Resume Skripsi Munafik Menurut Hadis: Kritik Sanad dan Matan dalam Musnad Ahmad Karya: Ibrahim Zaki Bin Long

blogspot.com

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Oleh: Irfan Hamid

BAB I
PENDAHULUAN 
   A. Latar Belakang Masalah
Hadis, bersama dengan al-Quran merupakan pegangan dan sumber terpenting bagi umat Islam dan kajian penelitian hadis adalah kajian yang kritis dalam agama Islam. Al-Quran dan hadis pada dasarnya sama-sama bersumber dari Allah swt. perbedaannya adalah al-Quran adalah wahyu al-Mathi (yang terbaca), sedangkan Hadis merupakan wahyu Ghair al-Mathi (yang tidak terbaca).
Dalam sejarah Islam klasik, hadis cukup kuat dalam pegangan sahabat ketika bersama Nabi, namun begitu terdapat pula kelompok yang tidak mempercayai akan kerasulan Muhammad. Di antara mereka adalah kelompok kaum munafik yang merupakan kaum yang paling bahaya dan digelari juga dengan gelar musuh dalam selimut. Munafik adalah sifat dalaman yang bagian luarnya adalah Islam sedangkan dalamnya merupakan keingkaran serta penipuan. Keberadaan mereka di antara umat Islam memang dirasakan bagaikan duri dalam daging yang menusuk tubuh. Mereka melakukan propaganda dan provokasi dengan tujuan memecah belah Islam.
Munafik, sebuah sifat yang yang mencangkup sifat-sifat yang merusak, seperti berdusta, ejekan, cemohan, bersaksi palsu, mengadu domba dan banyak lagi. Adapun sifat dari sifat-sifat munafik yang paling bahaya adalah munafik yang pandai bertutur. Sebagaimana sabda Nabi dalam Musnad Ahmad:

حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَنْبَأَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ الْكُرْدِيُّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ قَالَ إِنِّي لَجَالِسٌ تَحْتَ مِنْبَرِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah memberitakan kepada kami Dailam Bin Ghazwan Al 'Abdi Telah menceritakan kepada kami Maimun Al Kurdi dari Abu Utsman An Nahdi dia berkata; aku sedang duduk di bawah mimbar Umar dan dia sedang menyampaikan khutbah kepada orang-orang, dia berkata dalam khutbahnya; aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku takuti dari ummatku adalah setiap munafiq yang pandai bersilat lidah."

   B.  Rumusan Masalah
Bagaimana kualitas dan kandungan hadis tentang munafik yang paling bahaya?
   C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Mengetahui otentitas, kualitas dan kandunga pokok hadis unafik yang paling bahaya dengan cara mentahkrij, sehingga ada kejelasan kedudukan hadis tersebut apakah sahih, hasan atau da’if.
2.      Manfaat Penelitian
Memberi sumbangan ilmiah dalam memperkaya khazanah kepustakaan Islam, khususnya dalam bidang hadis. Juga sebagai tugas akhir, guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang Tafsir Hadis.

   D. Tinjauan Kepustakaan
1.      Skripsi Muhammad Fikri, Konsep Munafik dalam al-Quran dan Relevansinya dengan Kehidupan Modern: Sebuah Kajian Tematik. Dikeluarkan pada 2007.
2.      Abu Bakar al-Faryabi, Sifat al-Nifaq wa Dzammu al-Munafiqin, penerbit beirut: Dar al-Kutub ‘Ilmiyyah.
3.      Hamdi Ahmad Ibrahim, Karakter Orang-orang Munafik, penerjemah Abu Barzani.
4.      Fuad Kauma, Tiga puluh Lima Karakter Munafik.
5.      ‘Aidh Abdullah al-Qarni, Bahaya Kemunafikan di Tengah Kita.
6.      Said ibn Ali ibn Wahf al-Qahthani, Bahaya Lidah: Penyakit Lisan dan Terapinya, penerjemah Haryono dan Aris Munandar.
7.      Said Hawa, Intisari Ihya ‘Ulumuddin Al-Ghazali.

