Pengertian Modern, Priode, Latar Belakang dan Modernisasi di Setiap Negara di Dunia


Revolusi Prancis, blogspot.com
Modernisasi
A. Pengertian Modern
Modern atau Modernisme adalah istilah yang muncul dalam kehidupan orang-orang Eropa. Maka dari itu kita harus memahami konsep ini menurut mereka. Modernisme menurut orang-orang Eropa adalah fikiran, aliram, gerakan, dan usaha untuk mengubah adat istiadat dan institusi-institusi lama, dan sebagainya dengan disesuaikan pada konteks zamannya. Di Eropa pula pertama paham modernisme ini bersentuhan dengan agama mereka (Kristen), dan menghasilkan sekularisme yaitu pemisahan antara urusan duniawai dan urusan agama.
Dalam islam sendiri modernisme adalah suatu langkah pembaruan dalam bidang agama yang di dalamnya mencakup Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak. Pembaruan ini dilakukan karena adanya hal-hal yang sudah melenceng dari aturan baku atau dasar pegangan umat Islam yaitu Alqur’an dan Assunnah. Selain dalam 3 bidang agama tersebut, dalam islam juga ada pembaruan yang sifatnya duniawi. Diantaranya adalah ilmu-ilmu dan pengetahuan barat yang masuk dalam masyarakat islam akhirnya diterima dengan asosiatif dan asimilatif. Selain itu, dalam bidang politik pun masyarakat islam di berbagai pusat islam mengakomodasi system barat yang mereka anggap lebih modern, walaupun tidak sedikit pula yang menolak modernisasi dalam bidang politik.

B. Priode Modern
Periode Modern dalam masyarakat Islam secara umum ditandai dengan perjalanan Napoleon Bonaparte ke Mesir. Pembaruan atau modernisme ini adalah pembaruan dalam  bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta politik. Sedangkan pembaruan Islam dalam bidang aqidah terjadi lebih dulu dibanding pembaruan iptek, yaitu saat munculnya tokoh pembaru Muhammad ibn Abdul Wahhab di Jazirah Arab yang membersihkan aqidah masyarakat Arab dari segala bentuk bid’ah dan syirik.
Secara garis besar periode modern pada masyarakat Eropa terjadi pada abad 15 dan berkembang pesat pada akhir abad ini ketika muslim Andalusia berhasil ditaklukkan dan akhirnya katolik berkuasa lagi di sana. Peristiwa penting ini menandai kemenangan orang Eropa atas benuanya di bagian barat, dan mereka berhasil mengambil ilmu pengetahuan peninggalan muslim Andalusia untuk akhirnya dikembangkan. Dalam proses perkembangannya, orang Eropa akhirnya berhasil tumbuh mengungguli orang islam dalam segi ilmu pengetahuan.
Sedangkan pembaruan dalam masyarakat islam dimulai pada awal abad 18 saat Eropa semakin maju dengan pecahnya 2 revolusi (Industri dan Francis). Hal ini memunculkan pandangan baru bahwa orang-orang Eropalah yang saat ini memegang kendali atas ilmu pengetahuan. Hal ini membuat muslim takjub dan merasa tertinggal jauh dengan Eropa dalam segala aspek. Maka saat salah satu tokoh dalam revolusi Francis yaitu Naapoleon Bonaparte datang ke Mesir dengan segala kemajuan yang dibawanya, masyarakat Muslim banyak yang akhirnya menerima itu.

C. Latar Belakang Kemunculan
Latar belakang munculnya modernisme di barat disebabkan karena agama khatolik saat itu bersifat sangat mengekang. Orang-orang Eropa kala itu merasa bahwa agama membuat kemandekan dalam kemajuan dalam berbagai hal. Semua kebenaran hanya bersumber pada kitab mereka dan para pendeta. Atas dasar itulah masyarakat Eropa memisahkan agama dalam kehidupannya yang dikemudian hari memunculkan modernisme di Eropa atau lebih dikenal sebagai renaisans.
Sedangkan latar belakang munculnya modernisme dalam masyarakat islam adalah mundurnya peradaban umat islam. Pembaruan dalam islam timbul menjadi solusi dari kemunduran tersebut dan membawa islam kepada kemajuan. Pada zaman kemunduran ini islam diberbagai tempat kalah oleh Eropa. Utsmani terpukul oleh Eropa, kerajaan Syafawi dihancurkan serangan suku bangsa afghan, sedangkan Mughal wilayahnya dipecah-pecah oleh raja Hindustan. Sedangkan dalam umat islam pada umumnya umat islam dalam keadaan mundur dan statis, hal ini dimanfaatkan Eropa untuk mengembangkan teknologi dan kekayaannya.

