Sejarah, blogspot.com |
Puji syukur
kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang diberikan, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa saya mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan dukungan maupun pikirannya.
Harapan saya,
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
juga sebagai wawasan mengenai penelitian sejarah yang digunakan untuk para
penulis sejarah.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, karenanya saya meyakini bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Yogyakarta ,23
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN UTAMA....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang
Masalah.............................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah
...................................................................................... 1
1.3
Tujuan
Penulisan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
2.1
Pengertian
Dasar Tentang Gerak Sejarah.................................................... 2
2.2
Sifat Gerak
Sejarah...................................................................................... 2
2.3
Tugas Manusia
Dalam Sejarah.................................................................... 6
2.4
Kekuatan-kekuatan
Sejarah ........................................................................ 7
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 12
3.1
KESIMPULAN.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
Dalam sejarah terdapat teori-teori yang mana dapat memecahkan suatu masalah manusia.
Masalah yang dimaksud dapat ditegaskan sebagai apa peranan manusia dalam
sejarah atau dapatkah manusia itu menentukan sejarahnya atau manusia itu
seperti boneka yang digerakkan oleh sejarah.
Pada historiografi selalu
dituliskan hanya seputar peristiwa-peristiwa penting atau tentang suatu
tokoh yang memiliki pengaruh. Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa sejarah
itu memiliki faktor penggerak dan sumber kekuatan yang berpengaruh dalam
perkembangan suatu sejarah.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
gerak sejarah ?
2.
Siapakah yang
menentukan gerak sejarah ?
3.
Bagaimana sifat
gerak sejarah ?
4.
Apa saja
kekuatan-kekuatan sejarah ?
5.
Apakah tugas
manusia dalam sejarah?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui dan memahami beberapa teori gerak sejarah
2.
Untuk
mengetahui macam-macam kekuatan sejarah
3.
Untuk
mengetahui tentang gerak sejarah
4.
Untuk
mengetahui tentang kekuatan-kekuatan sejarah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Gerak Sejarah
Gerak sejarah
adalah suatu alur yang menggambarkan bagaimana jalannya proses sejarah, yakni
berupa suatu pola kejadian dalam berbagai peristiwa kehidupan manusia[1].
Sejarah adalah manusia, aktor,penulis, dan peminatnya adalah manusia. Maka
manusialah yang dipandang sebagai inti dari sejarah. Oleh sebab itu dapat
dipahami apabila masalah itu dipandang sebagai akibat daripada pada pendapat
manusia tentang dirinya, yaitu:
1.Manusia bebas
menentukan nasibnya sendiri (interpersional Otonom)
2.Manusia tidak
benbas menentukan nasibnya atau manusia ditentukan oleh kekuatan diluar pribadinya (Heteronom atau
Determinism)
Dari dua faham
diatas Heteronom atau determinism adalah faham yang tertua. Menurut kepercayaan
manusia tentang penentu nasibnya adalah :
A). Alam dan
sekitarnya
B). Kekuatan
C). Tuhan
Pada umumnya orang lebih condong menerima kekuatan diluar
pribadinya daripada ia percaya bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh diri
sendiri. (Ali, 2012, hal. 82-83)
2.1.1 Gerak
Sejarah Menurut Hukum Fatum
Salah satu sendi pemikiran Yunani adalah anggapan tentang alam dan
manusia. Pada dasarnya alam rayaa sama dengan alam kecil yaitu manusia. Makro
kosmos sama dengan mikro kosmos. kosmos menunjukkan bahwa alam teratur dan di
alam itu hukum alam berkuasa. Hukum yang berlaku dalam makro dan mikro kosmos
yaitu alam raya dan alam manusia dikuasai oleh nasib (kadar) yaitu suatu
kekuatan gaib yang menguasai makrocosmos-mikrocosmos.
Perjalanan
hidup alam semesta ditentukan oleh nasib perjalanan matahari, bulan, bintang,
manusia dan sebagainya. Tak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan
oleh nasib.Hukum alam yang menjadi dasar dari segala hukum kosmos ialah hukum
lingkaran atau hukum cyclus (siklus). Setiap kejadian, setiap peristiwa akan
terjadi lagi, terulang lagi. Hukum cyclus di Indonesia di sebut dengan cakra
manggilingan yang berarti bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari cakram
itu dan bahwa segala kejadian-peristiwa berlangsung dengan pasti. Cakram adalah
lambang nasib (kadar) yang berputar terus serba abadi tanpa putus.