   E. Metodologi Penelitian
1.      Sumber data
Skripsi ini disusun dengan metode library search. Penulis menggunakan sumber primer dari kitab al-Quran, kitab-kitab hadis, dan kitab rijal. Penulis juga menggunakan sumber sekunder seperti buku mengenai munafik, kitab tauhid dan lain-lain.
2.      Metode pembahasan
Penulis menggunakan metode dekriptif analitis. Dalam penelitian sanad, penulis menggunakan kitab Tahdzib al-Tahdzib karya Imam Ibn Hajar al-Asqalani, kitab Siyar A’lam al-Nubala’ karya al-Dzahabi dan kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi. Dan dalam penelitian matan, penulis menggunakan metodologi penelitian matan hadis yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail.
3.      Teknik penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

   F. Sistematika Penulisan
Terdapat lima bab dalam skripsi ini. Pada bab pertama tentang pendahuluan. Bab kedua mengenai biografi Imam Ahmad dan tentang Musnadnya. Pada bab ketiga mengenai makna dan pengertian munafik. Bab keempat berisi penelitian hadis, baik sanad, matan dan kandungannya. Dan pada bab kelima kesimpulan.

BAB II
IMAM AHMAD DAN KITAB MUSNADNYA
   A. Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal
Nama lengkap beliau adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Beliau lahir di Baghdad pada bulan Rabiul Akhir tahun 164 H, pada masa khalifah al-Mahdi. Kebanyakan ilmu yang dipelajari Imam Ahmad adalah di Baghdad, setelah itu beliau telah mengembara ke negeri-negeri yang lain untuk menuntut ilmu.
Sejak kecil Imam Ahmad tinggal dalam keadaan yatim dan miskin bersama ibunya. Beliau berguru kepada banyak ulama sehingga menjadi ahli fiqh dan hadis yang jumlahnya lebih dari 280 orang yang tersebar di berbagai negeri.
 Kemasyhuran Imam Ahmad  disebabkan penolakannya terhadap dogma-dogma agama dan politik dinasti Abbasiyah, maka dari itu beliau terjerumus dalam Mihnah. Zaman itu dinamakan fitnah khalq al-Quran.
Imam Ahmad pernah dimasukkan ke penjara antara 28 hingga 30 tahun. Beliau lama dikucilkan dari masyarakat, namun berkat keteguhan dan kesabarannya, ia mendapat penghargaan dan pujian dari sultan, dan ajarannya semakin ramai diikuti orang dan madzhabnya tersebar di seputar Iraq dan Syam..beliau wafat pada hari Jumat, 12 Rabuil Awal 241 H/855 M di Baghdad pada usia 77 tahun. Kepergian Imam Ahmad membawa duka yang mendalam bagi umat Islam pada waktu itu. Menurut sejarah, belum pernah terjadi jenazah disholatkan orang sebanyak ini kecuali Ibn Taimiyah dan Ahmad ibn Hanbal.

   B. Sistematika Kitabnya
Al-Musnad adalah kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan pada nama-nama sahabat. Dan salah satu karya besar Imam Ahmad adalah al-Musnad. Beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadis-hadis sahih dan layak dijadikan hujjah. Tetapi menurut penelitian ulama hadis, di dalamnya terdapat hadis sahih hasan dan da’if.

   C. Metode Periwayatan dalam Musnad
Sebagai ahli hadis, Imam Ahmad memiliki syarat tersendiri dalam menentukan hadis yang dijadikan hujjah olehnya, yakni hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang jujur, taat pada agama, tidak berkhianat dan mengamalkan hadis yang diriwayatkan. Begitu juga hadis yang tidak muttasil, meskipun diriwayatkan oleh orang tsiqah, termasuk kategori da’if. Adapun menurut Ibn Taimiyah, syarat pegangan Imam Ahmad yang paling utama adalah tidak memuatkan dalam musnadnya para perawi yang diketahui lemah ingatan dan yang kadzab. Beliau juga sangat cermat terhadap matan-matan dalam kitab beliau, seperti ketegasannya terhadap perawi-perawinya.