D. Ciri Priode Modern ( Abad 18-19 & 20)
Periode modern yang terjadi pada masyarakat Islam secara umum terbagi atas dua fasae besar, yatu abad 18-19 dan abad 20. Secara umum pada abad 18-19 di pusat-pusat Islam kala itu terjadi pembaruan dalam bidang keagamaan. Anatara lain di Mesir muncul tokoh Jamaluddin Al-Afghan, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan murid-murid serta penerus mereka yang menempatkan pembaruan agama dengan porsi yang besar. Sedangkan pada abad 20 pembaruan dalam masyarakat islam terjadi dalam bidang politik bernegara. Wilayah-wilayah yang dahulu milik kerajaan-kerajaan besar islam, satu persatu memisahkan diri dan akhrnya merdeka. Diantara wilayah-wilayah itu yang menjadi Negara islam yang merdekan adalah Iran, Mesir, Palestina, Lebanon, Saudi Arabia, dll.
Revolusi

A. Industri
Revolusi Industri adalah revousi yang pecah atau berawal dari tanah Inggris yang akhirnya menyebar ke seluruh Eropa. Penyebaran ini pada kemudia hari akhirnya tiba juga ke luar Eropa, khususnya dalam hal ini adalah Islam. Sebelum revolusi ini pecah, industri perkembangannya sangatlah lambat karena perhatian terhadap teknologi yang sangatlah kurang. Sampai akhirnya revolusi ini pecah dan membawa perubahan yang signifikan, bukan dalam bidang teknologi saja melainkan bidang sosial ekonomi.
Revolusi Industri tidak jelas secara periodenya, namun diperkirakan 1760-1830. Diantara kemajuan yang dicapai pada Revolusi ini adalah ketika mesin Uap ditemukan oleh James Watt. Mesin ini pada gilirannya memunculkan teknologi-teknologi susulan seperti mesin pompa, lokomitif kereta api, dan kapal laut. Mesin ini jelas sangatlah effisien disbanding tenaga manusia dan hewan yang saat itu masih massif digunakan. Alhasil tenaga kerja manusia banyak diberhentikan karena adanya teknologi baru ini.
Karena penemuannya yang cemerlang untuk kemajuan teknologi, James Watt disebut-sebut adalah sebagai kunci terjadinya revolusi Industri. Namun sebenarnya Watt hanyalah menjutkan konsep mesin uap milik Thomas Savery (1686), dan dikembangkan oloeh Watt pada 1764. Pada tahun-tahun selanjutnya terus berkembanglah teknologi-teknologi yang ia sempurnakan, hingga sekarang ini.

B. Francis
Adalah revolusi yang berhasil mengubah tatanan politik perancis yang monarki absolute selama berabad-abad menjadi Negara Republik. Rakyat Francis mengalami transformasi sosial politik yang epik, yang berhasil meruntuhkan feodalisme, aristokrasi, dan monarki mutlak. Mereka berhasil menghancurkan kerajaan melalui kelompok radikal sayap kiri bersama masa-masa yang turun ke jalan, seperti masyarakat petani dan pedesaan. Mereka berhasil membawa masa yang besar dari kalangan bawah dengan mengusung slogan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang nampak baik dan menjanjikan bagi masyarakat bawah.
Hasil dari revolusi Francis adalah dihapuskannya kekuasaan raja, aristocrat, gereja, dan digantikan oleh republic demokratik sekuler dan radikal yang lebih otoriter dan termiliteristik. Selain itu perubahan sosial mendasar pada prinsip nasionalisme, demokrasi, dan pencerahan mengenai kewarganegaraan dan hak asasi. Naiknya Napoleon Bonaparte sebagai penguasa francis. Dan munculnya konfik bersenjata dengan Negara-negara Eropa lainnya. Semua ini terjadi pada tahun 1792 lalu raja terakhir Francis yaitu Louis 16 dieksekusi mati satu tahun kemudian.
Revolusi Francis telah menumbulkan dampak yang mendalam terhadap perkembangan sejarah Modern. Pertumbuhan republik dan demokrasi liberal, menyebabkan sekularisme, perkembangan ideology modern, dan penemuan gagasan perang total adalah beberapa warisan Revolusi Francis.

