blogspot.com |
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Oleh: Irfan Hamid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Hadis, bersama dengan al-Quran merupakan pegangan dan sumber
terpenting bagi umat Islam dan kajian penelitian hadis adalah kajian yang
kritis dalam agama Islam. Al-Quran dan hadis pada dasarnya sama-sama bersumber
dari Allah swt. perbedaannya adalah al-Quran adalah wahyu al-Mathi (yang terbaca),
sedangkan Hadis merupakan wahyu Ghair al-Mathi (yang tidak terbaca).
Dalam sejarah Islam klasik, hadis cukup kuat dalam pegangan sahabat
ketika bersama Nabi, namun begitu terdapat pula kelompok yang tidak mempercayai
akan kerasulan Muhammad. Di antara mereka adalah kelompok kaum munafik yang
merupakan kaum yang paling bahaya dan digelari juga dengan gelar musuh dalam
selimut. Munafik adalah sifat dalaman yang bagian luarnya adalah Islam
sedangkan dalamnya merupakan keingkaran serta penipuan. Keberadaan mereka di
antara umat Islam memang dirasakan bagaikan duri dalam daging yang menusuk
tubuh. Mereka melakukan propaganda dan provokasi dengan tujuan memecah belah
Islam.
Munafik, sebuah sifat yang yang mencangkup sifat-sifat yang
merusak, seperti berdusta, ejekan, cemohan, bersaksi palsu, mengadu domba dan
banyak lagi. Adapun sifat dari sifat-sifat munafik yang paling bahaya adalah
munafik yang pandai bertutur. Sebagaimana sabda Nabi dalam Musnad Ahmad:
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ أَنْبَأَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ
الْكُرْدِيُّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ قَالَ إِنِّي لَجَالِسٌ
تَحْتَ مِنْبَرِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ
فِي خُطْبَتِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami
Dailam Bin Ghazwan Al 'Abdi Telah menceritakan kepada kami Maimun Al Kurdi dari
Abu Utsman An Nahdi dia berkata; aku sedang duduk di bawah mimbar Umar dan dia
sedang menyampaikan khutbah kepada orang-orang, dia berkata dalam khutbahnya;
aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takuti dari ummatku adalah setiap munafiq
yang pandai bersilat lidah."
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
kualitas dan kandungan hadis tentang munafik yang paling bahaya?
C. Tujuan dan
Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Mengetahui otentitas, kualitas dan kandunga pokok hadis unafik yang
paling bahaya dengan cara mentahkrij, sehingga ada kejelasan kedudukan hadis
tersebut apakah sahih, hasan atau da’if.
2.
Manfaat
Penelitian
Memberi sumbangan ilmiah dalam memperkaya khazanah kepustakaan
Islam, khususnya dalam bidang hadis. Juga sebagai tugas akhir, guna memperoleh
gelar sarjana dalam bidang Tafsir Hadis.
D. Tinjauan
Kepustakaan
1. Skripsi Muhammad Fikri, Konsep Munafik dalam al-Quran dan
Relevansinya dengan Kehidupan Modern: Sebuah Kajian Tematik. Dikeluarkan pada
2007.
2. Abu Bakar al-Faryabi, Sifat al-Nifaq wa Dzammu al-Munafiqin,
penerbit beirut: Dar al-Kutub ‘Ilmiyyah.
3. Hamdi Ahmad Ibrahim, Karakter Orang-orang Munafik, penerjemah Abu
Barzani.
4. Fuad Kauma, Tiga puluh Lima Karakter Munafik.
5. ‘Aidh Abdullah al-Qarni, Bahaya Kemunafikan di Tengah Kita.
6. Said ibn Ali ibn Wahf al-Qahthani, Bahaya Lidah: Penyakit Lisan dan
Terapinya, penerjemah Haryono dan Aris Munandar.
7. Said Hawa, Intisari Ihya ‘Ulumuddin Al-Ghazali.
E. Metodologi
Penelitian
1.
Sumber data
Skripsi ini disusun dengan metode library search. Penulis
menggunakan sumber primer dari kitab al-Quran, kitab-kitab hadis, dan kitab
rijal. Penulis juga menggunakan sumber sekunder seperti buku mengenai munafik,
kitab tauhid dan lain-lain.
2.
Metode pembahasan
Penulis menggunakan metode dekriptif analitis. Dalam penelitian
sanad, penulis menggunakan kitab Tahdzib al-Tahdzib karya Imam Ibn Hajar
al-Asqalani, kitab Siyar A’lam al-Nubala’ karya al-Dzahabi dan kitab Tahdzib
al-Kamal karya al-Mizzi. Dan dalam penelitian matan, penulis menggunakan
metodologi penelitian matan hadis yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail.