   D. Tanggapan Ulama atas Musnad Ahmad
Ulama Mesir, Ahmad Muhammad Syakir berusaha menyusun daftar isi musnad tersebut dengan nama Fihris Musnad Ahmad, hanya saja sebelum selesai beliau sudah wafat. Abu Bakar Muhammad al-Hanbali menyusun musnad tersebut berdasarkan huruf hijaiyyah. Al-Albani menyusun kitab dengan daftar isinya sendiri dengan nama Muhtawa Burhan bi Asma’ al-Sahabat al-Marwi ‘Anhum fi Musnad Ahmad.
Adapun al-Sa’ati melakukan upaya yang sama dengan Ahmad Muhammad Syakir yang kitabnya bernama al-Fath al-Rabbani li Tartib Musnad Ahmad ibn Hanbal al-Syaibani. Al-Suyuti juga menyusun Musnad Ahmad dengan disertai Syarah yang panjang. Ibn Tsa’labah mengumpulkan lafaz gharib serta memaknainya. Ibn al-Mulaqqin al-Syafi’i membuat ringkasan dari Musnad tersebut. Al-Sindy membuat syarahnya. Dan Ibn Hajar menyusun Musnad Ahmad denga menambah biografi, syarat-syarat dan keistimewaan Musnadnya.

BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG MUNAFIK
   A. Pengertian Munafik
Munafik merupakan isim fail dari kata nafaqa. Adapun pengertian secara etimologi bisa diartikan yaitu keluar dari lubang persembunyian binatang seperti tikus. Sedangkan menurut terminologi adalah orang yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batinnya atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian. Dan kepercayaan atau perbuatannya itu disebut nifaq.

   B.  Tingkatan-tingkatan Munafik
Dalam skripsi ini dijelaskan ada dua macam munafik, yakni munafik i’tiqadi dan munafik amali. Munafik i’tiqadi yaitu mereka yang menonjolkan keislamannya tetapi pada hakekatnya dia tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, seperti Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya. Mereka termasuk ke dalam golongan kafir, bahkan lebh jahat, dab orang-orang itulah yang dijanjikan Allah tempatnya di tingkatan paling bawah sekali dalam neraka.
Sedangkan munafik amali adalah munafik yang tidak membawa kepada kekafiran, yaitu tidak akan menyebabkan seseorang itu keluar dari Islam, tetapi hanya saja pelakunya divonis sebagai orang yang berdosa dan amat merugikan diri serta merusakkan pergaulan.

   C. Karakteristik Munafik dalam Musnad Ahmad
Terdapat banyak sekali pembicaraan mengenai orang-orang munafik dalam al-Quran, dan begitu juga dalam hadis. Terdapat sifat-sifat munafik yang disebutkan Rasulullah yang terdapat dalam Musnad ini. Pertama, mengkhianati seseorang, sering berdusta ketika berbicara, mengingkari janji dan melakukan perbuatan keji terhadap musuh, terdapat pada hadis nomor 6479. Kedua, memakan harta rampasan, tidak pergi ke masjid dan mencela umat Islam, terdapat pada hadis nomor 7585. Ketiga, Shaloat yang paling berat adalah shalat Subuh dan Isya’, terdapat pada hadis nomor 9635. Keempat, bermuka dua, terdapat pada hadis nomor 7724. Kelima, berkata-kata dengan berdalilkan al-Quran, terdapat pada nomor 582. Keenam, orang yang paling dibencinya adalah orang Arab, terdapat pada hadis nomor 580. Dan ketujuh, berdebat mengenai al-Quran, terdapat pada nomor 16780.

BAB IV
KRITIK HADIS
   A. Kritik Sanad
a)      Hadis Pertama
حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَنْبَأَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ الْكُرْدِيُّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ قَالَ إِنِّي لَجَالِسٌ تَحْتَ مِنْبَرِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ (رواه أحمد 293)

Nama
Guru
Tabaqat
L/W
Penilaian
a.
Ahmad ibn Hanbal
Yazid ibn Harun
Kibar Akhzain Tabi’ Tabi’in
164/241
Tsiqah
b.
Yazid ibn Harun
Dailam ibn Ghazwan
Sighar Atba’ Tabi’in
117/206
Tsiqah
c.
Dailam ibn Ghazwan
Maimun al-Kurdi
Wusta Atba’ Tabi’in
-/235
Suduq
d.
Maimun al-Kurdi
Abu Usman al-Nahdi
Sighar Tabi’in
-/-
Maqbul
e.
Abu Usman al-Nahdi
Umar ibn Khattab ra.
Kibar Tabi’in
-/95
Tsiqah
f.
Umar Ibn Khattab ra.
Rasulullah saw.
Sahabat
-/23
Adil

b)      Hadis Kedua
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزْوَانَ عَبْدِيٌّ حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ الْكُرْدِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو عُثْمَانَ النَّهْدِيُّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ (رواه أحمد 137)