Ekspedisi Napoleon Bonaparte
Saat sebelum ekspedisi Napoleon ke Mesir, kondisi kekuasaan Islam Turki Utsmani di Mesir sudah sangatlah lemah. Lama kelamaan wibawa Turki Utsmani di wilayah Mesir makin pudar. Buktinya adalah saat Napoleon masuk ke Alexandria dan Rasyid lalu menguasai dua kota itu, ternyata Utsmani tidak mengetahui hal itu. Ini menandakan bahwa wilayah Utsmani yang luas, tidak diimbangi dengan kekuatan yang juga besar. Pada 7 juli 1798 tentara Napoleon menduduki daerah piramida dekat Kairo. Peperangan terjadi dan dengan mudah Napoleon dan tentaranya serta teknologi perangnya yang canggih menguasai daerah tersebut.
Ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir sebenarnya tidak semata-mata membawa kekuatan militer. Namun ia juga berangkat bersama 1000 orang sipil, 160 ahli ilmu pengetahuan, dua set percetakan huruf Arab, Latin, dan Yunani, serta alat untuk eksperimen yang bersifat ilmiah. Dalam rombongan terdapat pula lembaga ilmiah yang bernama institute d’Egypte yang tersusun dalam beberapa bidang, diantaranya politik, ilmu alam, ekonomi, dan seni sastra. Tentu saja semua yang dibawa Napoleon ini membuat masyarakat Mesir takjub dan membuat Napoleon mudah menguasai Mesir.
Sebenarnya perjalanan Napoleon Bonaparte ke Mesir bukanlah tujuan final. Namun penguasaannya terhadap Mesir adalah upaya penguasaan wilayah lain yang ada di Timur, khususnya India. Karena Mesir adalah tempat penting atau jalur penting penghubung dunia barat dan Timur, maka Mesir dijadikan markas untuk menguasai dunia timur. Karena dengan menguasai Mesir ini, Negara Eropa lain akan dipersulit bahkan dilarang menyebrangi Trusan Suez untuk mencapai dunia Timur.
Sedangkan untuk ide-ide yang dibawa Napoleon ke Mesir adalah:
-          Sistem Pemerintahan Republik yang di dalamnya kepala Negara dipilih dalam waktu tertentu dan memerintah atas UUD dan bisa dijatuhkan oleh parlemen.
-          Ide persamaan dalam arti samanya kedudukan rakyat, serta mengijinkan rakyat masuk dalam persoalan pemerintah.
-          Ide kebangsaan yang menganggap mamluk bukanlah seorang Mesir, ide ini sebenarnya ingin menghimpun kekuatan melawan Mamluk untuk selanjutnya ia memimpin Mesir.

