Gerak Sejarah dan Kekuatan Sejarah

Sejarah, blogspot.com

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat yang diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan dukungan maupun pikirannya.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca juga sebagai wawasan mengenai penelitian sejarah yang digunakan untuk para penulis sejarah.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, karenanya saya meyakini bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta ,23 November 2017



Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN UTAMA....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
2.1  Pengertian Dasar Tentang Gerak Sejarah.................................................... 2
2.2  Sifat Gerak Sejarah...................................................................................... 2
2.3  Tugas Manusia Dalam Sejarah.................................................................... 6
2.4  Kekuatan-kekuatan Sejarah ........................................................................ 7
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 12
3.1  KESIMPULAN.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah terdapat teori-teori yang mana  dapat memecahkan suatu masalah manusia. Masalah yang dimaksud dapat ditegaskan sebagai apa peranan manusia dalam sejarah atau dapatkah manusia itu menentukan sejarahnya atau manusia itu seperti boneka yang digerakkan oleh sejarah.

Pada historiografi selalu  dituliskan hanya seputar peristiwa-peristiwa penting atau tentang suatu tokoh yang memiliki pengaruh. Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa sejarah itu memiliki faktor penggerak dan sumber kekuatan yang berpengaruh dalam perkembangan suatu sejarah.

1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian gerak sejarah ?
2.      Siapakah yang menentukan gerak sejarah ?
3.      Bagaimana sifat gerak sejarah ?
4.      Apa saja kekuatan-kekuatan sejarah ?
5.      Apakah tugas manusia dalam sejarah?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui dan memahami beberapa teori gerak sejarah
2.      Untuk mengetahui macam-macam kekuatan sejarah
3.      Untuk mengetahui tentang gerak sejarah
4.      Untuk mengetahui tentang kekuatan-kekuatan sejarah




