Penulisan Sejarah, blogspot.com |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATARBELAKANG
Penulisan
sejarah adalah usaha rekontruksi peristiwa yang tejadi di masa lampau.
Penulisan itu bagaimana pun baru dapat dikerjakan setelah dilakukannya
penelitian, karena tanpa penelitian penulisan menjadi rekontruksi tanpa
pembuktikan. Baik penelitian dan penulisan membutuhkan keterampilan. Dalam
penelitian dibutuhkan kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menguji
sumber-sumber yang benar. Sedangkan dalam penulisan dibutuhkan kemampuan
menyusun fakta-fakta, yang bersifat fragmentasi itu, kedalam suatu uraian yang
sistematis, utuh dan komunikatif.
Keduanya
membutuhkan kesadaran teoritis yang tinggi serta imajinasi historis yang baik.
Sehingga, sejarah yang dihasilkan bukan saja dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
elementer, yang terkait pada pertanyaan pokok, tentang “apa, siapa, dimana, dan
apabila”, tetapi juga mengenai “bagaimana” serta “mengapa dan apa jadinya”.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan elementer dan mendasar itu adalah “fakta
sejarah” dan merupakan unsur yang memungkinkan adanya “sejarah”. Sedangkan
jawaban terhadap “bagaimana” adalah suatu rekontruksi yang berusaha menjadikan
semua unsur itu terikat dalam suatu deskripsi yang disebut “sejarah”, dan
secara teknis disebut “keterangan historis” (historical explanation). Adapun jawaban terhadap pertanyaan
“mengapa dan apa jadinya” yang menyangkut masalah kasualitas adalah hasil
puncak yang bisa diharapkan dari studi sejarah yang biasa juga disebut sebagai
studi sejarah kritis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari
uraian diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
itu sejarah penulisan sejarah?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan penulisan sejarah di dunia?
3. Bagaimana
sejarah perkembangan penulisan sejarah periode Islam?
4. Bagaimana
sejarah perkembangan penulisan sejarah di Indonesia?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengertian dari sejarah penulisan sejarah.
2. Mengetahui
perkembangan penulisan sejarah di dunia.
3. Mengetahui
perkembangan penulisan sejarah periode Islam.
4. Mengetahui
perkembangan penulisan sejarah di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENULISAN SEJARAH
Sejarah
bukan semata-mata rangkaian fakta belaka, tetapi sejarah adalah sebuah cerita.
Cerita yang dimaksud adalah penghubungan antara kenyataan yang sudah menjadi
kenyataan peristiwa dengan suatu pengertian bulat dalam jiwa manusia atau
pemberian tafsiran /interpretasi kepada kejadian tersebut (R. Moh. Ali, 2005:
37). Secara umum dalam metode sejarah, penulisan sejarah (historiografi)
merupakan fase atau langkah akhir dari beberapa fase yang biasanya harus
dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan
cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah
dilakukan (Dudung Abdurrahman,1999:67).[1]
Penulisan
sejarah bersifat ilmiah (problem
oriented) yang penulisannya bersifat ilmiah dan berorientasi kepada
pemecahan masalah. Dan penulisan sejarah yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented) yang tidak
berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif.
Maka
bisa disimpulkan bahwa penulisan sejarah adalah tahapan terakhir dan yang paling
berat dari sebuah rekontruksi suatu peristiwa sejarah yang tejadi pada masa lampau yang dilakukan oleh
sejarawan setelah terlebih dahulu melakuan tahapan heuristik, kritik,
verifikasi, dan interpretasi berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan
agar menjadi sebuah kisah ynag selaras dengan apa yang terjadi sebenarnya pada
masa lampau dan harus menghindari subjektivitas.
Penulisan
sejarah memerlukan keahlian seorang sejarawan. Dengan kata lain, penulisan atau
penyusunan sejarah memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga
standar mutu dari sejarah tersebut. Sepeti misalnya prinsip serialisasi (urutan
peristiwa), yang memerlukan prinsip kronologi, kausasi (sebab akibat), dan
bahkan kemampuan imajinasi. Sehingga membuat semacam analogi antara peristiwa
diwaktu yang lampau dengan yang telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri
diwaktu sekarang, terutama untuk peristiwa yang sulit dicarikan dasar kronologi
dalam penghubungannya.[2]
2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH DI DUNIA
Dalam sejarah
perkembangan penulisan sejarah di dunia akan ditunjukkan pergantian pendekatan,
pendekatan rhetorika, pendekatan sejarah kritis, dan pendekatan ilmu sosial.