Qadar ,nasib
atau Fatum bagi alam Yunani merupakan kekuatan tanggal yang tak dikenal
dan tak perlu dikenal. Penggerak kosmos diterima pemberiannya dengan gembira.
Oleh sebab itu, cerita sejarah dari masa itu melukiskan kejadian-peristiwa
dengan rasa gembira dan menyerah kepada qadar. (Ali, 2012, hal. 83-85)
2.1.2 Paham Santo Augustinus
Faham fatum
Yunani menjelma dalam agama nasrani sebagai faham ketuhanan dengan sifat yang
sama;
a.
kekuatan tunggal
fatum menjadi tuhan
b.
serba
keharusan, menurut rencana alam, menurut ketentuan fatum menjadi kehendak Tuhan
c.
sejarah sebagai
wujud kadar menjadi sejarah sebagai wujud kehendak Ilahi.
Santo
Augustinus menghimpun suatu teori sejarah berdasarkan Fiats Voluntas (Riwayat
Hidup manusia). Tujuan gerak sejarah adalah terwujudnya kehendak Tuhan yaitu civitas
dei atau kerajaan Tuhan. Masa sejarah adalah masa percobaan, masa ujian
bagi manusia. Kehendak tuhan harus diterima dengan rela dan ikhlas, manusia
tidak dapat melepaskan diri dari kodrat Ilahi, Keharusan kodrat ilahi menurut
faham ini ditambah dengan ancaman di akhirat masuk civitas diaboli
(kerajaan iblis) atau neraka. (Ali, 2012, hal. 86-87)
2.1.3 Pendapat Ibnu Khaldun
Teori Ibnu
khaldun berdasarkan pada kehendak Tuhan sebagai pangkal gerak sejarah seperti
Augustinus, akan tetapi Ibnu Khaldun tidak memusatkan perhatiaannya kepada
akhirat. Tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan
masyarakat sebagai usaha penyempurnaan peri kehidupannya. Baginya sejarah
adalah ilmu berdasarkan kenyataan, dimana tujuan sejarah adalah agar manusia
sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha penyempurnaan
peri-kehidupan. Ibnu khaldun menunjukan perubahan – perubahan yang terjadi
dalam masyarakat karena kadar Tuhan, yang terdapat didalam masyarakat adalah
“naluri” untuk berubah.Justru karena perubahan-perubahan itu berupa revolusi,
pemberontakan, pergantian adat-lembaga. Maka masyarakat –masyarakat dan
negara-negara mengalami kemajuan. Manusia dan semua lembaga-lembaga yang
diciptakan olehnya dapat maju khususnya melalui perubahan. Nyatalah bahwa ibnu
khaldun dengan pasti mengemukakan perubahan sebagai dasar-kemajuan dan itulah
yang kemudian disebut dengan teori-evolusi (teori kemajuan)yang diciptakan oleh
Charles Darwin..
Teori
Augustinus menciptakan manusia menyerah sedangkan teori Ibnu Kholdun mendidik
manusia menajid pejuang yang tak kenal mundur. Puncak gerak sejarah baginya
adalah umat manusia bahagia dengan beraneka masyarakat,negara, dan kesatuan
hidup lainya yang sempurna.
2.1.4 Renaisans dan Akibatnya
Disebabkan oleh
kegiatan-kegiatan para ahli filsafat di Zaman Renaisance, pengaruh gereja mulai
berkurang. Perhatian manusia beralih dari dunia akhirat kedunia yang fana ini,
kepercayaan pada diri pribadi sendiri bertambah dalam sanubari manusia. Manusia
itu sendiri lambat laun melepaskan diri dari agama serta beranilah mereka
mengembangkan semangat-otonom. Sumber gerak Sejarah tidak dicari diluar
pribadinya tetapi dicari dalam diri sendiri. Hubungan dengan cosmos diputuskan,
ikatan dengan Tuhan ditiadakan, manusia berdiri sendiri atau otonom.
