Tradisi Lokal, blogspot.com |
Puji
syukur kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang diberikan, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan dukungan maupun pikirannya.
Harapan
kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca juga sebagai wawasan mengenai penelitian sejarah yang digunakan untuk
para penulis sejarah.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, karenanya kami meyakini bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Yogyakarta,
22 November 2018
Daftar Pustaka
A.
Latar Belakang
Perkembangan historiografi seiring
dengan perkembangan alam pikiran manusia. Tradisi lokal Indonesia yang
berkembang pada umumnya terdiri dari tradisi lisan dan tulisan. Historiografi
Indonesia secara umum dapat diperiodesasikan menjadi tiga tahap, yaitu
historiografi tradisional, historiografi kolonial dan historiografi modern. Dahulu
sejarah Indonesia yang berupa cerita disebut
tradisi kecil atau little traditions, dan tradisi besar atau great traditions
yang berupa tulisan.
Awal
dari tradisi tulisan dimulai dengan adanya penulisan naskah. Beberapa sebutan
untuk naskah-naskah, yaitu serat, babad, maupun hikayat. Karya sastra berupa
tradisi lisan berkembang di kalangan masyarakat pedesaan. Sedangkan tradisi
tulis biasanya berkembang di istana yang memiliki sang pujangga sebagai penulis
cerita-cerita.
Perkembangan
tradisi lokal berkembang sejak periode pra-kolonial. Dengan diwarnai
kerajaan-kerajaan Hindhu-Budha. Isi dari karya sastra masih berupa mitos-mitos
dan legenda yang telah berkembang di masyarakat. Selanjutnya di era kolonial,
karya sastra sudah ditulis secara logis.
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
Bab II
1.
Bagaimana tradisi lokal di Indonesia?
2.
Bagaimana sejarah Indonesia berdasarkan periodisasi?
1.
Untuk mengetahui dan memahami tradisi lokal di
Indonesia.
2.
Untuk mengetahui dan memahami sejarah Indonesia .
Pembahasan
A. Tradisi Lokal
Tradisi lokal merupakan kebiasaan di suatu
tempat yang berlaku dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
secara turun temurun. Tradisi tulisan merupakan salah satu tradisi untuk
menyampaikan sejarah melalui tulisan. Selain itu, sebelum adanya tulisan
sejarah masih berupa cerita-cerita.
Tradisi lokal di Indonesia sudah berkembang
sejak sangat lama. Masyarakat nusantara kaya akan tradisi lama yang telah
diwariskan oleh nenek moyang kita. Salah satu peninggalan tersebut dalam bentuk
karya sastra, baik karya sastra yang hidup di kalangan masyarakat umum maupun
karya yang berkembang di Istana.[1]
Tradisi lisan lebih berkembang di masyarakat pedesaan karena tradisi ini lebih
mudah diterima oleh masyarakat tanpa melibatkan kemampuan tulis-menulis, sehingga
tradisi ini dapat melampaui batas-batas budaya. Karya sastra yang hidup di
masyarakat pedesaan ini, lebih berfungsi sosial sebagai hiburan dan moral.
Berbeda dengan karya sastra yang hidup dalam
tradisi istana. Karya-karya di kalangan istana mempunyai kecenderungan lebih
terperlihara baik dan relatif dapat tetap bertahan. Wujudnya yang berupa
tulisan, pengarang diijinkan untuk
menciptakan hasil karyanya lebih sempurna dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
lebih banyak dan kompleks sesuai dengan kepentingan dan tujuan penulisannya.[2]
Karya-karya yang ditulis untuk memperkuat kedudukan dinasti sebagai pusat
kedudukannya. Oleh karena itu, penulisannya terfokus kepada raja yang berkuasa.[3]
Seperti karya genealogi, biografi, catatan-catatan harian istana.
Tradisi lisan yang melahirkan jenis sastra
tersendiri yang dikenal dengan sastra rakyat. Berupa naratif, sastra rakyat
dapat berupa cerita pelipur lara, legenda, mitos, anekdot, cerita jenaka maupun
cerita-cerita binatang.[4]
Maka dalam penyebarannya sangat mengandalkan pada ketekunan dan hafalan untuk
bisa tetap melanjutkan cerita-cerita.
Karya satra berupa sejarah sering dikatakan
sebagai genre baru dalam warisan sastra nusantara tradisional. Munculnya jenis
sastra ini bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Nusantara sekitar abad
ke 14 dan 15 Masehi. Namun, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar karena
sudah ada kitab pararaton sejak masa Hindu. Meskipun begitu, agama Islam memang
mengambil peran besar dalam perkembangan karya sastra sejarah nusantara.