2.2.1 Zaman Yunani dan Romawi
Tulisan sejarah pertama kali muncul
di Yunani dalam bentuk puisi, yaitu karya Homer, dituliskan berdasar cerita
lama tentang kehancuran Troya pada 1200 SM.[3]
Tulisan tersebut banyak mengandung informasi mengenai kebudayaan dan masyarakat
pada zamannya.
Kebudayaan Yunani melahirkan
sejarawan-sejarawan yang terdiri ari pengembara, perantau, pedagang; sehingga
bukan abdi atau pujangga istana.[4]
Penulisan sejarah tidak berpusat (misalnya di istana) melainkan tersebar.
Sejarawan yang mengabi kepada raja sukar dapat menulis secara ilmiah.
Dikarenakan kebenaran harus tunduk pada politik, pengabdian, dan pemujaan raja.
Tulisan sejarah dalam bentuk prosa
baru muncul pada abad ke-6 SM di Ironia, karena pada saat itu masyarakatnya
memungkinkan untuk berekspresi. Penulis sejarah Yunani yang terkenal ialah
Herodotus (484-425 SM), Thucydides (456-396 SM), dan Polybius ( 198-117 SM).
Berbeda dengan Yunani, penulisan
sejarah Romawi dilakukan secara terpusat. Imperium Romawi berpusat di Roma.
Romalah pusat inti kegiatan politik, militer,dan kebuayaan, dari kerajaan
tersebut. Sehingga penulisan sejarah terpusat di ibukota. Objek sejarah berupa
kerajaan Romawi dan perkembangan kekuasaannya.
Penulisan sejarah Romawi pada
mulanya memang menggunakan bahasa Yunani, baru kemudian memakai bahasa Latin,
tetapi tulisan Yunani tetap menjadi acuan. Diantara penulis sejarah Romawi
adalah Julius Caesar (100-44 SM), Salustius (86-34 SM), Livius (59 SM -17 M),
dan Tacitus (55-120 M).[5]
2.2.2 Zaman Kristen Awal
dan Zaman Pertengahan
Kemenangan Kristen di
Eropa mempunyai pengaruh yang luas, termasuk dalam penulisan sejarah.
Kebudayaan Yunani dan Romawi bersifat paganisme dan bertumpu pada kekuatan akal
dianggap sebagai hasil setan dan ditolak, digantikan oleh kebudayaan Kristen
yang bertumpu pada agama dan supernaturalisme.[6]
Penulisan sejarah di Eropa pada
zaman Kristen awal dan zaman pertengahan mempunyai dua pusat, yaitu gereja dan
negaraa, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama. Hasilnya berupa annals[7],
chronicles[8],
sejarah umum dan biografi. Berbeda dengan penulisan sejarah Yunani dan
Romawi, netralitas, sejarah faktual, dan sejarah kritis tidak bisa diharapkan
dari zaman Kristen awal dan zaman pertengahan.[9]
Tujuan sejarah bukanlah penyelidikan
terhadap sebab timbulnya suatu kejadian, namun mendemonstrasikan rencana Tuhan
dalam bentuk urutan kerajaan dunia.[10]
Sejarawan pada abad ini berlaku sebagai penulis kronik. Diceritakan kejadian
secar urutan kronologis menurut rencananya yang pasti, yaitu pembebasan umat
manusia oleh Tuhan dengan penurunan Yesus Kristus.
Wakil dari zaman Kristen awal adalah Africanus (Sextus
Julius Africanus), Eusebius (Eusebius Pamphilus) dan Orosius (Paulus Orosius).
Sedangkan dari zaman Kristen pertengahan adalah Cassiodorus (Marcus Aurelius
Cassiodorus), Procopius, Gregory (Bishop Tours), dan Bede (Venerable Bede).
2.2.3 Zaman Renaissance,
Reformasi, dan Kontra Reformasi
Penulisan sejarah era
Renaissance, sama dengan kebudayaannya lahir di Italia, terutama karena
oertumbuhan kota-kota di Italia. Cacat terbesar, ialah dalam penjelasan yang
memakai pendekatan “orang besar”, karena banyak sejarah yang ditulis atas
perintah penguasa. Dari Italia, diantaranya ada Lorenzo Valla dan Fransesco
Guicciardini.
Reaksi zaman pertengahan datang juga
dari gerakan reformasi. Jikalau Renaissance ingin menggantikan wahyu dengan
akal, teologi dengan ilmu, kebudayaan teosentris dengan antroposentris.