Asal Usul Modernisasi

     A. Modernisasi Jazirah Arab
Di jazirah Arab sendiri sebagai wilayah kekuasaan Utsmaniyah juga terjadi hal serupa. Keadaan masyarakat Arab saat itu terdiri atas kabilah-kabilah, dan tidak ada hubungan antara mereka kecuali hubungan permusuhan. Jalan-jalan tidak aman, dan perampokan terjadi dimana-mana. Kekuasaan Istanbul saat itu tidak terasa sama sekali, kecuali hanya nama. Kenyataan itulah yang membuat umat islam saat itu jauh dari agama dan cenderung melakukan  Taklid, Bid’ah, dan Khurafat.
Di tengah kondisi umat islam yang seperti itu, muncul ditengah-tengah mereka seorang pembaharu. Bukan mencetuskan pemikiran berkaitan pembenahan perpolitikan dunia Islam, namun mambawa perubahan menyikapi tercemarnya Tauhid dalam masyarakat Arab. Pembaharu ini ialah Muhammad bin Abdul Wahab, yang dalam buku Fazlur Rahman berjudul Islam pengikut ajarannya disebut sebagai ‘Gerkan Wahabi’.
Muhammad bin Abdul Wahab lahir pada tahun 1703 dalam sebuah keluarga di Najd yang terkenal akan kealiman dan kesalehannya. Sejak kecil ia sudah menunjukkan kedewasaan diri yang luar biasa. Pada saat menjelang dewasa ia dikenal di seluruh Jazirah Arab sebagai alim yang cerdik. Meskipun demikian, ia tidaklah merasa puas dengan ilmu yang ia miliki saat itu. Untuk mengembangkan keilmuannya, Muhammad bin Abdul Wahab meninggalkan desanya.
Setelah memiliki ilmu yang cukup, Abdul Wahab kembali ke desanya di Nejd, disana mengamati bahwa banyak umat islam yang ternyata sudah melenceng dari ajaran islam yang benar. Muslim disana telah meninggikan bid’ah dan khurafat sehingga jauh dari Aqidah yang benar. Maka dari itu ia meluruskan hal itu secara tegas, dan karna ketegasannya inilah ia dimusuhi bahkan diusir dari Nejd. Koalisinya dengan Amir Muhammad ibn Sa’ud berhasil melahirkan kekuatan basis agama dan politik untuk selanjutnya menguasai Mekkah dan Madinah. Dakwahnya secara terang-terangan dan keras membuatnya dibenci oleh sebagian besar masyarakat Arab. Namun dampak yang ditinggalkan untuk masyarakat Jazirah Arab dapat dikatakan positif dengan hilagnya kemusyrikan. Sementara itu pengaruhnya di Mekkah telah membuat ajarannya diminati jamaah haji dan akhirnya dibawa ke Negaranya untuk disebarkan menjadi bibit pembaharuan abad 19.

B. Modernisasi Turki
Dalam Turki Utsmani pembaruan atau modernisasi telah terjadi sejak abad 17 atau akhir era pertengahan. Di abad ini Utsmani mulai mengalami kemunduran dan kekalahan dalam bidang militer dengan Eropa, khususnya 1683 saat penguasaan Wina gagal. Akhirnya Utsmani pun banayk kehilangan wilayah-wilayah. Kekalahan ini menyebabakan para petinggi kerajaan mencari tau penyebab kekalahan-kekalahan tersebut dan mencari tau apa yang menjadi keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Eropa terutama Francis yang kala itu menjadi Negara terkemuka. Turki Utsmani pun tidak ragu mengirim duta ke negera-negara Eropa.
Dalam segala hal nampaknya Turki Utsmani memang telah tertinggal dari bangsa Eropa khususnya Francis. Karena hal ini pula, akhirnya Turki Utsmani mengirimkan pelajar-pelajar mudanya ke dunia Eropa untuk kemudian membawa perubahan dalam internal Turki Utsmani. Ada pun pembaharu dan pembaharuannya adalah:
-          Celebi Mehmed              : teknik
-          Ibrahim Mutafarrika       : percetakan
-          Sultan Mahmud II          : politik

C. Modernisasi Mesir
Awal kisah Modernisme Mesir adalah berlatarbelakang dari persaingan dua egara besar Eropa dalam merebut pengaruh dunia Timur. Kala itu Frnancis dan Inggris merupakan Negara adidaya yang menguasai Eropa dan mulai mengekspansi wilayah lain atau lebih kita kenal dengan kolonialisasai. Kolonialisasai ini juga dilakukan oleh Inggris, kala itu Inggris menduduki India. Francis sebagai saingan terkuat tentunya tidak terima akan hal itu, mereka memiliki solusi untuk memutuskan komunikasi Inggris di Barat dan Inggris di India. Caranya adalah dengan menduduki wilayah Mesir sebagai gerbang atau pemisah antara Inggris dan India. Selalin itu alas an pendudukan Mesir oleh Napoleon Bonaparte adalah karena ia terpengaruh jejak Alexander Macedonia yang pernah menguasai Eropa dan Asia, maka dari Itu ia menganggap bahawa Mesir adalah tempat yang strategis untuk mewujudkan itu.
Mesir pada waktu itu berada dibawah kekuasaan Mamluk, walau pada 1517 Mesir telah ditaklukkan oleh Turki Utsmani di bawah Sultan Salim 1, namun kenyataannya adalah Mamluk yang berkuasa. Karena memang secara geografis wilayah Mesir jauh dari Istanbul maka lambat laun makin lemahlah pengaruh mereka di Mesir. Di Mesir sendiri kekuasaan Utsmani hanya diwakili seorang utusan yang menjabat sebagai Pasya dan fungsinya tidak beda dngan seorang duta.  