Gerak sejarah
dipangkalkan kepada kemajuan (evolusi) yaitu keharusan yang memaksa segala
sesuatu untuk maju. Gerak Sejarah tidak menuju ke akhirat tetapi kearah
kemajuan duniawi. Maka dalam hidup yang seolah-olah tidak memerlukan tuhan itu
lagi, timbul faham-faham baru yang berpedoman evolusi-tak-terbatas. Faham-faham
itu terkenal historical-materialisme atau economic determinims. Faham ini menerangkan bahwa pangkal gerak
sejarah ialah ekonomi, dimana gerak sejarah ditentukan oleh cara-cara
menghasilkan barang keperluan masyarakat (produksi).
Gerak sejarah
terlaksanakan dengan pasti menuju kearah masyarakat yang tidak mengenal
pertentangan kelas. Kemajuan ilmu pengetahuan serempak dengan kemajuan filsafat
dan teknik mengakibatkan timbulnya alam
pikiran baru di Eropa. Gerak sejarah dipangkalkan pada kemajuan (evolusi) yaitu
keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju. Faham historical-materialism
yang disusun Karl Marx (1818-1883) dan F. Engels (1820-1895). Jelas pula bahwa
otonomi yang dibanggakan oleh manusia abad ke-19 sebetulnya hanya pembebasan
dari Tuhan dan penambatan kepada hukum ekonomi. (Ali, 2012,
hal. 89-92)
2.1.5 Tafsiran Sejarah Menurut Oswald Splenger (1880-1936)
Dalil Oswald
Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segala-galanya sama
dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan, sama pula dengan peri kehidupan
manusia. Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan,
mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Mempelajari sejarah bertujuan untuk
mengetahui tingkat suatu kebudayaan (diagnose). (Ali, 2012,
hal. 92-94)
2.1.6 Tafsiran Arnold J. Toynbee (1889-)
Teori Toynbee
didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang sempurna. Menurut
Toynbee gerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
a.
genesis of
civilizations – lahirnya kebudayaan
b.
growth of civilizations – perkembangan kebudayaan
c.
decline of
civilizations – keruntuhan kebudayaan
1.
breakdown of
civilizations – kemerosotan kebudayaan
2.
disintegration
of civilizations – kehancuran kebudayaan
3.
dissolution of
civilizations – hilang dan lenyapnya kebudayaan
Pertumbuhan dan
perkembangan suatu kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari
pemilik-pemilik kebudayaan tersebut. Jumlah kecil tersebut menciptakan
kebudayaan dan massa meniru. Tanpa meniru yang kuat dan dapat mencipta maka
suatu kebudayaan tidak dapat berkembang.
2.1.7 Teori Pitirim Sorokin (1889-)
Pitirim Sorokin adalah orang ahli sosiologi
dan tersohor karangannya. Pendapatnya berbeda dengan aliran-aliran
pendahulunya. Gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age
yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam, dengan ganti berganti.
Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from
age to age yaitu naik-turun,pasang-surut, timbul-tenggelam dengan
berganti-ganti. Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam
kebudayaan dan disitu terdapat masyarakat denagan aliran-aliran kebudayaan.
Dalam ajaran yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang tertentu yaitu
:
1.
ideational yaitu mengenai kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayan.
2.
Sensate yaitu yang serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusatkan
panca indra.
3.
Perpaduan
daripada ideational-sensate ialah idealistik yaitu suatu kompromi
Tiga jenis corak diatas itu adalah suatu cara untuk menghargai atau
untuk menentukan nilai suatu kebudayaan. (Ali, 2012, hal. 97-99)
2.2 Sifat Gerak Sejarah
Teori-teori
yang memberikan arah dan tujuan kepada gerak sejarah dapat disimpulkan demikian
:
1.
Tanpa Arah
tujuan. Gerak sejarah berputar-putar berulang-ulang dan tak terdapat sesuatu
yang baru.
2.
Pelaksanaan
Kehendak Tuhan. gerak sejarah ditentukan oleh tuhan dan menuju kearah
kesempurnaan manusia menurut kehendak tuhan. Manusia hanya menerima ketentuan
itundengan tidak dapat mengubah nasibnya.