Kebudayaan Krsiten dengan paganisme, maka Reformasi ingin menggantikan teologi
lama dengan teologi baru.[11]
Dalam penulisan sejarah Reformasi diwakili oleh Matthias Vlacich Illyricus,
Sledanus (John Sleidan) dan Heinrich Bullinger.
Sedangkan Kontra Reformasi ingin mengembalikan kewibawaan
gereka Katholik yang telah dirusak oleh gerakan Reformasi. Wakil dari gerakan
ini ialah Cardinal Caesar Baronius dan para sejarawan Sejuit. Zaman
Renaissance, Reformasi dan Kontra Reformasi yang berlangsung kurang lebih pada
abad ke-16 mempunyai tema yang sama, sekalipun dengan alasan yang berbeda
dengan zaman sebelumnya, yaitu sejarah agama dan politik.[12]
2.2.4 Zaman Penemuan
Daerah Baru
Penemuan daerah-daerah baru pada abad ke-15,
16 dan 17 mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan penulisan sejarah di
Eropa. Hampir seluruh bangsa Eropa yang mempunyai akses ke laut menyumbang
pertumbuhan penulisan sejarah atau historiografi. Pada zaman ini era sejarah
sosial menjadi tema utama.[13]
Tulisan yang berpengaruh ketika era ini adalah tulisan Marco Polo, Christopher
Columbus, dan Hernando Cortez.
2.2.5 Zaman Rasionalisme
dan Pencerahan
Rasionalisme pada abad
ke-17 sebagaimana yang dipelopori oleh Rene Descartes dari Perancis, Francis
Bacon dari Inggris dan Barch Spinoza dari Belanda, baru mempengaruhi penulisan
sejarah pada abad ke-18.[14]
Sikap universal kaum rasionalis telah meluaskan pandangan Eropa secara
geografis. Topik yang sesuai dengan pandangan universal itu ialah sejarah
peradaban.
Dalam zaman pencerahan tujuan
sejarah beralih dari pelajaran kepada pengertian.[15]
Sejarah adalah pengetahuan tentang masa lalu. Dengan menjawab pertanyaan
bagaimana hal itu semuanya terjadi, orang-orang akan mendapatkan dasar masa
kini. Sumber sejarah tidak lagi buku-buku yang ditulis oleh orang yang
berkewibawaan sebelumnya, tetapi dengan penyelidikan sebab akibat yang
sistematis, dimana kekuatan yang tidak didasari juga memainan peranan. Untuk
obyektivitas sejarawan berusaha mengumpulkan bahan dari sumber langsung.
Ada tiga aliran utama, yaitu radikal yang dipelopori oleh
Voltaire, moderat dan konservatif yang dipelopori oleh Montesquieu, dan yang
sentimental yang dipelopori oleh Rousseau. Sumbangan besar dari abad ke-18 atau
zaman Pencerahan adalah Gagasan Kemajuan (The
idea of progress), bahwa peradaban manusia terus-menerus bergerak maju.
Meskipun diantara pemikir Zaman Pencerahan ada perbedaan tentang bergerak maju,
tapi kesemuanya setuju bahwa ada perbaikan manusia.
2.2.6 Zaman Romantisme,
Nasionalisme, dan Liberalisme
Romantisisme dalam
penulisan sejarah adalah kebalikan dari Rasionalisme. Dengan tokoh Madame Anne
Louise de Stael, Sir Walter Scott, Augustin Thierry, Jules Michelet dan
lainnya. Ketika zaman pencerahan telah menghasilkan gagasan kemajuan, maka abad
ke-19 menghasilkan filsafat sejarah. Tokohnya adalah Heinrich Karl Marx,
Friederich Nietzsche, Karl Wielhem Friedrich von Schelgel.
Sejarah yang bersifat nasionalistis
ada di Jerman, Perancis dan Inggris. Kegiatan sejarah, selain berupa
pengumpulan sumber, juga penulisan. Dari Jerman diantaranya, Johann Gustav
Droysen dan Heinrich von Treitshke, dari Perancis Francois Guizot dan dari Inggris
adalah Thomas Babington Macaulry.
Pada masa ini sejarah yang benar tidak ada hubungannya
dengan kepercayaan dan pandangan hidup serta sama sekali tidak boleh dipakai
sebagai alat propaganda untuk citra kenegaraan tertentu. Sejarah tidak boleh
dipakai sebagai bukti suatu pendapat atau kepercayaan.[16]
Sejarah juga makin mempelajari kehidupan ekonomi yang membawa ke sejarah
ekonomi.