Kebiasaan baru yang dimunculkan Islam adalah menuliskan waktu. Meskipun sudah
ada perhitungan waktu tahun Saka atau Hindu, penentuan waktu berubah dengan
adanya kebiasaan umat Islam dalam menentukan waktu shalat sehari-hari. Secara
tidak langsung telah mengubah cara berfikir dan konsep kebudayaan masyarakat.[5]
Hadirnya Islam dalam kehidupan masyarakat
nusantara, sama sekali tidak menghilangkan konsep dewa-raja. Raja bukan lagi
dari dewa melainkan khalifah atau wakil Allah di dunia. Karya sastra sejarah
nusantara merupakan karya sastra yang ditulis di istana. Sebagai karya yang
ditulis atas perintah raja, karya ini tidak bisa lepas dari asal-usul raja.
Penulis karya sejarah mengemukakan ceritanya sendiri tentang asal-usul rajanya.[6]
Asal-usul keturunan raja yang
diceritakan dalam karya sastra sejarah tersebut biasanya disusun alur keturunan
raja dengan sangat runtut dan rapi.
Karya sastra sejarah tidak lepas dari cerita
pembukaan suatu wilayah atau negara. Ada beberapa alasan mengapa sebuah negeri
dibuka, yaitu untuk membuat negeri kaen abelum mempunyai kerajaan, meluaskan
jajahan yang sudah ada, membuat negeri untuk putranya, karen ada petunjuk gaib
atau karena perang.
Selain cerita-cerita raja dan pembukaan
wilayah. Karya sastra sejarah juga berisi tentang agama Islam. Apabila
diperhatikan dengan seksama bagian yang menceritakan raja-raja, pembukaan
negeri dan kedatangan agama Islam, akan banyak ditemukan unsur-unsur mitos dan
legenda. Unsur mitos yang ditambahkan biasanya sudah berkembang di kalangan
masyarakat tersebut. Hal inilah yang sering diragukan oleh para peneliti
sejarah. Kebenaran mitos sering disebut sebagai kebenaran subjektif. Kegunaan
adanya mito sunutk menguatkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat mengenai apa
yang diceritakan oleh penulis karya sastra sejarah.[7]
B. Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia adalah peristiwa atau kejadian yang
benar-benar terjadi pada masa lampau di wilayah negara kepulauan Indonesia. Periodisasi adalah hasil pemikiran
komparatif antara satu periode dengan periode lainnya setelah sejarawan melihat
ciri khas suatu kurun sejarah, juga adanya perubahan penting yang terjadi dari
periode sejarah yang satu ke periode sejarah berikutnya.
Sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi 5 periode
berdasarkan periodisasinya, yaitu Era Pra-Kolonial sebelum masuknya orang-orang
eropa, Era Kolonial dengan masuknya orang-orang eropa, Era Kemerdekaan Awal
yang dimulai sejak reformasi sampai jatuhnya rezim Soekarno, Era Orde Baru
dimulai sejak rezim Soeharto sampai kejatuhannya dan Era Reformasi setelah
jatuhnya rezim Soeharto sampai saat ini.
Era Pra-Kolonial berlangsung sejak sebelum bangsa Eropa
datang ke Nusantara. Pada masa-masa itu Nusantara masih terbentuk dari
kerajaan-kerajaan, baik yang bercorak Hindu-Budha maupun yang bercorak Islam,
baik kerajaan-kerajaan yang besar maupun kerajaan-kerajaan yang kecil.
Berikut adalah kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha:
1.
Kutai di Kalimantan (abad ke 4-14 M)
2.
Tarumanegara di Jawa Barat (abad ke 4-7 M)
3.
Sriwijaya di Sumatera (abad ke 7-11 M)
4.
Mataram Kuno di Jawa (abad ke 8-10 M)
5.
Majapahit
di Jawa (abad ke 13-15 M)
Berikut
adalah kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam:
1.
Demak di Jawa (abad ke 15-16 M)
2.
Samudera Pasai di Sumatera (abad ke 13-16 M)
3.
Aceh di Samutera (abad ke 15-20 M)
4.
Pajang di Jawa (abad ke 16)
5.
Mataram Islam di Jawa (abad ke 16-17 M)
Era Kolonial dimulai sejak masuknya bangsa-bangsa Eropa ke
Nusantara. Bangsa-bangsa Eropa pada awalnya ke Nusantara hanya untuk berdagang,
selanjutnya mereka melakukan penjajahan dan intervensi terhadap
kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Garis waktu kolonialisme di
Nusantara, yaitu:
1.
