PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamluk Burji berasal dari para budak yang didatangkan oleh Sultan Qala’un dari Syarakisyah, negeri Georgia. Kebanyakan dari mereka berasal dari Kaukasus. Dinamakan Burji karena sultan menempatkan mereka di benteng-benteng berbentuk menara (Burj). Jumlah sultan yang memerintah sekitar 27 sultan. Sayangnga para sultan ini sangat berbeda dengan para sultan Mamluk Bahri. Tetapi dibalik itu semua, Mamluk Burji juga berperan dalam perkembangan kebudayaan islam seperti yang akan dibahas disini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal berdirinya Mamluk Burji
Mamluk Burji dimulai dengan berkuasanya Barquq pada tahun 1382 dari Circassiusmenggantikan Hajj II atau Al Shalih Hajji ibn Sya’ban (cicit Al Nashir) yang telah memerintah dua tahun dan sempat diselingi oleh sultan lain.Barquq sendiri memulai kariernya sebagai budak untuk anak Al Asyraf yaitu Sya’ban.
B. Perkembangan Kebudayaan Masa Mamluk Burji
Banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji yang naik tahta pada usia muda. Ini menjadi faktor melemahnya dinasti Mamluk. Para Mamluk selalu disibukan dengan gejolak dan pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer sementara pemasukan semakin menipis. Sehingga kemudian pendidikan tidak terlalu terperhatikan. Tekanan dari luar wilayah Mamluk pun datang beruntun karena Mamluk Burji tidak mengutamakan persatuan dan banyak meminta bantuan luar. Keadaan yang seperti inilah yang menyebabkan Mamluk Burji tidak bisa membuat kemajuan seperti Mamluk Bahri.
Meskipun tidak sebanyak Mamluk Bahri, tapi beberapa kemajuan ini terjadi pada saat Mamluk Burji berkuasa, yaitu :
1. Barquq (Sultan pertama Mamluk Burji)mendirikan stasiun khusus antara Damaskus dan Kairo untuk melayani pengangkutan es ke Mesir yang dibawa oleh unta. Dikatakan bahwa Sultan Jaqmaq dari Mamluk Burji (1438-1453) menghabiskan dana sekitar 3.000.000 dinar dalam waktu tiga bulan untuk membeli budak dan beragam suvenir.
2. Di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk Burji juga seni tatah menjadi kriya istimewa dan paling diminati sebagaimana tampak pada pintu masjid Qa’it-bay. Sedangkan dalam kerajinan mosaik, seni ukiran gading dan pelapisan bergaya Koptik telah dikenal sejak masa pra-Islam.
3. Diantara karya-karya seni terapan ini tidak satupun yang bersifat individual dan menjadi ciri khas Mesir Mamluk selain seni dekorasi kitab suci. Bidang kesenian ini mendapatkan kedudukan terhormat karena berhubungan dengan firman Allah SWT. Tingkat kesulitan dalam bidang ini jauh lebih tinggi seperti pentingnya kecakapan memilih warna dan pengetahuan yang luas tentang elemen-elemen dekorasi. Saking sulitnya, Al-quran yang terbaik pun biasanya tidak memiliki lebih dari dua atau tiga halaman yang dihiasi dengan indah. Disini pula terdapat koleksi hiasan terbaik milik sultan Mamluk dan saat ini telah disusun ulang oleh Perpustakaan Nasional Kairo dari beberapa masjid kota.
4. Karakter mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada objek-objek yang dianggap suci. Berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, baki, mangkok dan pedupaan menjadi saksi tentang gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh para penulis kontemporer. Putri-putri kerajaan menghiasi diri mereka dengan perhiasan mewah seperti gelang kaki, anting, kalung, gelang dan perhiasan lainya sama seperti yang masih digunakan oleh orang Mesir Modern. Kemegahan istana Mamluk semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni semisal tarian, permainan sulap, dan pertunjukan wayang.
BAB III
PENUTUP
Perkembangan kebudayaan masa Mamluk Burji tidak sebanyak Mamluk Bahri. Namun beberapa yang mencolok adalah pembangunan stasiun, seni kriya, mosaik, sulap dan wayang.
DAFTAR PUSTAKA
K. Hitti, Philiph.2002. History of the Arabs. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta
0 komentar:
Post a Comment