Merupakan bagian dari keindahan-keindahan syariat Al-Quran dan
hukum-hukum Islam adalah bahwa sesama muslim adalah saudara dan umat yang satu,
berkumpul, baik di waktu lapang maupun sempit, membangun kehidupan dengan
kekuatan, kemuliaan dan bermartabat berdasarkan metode Al-Quran yang telah
menyatukan barisan muslimin, mengajak mereka untuk komitmen pada satu kata
dalam politik, hukum dan kontitusi, perekonomian dan sosial, kedutaan politik
luar negeri, pemeliharaan dan pendidikan, informasi, jihad, penjagaan pada
hak-hak umum dan khusus, pada kepribadian yang islami, jasmani, rohani,
bersatu-padu, selaras, dan menopang dan menjaga batas-batas yang telah ditentukan
oleh Allah swt.
Al-Quran telah menjelaskan prinsip kesatuan umat, mencegah dari
perpecahan dan pertentangan dan memperingatkan dari perpecahan kelompok dan
kemungkinan masuknya penyusup atau mata-mata untuk mencaci kesatuan ini. Tidak
seperti ketika keadaan orang-orang muslim menuju ke perpecahan, sedangkan musuh
mereka menuju ke persatuan dalam kesatuan politik dan ekonomi yang satu, dengan
membawa kedengkian dari beberapa daerah, nasionalisme dan balas dendam yang
dapat mendorong rasa mereka dengan kesatuan takdir dan mencapai kemaslahatan
yang tinggi.
Adapun nash-nash Al-Quran yang menggambarkan pada kita peristiwa
yang gemilang di masa lalu dan menyakitkan dan menyayat di masa sekarang sudah
jelas dan pasti. Allah berfirman dalam lingkup perintahnya
: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara ... (Q.S.
Ali Imron : 103).
Dalam
bidang berita, ketetapan, dan kisah yang nyata, sama dan pasti, Allah berfirman
: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. (Q.S. Al-Hujurat :
10). Allah berfirman : Sesungguhnya
(Agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama)
mereka di antara mereka. kepada kamilah masing-masing golongan itu akan kembali.
(Q.S. Al-‘Anbiya’ : 92-93). Dalam ayat lain yang serupa berbunyi : Sesungguhnya
(agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah
Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul
itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka
(masing-masing). Maka biarkanlah mereka
dalam kesesatannya sampai suatu waktu. (Q.S. Al-Mu’minun). Dan perpecahan
dan kebahagiaan ini adalah realitas saat ini dalam barisan umat Islam.
Allah telah melarang perpecahan dalam firman-Nya : Dan taatlah
kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Anfal : 46). Dalam ayat lain
: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi
bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya
urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (Q.S. Al-An’am
: 159). Dan Al-Quran juga telah memperingatkan pada kesatuan barisan dalam
berjuang, Allah berfirman : Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Q.S. Ash-Shaff : 4).
Ketika kita menyaksikan gambaran gelap perpecahan muslimin,
penyimpangan gubernurnya, dan banyaknya pemerintahannya, hingga terdapat sekitar
55 pemerintahan dalam PBB tidak kurang jika mereka tidak bersatu dalam satu
naungan hukum, agar menjadi suatu fenomena penggabungan dan satuan yang nyata,
tidak membahayakan kursi dan tahta mereka, berasal dan bermula dari rasa diri
kemerdekaan, kepribadian dan kesadaran Islam, menjauhi garis-garis penjajahan
dan musuh-musuh, dan berjalan pada orbitnya serta tunduk pada tuntutan-tuntutan
dan perintah-perintahnya
Dan cara untuk bersatu yaitu menjadikan politik luar negeri menjadi
satu, representasi politik diplomatik dalam satu kedutaan, tentara dalam satu
naungan panglima, perekonomian dalam satu orbit, satu pasar dan satu rencana,
satu hukum perdata, pidana dan komersial serta hukum perseorangan, satu
batas-batas perdamaian dan perjanjian, satu perdagangan, percaya diri dan
pembentukan militer sendiri yang kompak, serta satu metode dakwah dan
pendidikan.
0 komentar:
Post a Comment