Cara Membangun Kembali Kesatuan Islam


 
wahanahajiumrah.com
Merupakan bagian dari keindahan-keindahan syariat Al-Quran dan hukum-hukum Islam adalah bahwa sesama muslim adalah saudara dan umat yang satu, berkumpul, baik di waktu lapang maupun sempit, membangun kehidupan dengan kekuatan, kemuliaan dan bermartabat berdasarkan metode Al-Quran yang telah menyatukan barisan muslimin, mengajak mereka untuk komitmen pada satu kata dalam politik, hukum dan kontitusi, perekonomian dan sosial, kedutaan politik luar negeri, pemeliharaan dan pendidikan, informasi, jihad, penjagaan pada hak-hak umum dan khusus, pada kepribadian yang islami, jasmani, rohani, bersatu-padu, selaras, dan menopang dan menjaga batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Al-Quran telah menjelaskan prinsip kesatuan umat, mencegah dari perpecahan dan pertentangan dan memperingatkan dari perpecahan kelompok dan kemungkinan masuknya penyusup atau mata-mata untuk mencaci kesatuan ini. Tidak seperti ketika keadaan orang-orang muslim menuju ke perpecahan, sedangkan musuh mereka menuju ke persatuan dalam kesatuan politik dan ekonomi yang satu, dengan membawa kedengkian dari beberapa daerah, nasionalisme dan balas dendam yang dapat mendorong rasa mereka dengan kesatuan takdir dan mencapai kemaslahatan yang tinggi.
Adapun nash-nash Al-Quran yang menggambarkan pada kita peristiwa yang gemilang di masa lalu dan menyakitkan dan menyayat di masa sekarang sudah jelas dan pasti. Allah berfirman dalam lingkup perintahnya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara ... (Q.S. Ali Imron : 103).
    Dalam bidang berita, ketetapan, dan kisah yang nyata, sama dan pasti, Allah berfirman : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. (Q.S. Al-Hujurat : 10). Allah berfirman :  Sesungguhnya (Agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. kepada kamilah masing-masing golongan itu akan kembali. (Q.S. Al-‘Anbiya’ : 92-93). Dalam ayat lain yang serupa berbunyi : Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).  Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. (Q.S. Al-Mu’minun). Dan perpecahan dan kebahagiaan ini adalah realitas saat ini dalam barisan umat Islam.
Allah telah melarang perpecahan dalam firman-Nya : Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Anfal : 46). Dalam ayat lain : Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (Q.S. Al-An’am : 159). Dan Al-Quran juga telah memperingatkan pada kesatuan barisan dalam berjuang, Allah berfirman : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Q.S. Ash-Shaff : 4).
Ketika kita menyaksikan gambaran gelap perpecahan muslimin, penyimpangan gubernurnya, dan banyaknya pemerintahannya, hingga terdapat sekitar 55 pemerintahan dalam PBB tidak kurang jika mereka tidak bersatu dalam satu naungan hukum, agar menjadi suatu fenomena penggabungan dan satuan yang nyata, tidak membahayakan kursi dan tahta mereka, berasal dan bermula dari rasa diri kemerdekaan, kepribadian dan kesadaran Islam, menjauhi garis-garis penjajahan dan musuh-musuh, dan berjalan pada orbitnya serta tunduk pada tuntutan-tuntutan dan perintah-perintahnya
Dan cara untuk bersatu yaitu menjadikan politik luar negeri menjadi satu, representasi politik diplomatik dalam satu kedutaan, tentara dalam satu naungan panglima, perekonomian dalam satu orbit, satu pasar dan satu rencana, satu hukum perdata, pidana dan komersial serta hukum perseorangan, satu batas-batas perdamaian dan perjanjian, satu perdagangan, percaya diri dan pembentukan militer sendiri yang kompak, serta satu metode dakwah dan pendidikan.

Baca Juga: Otoritas atau Kewibawaan Dalam Ilmu Logika

0 komentar:

Post a Comment