3.
Teknik
penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika
Penulisan
Terdapat lima bab dalam skripsi ini. Pada bab pertama tentang
pendahuluan. Bab kedua mengenai biografi Imam Ahmad dan tentang Musnadnya.
Pada bab ketiga mengenai makna dan pengertian munafik. Bab keempat berisi
penelitian hadis, baik sanad, matan dan kandungannya. Dan pada bab kelima
kesimpulan.
BAB II
IMAM AHMAD DAN
KITAB MUSNADNYA
A. Biografi Imam
Ahmad ibn Hanbal
Nama lengkap beliau adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Beliau
lahir di Baghdad pada bulan Rabiul Akhir tahun 164 H, pada masa khalifah
al-Mahdi. Kebanyakan ilmu yang dipelajari Imam Ahmad adalah di Baghdad, setelah
itu beliau telah mengembara ke negeri-negeri yang lain untuk menuntut ilmu.
Sejak kecil Imam Ahmad tinggal dalam keadaan yatim dan miskin
bersama ibunya. Beliau berguru kepada banyak ulama sehingga menjadi ahli fiqh
dan hadis yang jumlahnya lebih dari 280 orang yang tersebar di berbagai negeri.
Kemasyhuran Imam Ahmad disebabkan penolakannya terhadap dogma-dogma
agama dan politik dinasti Abbasiyah, maka dari itu beliau terjerumus dalam
Mihnah. Zaman itu dinamakan fitnah khalq al-Quran.
Imam Ahmad pernah dimasukkan ke penjara antara 28 hingga 30 tahun.
Beliau lama dikucilkan dari masyarakat, namun berkat keteguhan dan
kesabarannya, ia mendapat penghargaan dan pujian dari sultan, dan ajarannya
semakin ramai diikuti orang dan madzhabnya tersebar di seputar Iraq dan
Syam..beliau wafat pada hari Jumat, 12 Rabuil Awal 241 H/855 M di Baghdad pada
usia 77 tahun. Kepergian Imam Ahmad membawa duka yang mendalam bagi umat Islam
pada waktu itu. Menurut sejarah, belum pernah terjadi jenazah disholatkan orang
sebanyak ini kecuali Ibn Taimiyah dan Ahmad ibn Hanbal.
B. Sistematika
Kitabnya
Al-Musnad adalah kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan pada
nama-nama sahabat. Dan salah satu karya besar Imam Ahmad adalah al-Musnad.
Beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadis-hadis sahih dan layak dijadikan
hujjah. Tetapi menurut penelitian ulama hadis, di dalamnya terdapat hadis sahih
hasan dan da’if.
C. Metode
Periwayatan dalam Musnad
Sebagai ahli hadis, Imam Ahmad memiliki syarat tersendiri dalam
menentukan hadis yang dijadikan hujjah olehnya, yakni hadis yang diriwayatkan
oleh orang-orang yang jujur, taat pada agama, tidak berkhianat dan mengamalkan
hadis yang diriwayatkan. Begitu juga hadis yang tidak muttasil, meskipun
diriwayatkan oleh orang tsiqah, termasuk kategori da’if. Adapun menurut Ibn
Taimiyah, syarat pegangan Imam Ahmad yang paling utama adalah tidak memuatkan
dalam musnadnya para perawi yang diketahui lemah ingatan dan yang kadzab.
Beliau juga sangat cermat terhadap matan-matan dalam kitab beliau, seperti
ketegasannya terhadap perawi-perawinya.
D. Tanggapan Ulama
atas Musnad Ahmad
Ulama Mesir, Ahmad Muhammad Syakir berusaha menyusun daftar isi
musnad tersebut dengan nama Fihris Musnad Ahmad, hanya saja sebelum selesai
beliau sudah wafat. Abu Bakar Muhammad al-Hanbali menyusun musnad tersebut
berdasarkan huruf hijaiyyah. Al-Albani menyusun kitab dengan daftar isinya
sendiri dengan nama Muhtawa Burhan bi Asma’ al-Sahabat al-Marwi ‘Anhum fi
Musnad Ahmad.
Adapun al-Sa’ati melakukan upaya yang sama dengan Ahmad Muhammad
Syakir yang kitabnya bernama al-Fath al-Rabbani li Tartib Musnad Ahmad ibn
Hanbal al-Syaibani. Al-Suyuti juga menyusun Musnad Ahmad dengan disertai Syarah
yang panjang. Ibn Tsa’labah mengumpulkan lafaz gharib serta memaknainya. Ibn
al-Mulaqqin al-Syafi’i membuat ringkasan dari Musnad tersebut. Al-Sindy membuat
syarahnya. Dan Ibn Hajar menyusun Musnad Ahmad denga menambah biografi,
syarat-syarat dan keistimewaan Musnadnya.