2.2.7 Zaman Sejarah
Kritis dan Sejarah Baru
Sebagai penubuh penulisan sejarah
modern, Ranke menganjurkan supaya sejarawan menulis apa yang sebenarnya
terjadi, sebab setiap periode sejarah itu dipengaruhi oleh semangat zamannya.
Apa yang dikerjakan oleh Ranke di abad k-19, secara terpisah juga dikerjakan
oleh Theodore Mommsen.
Kemudian Ranke mulai diragukan
kebenarannya. Menulis sejarah ‘sebagaimana terjadi’ bertentangan dengan
psikologi. Sadar atau tidak, orang menulis pasti mempunyai maksud. Carl L.
Becker mengatakan bahwa pemujaan pada fakta, dan pembedahan antara fakta keras
dan lunak hanyalah ilusi.[17]
Selanjutnya James Harvey Robinson, juga dari Amerika, mengatakan bahwa dengan
sejarah kritis kita hanya dapat menangkap ‘permukaan’ tetapi tidak ‘yang
dibawah’ realitas, tidak dapat memahami perilaku manusia.[18]
Maka, di Amerika lalu muncul gagasan
perlunya Sejarah Baru. Tokohnya adalah Robinson dan Becker. Sejarah baru
menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial. Jika penulisan sejarah klasik
menekankan retorika, maka penulisan sejarah modern menekankan kritik, maka
sejarah baru menekankan ilmu sosial.
2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN
PENULISAN SEJARAH PERIODE ISLAM
Penulisan sejarah
Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya mendapat pembahasan yang cukup banyak dari
para ahli. Walaupun pembahasan itu dilakukan dengan berbagai macamcara sesuai
dengan sudut pandangan masing-masing. Isi dari karya-karya sejarah Islam
meliputi genealogi, biografi, geografi dan cosmografi, astrologi, filsafat,
ilmu sosial dan politik, dokumen-dokumen, manuskrip dan mata uang.
Orang Arab sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam tidak
menulis sejarah. Ada dua faktor yang menyebabkan mereka tidak menulis sejarah.
Pertama karena mayoritas dari mereka buta huruf, dan kedua anggapan bahwa
kekuatan mengingat kebih terhormat daripada kekuatan menulis. Kebudayaan ini
bisa ditelusuri dengan:
a. Ayyam
al-Arab. Disebut juga oerang antar kabilah. Secara etimologi memiliki makna
hari-hari penting bangsa Arab. Adapun isi dari Ayyam al-Arab adalah
perang-perang dan kemenangan, untuk tujuan membangakan diri terhadap
kabilah-kabilah yang lain. Informasi ini diabadikan dalam bentuk prosa yang
diselingi dengan syair-syair.
b. al-Ansab
atau silsilah. Orang Arab sangat menjaga dan memperhatikan silsilah mereka.
Setiap kabilah menghafal silsilahnya agar menjadi kebanggaan terhadap kabilah
lain.
Bentuk
penulisan sejarah dalam Islam, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Khabar,
berkenaan dengan riwayat.
b) Hauliyah,
kronologi berdasarkan tahun
c) Maudhiyat,
atau tematik.
Kebutuhan bangsa Arab, terutama kaum muslimin akan
pencatatan mulai muncul pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 H.[19]
Penulisan sejarah di dalam pengertian yang luas (seperti pengabungan
bahan-bahan yang berasal dari KitabSirah, monograf-monograf dan sumber-sumber
lain denan menghubungkannya dengan hikayat sejarah) pada mulanya terjadi pada
pertengahan abad ketiga hijriyah, yang mula-mula sekali menulis seperti ini
adalah Ahmad bin Yahya al-Baladzuri.[20]
Ibn Wadh al-Ya’qubi menyusun suatu kitab sejarah umum
yang terdiri dari dua jilid. Jilid pertama meliputi sejarah zaman dahulu
seperti sejarah Yahudi, Hindu, Yunani, Romawi, Persia dan lain-lain. Sedangkan
jilid keduanya meliputi sejarah Islam dari semenjak lahirnya sampai dengan
pemerintahan al-Mu’tamid dari Abbasiyah. Karena isinya yang luas, sehingga ada
anggapan bahwa karya nya lebih merupakan enskilopedia sejarah daripada sejarah
umum.