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Gerak Sejarah
Gerak sejarah adalah suatu alur yang menggambarkan bagaimana jalannya proses sejarah, yakni berupa suatu pola kejadian dalam berbagai peristiwa kehidupan manusia[1]. Sejarah adalah manusia, aktor,penulis, dan peminatnya adalah manusia. Maka manusialah yang dipandang sebagai inti dari sejarah. Oleh sebab itu dapat dipahami apabila masalah itu dipandang sebagai akibat daripada pada pendapat manusia tentang dirinya, yaitu:
1.Manusia bebas menentukan nasibnya sendiri (interpersional Otonom)
2.Manusia tidak benbas menentukan nasibnya atau manusia ditentukan oleh    kekuatan diluar pribadinya (Heteronom atau Determinism)
Dari dua faham diatas Heteronom atau determinism adalah faham yang tertua. Menurut kepercayaan manusia tentang penentu nasibnya adalah :
A). Alam dan sekitarnya
B). Kekuatan
C). Tuhan
Pada umumnya orang lebih condong menerima kekuatan diluar pribadinya daripada ia percaya bahwa segala sesuatu itu ditentukan oleh diri sendiri. (Ali, 2012, hal. 82-83)
2.1.1 Gerak Sejarah Menurut Hukum Fatum
    Salah satu sendi pemikiran Yunani adalah anggapan tentang alam dan manusia. Pada dasarnya alam rayaa sama dengan alam kecil yaitu manusia. Makro kosmos sama dengan mikro kosmos. kosmos menunjukkan bahwa alam teratur dan di alam itu hukum alam berkuasa. Hukum yang berlaku dalam makro dan mikro kosmos yaitu alam raya dan alam manusia dikuasai oleh nasib (kadar) yaitu suatu kekuatan gaib yang menguasai makrocosmos-mikrocosmos.
Perjalanan hidup alam semesta ditentukan oleh nasib perjalanan matahari, bulan, bintang, manusia dan sebagainya. Tak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan oleh nasib.Hukum alam yang menjadi dasar dari segala hukum kosmos ialah hukum lingkaran atau hukum cyclus (siklus). Setiap kejadian, setiap peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi. Hukum cyclus di Indonesia di sebut dengan cakra manggilingan yang berarti bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari cakram itu dan bahwa segala kejadian-peristiwa berlangsung dengan pasti. Cakram adalah lambang nasib (kadar) yang berputar terus serba abadi tanpa putus.
Qadar ,nasib atau Fatum bagi alam Yunani merupakan kekuatan tanggal yang tak dikenal dan tak perlu dikenal. Penggerak kosmos diterima pemberiannya dengan gembira. Oleh sebab itu, cerita sejarah dari masa itu melukiskan kejadian-peristiwa dengan rasa gembira dan menyerah kepada qadar. (Ali, 2012, hal. 83-85)
2.1.2 Paham Santo Augustinus
Faham fatum Yunani menjelma dalam agama nasrani sebagai faham ketuhanan dengan sifat yang sama;
a.       kekuatan tunggal fatum menjadi tuhan
b.      serba keharusan, menurut rencana alam, menurut ketentuan fatum menjadi kehendak Tuhan
c.       sejarah sebagai wujud kadar menjadi sejarah sebagai wujud kehendak Ilahi.
Santo Augustinus menghimpun suatu teori sejarah berdasarkan Fiats Voluntas (Riwayat Hidup manusia). Tujuan gerak sejarah adalah terwujudnya kehendak Tuhan yaitu civitas dei atau kerajaan Tuhan. Masa sejarah adalah masa percobaan, masa ujian bagi manusia. Kehendak tuhan harus diterima dengan rela dan ikhlas, manusia tidak dapat melepaskan diri dari kodrat Ilahi, Keharusan kodrat ilahi menurut faham ini ditambah dengan ancaman di akhirat masuk civitas diaboli (kerajaan iblis) atau neraka. (Ali, 2012, hal. 86-87)
2.1.3 Pendapat Ibnu Khaldun
Teori Ibnu khaldun berdasarkan pada kehendak Tuhan sebagai pangkal gerak sejarah seperti Augustinus, akan tetapi Ibnu Khaldun tidak memusatkan perhatiaannya kepada akhirat. Tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha penyempurnaan peri kehidupannya. Baginya sejarah adalah ilmu berdasarkan kenyataan, dimana tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha penyempurnaan peri-kehidupan. Ibnu khaldun menunjukan perubahan – perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena kadar Tuhan, yang terdapat didalam masyarakat adalah “naluri” untuk berubah.Justru karena perubahan-perubahan itu berupa revolusi, pemberontakan, pergantian adat-lembaga. Maka masyarakat –masyarakat dan negara-negara mengalami kemajuan. Manusia dan semua lembaga-lembaga yang diciptakan olehnya dapat maju khususnya melalui perubahan. Nyatalah bahwa ibnu khaldun dengan pasti mengemukakan perubahan sebagai dasar-kemajuan dan itulah yang kemudian disebut dengan teori-evolusi (teori kemajuan)yang diciptakan oleh Charles Darwin..
Teori Augustinus menciptakan manusia menyerah sedangkan teori Ibnu Kholdun mendidik manusia menajid pejuang yang tak kenal mundur. Puncak gerak sejarah baginya adalah umat manusia bahagia dengan beraneka masyarakat,negara, dan kesatuan hidup lainya yang sempurna.
2.1.4 Renaisans dan Akibatnya
Disebabkan oleh kegiatan-kegiatan para ahli filsafat di Zaman Renaisance, pengaruh gereja mulai berkurang. Perhatian manusia beralih dari dunia akhirat kedunia yang fana ini, kepercayaan pada diri pribadi sendiri bertambah dalam sanubari manusia. Manusia itu sendiri lambat laun melepaskan diri dari agama serta beranilah mereka mengembangkan semangat-otonom. Sumber gerak Sejarah tidak dicari diluar pribadinya tetapi dicari dalam diri sendiri. Hubungan dengan cosmos diputuskan, ikatan dengan Tuhan ditiadakan, manusia berdiri sendiri atau otonom.
Gerak sejarah dipangkalkan kepada kemajuan (evolusi) yaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju. Gerak Sejarah tidak menuju ke akhirat tetapi kearah kemajuan duniawi. Maka dalam hidup yang seolah-olah tidak memerlukan tuhan itu lagi, timbul faham-faham baru yang berpedoman evolusi-tak-terbatas. Faham-faham itu terkenal historical-materialisme atau economic determinims.     Faham ini menerangkan bahwa pangkal gerak sejarah ialah ekonomi, dimana gerak sejarah ditentukan oleh cara-cara menghasilkan barang keperluan masyarakat (produksi).
Gerak sejarah terlaksanakan dengan pasti menuju kearah masyarakat yang tidak mengenal pertentangan kelas. Kemajuan ilmu pengetahuan serempak dengan kemajuan filsafat dan  teknik mengakibatkan timbulnya alam pikiran baru di Eropa. Gerak sejarah dipangkalkan pada kemajuan (evolusi) yaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju. Faham historical-materialism yang disusun Karl Marx (1818-1883) dan F. Engels (1820-1895). Jelas pula bahwa otonomi yang dibanggakan oleh manusia abad ke-19 sebetulnya hanya pembebasan dari Tuhan dan penambatan kepada hukum ekonomi. (Ali, 2012, hal. 89-92)
2.1.5 Tafsiran Sejarah Menurut Oswald Splenger (1880-1936)
Dalil Oswald Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segala-galanya sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan, sama pula dengan peri kehidupan manusia. Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Mempelajari sejarah bertujuan untuk mengetahui tingkat suatu kebudayaan (diagnose). (Ali, 2012, hal. 92-94)
2.1.6 Tafsiran Arnold J. Toynbee (1889-)
Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan  9 kebudayaan yang kurang sempurna. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui tingkatan-tingkatan seperti berikut:
a.       genesis of civilizations – lahirnya kebudayaan
b.      growth  of civilizations – perkembangan kebudayaan
c.       decline of civilizations – keruntuhan kebudayaan