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MUNAFIK
A. Pengertian
Munafik
Munafik merupakan isim fail dari kata nafaqa. Adapun pengertian
secara etimologi bisa diartikan yaitu keluar dari lubang persembunyian binatang
seperti tikus. Sedangkan menurut terminologi adalah orang yang menampakkan
sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi
batinnya atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian. Dan kepercayaan atau
perbuatannya itu disebut nifaq.
B. Tingkatan-tingkatan
Munafik
Dalam skripsi ini dijelaskan ada dua macam munafik, yakni munafik
i’tiqadi dan munafik amali. Munafik i’tiqadi yaitu mereka yang menonjolkan
keislamannya tetapi pada hakekatnya dia tidak percaya kepada Allah dan
Rasul-Nya, seperti Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Mereka termasuk ke
dalam golongan kafir, bahkan lebh jahat, dab orang-orang itulah yang dijanjikan
Allah tempatnya di tingkatan paling bawah sekali dalam neraka.
Sedangkan munafik amali adalah munafik yang tidak membawa kepada
kekafiran, yaitu tidak akan menyebabkan seseorang itu keluar dari Islam,
tetapi hanya saja pelakunya divonis sebagai orang yang berdosa dan amat
merugikan diri serta merusakkan pergaulan.
C. Karakteristik
Munafik dalam Musnad Ahmad
Terdapat banyak sekali pembicaraan mengenai orang-orang munafik
dalam al-Quran, dan begitu juga dalam hadis. Terdapat sifat-sifat munafik yang
disebutkan Rasulullah yang terdapat dalam Musnad ini. Pertama, mengkhianati
seseorang, sering berdusta ketika berbicara, mengingkari janji dan melakukan
perbuatan keji terhadap musuh, terdapat pada hadis nomor 6479. Kedua, memakan
harta rampasan, tidak pergi ke masjid dan mencela umat Islam, terdapat pada
hadis nomor 7585. Ketiga, Shaloat yang paling berat adalah shalat Subuh dan
Isya’, terdapat pada hadis nomor 9635. Keempat, bermuka dua, terdapat pada
hadis nomor 7724. Kelima, berkata-kata dengan berdalilkan al-Quran, terdapat
pada nomor 582. Keenam, orang yang paling dibencinya adalah orang Arab,
terdapat pada hadis nomor 580. Dan ketujuh, berdebat mengenai al-Quran,
terdapat pada nomor 16780.
BAB IV
KRITIK HADIS
A. Kritik Sanad
a)
Hadis Pertama
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ أَنْبَأَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ
الْكُرْدِيُّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ قَالَ إِنِّي لَجَالِسٌ
تَحْتَ مِنْبَرِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ
فِي خُطْبَتِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ
اللِّسَانِ (رواه أحمد 293)
Nama
|
Guru
|
Tabaqat
|
L/W
|
Penilaian
|
|
a.
|
Ahmad ibn Hanbal
|
Yazid ibn Harun
|
Kibar Akhzain Tabi’ Tabi’in
|
164/241
|
Tsiqah
|
b.
|
Yazid ibn Harun
|
Dailam ibn Ghazwan
|
Sighar Atba’ Tabi’in
|
117/206
|
Tsiqah
|
c.
|
Dailam ibn Ghazwan
|
Maimun al-Kurdi
|
Wusta Atba’ Tabi’in
|
-/235
|
Suduq
|
d.
|
Maimun al-Kurdi
|
Abu Usman al-Nahdi
|
Sighar Tabi’in
|
-/-
|
Maqbul
|
e.
|
Abu Usman al-Nahdi
|
Umar ibn Khattab ra.
|
Kibar Tabi’in
|
-/95
|
Tsiqah
|
f.
|
Umar Ibn Khattab ra.
|
Rasulullah saw.
|
Sahabat
|
-/23
|
Adil
|
b)
Hadis Kedua
حَدَّثَنَا
أَبُو سَعِيدٍ حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ عَبْدِيٌّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ
الْكُرْدِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو عُثْمَانَ النَّهْدِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا
أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ (رواه أحمد 137)
Nama
|
Guru
|
Tabaqat
|
L/W
|
Penilaian
|
|
a.
|
Ahmad ibn Hanbal
|
Yazid ibn Harun
|
Kibar Akhzain Tabi’ Tabi’in
|
164/241
|
Tsiqah
|
b.
