Hermeneutika Gadamer, blogspot.com |
Pokok-pokok pikiran Gadamer memuat hermeneutika filosofis yang
tidak hanya berkaitan dengan teks, melainkan juga dengan ilmu sosial dan
humaniora yang dimuat dalam karyanya yang bernama Wahrheit und Methode.
Meskipun begitu, bahasa masih merupakan perhatian utama bagi Gadamer.
Gadamer dalam karyanya memang tidak menjelaskan secara jelas
mengenai metode penafsiran tertentu terhadap teks. Hal itu karena ia tidak mau
terjebak pada universalisme yang terdapat pada filsafat untuk semua bidang ilmu
sosial dan humaniora. Filsafat hanya berbicara mengenai ide umum dan yang
mendasar tentang suatu pembahasan. Sehingga ia menyerahkan sepenuhnya
pembicaran mengenai metode tertentu pada ahlinya. Meskipun demikian, metode
yang ditawarkan Gadamer dapat digunakan untuk memudahkan pemahaman dan
penafsiran pada suatu objek tertentu, begitu juga pada suatu teks.
Teori-teori pokok hermenutika Gadamer dapat diringkas pada beberapa
poin yang masih memiliki kaitan satu dengan lainnya. Pertama, teori
keterpengaruhan oleh sejarah. Menurut teori ini, pemahaman seorang penafsir
ternyata dipengaruhi oleh situasi hermeneutik tertentu yang melingkupinya, baik
berupa tradisi, kultur maupun pengalaman hidup. Karena itu, pada sat
meneafsirkan suatu teks, seorang penafsir harus sadar bahwa ia berada pada
posisi tertentu yang bisa sangat mewarnai pemahamannya terhadap sebuah teks
yang sedang ditafsirkan.mengatasi problem keterpengaruhan ini memang tidaklah
mudah, sebagaimana yang diakui oleh Gadamer. Pesan dari teori ini adalah bahwa
seorang penafsir harus mampu mengatasi subyektifitasnya ketika dia menafsirkan
sebuah teks.
Kedua, teori prapemahaman, yakni keterpengaruhan oleh situasi
hermeneutik tertentu membentuk pada diri seorang penafsir. Prapemahaman yang
merupakan posisi awal penafsir memang pasti dan harus ada ketika ia membaca
teks. Prapemahaman ini dimaksudkan agar seorang penafsir mampu mendialogkannya
dengan isi teks yang ditafsirkan. Dan tanpa pemahaman seseorang tidak akan
memahami teks dengan baik.
Meskipun demikian, prapemahaman menurut Gradamer harus terbuka
untuk dikritisi, direhabilitasi dan dikoreksi oleh penafsir itu sendiri ketika
dia sadar atau mengetahui bahwa prapemahamannya itu tidak sesuai dengan teks
yang ditafsirkan. Hal ini sudah barang tentu dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpamahaman terhadap pesan teks. Dan hasil dari rehabilitasi ini
disebutnya dengan kesempurnaan prapemahaman.
Ketiga, teori penggabungan/asimilasi horison dan teori lingkaran
hermenutik. Terdapat dua horison dalam proses penafsiran, yakni cakrawala
pengetahuan dan cakrawala pemahaman. Kedua horison ini selalu hadir dalam
proses pemahaman dan penafsiran. Seorang pembaca teks memulai dengan cakrawala
hermeneutikanya, namun dia juga memperhatikan bahwa teks juga mempunyai
horizonnya sendiri yang mungkin berbeda dengan horison yang dimiliki oleh
pembaca. Dan kedua horison ini harus dikomunukasikan dan penafsir harus
memperhatikan horison historis di mana teks tersebut muncul. Jadi, memahami
sebuah teks berarti membiarkan teks yang dimaksud berbicara. Interaksi antara
dua horison tersebut dinamakan lingkaran hermeneutik.
Baca Juga: Kumpulan Hadis Sosial dan Hukum
Keempat, teori penerapan. Menurut Gadamer, ketika seseorang membaca kitab
suci, maka selain proses memahami dan menafsirkan, ada satu hal lagi yang
dituntut yang disebutnya dengan istilah penerapan pesan-pesan ajaran-ajaran
pada masa ketika teks kitab suci itu ditafsirkan. Gadamer berpendapat bahwa
pesan yang harus diaplikasikan pada masa penafsiran bukan makna literal teks,
tetapi makna yang berarti atau pesan yang lebih berarti daripada sekedar makna
literal.
0 komentar:
Post a Comment