2.3.1. Dari abad ke-3 –
ke-6 H
Sesudah pertengahan abad
keempat Hijiriyah, perbedaan antara sejarah umum dengan sejarah lokal sukar
untuk dibedakan. Bentuk utama dalam penyusunan sejarah saat itu dibatasi dengan
kejadian-kejadian yang sedang berlaku yang diahului dengan kata pembukaan yang
bersifat umum. Kitab-kitab tersebut tidak bisa bertahan sebagai sejarah umum,
sebab masing-masingnya dibatasi oleh struktur politik dimana si penulis berada,
sehingga sukar untuk menerangkan kejadian-kejadian diluar hal tersebut.
Contohnya seperti karya-karya Saif ibn
Umar yang penulisnya tidak elurhnya sebagai hasil penemuan murni, karena isinya
banyak yang diselipkan dengan pengaruh propaganda-propaganda politik dan paham
keagamaan, sebagaimana juga terdapat didalam karya Ibn Qutaibah, Syarif
al-Mutada dan al-Waqidi.[21]
Dua kegiatam yang menonjol dalam era in adalah: penggunaan ilmua astronomi dan
matematik untuk menetapkan suatu kronologi, contohnya pada buku al-Atsar al
Baqiyah karya al-Biruni. Dan penulisan sejarah dipergunakan untuk menerangkan
pendudukan kabilah-kabilah Arab terhadap wilayah mereka yang baru.[22]
Munculnya bahasa Persia sebagai bahasa pengantar didalam
penyusunan buku-buku dimuali pada masa Dinasti Persia abad ke-4 H, yang juga
memiliki banyak kegunaannya bagi penguasa-pneguasa Turki pada abad berikutnya,
karena mereka memang tidak senang dengan bangsa Arab.
2.3.2 Dari abad ke-6 –
ke-10 H
Dari
abad ke-6 H, penulisan sejarah Islam berkembang menjadi histiografi Islam Arab
dan penulisan sejarah Islam Persia. Dimana yang terakhir ini menunjukkan
perkembangan yang pesat. Bahkan sesudah penaklukan yang dilakukan oleh kaum
Mongol, sehingga menggantikan bahasa Arab dalam medium kesustraan di wilayah
kebudayaan Turki dan Persia. Dengan adanya penyerbuan-penyerbuam yang dilakukan
oleh Turki ke India dorongan untuk menyusun sejarah didalam bahasa Persia
bertambah besar. Walaupun demikian penulisan sejarah yang ditulis dengan bahsa
Arab massih tetap bertambah.
Meskipun
perkembangan sejarah politik berkembang dengan intensif, namun perhatian utama
dalan penulisan sejarah Islam lebih banyak diujukkan kepada biografi daripada
sejarah itu sendiri.[23] Penggabungan
biografi dengan sejarah politik baik umum atapun lokal, merupakann suatu karya
praktis yang dilakukan oleh sebagian besar ahli sejarah Islam pada periode ini,
sebagaimana sudah terlihat, namun masih tetap berhubungan rapat dengan
kesastraan yang dengan jelas menitik beratkan kepada bidang yang lain daripada
kepada biografi politik.
Selama pertengahan pertama
abad ketujuh hijriyah kecenderungan kepada spesialisasi memuncak kembali
didalam suatu kumpulan koleksi biografi yang ada hubungannya dengan
bidang-bidang khusus, diantaranya: Enam abad kesustraan Aab diselidiki didalam
buku Irsyad al-Arib karya Yakut al-Rumi, dan seluruh kegiatan ilmu pengetahuan
dan kedokteran yang dilakukan Islam tergambar dalam buku sarjana Islam Mesir
Ibn al-Qifthi.
2.3.3
Dari Abad ke-10 – ke-13 H
Takluknya
provinsi-provinsi Islam di Arabia kepada kekuasaan Usmaniyah dan dengan
menghilangkan penulisan sejarah Islam Arab hampir menimbulkan kemerosotan yang
menyeluruh.[24]
Kemunduran penulisan sejarah Islam di Arabia sendiri, menimbulkan kebangkitan
penulisan sejarah di Turki, termasuk diantaranya penulisan sebuah sejarah umum
yang disusun Munajj Im Bashi yang berkembang pengaruhnya ke beberapa wilayah
Islam terutama di Afika Barat.