1.      breakdown of civilizations – kemerosotan kebudayaan
2.      disintegration of civilizations – kehancuran kebudayaan
3.      dissolution of civilizations – hilang dan lenyapnya kebudayaan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari pemilik-pemilik kebudayaan tersebut. Jumlah kecil tersebut menciptakan kebudayaan dan massa meniru. Tanpa meniru yang kuat dan dapat mencipta maka suatu kebudayaan tidak dapat berkembang.

2.1.7 Teori Pitirim Sorokin (1889-)
 Pitirim Sorokin adalah orang ahli sosiologi dan tersohor karangannya. Pendapatnya berbeda dengan aliran-aliran pendahulunya. Gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam, dengan ganti berganti. Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik-turun,pasang-surut, timbul-tenggelam dengan berganti-ganti. Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan disitu terdapat masyarakat denagan aliran-aliran kebudayaan. Dalam ajaran yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang tertentu yaitu :
1.      ideational yaitu mengenai kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayan.
2.      Sensate yaitu yang serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusatkan panca indra.
3.      Perpaduan daripada ideational-sensate ialah idealistik yaitu suatu kompromi
Tiga jenis corak diatas itu adalah suatu cara untuk menghargai atau untuk menentukan nilai suatu kebudayaan. (Ali, 2012, hal. 97-99)