3.
Ikhtiar, usaha
dan perjuangan manusia dapat menghasilkan perubahan dalam nasib yang sudah
ditentukan oleh tuhan. Maka sejarah merupakan perimbangan antara kehendak Tuhan
dengan usaha manusia
4.
Evolusi. dengan
kemajuan yang tidak terbatas ,gerak sejarah membawa manusia setingkat demi
setingkat terus kearah kemajuan.
5.
historical-materialism yang menentukan bahwa masyarakat tak berkelas itu adalah muara
daripada gerak sejarah setelah melalui masa kapitalis
Reaksi terhadap paham-evolusi itu menghasilkan beberapa aliran baru
sebagai berikut:
a.
Aliran menuju
ketuhanan seperti umpamanya faham A. J. Toynbee, bahwa gerak sejarah itu akan
sampai kepada masa bahagia apabila manusia menerima tuhan serta kehendak tuhan
sebagai dasar mutlak daripada perjuangannya
b.
Aliran irama
gerak sejarah menurut faham Pitirim Sorokin yang menyatakan bahwa gerak sejarah
tidak bertujuan apa-apa dan bahwa gerak sejarah itu hanya menunjukkan datang
lenyapnya atau ganti bergantinya corak-corak: ideational sensate dan idealistic
c.
Aliran kemanusiaan
yaitu suatu aliran yang sangat luas yang berpusatkan pendapat mutlak bahwa
manusialah yang terpenting di dunia ini
Gerak sejarah
sukar ditentukan sifatnya karena kemungkinan-kemungkinan untuk memberikan
tafsiran banyak sekali, tetapi betapa sukarnya juga untuk menentukan sifatnya
nyatalah bahwa:
1. Dasar mutlak daripada gerak sejarah adalah manusia
2. Isi gerak sejarah adalah pengalaman kehidupan manusia
2.3 Tugas Manusia Dalam Sejarah
Manusia tidak
dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal,
manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang
manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca
juga dialami oleh manusia pula.
Apabila manusia dipisahkan dari sejarah maka ia bukan manusia lagi
melainkan sejenis makhluk biasa seperti hewan. Sejarah adalah
pengalaman-pengalaman manusia dan ingatan tentang pengalaman-pengalaman yang
diceritakan. Maka peran manusia dalam sejarah adalah bahwa ia adalah pencipta
sejarah, sebagai penutur sejarah dan pembuat sejarah. Sehingga manusia adalah
sumber sejarah.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
sejarah. Manusia berjuang terus berarti dia terus berusaha memperbaiki taraf
hidupnya. Ia terus diperkaya, diperindah, disempurnakan. Sejarahpun terus
diperluas dengan perjuangan-perjuangan baru. Justru karena manusia menguasai
warisan nenek moyang, ia dapat berjuang dengan lebih sempurna. Dengan menguasai
sejarahnya, ia dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang,
maka gerak sejarah mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak,
berhenti dan bersifat statis. Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia
tidak mengalami perubahan-perubahan penting. Masyarakat tetap, tak bergerak
menuju perubahan yang mengakibatkan kemajuan dan keruntuhan. Maka dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari sejarah. Manusia
berjuang berarti bahwa ia terus berusaha memperbaiki taraf kehidupan.
................................................................................................................................. Menurut
para filosof sejarah pengikut metode kontemplatif terdapat tiga pola gerak di
mana sejarah berjalan sesuai dengannya, yaitu:
a) Sejarah berjalan
menelusuri garis lurus lewat jalan kemajuan yang mengarah ke depan atau
kemunduran yang bergerak ke belakang.
b) Sejarah berjalan
dalam daur kultural yang dilalui kemanusiaan, baik daur saling terputus,dan
dalam berbagai kebudayaan yang tidak berkesinambungan atau daur-daur itu
salingberjalin dan berulang kembali.
c) Gerak sejarah tidak
selalu mempunyai pola-pola tertentu.
