Peta Dunia, egrafis.com |
Barat, oleh Timur, atau Islam saat
ini terutama juga di Indonesia, dianggap sebagai suatu kekuatan yang
terstruktur dan terpadu yang memiliki tujuan untuk menguasai Timur, sehingga
Barat saat ini dianggap sebagai kelompok yang jahat, yang memiliki motif-motif
buruk yang tersembunyi di setiap aktivitasnya. Bahkan warga Individu yang
mencari Ilmu di Barat pun akan dianggap demikian, antek-antek, dsb.
Padahal sebenarnya, Barat bukanlah
suatu kelompok yang satu. Barat adalah kelompok yang terbentuk di benak
masyarakat yang bersifat imajiner dan bersifat jamak, umum, bukan satu. Barat
bukan hanya Amerika, tetapi juga Eropa dan Asia, yaitu Inggris, Perancis,
hingga Australia. Dan dari semua negara itu, pasti memiliki kompleksitas dan
tradisi serta budaya masing-masing. Maka dari itu, apabila Barat dianggap
sebagai satu kekuatan adalah hal yang salah, Barat terkadang terhadap
masing-masing negaranya masih berlawanan.
Tujuan Barat sebenarnya bukan untuk
melawan atau bahkan mengancurkan Islam, tetapi mereka sebenarnya berniat untuk
mencari tahu lebih dalam mengenai agama. Setelah Renaissans, terbentuklah
pemikiran positivis dan pemikiran Barat seakan-akan ingin terlepas dari jeratan
agama, dan dimulai dengan cara mempelajari agama itu sendiri. Barat mulanya
mempelajari Yahudi, Kristen, dan sekarang Islam terkena dampak nya, dampak dari
pemikiran terbukanya, yang positivis dan terbebas dari iman.
Mungkin karena pemikirannya dalam
mempelajari Islam tidak didasari oleh Iman Islam itu sendiri, maka Barat oleh
Timur dianggap sebagai kelompok yang jahat dan hendak menghancurkan Islam.
Tetapi meskipun demikian, pemikiran
Barat tetaplah digunakan oleh pemikir-pemikir Timur, terutama di Indonesia,
seperti Soekarno, Tjokroaminoto, Hatta, dsb. terutama Soekarno yang bahkan
secara terang-terangan dia mengambil pemikiran dari Marx yang Marx sendiri
bahkan mungkin sudah tidak beragama atau Atheis. Tetapi Soekarno mengambil buah
pemikiran dari Marx dan menghubungkannya dengan Nasionalisme dan Islam di
Indonesia, begitu pula yang dilakukan Tjokroaminoto.
BAB V
PARA PENGKAJI AWAL
PARA PENGKAJI AWAL
Setiap kajian Orientalis awal
mempunyai ciri khas tersendiri. Tidak elok untuk mengambil generalisasi dan
simplifikasi sebagaimana di bab terdahulu sudah disinggung. Faktanya, ada ciri
khas tertentu pada pengkajian awal tentang dunia ketimuran yang bisa dilihat
dan dirasakan.
Pertama, pengkaji awal biasanya
sangat terasa, dan terpengaruh dengan, latar belakang Yahudi dan Kristennya.
Ini hendaknya tidak dipahami sebagai sesuatu yang hal luar biasa. Bayangkan,
para pengkaji Islam awal dari Eropa itu dididk dari kecil dalam tradisi Yahudi
atau Nasrani. Tentu mereka mengetahui dunia ini dengan ima seperti itu,
sebagaimana juga seorang muslim yang dididik secara Islami sejak kanak-kanak.
Walaupun banyak diantara mereka yang akirnya berusaha netral dan bersimpati
terhadap Islam dan obyek kajian, namun perlu pemahaman dua tradisi itu dalam
pengkajian mereka. Jadi kacamata Yahudi dan Kristen digunakan tidak hanya
melihat Islam, tetapi juga melihat agama dan tradisi lain di Timur.
Contohnya seperti Noldeke dengan
kacamata perjanjian lama, Richard Bell dan Kenneth Cragg dengan kacamata
Kristen, dan Greiger dengna kacamata Yahudi nya.
Kedua, Islam, Quran, dan Hadits itu
satu tradisi dengan Yahudi dan Nasrani, sama-sama dari TImur Tengah, dan satu
tradisi monoteisme Semitik. Qur’an dan Hadits dalam masa awal dan perembangan
selanjutnya terkait erat dengan tradisi dua yang mendahuluinya. Quran mensitir
dan menghadirkan kembali kisah-kisah dan narasi Biblikal. Demikian pula hadis
dan tafsir Quran yang terkenal dengan istilah Israiliyat (cerita dan tradisi dari ajaran Yahudi dan Krisitani).
Membandingan agama lain dengan agama sendiri adalah suatu hal yang wajar.
Agama baru seperti Islam biasanya
dianggap oleh agama pendahulunya seperti Yahudi dan Nasrani sebagai agama yang
sesat, tetapi Agama Islam sendiri menganggap dirinya sebagai agama yang isi
ajarannya berfungsi sebagai kritis terhadap agama-agama yang dahulu yakni
Yahudi dan Nasrani, karena dianggapnya ajarannya sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman lagi.
Ketiga, Islam diletakaan dalam
sejarah Manusia. Ini yang terjadi banyak sejarah yang ditulis oleh para
pengkaji Islam dair barat, meletakkan Islam dalam bingkai sejarha dunia. Islam
ada di dunia, bagian dari sejarah dunia, dan merupakan penerus dari sejarah dan
perjalanan peradaban yang dibangun manusia. Sejarah Roma, Persia, dan sejarah
islam. Interaksi, bangkit, jatuh, dan bangun digambarkan. Sejarha Islam juga
diletakkan dalam bingkai sejarah Arab yang panjang, yaitu masa sebelum Islam,
setelah Islam datang dan pengaruhnya pada Arab, dan bagaimana dua dinasti Islam
(abbasiyah dan umayyah) berperan di dunia. Islam tidak hanya dipandang sebagai
agama dan kitab suci alquran, dan kenabian Muhammad, tetapi sebagai baigan dari
sejarha manusia, dari prestasi kemanusiaan, etape perkembangan manusia pada
umumnya. Islam tidak hanya dogma, ajaran, ibadah, dan kitab suci, tetapi
sebagai bagian dari peradaban.
0 komentar:
Post a Comment