2.2 Sifat Gerak Sejarah
Teori-teori yang memberikan arah dan tujuan kepada gerak sejarah dapat disimpulkan demikian :
1.      Tanpa Arah tujuan. Gerak sejarah berputar-putar berulang-ulang dan tak terdapat sesuatu yang baru.
2.      Pelaksanaan Kehendak Tuhan. gerak sejarah ditentukan oleh tuhan dan menuju kearah kesempurnaan manusia menurut kehendak tuhan. Manusia hanya menerima ketentuan itundengan tidak dapat mengubah nasibnya.
3.      Ikhtiar, usaha dan perjuangan manusia dapat menghasilkan perubahan dalam nasib yang sudah ditentukan oleh tuhan. Maka sejarah merupakan perimbangan antara kehendak Tuhan dengan usaha manusia
4.      Evolusi. dengan kemajuan yang tidak terbatas ,gerak sejarah membawa manusia setingkat demi setingkat terus kearah kemajuan.
5.      historical-materialism yang menentukan bahwa masyarakat tak berkelas itu adalah muara daripada gerak sejarah setelah melalui masa kapitalis
Reaksi terhadap paham-evolusi itu menghasilkan beberapa aliran baru sebagai berikut:
a.       Aliran menuju ketuhanan seperti umpamanya faham A. J. Toynbee, bahwa gerak sejarah itu akan sampai kepada masa bahagia apabila manusia menerima tuhan serta kehendak tuhan sebagai dasar mutlak daripada perjuangannya
b.      Aliran irama gerak sejarah menurut faham Pitirim Sorokin yang menyatakan bahwa gerak sejarah tidak bertujuan apa-apa dan bahwa gerak sejarah itu hanya menunjukkan datang lenyapnya atau ganti bergantinya corak-corak: ideational sensate dan idealistic
c.       Aliran kemanusiaan yaitu suatu aliran yang sangat luas yang berpusatkan pendapat mutlak bahwa manusialah yang terpenting di dunia ini
Gerak sejarah sukar ditentukan sifatnya karena kemungkinan-kemungkinan untuk memberikan tafsiran banyak sekali, tetapi betapa sukarnya juga untuk menentukan sifatnya nyatalah bahwa:
1. Dasar mutlak daripada gerak sejarah adalah manusia
2. Isi gerak sejarah adalah pengalaman kehidupan manusia
(Ali, 2012, hal. 99-104)
2.3 Tugas Manusia Dalam Sejarah
Manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal, manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca juga dialami oleh manusia pula.
Apabila manusia dipisahkan dari sejarah maka ia bukan manusia lagi melainkan sejenis makhluk biasa seperti hewan. Sejarah adalah pengalaman-pengalaman manusia dan ingatan tentang pengalaman-pengalaman yang diceritakan. Maka peran manusia dalam sejarah adalah bahwa ia adalah pencipta sejarah, sebagai penutur sejarah dan pembuat sejarah. Sehingga manusia adalah sumber sejarah.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah. Manusia berjuang terus berarti dia terus berusaha memperbaiki taraf hidupnya. Ia terus diperkaya, diperindah, disempurnakan. Sejarahpun terus diperluas dengan perjuangan-perjuangan baru. Justru karena manusia menguasai warisan nenek moyang, ia dapat berjuang dengan lebih sempurna. Dengan menguasai sejarahnya, ia dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis. Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan penting. Masyarakat tetap, tak bergerak menuju perubahan yang mengakibatkan kemajuan dan keruntuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari sejarah. Manusia berjuang berarti bahwa ia terus berusaha memperbaiki taraf kehidupan.
................................................................................................................................. Menurut para filosof sejarah pengikut metode kontemplatif terdapat tiga pola gerak di mana sejarah berjalan sesuai dengannya, yaitu:

a)      Sejarah berjalan menelusuri garis lurus lewat jalan kemajuan yang mengarah ke depan atau kemunduran yang bergerak ke belakang.
b)      Sejarah berjalan dalam daur kultural yang dilalui kemanusiaan, baik daur saling terputus,dan dalam berbagai kebudayaan yang tidak berkesinambungan atau daur-daur itu salingberjalin dan berulang kembali.
c)      Gerak sejarah tidak selalu mempunyai pola-pola tertentu.