D. Modernisasi India
Sebab besar modernisani India adalah ketia abad 18 kerajaan Mughal di India mulai mengalami kemunduran. Perang saudara untuk merebut kekuasaan di Delhi terus terjadi. Sudah barang tentu ketuka pusat kekuasaan menjadi lading permasalahan, maka wilayah pinggiran menjadi kurang perhatian. Ini juga yang terjadi dalam Mughal kala itu, wilayah kecil di pinggiran yang lebih-lebih beragama Hindu banyak yang memisahkan diri. Selain itu kekacauan juga datang dari tentara Inggris yang memang sudah sejak lama berada dalam wilayah India.
Suasana seperti ini menggambarkan betapa lemahnya kepemimpinan raja Islam di India. Menurut Syah Waliyullah kelamahan Umat Islam disebabkan karena perubahan system Khilafah Islam menjadi Kerajaan Islam. Karena Khilafah sejatinya bersistem demokratis sedangkan kerajaan sangatlah otokratis dan umumnya raja-raja Islam bersifat absolute. Sebab lain ialah masuknya adat istiadat dan ajaran-ajaran yang bukan Islam ke dalam keyakinan umat Islam. Menurutnya, umat Islam india sudah banyak terpengaruh ajaran Hindu. Syah Waliyullah juga menentang yang namanya taklid atau menuruti secara utuh tafsir para ulama di masa lampau. Karena menurutnya, masyarakat bersifat dinamis, jadi apa yang ditafsirkan dahulu belum tentu cocok dengan kehidupan sekarang, karena itulah pentingnya ijtihad baginya.

E. Modernisasi Indonesia
Ternyata modernisasi di Indonesia bidang agama memiliki sebab yang secara umum sama seperti apa yang terjadi di Mesir, India, Arab, dan Turki. Lebih dekat lagi jika kemunduran di Indonesia diqiyaskan dengan apa yang terjadi di India, karena selain letak geografisnya yang dekat factor lain adalah dua Negara ini sama-sama dipengaruhi Hindu yang kuat. Sisa agama Hindu yang masih kuat mengakibatkan ketidaksempurnaan dan kelemahan islam Indonesia. Disamping itu, kolonial juga metupakan unsur yang mengakibatkan kemunduran. Bagi penjajah, islam dianggap sebagai pihak yang membahayakan mereka. Oleh karena itu gerakan-gerakan reformis yang akhirnya bermunculan pun tidak dapat berkembang meluas di Indonesia.
Kemunduran-kemunduran di bidang politik dan agama inilah yang kemudian hari memunculkan gerakan reformis. Dalam bidang agama gerakan reformis ini masuk ke dalam ranah Aqidah, dan Fiqih. Sedangkan dalam bidang politik gerakan pembaruan ini menyerukan jihad di jalan Allah dalam melawan pasukan kolonial. Salah satu contohnya dalam bidang keagamaan adalah peran syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau yang walaupun selama karir hidupnya tidak berada di Indonesia, namun karyanyalah yang ditularkan melalui murid-muridnya. Sedangkan itu di Kalisalak, Batang muncullah gerakan reformis politik yang sangat anti dengan hal-hal yang berhubungan dengan Belanda, yaitu gerakan reformis K. H. Ahmad Rifa’i.

