedekah dikarenakan faktor
lingkungan, seperti menghargai seni, menghilangkan kebosanan (bosan melihat
pengemis), dan sebagainya. Bahkan agama sangat sedikit sangkut pautnya, karena
mungkin masyarakat sudah bosan dipermainkan oleh para pengemis. Mereka tahu
bahwasannya pengemis zaman sekarang rata-rata adalah orang yang mampu. Mereka
lebih memepercayai badan zakat apabila memang ingin membantu orang yang tidak
mampu, seperti Panti Asuhan, dan sebagainya.
Memang
agama mengajarkan untuk membantu sesama manusia, tetapi diluar itu, terdapat
motif lain yang lebih utama.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambar. 2017.
“Teori Atribusi-Pengertian-Jenis-Penerapan”. Dalam pakarkomunikasi.com. Diakses pada 22 Mei 2018.
Bahmid, Saadiyah
Binti Syekh. 2014. Sedekah dalam
pandangan Alquran.
Hasan, Hadi. 2012.
“Motif Dan Motivasi”. Dalam addinalhadi.wordpress.com. Diakses pada 22 Mei 2018
Mirza, Fandi Fuad.
2013. Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap
Perkembangan Usaha. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Retasari. 2017.
“Apa yang dimaksud dengan Teori Atribusi (Attribution Theory). Dalam www.dictio.id.
Diakses pada 22 Mei 2018.
Sutikno. 2010. Memaknai Perilaku Muslim Dalam Bersedekah
(Studi Fenomenologi Pengalaman Muzakki LAGZIS Sabilit Taqwa Bululawang).
Madura: Unviersitas Trunojoyo.
0 komentar:
Post a Comment