Peradaban India

   
Mahejo daro, National geographic

A.   Latar Belakang Masalah
Peradaban Mahenjo Daro dan Harappa merupakan salah satu peradaban penting dalam sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia. Banyak hal yang menyebabkan peradaban tersebut menjadi peradaban yang besar. Terutama fakor gegrafis. Daerah lembah sungai Indus terletak di barat laut India. Sungai Indus berasal dari mata air Tibet, mengalir melalui pegunungan Himalaya. Wilayah yang ditempati peradaban di lembah sungai Indus lebih luas dibanding wilayah peradaban Mesir dan Mesopotamia.
Lembah sungai Indus adalah lahan yang subur yang tanahnya merupakan tanah yang bagus sehingga cocok untuk bercocok tanam dan pertanian. Sehingga kebudayaan dapat tumbuh dan berkembang di kawasan lembah sungai Indus. Kawasan sepanjang aliran sungai yang subur itulah tempat munculnya titik-titik peradaban, seperti Mahenjo Daro dan Harappa.
B.     Sistem Pencaharian

Sepanjang lembah Sungai Shindu adalah lahan subur yang cocok sekali untuk pertanian. Kesuburan ini disebabkan oleh lumpur-lumpur sungai yang dibawa ketika banjir. Pemanfaatan lahan dan sungai mendorong untuk mengembangkan teknologi irigasi dengan membuat saluran-saluran, tanggul penahan banjir dan bendungan untuk menampung. Hasil temuan saluran irigasi inilah yang menunjukkan bahwa pada masa tersebut sudah terbentuk peradaban yang maju dengan mata pencahariannya adalah pertanian (gandum, padi, kapas, dan teh).
            Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
Kesuburan ini disebabkan karena sungai Indus yang setiap saat banjir dan meninggalkan lumpur-lumpur pada daerah yang digenangi banjir itu, sehingga tanah itu subur. Karena kesuburannya mereka lebih mengutamakan pertanian.

C.    Sistem Kepercayaan
Masyarakat lembah Sungai Shindu memuja kepada banyak dewa (politheisme). Dewa utama yang dipujanya adalah dewa berkepala tiga, bertanduk besar, walaupun masih berupa dugaan, stempel yang menggambarkan dewa ini banyak dijumpai. Selain itu, masyarakatnya mengenal Dewi Ibu yang dipuja sebagai lambang Dewi kesuburan. Berikut ini nama-nama kerajaan yang pernah ada pada peradaban Lembah Sungai Shindu, antara lain: Kerajaan Magadha, Kerajaan Maurya, Kerajaan dan Kerajaan Candragupta.
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat.

D.    Sistem Pemerintahan
Peradaban Lembah Sungai Shindu adalah peradaban manusia prasejarah karena belum ditemukan adanya tulisan. Masuknya bangsa Arya ke wilayah India, mengubah tata hidup penduduk asli dan terjadinya percampuran kebudayaan. Sebenarnya bangsa Arya adalah bangsa nomaden (selalu berpindah-pindah), namun sejak ditemukannya wilayah India melalui Celah Kaiber mereka mencoba untuk menetap sehingga menimbulkan percampuran kebudayaan di antara keduanya. Pencampuran kedua bangsa tersebut melahirkan bangsa Hindu. Kedatangan mereka menjadi salah satu penyebab runtuhnya peradaban kuno di Lembah Sungai Shindu. Pemerintahan bangsa Arya yang pernah ada di Lembah Sungai Shindu diketahui mulai ada tahun 327 SM dengan berdirinya Kerajaan Maurya.
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.

E.     Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikenal oleh masyarakat yang mendiami lembah Sungai Shindu. Bukti-bukti yang menunjukkan hal tersebut dengan ditemukannya perkakas pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat perang, bangunan dan simbol kepercayaan yang terbuat dari tanah liat ataupun logam. Selain itu, di Kota Mahenjo-Daro dan Harappa sudah terbentuk penataan kota yang baik dan teratur. Penduduk sudah mengenal teknologi bangunan dan gedung yang dibuat dari batu bata untuk tempat tinggal. Setiap rumah terdapat sumur dan saluran-saluran pembuangan limbah kotor dan dialirkan ke selokan besar di bawah jalan raya.

F.     Faktor Kemunduran
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang.
Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
G.    Peninggalan-peninggalan
Adapun hasil-hasil peninggalan masa peradaban India kuno antara lain:
1.      Ditemukannya dua kota kuno dilembah sungai iudus, yaitu diharappa dan mohenjodaro, kedua dikota kuno ini telah memiliki cirri seni arsitektur yang cukup tinggi.
2.      Ditemukannya tlisan berbentuk hurup paku, namun sampai sekarang belum dapat dibaca.
3.      Kuil, tempat pemujaan dewa dan dua bangunan istana.
4.      Tembikar berb entuk periuk belanga, semacam piring dan cangkir dalam berbagai bentuk dan ukuran.
5.      Alat-alat pertanian berupa cangkul san kapak.
6.      Terracotta, yaitu benda benda beerupa lempeng tanah yang ada tulisannya.
7.      Perhiasan berupa kalung, gelang dan ikat pinggang.
8.      Ditemukannya arca dewa perempuan yang mempunyai bagian-bagian amat besar.
9.      Kitab suci weda dan tripitaka merupakan karya sastra yang bayak dibaca masyarakat hindu dan budha.

10.  Kitab mahabrata dan Ramayana.

0 komentar:

Post a Comment