Makalah

A. Individu (Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan)
K.H. Achmad Dahlan adalah pendiri persyarikatan Muhammadiyah. Di masa kecilnya bernama Muhammad Darwis bin Kiai Haji Abubakar. K. H. Ahmad Dahlan adalah keturunan Rasulullah melalui al Muhajir Ahmad bin ‘Isa. Berarti beliau seketurunan dengan Sunan Gunung Jati. Memasuki 1912 M, Surakarta dan Yogtakarta dijadikan target pemerintah kolonial Belanda medan Kristenisasi. Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta tak berdaya lagi, sunan dan sultannya hanyalah gelar semata. Akibatnya, petani muslim tertindas dan hidup dalam kemiskinan yang luar biasa sejak 1830-1919 karena tanam paksa. Bangsawan di kalangan istina tidak lagi memperdulikan rakyatnya, karena telah disibukkan dengan berbagai macam candu wanita. R. A. Kartini dalam suratnya kepada Zeehandelar 23/8/1900, mengungkapkan bahwa bangsawan kelas rendah saja memiliki 26 wanita.
Selain hilangnya keadilan dan kesejahteraan dalam hal ekonomi, rakyat juga kehilangan bimbingan agama islam dari para kiai dan ulama. Hal ini disebabkan para ulama dibuang dan pesantren dirusak penjajah. Tidaklah mengherankan ditengah kefakiran umat akan berkembang kekufuran, ketahayulan, kemusyrikan, khufarat, serta bid’ah. Semua ini adalah strategi penjajah untuk meredam perlawanan dan pemberontakan umat islam.
                     Atas kekacauan yang demikian, mengilhami K. H. Ahmad Dahlan (1868-1924) untuk mendirikan organisasi, perserikatan Muhammadiyah pada 18 November 1912, senin legi, 7 dzulhijjah 1330 H. Beliau terpanggil hatinya untuk menjawab tantangan kemiskinan struktural masyarakat Muslim korban penindasan sistem tanam paksa selama 93 tahun.
                     Persyarikatan Muhammadiyah menggunakan pendekatan budaya jawa dikemukakan oleh Nakamura, ia menilai Muhammadiyah bukanlah ormas islam pembaharuan yang metode dakwahnya sama dengan Timur Tengah, namun menyampaikan dengan pendekatan budaya setempat. K. H. A. Dahlan cukup lama belajar di Mekkah dan terinspirasi gerakan Antiimperialisme Jamaluddin Ai-Afghany. Namun demikian, setibanya di Yogyakarta, beliau menyadari perlunya proses adaptasi sistem dakwahnya dengan lingkungan setempat namun. Tentunya dengan tetap berusaha mengembalikan pemahaman masyarakat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B. Kelompok (Pembaharuan Muhammad Abduh)
Pada tahun 1879, guru Muhammad Abduh yaitu Jamaluddin al-Afghani diusir dari Mesir karena dituduh mengadakan gerakan menentang Kadafi Taufik. Muhammad Abduh sebagai muridnya juga dianggap ikut campur dalam hal ini, dan akhirnya ia dibuang ke luar Kairo
Seorang pemuda berlatarbelakang keluarga petani bernama Muhammad Abduh yang dipaksa keluarganya untuk menuntut ilmu. Seorang Abduh yang membenci belajar dengan menghafal serta enggan belajar pada awalnya, akhirnya bertemu seseorang (Syeikh Darwisy) yang merubah pemikirannya. Takdirnya pada pendidikan telah menghantarkannya bertemu dengan seorang pembaharu (Jamaluddin al-Afghani) yang pada akhirnya menularkan idenya kepada Abduh.
          Abduh dengan kepekaannya terhadap keadaan Mesir yang tertinggal, berupaya mensejajarkannya dengan kemajuan barat. Abduh memanfaatkan posisinya di Mesir untuk menularkan pemikirannya dalam hal nasionalisme, keagamaan, ketatanegaraan, lebih-lebih pada pendidikan.
Dari peran-perannya dalam modernisme, jelas bahwa Abduh memang mempunyai posisi tertentu dalam perkembangan modernisasi di Mesir saat itu dan dunia Islam pada umumnya. Kendati demikian, tak jarang ia justru mendapat tekanan —Khususnya oleh kalangan konservatif— bahkan harus pergi keluar Mesir demi mempertahankan pemikirannya.

Baca Juga: Modernisasi di Al-Jazair

0 komentar:

Post a Comment