Kolonialisasi Portugis di Maluku (1509-1520 M)
2.
Kolonialisasi Spanyol di Maluku (1521-1692 M)
3.
Kolonialisasi Belanda (1602-1942 M)
4.
Kolonialisasi Jepang (1942-1945 M)
Era Awal Kemerdekaan diawali ketika terdengar kabar bahwa
Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan sebab kegagalan di PD II. Hingga akhirnya
dibuatlah keputusan Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Pada 18
Agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno
sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden, serta membuat
peraturan negara yang terdiri dari sistem parlemen, pada 1955-1959 Indonesia
menggunakan sistem demokrasi parlementer, dan pada 1959-1965 Indonesia menggunakan
sistem demokrasi terpimpin. Era ini berakhir dengan jatuhnya rezim Soekarno.
Era Orde baru diawali dengan naiknya Presiden Soeharto
menggantikan presiden Soekarno dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966 atau yang sering disebut Supersemar. Orde baru berhasil mengembangkan
perekonomian dengan pesat, meski terjadi banyak korupsi di dalamnya. Orde baru berjalan hingga jatuhnya Soeharto
pada 21 Mei 1998.
Era Reformasi dimulai sejak turunnya presiden Soeharto dari
jabatannya, yaitu pada 21 Mei 1998. Adapun latar belakang turunnya presiden
Soeharto dan digantikan oleh wakilnya B. J. Habibie, karena terjadi krisis
finansial Asia yang menyebabkan Ekonomi di Indonesia melemah.
Era Reformasi berlangsung hingga saat ini, dengan dipimpin
oleh beberapa presiden:
1.
B. J. Habibie (21 Mei 1998- 20 Oktober 1999)
2.
Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999- 23 Juli
2001)
3.
Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001- 20
Oktober 2004)
4.
Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004- 20
Oktober 2014)
5.
Joko Widodo (20 Oktober 2014- Sekarang).
kesimpulan
Tradisi lokal merupakan kebiasaan di suatu
tempat yang berlaku dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
secara turun temurun. Tradisi tulisan merupakan salah satu tradisi untuk
menyampaikan sejarah melalui tulisan. Selain itu, sebelum adanya tulisan
sejarah masih berupa cerita-cerita.
Sejarah Indonesia adalah peristiwa atau kejadian yang
benar-benar terjadi pada masa lampau di wilayah negara kepulauan Indonesia.
Sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi 5 periode berdasarkan periodisasinya, yaitu
Era Pra-Kolonial sebelum masuknya orang-orang eropa, Era Kolonial dengan
masuknya orang-orang eropa, Era Kemerdekaan Awal yang dimulai sejak reformasi
sampai jatuhnya rezim Soekarno, Era Orde Baru dimulai sejak rezim Soeharto
sampai kejatuhannya dan Era Reformasi setelah jatuhnya rezim Soeharto sampai
saat ini.
Ittihadiyah, Himmayatul, dkk. 2011. Islam
Indonesia dalam Studi Sejarah, Sosial, dan Budaya. Yogyakarta: Pusat Kajian
Sejarah dan Budaya Islam (PKSBI).
Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah
(Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Priyadi, Sugeng. 2015. Historiografi
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Anday, Andrian. Tradisi lisan dan Tulisan.
Diambil dari: http://andrianekayulianto.blogspot.com/2014/01/tradisi-lisan-dan-tulisan.html, (20
november 2018 pukul 9.37)
Hendiana, Asep. Tradisi
Tulisan dan Tradisi Lisan. Diambil dari:
https://www.scribd.com/document/341826670/Tradisi-Tulisan-Dan-Tradisi-Lisan#download, (20
november 2018 pukul 9.29 WIB)
Baca Juga: Sejarah Penulisan Sejarah
[1] Himayatul Ittihadiyah, dkk.,
Islam Indonesia dalam Studi Sejarah, Sosial dan Budaya: Teori dan Penerapan
(Yogyakarta: Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Islam Jurusan SKI Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hlmn. 223
[2] Ibid, hlmn. 225-226.
[3] Sugeng Priyadi.,
Historiografi Indonesia (yogyakarta: penerbit Ombak, 2015), hlmn. 25.
[4] Himayatul Ittihadiyah, dkk.,
Islam Indonesia dalam Studi Sejarah, Sosial dan Budaya: Teori dan Penerapan
(Yogyakarta: Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Islam Jurusan SKI Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011), hlmn. 224
[5] Ibid, hlmn. 226-227
[6] Ibid, hlmn. 228-229
[7] Ibid, hlmn. 234
0 komentar:
Post a Comment