Peradaban Mahenjo Daro dan Harappa merupakan salah
satu peradaban penting dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia. Banyak
hal yang menyebabkan peradaban tersebut menjadi peradaban yang besar. Terutama fakor
gegrafis. Daerah lembah sungai Indus terletak di barat laut India. Sungai Indus
berasal dari mata air Tibet, mengalir melalui pegunungan Himalaya. Wilayah yang
ditempati peradaban di lembah sungai Indus lebih luas dibanding wilayah
peradaban Mesir dan Mesopotamia.
Lembah sungai Indus adalah lahan yang subur yang
tanahnya merupakan tanah yang bagus sehingga cocok untuk bercocok tanam dan
pertanian. Sehingga kebudayaan dapat tumbuh dan berkembang di kawasan lembah
sungai Indus. Kawasan sepanjang aliran sungai yang subur itulah tempat
munculnya titik-titik peradaban, seperti Mahenjo Daro dan Harappa.
B.
Sistem
Pencaharian
Sepanjang
lembah Sungai Shindu adalah lahan subur yang cocok sekali untuk pertanian.
Kesuburan ini disebabkan oleh lumpur-lumpur sungai yang dibawa ketika banjir.
Pemanfaatan lahan dan sungai mendorong untuk mengembangkan teknologi irigasi
dengan membuat saluran-saluran, tanggul penahan banjir dan bendungan untuk
menampung. Hasil temuan saluran irigasi inilah yang menunjukkan bahwa pada masa
tersebut sudah terbentuk peradaban yang maju dengan mata pencahariannya adalah
pertanian (gandum, padi, kapas, dan teh).
Pada perkembangan
selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari
Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan saluran irigasi
dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah
Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang
utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
Kesuburan ini disebabkan karena sungai Indus yang setiap saat
banjir dan meninggalkan lumpur-lumpur pada daerah yang digenangi banjir itu,
sehingga tanah itu subur. Karena kesuburannya mereka lebih mengutamakan
pertanian.
C.
Sistem Kepercayaan
Masyarakat lembah
Sungai Shindu memuja kepada banyak dewa (politheisme). Dewa utama yang
dipujanya adalah dewa berkepala tiga, bertanduk besar, walaupun masih berupa
dugaan, stempel yang menggambarkan dewa ini banyak dijumpai. Selain itu,
masyarakatnya mengenal Dewi Ibu yang dipuja sebagai lambang Dewi kesuburan. Berikut
ini nama-nama kerajaan yang pernah ada pada peradaban Lembah Sungai Shindu,
antara lain: Kerajaan Magadha, Kerajaan Maurya, Kerajaan dan Kerajaan
Candragupta.
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan
jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di
Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini
didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan.
Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan
khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di
tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother
Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia
Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk
belanga, materai, dan jimat-jimat.
D.
Sistem Pemerintahan
Peradaban Lembah Sungai Shindu adalah peradaban manusia
prasejarah karena belum ditemukan adanya tulisan. Masuknya bangsa Arya ke
wilayah India, mengubah tata hidup penduduk asli dan terjadinya percampuran
kebudayaan. Sebenarnya bangsa Arya adalah bangsa nomaden (selalu
berpindah-pindah), namun sejak ditemukannya wilayah India melalui Celah Kaiber
mereka mencoba untuk menetap sehingga menimbulkan percampuran kebudayaan di
antara keduanya. Pencampuran kedua bangsa tersebut melahirkan bangsa Hindu.
Kedatangan mereka menjadi salah satu penyebab runtuhnya peradaban kuno di
Lembah Sungai Shindu. Pemerintahan bangsa Arya yang pernah ada di Lembah Sungai
Shindu diketahui mulai ada tahun 327 SM dengan berdirinya Kerajaan Maurya.
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa
hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang
tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin
saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri
agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk
meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan
tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu
melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari
dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
E.
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikenal oleh masyarakat
yang mendiami lembah Sungai Shindu. Bukti-bukti yang menunjukkan hal tersebut
dengan ditemukannya perkakas pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat
perang, bangunan dan simbol kepercayaan yang terbuat dari tanah liat ataupun
logam. Selain itu, di Kota Mahenjo-Daro dan Harappa sudah terbentuk penataan
kota yang baik dan teratur. Penduduk sudah mengenal teknologi bangunan dan
gedung yang dibuat dari batu bata untuk tempat tinggal. Setiap rumah terdapat
sumur dan saluran-saluran pembuangan limbah kotor dan dialirkan ke selokan
besar di bawah jalan raya.
F.
Faktor Kemunduran
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro-
Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering
yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam
berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di
bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan
punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan
menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan
dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu
memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal
ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu,
disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak
berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang
mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang.
Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang
baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti
yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas
anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di
tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk
dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika
melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala
itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh,
tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak
saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian
utara.
G.
Peninggalan-peninggalan
Adapun
hasil-hasil peninggalan masa peradaban India kuno antara lain:
1.
Ditemukannya dua kota
kuno dilembah sungai iudus, yaitu diharappa dan mohenjodaro, kedua dikota kuno
ini telah memiliki cirri seni arsitektur yang cukup tinggi.
2.
Ditemukannya tlisan
berbentuk hurup paku, namun sampai sekarang belum dapat dibaca.
3.
Kuil, tempat pemujaan
dewa dan dua bangunan istana.
4.
Tembikar berb entuk
periuk belanga, semacam piring dan cangkir dalam berbagai bentuk dan ukuran.
5.
Alat-alat pertanian
berupa cangkul san kapak.
6.
Terracotta, yaitu
benda benda beerupa lempeng tanah yang ada tulisannya.
7.
Perhiasan berupa kalung, gelang dan ikat pinggang.
8.
Ditemukannya arca dewa
perempuan yang mempunyai bagian-bagian amat besar.
9.
Kitab suci weda dan
tripitaka merupakan karya sastra yang bayak dibaca masyarakat hindu dan budha.
10.
Kitab mahabrata dan
Ramayana.
0 komentar:
Post a Comment