Sejarah adalah sejarah manusia dimana peran, penulis sejarah, dan peminatnya hanya manusia saja. Maka manusialah yang harus dipandang sebagai inti sejarah. Manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal, manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca juga dialami oleh manusia pula. Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis. Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan penting.[2]

2.4 Kekuatan-Kekuatan Sejarah
Menurut Carl G. Gustavson dalam A Preface of History mengidentififikasikan enam kekuatan sejarah, yaitu ekonomi, agama, institusi ( terutama politik ), teknologi, ideologi, dan militer. Selain itu Kuntowijoyo menambahkah 7 lagi kekuatan sejarah yaitu individu,seks,umur,golongan,etnisitas dan ras,mitos, dan budaya
1.          Ekonomi Sebagai kekuatan sejarah
Dari sejarah dunia kita dapat belajar bahwa terciptanya jalan sutra dari Tiongkok ke Eropa , eksplorasi eropa ke dunia timur, kedatangan orang-orang Eropa di Amerika Serikat bagian selatan, perdagangan budak, dan kedatangan para pengejar “ american dream” adalah karena alasan ekonomi. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 100-101)
2.      Agama Sebagai kekuatan Sejarah
Gerakan-gerakan yang terekat di Aceh pada awal abat ke 17, di bawah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani serta pemberantasan di bawah Nurddin Ar-raniri adalah semata-mata karena alasan agama, karena dua orang yang pertama dianggap sesat. Perjalanan Burhanuddin dari ulakan di sumatra barat untuk bekajar agama pada Abdurrauf di aceh pada abad ke 17, dan penyebaran agama islam di sumatra barta tidak lepas dari motif keagamaan. Demikian juga mata rantai gerakan tarekat di indonesia sampai sekarang. Sebelun jadi gerakan sosial, kultural, dan polotik, penyebaran agama islam di jawa pada mulanya adalah gerakan keagamaan. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 101-102)
3.      Institusi Sebagai kekuatan Sejarah
Dalam sejarah indonesia, institusi[3], tertutama negara juga merupakan kekuatan yang menggerakkan sejarah. Institusa politik sangat efektif untuk menguasai perekonomian. Yang menulis sejarah politik mungkin puas dengan melihat institusi politik. Akan tetapi bagi penulis sejarah sosial atau sejarah lainya dapat melihat kekuatan sejarah dibelakang institusi. Dalam zaman patrimonial, karena raja dan negara tak dapat dipisahkan,cukuplah orang melihat raja sebagai sebuah intitusi.
Dapat dibayangkan ,kalau di permukaan peristiwa sehari-hari di balik itu institusi berupa badan-badan ,partai-partai, dan pers dan dibalik itu ada kekuatan sosial dan kekuatan sejarah lainya. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 102-103)
4.      Teknologi Sebagai Kekuatan Sejarah
Dahulu banyak petani yang membajak sawah mengunakan sapi atau kerbau, sekarang fenomena seperti itu jarang terjadi karena mayoritas petani mengunakan traktor. Proses jual beli dulu selalu di pasar tapi sekarang bisa online.
Dengan diam-diam teknologi telah mengubah kehidupan, tetapi masih luput dari perhatian sejarawan, sebabnya sejarawan masih sibuk mengurus sejarah yang besar-besar, yang atas-atas, dan yang dipermukaan, dan melupakan yang kecil-kecil, yang di bawah, dan kekuatan-kekuatan yang tak tampak seolah-olah itu bukan sejarah. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 104)
5.      Ideologi Sebagai Kekuatan Sejarah
Pada awal abad ke-20, pemikiran tentang kemajuan menjadi penggerak utama untuk meninggalkan pandangan tradisional. Gerakan nasionalisme merupakan ideologi[4] yang melahirkan banyak lembaga politik. Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh nasionalisme, juga mempunyai pengaruh dalam kesusastraan. Pancasila yang merupakan common denominator bagi seluruh bangsa indonesia adalah ideologi yang telah menjadi persetujuan bersama juga merupakan kekuatan sejarah. Telah dibuktikan sepanjang sejarah indonesia bahwa ia merupakan idielogi yang efektif. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 104-105)
6.      Militer Sebagai Kekuatan Sejarah
Peran yang diambil oleh tentara indonesia dalam proklamasi sangat besar. Demikian juga tentara resmi maupun laskar-laskar dalam revolusi. Tentara yang bergerilya berhasil mempertahankan eksistensi bangsa indonesia pada waktu terdesak dengan meyakinkan PBB. Setelah itu peran tentara sangat penting, terutama dengan berhasilnya tentara dalam memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Tentara juga merupakan kekuatan yang real, dam kekuatan sejarah yang harus diperhitungkan oleh ormas-ormas oleh G 30 S/PKI. Berdirinya orde baru di militer indonesia juga tak dapat dipisahkan militer indonesia. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 106)
7.      Individu Sebagai Kekuatan Sejarah