Sejarah adalah sejarah manusia dimana peran, penulis sejarah, dan
peminatnya hanya manusia saja. Maka manusialah yang harus dipandang sebagai
inti sejarah. Manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah
merupakan suatu dwi tunggal, manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah
menceritakan riwayat tentang manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh
manusia dan cerita itu dibaca juga dialami oleh manusia pula. Apabila hajat
berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah mulai
membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat
statis. Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami
perubahan-perubahan penting.[2]
2.4 Kekuatan-Kekuatan Sejarah
Menurut Carl G.
Gustavson dalam A Preface of History mengidentififikasikan enam kekuatan
sejarah, yaitu ekonomi, agama, institusi ( terutama politik ), teknologi,
ideologi, dan militer. Selain itu Kuntowijoyo menambahkah 7 lagi kekuatan
sejarah yaitu individu,seks,umur,golongan,etnisitas dan ras,mitos, dan budaya
1.
Ekonomi Sebagai
kekuatan sejarah
Dari sejarah dunia kita dapat belajar bahwa terciptanya jalan sutra
dari Tiongkok ke Eropa , eksplorasi eropa ke dunia timur, kedatangan
orang-orang Eropa di Amerika Serikat bagian selatan, perdagangan budak, dan
kedatangan para pengejar “ american dream” adalah karena alasan ekonomi. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 100-101)
2.
Agama Sebagai
kekuatan Sejarah
Gerakan-gerakan yang terekat di Aceh pada awal abat ke 17, di bawah
Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani serta pemberantasan di bawah Nurddin
Ar-raniri adalah semata-mata karena alasan agama, karena dua orang yang pertama
dianggap sesat. Perjalanan Burhanuddin dari ulakan di sumatra barat untuk
bekajar agama pada Abdurrauf di aceh pada abad ke 17, dan penyebaran agama
islam di sumatra barta tidak lepas dari motif keagamaan. Demikian juga mata
rantai gerakan tarekat di indonesia sampai sekarang. Sebelun jadi gerakan
sosial, kultural, dan polotik, penyebaran agama islam di jawa pada mulanya
adalah gerakan keagamaan. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 101-102)
3.
Institusi
Sebagai kekuatan Sejarah
Dalam sejarah
indonesia, institusi[3],
tertutama negara juga merupakan kekuatan yang menggerakkan sejarah. Institusa
politik sangat efektif untuk menguasai perekonomian. Yang menulis sejarah
politik mungkin puas dengan melihat institusi politik. Akan tetapi bagi penulis
sejarah sosial atau sejarah lainya dapat melihat kekuatan sejarah dibelakang
institusi. Dalam zaman patrimonial, karena raja dan negara tak dapat
dipisahkan,cukuplah orang melihat raja sebagai sebuah intitusi.
Dapat
dibayangkan ,kalau di permukaan peristiwa sehari-hari di balik itu institusi
berupa badan-badan ,partai-partai, dan pers dan dibalik itu ada kekuatan sosial
dan kekuatan sejarah lainya. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 102-103)
4.
Teknologi
Sebagai Kekuatan Sejarah
Dahulu banyak
petani yang membajak sawah mengunakan sapi atau kerbau, sekarang fenomena
seperti itu jarang terjadi karena mayoritas petani mengunakan traktor. Proses
jual beli dulu selalu di pasar tapi sekarang bisa online.
Dengan
diam-diam teknologi telah mengubah kehidupan, tetapi masih luput dari perhatian
sejarawan, sebabnya sejarawan masih sibuk mengurus sejarah yang besar-besar,
yang atas-atas, dan yang dipermukaan, dan melupakan yang kecil-kecil, yang di
bawah, dan kekuatan-kekuatan yang tak tampak seolah-olah itu bukan sejarah. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 104)
5.
Ideologi
Sebagai Kekuatan Sejarah
Pada awal abad
ke-20, pemikiran tentang kemajuan menjadi penggerak utama untuk meninggalkan
pandangan tradisional. Gerakan nasionalisme merupakan ideologi[4]
yang melahirkan banyak lembaga politik. Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh
nasionalisme, juga mempunyai pengaruh dalam kesusastraan. Pancasila yang
merupakan common denominator bagi seluruh bangsa indonesia adalah
ideologi yang telah menjadi persetujuan bersama juga merupakan kekuatan
sejarah. Telah dibuktikan sepanjang sejarah indonesia bahwa ia merupakan
idielogi yang efektif. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 104-105)
6.