|
Abu Sa’id
|
Dailam ibn Ghazwan
|
Sighar Atba’ Tabiin
|
-/197
|
Suduq
|
c.
|
Dailam ibn Ghazwan
|
Maimun al-Kurdi
|
Wusta Atba’ Tabi’in
|
-/235
|
Suduq
|
d.
|
Maimun al-Kurdi
|
Abu Usman al-Nahdi
|
Sighar Tabi’in
|
-/-
|
Maqbul
|
e.
|
Abu Usman al-Nahdi
|
Umar ibn Khattab ra.
|
Kibar Tabi’in
|
-/95
|
Tsiqah
|
f.
|
Umar Ibn Khattab ra.
|
Rasulullah saw.
|
Sahabat
|
-/23
|
Adil
|
Menurut pendapat penulis skripsi, semua perawi di atas bisa
dikatakan tsiqah, walaupun terdapat perawi yang suduq dan maqbul, tapi masalah
itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis.
B. Kritik Matan
Penulis skripsi menggunakan metodologi penelitian matan hadis oleh
Muhammad Syuhudi Ismail, yakni meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya,
meneliti matan yang semakna, dan meneliti kandungan matan hadis.
Untuk penelitian sanad sudah disimpulkan di atas yakni semua perawi
di atas bisa dikatakan tsiqah, walaupun terdapat perawi yang suduq dan maqbul,
tapi masalah itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis.
Untuk kajian yang lebih terperinci lagi, makanya penulis akan
mencari sebanyak mungkin hadis yang bisasama dengan materi hadis di atas,
seperti hadis yang menyangkut arti, suruhan atau larangan atas materi hadis
yaitu yang berkait rapat dengan munafik dan lisan.
a.
Hadis Mengandung
Makna Sebagian Nifak adalah Lisan
-
Musnad Ahmad no
21280
-
Sunan
al-Tirmizi no 2335
b.
Hadis
Mengandung Makna Menjaga Lisan
-
Sahih
al-Bukhari 6171
-
Sunan
al-Tirmizi 2239
-
Musnad Ahmad
21206
-
Sahih Muslim
2278
-
Musnad Ahmad
21695
-
Musnad Ahmad 7307
c.
Balasan Orang
yang Tidak Menjaga Lisan
-
Musnad Ahmad
3456
-
Musnad Ahmad
6917
C. Fiqh al-Hadis
Orang-orang munafik sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. yang
dianggap sebagai zaman terbaik. Dari hadis ini, yang dikatakan sebagai orang
munafik itu adalah orang yang pandai berbicara yaitu orang yang berpengetahuan
dan pandai dalam mengolah ucapan di kalangan manusia ramai, tetapi hati mereka
jahil dan akidahnya adalah fasik, mereka menipu manusia dengan menggunakan
keahlian bicara mereka sehngga menyebabkan sebagian besar manusia tergelincir
dari kebenaran. Dari lisan juga kebanyakan manusia yang pandai dalam ilmu tapi
menutup mulutnya dari kebenaran.
Orang-orang munafik juga banyak berasal dari kalangan penulis,
budayawan, kyai-kyai dan cendekiawan yang berbaju muslim. Ibn Qayyim pernah
berkata: “Seseorang terkadang kagum mendengar perkataan mereka karena
manis-manis dan lemah lembut tutur katanya. Bahkan mereka tidak segan-segan
menjadikan Allah sebagai saksi atas kedustaan yang terselubung dalam hati
mereka. Anda akan melihat sikap mereka ketika menghadapi kebenaran, mereka
tidur lelap, tetapi jika membela kebatilan mereka maju terus pantang mundur.
Sifat munafik menjelaskan lagi keburukan dusta atau sikap
berpura-pura itu dan akibatnya adalah dendam, iri hati dan ragu-ragu yang
termasuk dalam penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana
disertai dengan perbuatan nyata.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kesekian hal yang menyangkut sanad dan matan yang telah
dibahas dalam bab keempat yang lalu, setelah melihat banyak kritikan dari ulama
dan kesimpulan dari penulis bahwa hadis yang dikaji adalah sahih dengan
kualitas sanad dan matannya. Serta hadis ini bisa dijadikan hujjah karena
terdapat tanda-tanda yang menunjukkan hadis ini termasuk dalam kriteria sahih.
Penulis menyimpulkan bahwa kandungan hadis tersebut termasuk dalam
nifaq ‘amali karena orang munafik yang melakukan demikian yaitu pandai bertutur
dalam bicara. Dan oleh karena mereka juga, akibatnya banyak mengandung buruk,
cela dan pengaruh yang datang darinya.
0 komentar:
Post a Comment