Berlainan
dengan penulisan sejarah, maka penulisan biografi tergantung kepada
perubahan-perubahan poliik, hal ini mulai terlihat di Syiria. Di Damaskus
beberapa penulis melanjutkan beberapa seri kamus yang berkenaan dengan tokoh
terkemuka abad kesepuluh, kesebelas dan kedua belas hijriyah seperti yang
dilakukan al-Burini, al-Muhibi, dan al-Muradi.
Historiografi Islam pada dasarnya
merupakan refleksi dari perkembangan sosiopolitik masyarakat Islam pada
zamannya.[25]
Historiografi Islam juga berhubungan erat dehgan pemikiran Islam (dalam bidang
fikih maupun syariah). Arus pemikiran siyasah syar'iyah yang didasarkan pada
madzab Hambali dan Syafi'i, sekitar awal abad 11 M semakin menyatu guna
mengakomodasi kekuasaan Dinasti Abbasiyah di dalam kerangka pemikiran Islam
Tradisional. Maka jadilah karya-karya sejarah yang muncul pada masa ini sebagai
apologi bagi satu dinasti yang bangkit dan tenggelam.
2.3.4 Dari Abad ke-19 M
Pada
masa ini gerakan penulisan dipelopori oleh al-Jabarti disusul oleh Ismail
al-Kasyafi dan al-Aththar yang mulai mendapat pengikut di al-Azhar. Pada masa
itu Ali Pasya menggalakkan gerakan penerjemahan. Dikemudian hari diikuti oleh
Rifa al-Tahtawi dan Ali Mubarak.[26]
Kedua kelompok terakhir ini dalam penulisan sejarah dipengaruhi oleh literatur
dan pengetahuan Perancis. Mereka menggunakan referensi buku sejarah pada masa
klasik dan pertengahan Islam, disamping juga menggunakan referensi barat
modern.
Berbeda
dengan penulisan sejarah pada masa Islam klask dan pertengahan yang sedikit
sekali melakukan kritis, analisis, dan perbandingan, penulisan sejarah di pada
abad ke-19 dipengaruhi oleh penulisan metode ilmu pengetahuan baru dengan
mengikuti buku-buku sejarah Eropa. Dalam hal ini mereka juga menggunakan ilmu
bantu sejarah seperti dokumen, numistik, arkeologi, inskripsi, eksplorasi,
geografi dan lainnya.
2.3.5 Dari Abad ke-20 M
Sejak
abad ke-20, Barat menjadi kiblat penulisan sejarah Islam dalam bidang metodologi
dan tema. Sejarawan muslim di dunia Arab, sejak awal abd ke-20 lambat tapi
pasti banyak mengambil tema, metodologi, dan pendekatan penulisan sejarah dari
Barat.[27]
Muhammad Fathi mengungkapkan
bahwa para sejarawan pada awal abad ke-20, dalam pembahasan sejarah hanya
berorientasi pada pembahasan peristiwa politik negara, dan mereka memperhatikan
pengkajian terhadap para pemimpin, tokoh-tokoh menonjol, perbuatan dan
kontroversi mereka. Oleh karena itu besar kemungkinan ada objek sejarah yang
terabaikan.
Akan tetapi orientasi modern
dalam studi sejarah mengarahkan kepada studi tentang strata sosial bangsa yang
beragam cara hidupnya, pranata dan keadaan sosial, ekonomi dan politik. Hal ini
memiliki pengaruh yang besar antara tahun 1920-1945. Sampai saat ini penggalian
purbakala, pengawetan, dan studi peninggalan purbakala pada masa sebelum Islam
dan masuknya Islam dikembangakan dengan baik.
2.4
SEJARAH PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH DI INDONESIA
Karya sejarah
bangsa Indonesia baik dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan
nama sejarah kontemporer) telah banyak ditulis, baik oleh sejarawan atau
pemerhati sejarah banga Indonesia maupun bangsa Indonesia.
2.4.1 Penulisan Sejarah Tradisional
Penulisan
sejarah pada awalnya yaitu lebih merupakan budaya daripada usaha untuk merekam
masa lalu sebagaimana adanya. Hal ini didukung oleh suatu kenyataan ternyata
pada diri manusia atau masyarakat selalu akan muncul pertanyaan tentang jati
diri dan asal usulnya yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh
nilai-nilai budaya yang dianutnya. Jadi, penulisan sejarah bukan bermaksud agar
mengetahui kebenaran sejarah dengan pembuktian melalui fakta-fakta.
Akan
tetapi, kenyataan akan kebenaran kisah sejarah itu diperoleh dari kejujuran
serta pengabdiannya terhadap penguasa. Dalam historiografi tradisional
terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif dan
mitologi, pandangan hidup yang dikisahkan dan uraian peristiwa pada masa
lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat.[28]
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang
dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan
dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan
keinginan dan kepentingan raja.[29]
Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan
dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman
kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.