Para nabi, filsuf, pendiri mazhab, pendiri sekte, dan pemikir adalah tokoh pengubah sejarah. Suatu sejarah dapat saja terjadi karena pengaruh besar dari seorang individu. Oleh karena nya, jauh lebih baik bagi kita untuk memahami terlebih dahulu dasar yang menjadikan individu memiliki potensi untuk mengubah atau menciptakan sejarah. Individu yang memiliki kemampuan untuk mengubah sejarah pada dasarnya ialah mereka yang memiliki kemampuan diatas kebanyakan orang dengan kata lain ialah individu yang paling menonjol dalam lingkungannya serta memiliki intelektual yang mumpuni.[5]
8.      Seks Sebagai Kekuatan Sejarah
Pada bagian ini tidak lagi dibahas mengenai Seks, melainkan lebih kepada konsep Gender yang menitik beratkan pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Kebanyakan dari kita mungkin masih menganggap konsep gender kepada kajian biologis, akan tetapi hal ini telah diganti dengan kajian social. Sebagaimana dikemukakan oleh Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. Bukan rahasia umum lagi, bila dahulu gerak perempuan banyak dibatasi baik oleh adat istiadat maupun agama. Bukan rahasia umum lagi bila dahulu perempuan tidak diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi karena terikat dengan anggapan “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya akan ke dapur juga”. Hal ini cukup diskriminatif terhadap kaum perempuan. Pada perkembangan sejarahnya, hal ini lah yang nantinya memicu kaum perempuan untuk menuntut kebebasan mereka untuk mengenyam pendidikan,berkarir dan lain sebaginya. Yang lazim disebut sebagai emansipasi wanita atau feminist movement. Gerakan ini yang nantinya membawa perubahan kepada kehidupan wanita dan tentunya kehidupan sosial, dimana perempuan mendapatkan hak nya untuk mengenyam pendidikan tinggi,berkarir atau bahkan terjun di dunia politik.[6]
9.      Umur Sebagai Kekuatan Sejarah
Pada dasarnya Umur juga dapat mempengaruhi perkembangan sejarah. suatu bangsa yang sudah berumur lama, pastilah memiliki sistem pemerintahan yang matang. Sejarah akan terus tercipta sepanjang umur Negara tersebut. Selain itu dalam masyarakat tradisional dikenal juga kelompok umur yang dibedakan dalam berbagai fungsi. Ketika masih kecil, anak laki-laki dan perempuan akan bermain bersama, ketika anak laki-laki beranjak dewasa maka ia akan belajar apa yang dikerjakan ayahnya dan di malam hari anak laki-laki tidur. Selain itu umur juga menentukan gaya. Pada masyarakat tradisional, orang-orang tua lah yang tertarik pada thariqah, dalam masyarakat modern rupanya anak-anak muda juga tertarik
10.  Golongan Sebagai kekuatan sejarah
Kata “golongan ” dipakai untuk menggantikan social class yang dipersangkakan orang sebagai milik kaum Marxis, padahal itu merupakan konsep umum yang banyak dipakai dalam sosiologi. Golongan sangat besar perannya dalam perkembangan sejarah. kita sama-sama mengetahui golongan pemuda, mahasiswa, dan pelajar sangat berperan dalam Transisi orde lama ke orde baru (Kuntowijoyo, 2013, hal. 109-110)
11.  Etnisitas dan Ras Sebagai Kekuatan Sejarah
Etnisitas dan ras menduduki peran penting dalam pertumbuhan suatu daerah. Kota-kota besar seperti Batavia, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya penuh dengan permasalahan etnisitas dan ras. Dulu sering terjadi perkelahian antar etnis di kota-kota itu dengan berbau masalah SARA. Sekalipun Indonesia sangat rawan dengan SARA, tetapi sumbangan masing-masing etnisitas dan ras itu perlu ditulis. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 110-111)
12.  Mitos Sebagai Kekuatan Sejarah
Mitos dikatakan sebagai kekuatan sejarah karena ia dapat menggerakkan kelompok atau individu untuk merubah maupun melakukan sesuatu. Sebagai contoh Mitos tentang datangnya Ratu adil yang sering kita jumpai pada ramalan Joyoboyo. Mitos tentang Ratu adil ini menggerakkan orang jawa untuk melawan belanda. Diponegoro juga dianggap sebagai Ratu adil, dialah yang dianggap mendapatkan pulung. Tidak hanya itu, bahkan Soekarno pun juga diangap sebagai Ratu adil karena kecakapannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Seperti itulah Mitos berpengaruh terhadap sejarah. tanpa kita sadari mitos dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan. (Kuntowijoyo, 2013, hal. 111-112)
13.  Budaya Sebagai Kekuatan Sejarah
kita telah ketahui bersama bagaimana renaissance membawa kemajuan pada kebudayaan eropa. Romantisme, sekulerisme, rasionalisme, nasionalisme, kapitalisme, Demokrasi dan lain sebagainya telah melahirkan kebudayaan eropa yang modern dan maju baik dibidang politik, ekonomi , sastra, seni, arsitektur, olahraga, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Olahraga, seperti sepak bola, desain interior rumah, seperti meja dan kursi, celana, makanan kaleng, mulai dikenal setidaknya pada awal abad ke 20. Kebudayaan eropa semakin berkembang dan bepengaruh dengan adanya proses globalisasi. Adanya globalisasi mempermudah pengaruh barat untuk masuk dan melakukan penetrasi terhadap kebudayaan local yang nantinya akan membawa perubahan dalam kehidupan sosial.[7]