Militer Sebagai
Kekuatan Sejarah
Peran yang
diambil oleh tentara indonesia dalam proklamasi sangat besar. Demikian juga
tentara resmi maupun laskar-laskar dalam revolusi. Tentara yang bergerilya
berhasil mempertahankan eksistensi bangsa indonesia pada waktu terdesak dengan
meyakinkan PBB. Setelah itu peran tentara sangat penting, terutama dengan
berhasilnya tentara dalam memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Tentara juga
merupakan kekuatan yang real, dam kekuatan sejarah yang harus diperhitungkan
oleh ormas-ormas oleh G 30 S/PKI. Berdirinya orde baru di militer indonesia
juga tak dapat dipisahkan militer indonesia. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 106)
7.
Individu
Sebagai Kekuatan Sejarah
Para nabi, filsuf, pendiri mazhab, pendiri sekte, dan pemikir
adalah tokoh pengubah sejarah. Suatu sejarah dapat saja terjadi karena pengaruh
besar dari seorang individu. Oleh karena nya, jauh lebih baik bagi kita untuk
memahami terlebih dahulu dasar yang menjadikan individu memiliki potensi untuk
mengubah atau menciptakan sejarah. Individu yang memiliki kemampuan untuk
mengubah sejarah pada dasarnya ialah mereka yang memiliki kemampuan diatas
kebanyakan orang dengan kata lain ialah individu yang paling menonjol dalam
lingkungannya serta memiliki intelektual yang mumpuni.[5]
8.
Seks Sebagai
Kekuatan Sejarah
Pada bagian ini
tidak lagi dibahas mengenai Seks, melainkan lebih kepada konsep Gender yang
menitik beratkan pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di dalam
masyarakat. Kebanyakan dari kita mungkin masih menganggap konsep gender kepada
kajian biologis, akan tetapi hal ini telah diganti dengan kajian social.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis
melainkan dikonstruksikan secara sosial. Bukan rahasia umum lagi, bila dahulu
gerak perempuan banyak dibatasi baik oleh adat istiadat maupun agama. Bukan
rahasia umum lagi bila dahulu perempuan tidak diberikan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan tinggi karena terikat dengan anggapan “perempuan tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya akan ke dapur juga”. Hal ini cukup
diskriminatif terhadap kaum perempuan. Pada perkembangan sejarahnya, hal ini
lah yang nantinya memicu kaum perempuan untuk menuntut kebebasan mereka untuk
mengenyam pendidikan,berkarir dan lain sebaginya. Yang lazim disebut sebagai
emansipasi wanita atau feminist movement. Gerakan ini yang nantinya
membawa perubahan kepada kehidupan wanita dan tentunya kehidupan sosial, dimana
perempuan mendapatkan hak nya untuk mengenyam pendidikan tinggi,berkarir atau
bahkan terjun di dunia politik.[6]
9.
Umur Sebagai
Kekuatan Sejarah
Pada dasarnya Umur juga dapat mempengaruhi perkembangan sejarah.
suatu bangsa yang sudah berumur lama, pastilah memiliki sistem pemerintahan
yang matang. Sejarah akan terus tercipta sepanjang umur Negara tersebut. Selain
itu dalam masyarakat tradisional dikenal juga kelompok umur yang dibedakan
dalam berbagai fungsi. Ketika masih kecil, anak laki-laki dan perempuan akan
bermain bersama, ketika anak laki-laki beranjak dewasa maka ia akan belajar apa
yang dikerjakan ayahnya dan di malam hari anak laki-laki tidur. Selain itu umur
juga menentukan gaya. Pada masyarakat tradisional, orang-orang tua lah yang
tertarik pada thariqah, dalam masyarakat modern rupanya anak-anak muda juga
tertarik
10.
Golongan
Sebagai kekuatan sejarah
Kata “golongan
” dipakai untuk menggantikan social class yang dipersangkakan orang sebagai
milik kaum Marxis, padahal itu merupakan konsep umum yang banyak dipakai dalam
sosiologi. Golongan sangat besar perannya dalam perkembangan sejarah. kita
sama-sama mengetahui golongan pemuda, mahasiswa, dan pelajar sangat berperan
dalam Transisi orde lama ke orde baru (Kuntowijoyo, 2013, hal. 109-110)
11.