2.4.2 Penulisan Sejarah
Kolonial
Penulisan
sejarah kolonial tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa kolonial.
Kepentingan itu mewarnai penafsiran mereka terhadap suatu peristiwa sejarah
yang tentunya berbeda dengan penafsiran dari penulis sejarah nasional
Indonesia.[30]
Perlawanan Diponegoro misalnya, dalam pandangan pemerintahan kolonial dianggap
sebagai tindakan ekstrimis yang mengganggu stabilitas jalannya pemerintahan, Di
sisi lain bagi penulis Sejarah Nasional perlawanan tersebut dianggap sebagai
perjuangan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan cinta tanah air.
Akan tetapi, ada juga penulis Eropa
yang cukup objektif, misalnya, Dr. Van Leur dengan karya tulisan Indonesian
Trade and Society dan karya Dr. Schrieke,
Indonesia Sociological Studies,
yang memaparkan perdagangan dan masyarakat Nusantara.[31]
Dasar pemikiran sarjana Belanda tersebut dirumuskan kembali secara sistematik
oleh Dr. Sartono Kartodirdjo dengan Pendekatan multidimensional, yaitu
pendekatan dalam penulisan sejarah dengan beberapa ilmu sosial, ekonomi,
sosiologi, dan antropologi.
2.4.3
Penulisan Sejarah Nasional
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945,
maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia
sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus
perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab
yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan
kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi,
sosial maupun budaya.
Historiografi nasional dirintis oleh
Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo.[32]
Dalam historiografi nasional akan terungkap betapa pedihnya keadaan di zaman
pergerakan nasional Indonesia oleh penjajahan barat sehingga membangkitkan
semangat rakyat untuk merdeka.
Dalam perkembangannya, penulisan
sejarah di Indonesia pada umumnya bersifat naratif yang mengungkapkan fakta
mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana serta menerangkan bagaimana itu
terjadi. Supaya sejarah dapat mengikuti perkembangan ilmu lainnya maka harus
meminjam konsep ilmu-ilmu sosial dan diuraikan secara sistematis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penulisan sejarah
atau yang lebih sering disebut historiorafi merupakan tahap terakhir dari rekontruksi
sejarah setelah melewati tahap heuritik, kritik, dan verifikasi fakta yang
valid. Penulisan sejarah sendiri mengalami perkembangan yang signifikan mulai
dari tahap paling sederhana ketika zaman klasik hingga penulisan zaman modern yang cenderung detail
dan tematik.
Penulisan sejarah menjawab pertanyaan yang diajukan manusia dan
berfungsi sebagai pemberi pengetahuan bagi mereka yang hidup dimasa sekarang
ini, tentang apa yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah sebagai ilmu adalah
jawaban masyarakat modern terhadap apa-apa yang dilihat, dialami dan diperoleh
sebagai warisan. Sehingga eksistensi dari penulisan sejarah memegang peranan
yang penting.
Baca Juga: Metode Penelitian Sejarah
Indonesia dan Islam terkhususnya memiliki sejarah yang cukup kompleks
berupa berbagai perbedaan dalam tiap-tiap masa. Karena itulah dengan penulisan
sejarah maka akan didapatkan sejarah yang riil, empiris dan sesuai dengan fakta
sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba,
Sidi. 1981. Pengantar Sejarah sebagai
Ilmu. Bhratara Karya Aksara: Jakarta
Kuntowijoyo,
1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yayasan
Bentang Budaya: Yogyakarta
Susanto,
Dwi. Historiografi Islam: Pertumbuhan dan
Perkembangan dari Masa Klasik-Modern. Jurnal Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Diunduh pada 1 November 2017
pukul 2.27
Umar,
Mu’in A. Pertumbuhan dan Perkembangan
Historiografi Islam. Perpustakaan Digital Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yoyakarta. Diunduh pada 1 November 2017
pukul 2.32
Alfiansyah. Diakses pada 1 November 2017
pukul 10.04. Historiografi Indonesia. http://pelitaku.sabda.org/node/834
Mustanan. Diakses pada 2 November pukul
09.16. Historiografi Islam Modern. islamadalahrahmah.blogspot.co.id/2011/02/histiografi-islam-modern.html?m=1
Nababan,
Basten. Diakses pada 2 November 2017 pukul 20.05. Historiografi:
Historiografi Sejarah. https://rangervivahistoriabravo.blogspot.co.id/2012/1/historiografi-sejarah.html?m=1
Pendidikan, Sekolah. Diakses pada 1
November 2017 pukul 10.00. Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia. http://www.sekolahpendidikan.com/2017/03/perkembangan-sejarah-penulisan-sejarah.html#
Syafri, Arbi. Diakses pada 1 November 2017
pukul 21.18. Penulisan Sejarah (Historiografi) Indonesia. https://pussisunimed.wordpress.com/2010/02/05/penulisan-sejarah-historiografi-indonesia/
Tambun, Jejak. Diakses pada 30 Oktober
2017 pukul 11.13. Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia. http://sejarah10-jt.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-penulisan-sejarah-di_3348.html
[1] Arby Syafri, “Penulisan Sejarah
(Histiografi) Indonesia”, diakses dari https://pussisunimed.wordpress.com/2010/02/05/penulisan-sejarah-historiografi-indonesia/,
pada tanggal 1 November 2017 pukul 21.18
[2] Basten Nababan, “Historiografi:
Historiografi Sejarah”, diakses dari https://rangervivahistoriabravo.blogspot.co.id/2012/1/historiografi-sejarah.html?m=1,
pada tanggal 2 November 2017 pukul 20.05
[3] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yayasan Bentang
Budaya, Yogyakarta, 1995, hlm. 38
[4] Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu, Bhratara
Karya Aksara, Jakarta, 1981, hlm. 50
[5] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 39
[6] Sejarah dan teologi tidak dapat
dipisahkan
[7] Catatan peristiwa-peristiwa
penting, biasanya dalam kalimat-kalimat pendek
[8] Perisiwa penting yang bersifat
lebih luas
[9] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 43
[10] Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu, hlm. 52
[11] Kuntowijoyo, Penganntar Ilmu Sejarah, hlm. 45
[12] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 46
[13] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 47
[14] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 48
[15] Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu, hlm. 53
[16] Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah sebagai Ilmu, hlm. 53
[17] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 56
[18] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 57
[19] Dwi Susanto, Historiografi
Islam: Pertumbuhan dan Perkembangan dari Masa Klasik-Modern,
jurnalfahum.uinsby.ac.id, hlm.3, diunduh pada 1 November 2017 pukul 2.27
[20] A. Mu’in Umar, Pertumbuhan dan Perkembangan Historiografi
Islam, digilib.uin-suka.ac.id, hlm.
6, diunduh pada 1 November 2017 pukul 2.35
[21] A. Mu’in Umar, Pertumbuhan dan Perkembangan Histiografi
Islam, hlm.10
[22] A. Mu’in Umar, Pertumbuhan dan Perkembangan Histiografi
Islam, hlm. 12
[23] A. Mu’in Munir, Pertumbuhan dan
Perkembangan Histiografi Islam, hlm. 15
[24] A. Mu’in Munir, Pertumbuhan dan Perkembangan Hisiografi
Islam, hlm. 18
[25] Dwi Susanto, Historiografi
Islam: Pertumbuhan dan Perkembangan dari Masa Klasik-Modern, hlm. 10
[26] Mustanan, Historiografi Islam Modern, diakses dari
islamadalahrahmah.blogspot.co.id/2011/02/histiografi-islam-modern.html?m=1,
pada tanggal 2 November pukul 9.16
[27] Mustanan, Historiografi Islam Modern, diakses dari
islamadalahrahmah.blogspot.co.id/2011/02/histiografi-islam-modern.html?m=1,
[28] Sekolah Pendidikan, Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia,
diakses dari http://www.sekolahpendidikan.com/2017/03/perkembangan-sejarah-penulisan-sejarah.html#
pada 1 November 2017, pukul 10.00
[29] Alfiansyah, Historiografi
Indonesia, diakses dari http://pelitaku.sabda.org/node/834, pada 1 November 2017, pukul
10.04
[30] Sekolah Pendidikan, Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia,
diakses dari http://www.sekolahpendidikan.com/2017/03/perkembangan-sejarah-penulisan-sejarah.html#
[31] Jejak Tambun, Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia,
diakses dari http://sejarah10-jt.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-penulisan-sejarah-di_3348.html,
pada 30 Oktober 2017 pukul 11.13
[32] Jejak Tambun, Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia,
diakses dari http://sejarah10-jt.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-penulisan-sejarah-di_3348.html
0 komentar:
Post a Comment