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu sejarah menyelidiki arti, tujuan sejarah, Kekuatan sejarah, gerak sejarah, isi, bentuk, makna, tafsiran sejarah, dan seterusnya. Pemecahan masalah memang penting untuk seorang sejarawan. Bagi kita yang penting ialah masalah tempat manusia dalam sejarah. Masalah yang berkaitan dengan filsafat sejarah tersebut tidak dapat dipecahkan secara absolut, artinya tidak diberi suatu jawaban yang dapat diterima dan dapat memuaskan semua orang. Jawabannya bersifat relatif atau tidak absolut, di satu sisi benar, di sisi lain mungkin salah.


Demikianlah, uraian mengenai gerak sejarah kekuatan sejarah. Pemahaman mengenai teori gerak sejarah dimaksudkan agar kita mempunyai gambaran menyeluruh tentang sejarah dan faktor-faktor lain di luar manusia yang juga menentukan arah dari gerak sejarah, karena pada suatu titik manusia berada pada posisi yang tidak dapat berbuat apa-apa.






[1] https://munandarpress.wordpress.com/2012/05/07/gerak-sejarah/
[2] https://ervinaprestiant.wordpress.com/2011/12/21/gerak-sejarah/
[3] Sesuatu yang dilembagakan oleh undang-undang,adat atau kebiasaan
[4] Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asa pendapat(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan hidup
[5] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html
[6] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html
[7] http://www.sejarahdunia.net/2015/06/kekuatan-kekuatan-sejarah.html

0 komentar:

Post a Comment