Etnisitas dan
Ras Sebagai Kekuatan Sejarah
Etnisitas dan
ras menduduki peran penting dalam pertumbuhan suatu daerah. Kota-kota besar
seperti Batavia, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya penuh dengan permasalahan
etnisitas dan ras. Dulu sering terjadi perkelahian antar etnis di kota-kota itu
dengan berbau masalah SARA. Sekalipun Indonesia sangat rawan dengan SARA, tetapi
sumbangan masing-masing etnisitas dan ras itu perlu ditulis. (Kuntowijoyo,
2013, hal. 110-111)
12.
Mitos Sebagai Kekuatan
Sejarah
Mitos dikatakan
sebagai kekuatan sejarah karena ia dapat menggerakkan kelompok atau individu
untuk merubah maupun melakukan sesuatu. Sebagai contoh Mitos tentang datangnya
Ratu adil yang sering kita jumpai pada ramalan Joyoboyo. Mitos tentang Ratu
adil ini menggerakkan orang jawa untuk melawan belanda. Diponegoro juga
dianggap sebagai Ratu adil, dialah yang dianggap mendapatkan pulung. Tidak
hanya itu, bahkan Soekarno pun juga diangap sebagai Ratu adil karena
kecakapannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Seperti itulah Mitos
berpengaruh terhadap sejarah. tanpa kita sadari mitos dapat menggerakkan
masyarakat untuk melakukan perubahan. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 111-112)
13.
Budaya Sebagai
Kekuatan Sejarah
kita telah
ketahui bersama bagaimana renaissance membawa kemajuan pada kebudayaan eropa.
Romantisme, sekulerisme, rasionalisme, nasionalisme, kapitalisme, Demokrasi dan
lain sebagainya telah melahirkan kebudayaan eropa yang modern dan maju baik
dibidang politik, ekonomi , sastra, seni, arsitektur, olahraga, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya. Olahraga, seperti sepak bola, desain interior
rumah, seperti meja dan kursi, celana, makanan kaleng, mulai dikenal setidaknya
pada awal abad ke 20. Kebudayaan eropa semakin berkembang dan bepengaruh dengan
adanya proses globalisasi. Adanya globalisasi mempermudah pengaruh barat untuk
masuk dan melakukan penetrasi terhadap kebudayaan local yang nantinya akan
membawa perubahan dalam kehidupan sosial.[7]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu
sejarah menyelidiki arti, tujuan sejarah, Kekuatan sejarah, gerak sejarah, isi,
bentuk, makna, tafsiran sejarah, dan seterusnya. Pemecahan masalah memang
penting untuk seorang sejarawan. Bagi kita yang penting ialah masalah tempat
manusia dalam sejarah. Masalah yang berkaitan dengan filsafat sejarah tersebut
tidak dapat dipecahkan secara absolut, artinya tidak diberi suatu jawaban yang
dapat diterima dan dapat memuaskan semua orang. Jawabannya bersifat relatif
atau tidak absolut, di satu sisi benar, di sisi lain mungkin salah.
Baca Juga: Generalisasi Sejarah
Demikianlah, uraian mengenai gerak sejarah kekuatan sejarah.
Pemahaman mengenai teori gerak sejarah dimaksudkan agar kita mempunyai gambaran
menyeluruh tentang sejarah dan faktor-faktor lain di luar manusia yang juga
menentukan arah dari gerak sejarah, karena pada suatu titik manusia berada pada
posisi yang tidak dapat berbuat apa-apa.
[1] https://munandarpress.wordpress.com/2012/05/07/gerak-sejarah/
[2] https://ervinaprestiant.wordpress.com/2011/12/21/gerak-sejarah/
[3] Sesuatu yang dilembagakan oleh undang-undang,adat atau kebiasaan
[4] Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asa pendapat(kejadian) yang
memberikan arah dan tujuan hidup
[5] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html
[6] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html
[7] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html
0 komentar:
Post a Comment