Nama
Guru
Tabaqat
L/W
Penilaian
a.
Ahmad ibn Hanbal
Yazid ibn Harun
Kibar Akhzain Tabi’ Tabi’in
164/241
Tsiqah
b.
Abu Sa’id
Dailam ibn Ghazwan
Sighar Atba’ Tabiin
-/197
Suduq
c.
Dailam ibn Ghazwan
Maimun al-Kurdi
Wusta Atba’ Tabi’in
-/235
Suduq
d.
Maimun al-Kurdi
Abu Usman al-Nahdi
Sighar Tabi’in
-/-
Maqbul
e.
Abu Usman al-Nahdi
Umar ibn Khattab ra.
Kibar Tabi’in
-/95
Tsiqah
f.
Umar Ibn Khattab ra.
Rasulullah saw.
Sahabat
-/23
Adil

Menurut pendapat penulis skripsi, semua perawi di atas bisa dikatakan tsiqah, walaupun terdapat perawi yang suduq dan maqbul, tapi masalah itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis.

   B.  Kritik Matan
Penulis skripsi menggunakan metodologi penelitian matan hadis oleh Muhammad Syuhudi Ismail, yakni meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya, meneliti matan yang semakna, dan meneliti kandungan matan hadis.
Untuk penelitian sanad sudah disimpulkan di atas yakni semua perawi di atas bisa dikatakan tsiqah, walaupun terdapat perawi yang suduq dan maqbul, tapi masalah itu tidak dapat mempengaruhi kualitas hadis.
Untuk kajian yang lebih terperinci lagi, makanya penulis akan mencari sebanyak mungkin hadis yang bisasama dengan materi hadis di atas, seperti hadis yang menyangkut arti, suruhan atau larangan atas materi hadis yaitu yang berkait rapat dengan munafik dan lisan.
a.       Hadis Mengandung Makna Sebagian Nifak adalah Lisan
-          Musnad Ahmad no 21280
-          Sunan al-Tirmizi no 2335
b.      Hadis Mengandung Makna Menjaga Lisan
-          Sahih al-Bukhari 6171
-          Sunan al-Tirmizi 2239
-          Musnad Ahmad 21206
-          Sahih Muslim 2278
-          Musnad Ahmad 21695
-          Musnad Ahmad 7307
c.       Balasan Orang yang Tidak Menjaga Lisan
-          Musnad Ahmad 3456
-          Musnad Ahmad 6917

   C.  Fiqh al-Hadis
Orang-orang munafik sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. yang dianggap sebagai zaman terbaik. Dari hadis ini, yang dikatakan sebagai orang munafik itu adalah orang yang pandai berbicara yaitu orang yang berpengetahuan dan pandai dalam mengolah ucapan di kalangan manusia ramai, tetapi hati mereka jahil dan akidahnya adalah fasik, mereka menipu manusia dengan menggunakan keahlian bicara mereka sehngga menyebabkan sebagian besar manusia tergelincir dari kebenaran. Dari lisan juga kebanyakan manusia yang pandai dalam ilmu tapi menutup mulutnya dari kebenaran.
Orang-orang munafik juga banyak berasal dari kalangan penulis, budayawan, kyai-kyai dan cendekiawan yang berbaju muslim. Ibn Qayyim pernah berkata: “Seseorang terkadang kagum mendengar perkataan mereka karena manis-manis dan lemah lembut tutur katanya. Bahkan mereka tidak segan-segan menjadikan Allah sebagai saksi atas kedustaan yang terselubung dalam hati mereka. Anda akan melihat sikap mereka ketika menghadapi kebenaran, mereka tidur lelap, tetapi jika membela kebatilan mereka maju terus pantang mundur.


Sifat munafik menjelaskan lagi keburukan dusta atau sikap berpura-pura itu dan akibatnya adalah dendam, iri hati dan ragu-ragu yang termasuk dalam penyakit jiwa. Penyakit ini akan bertambah parah, bilamana disertai dengan perbuatan nyata.

BAB V
PENUTUP
   A. Kesimpulan
Dari kesekian hal yang menyangkut sanad dan matan yang telah dibahas dalam bab keempat yang lalu, setelah melihat banyak kritikan dari ulama dan kesimpulan dari penulis bahwa hadis yang dikaji adalah sahih dengan kualitas sanad dan matannya. Serta hadis ini bisa dijadikan hujjah karena terdapat tanda-tanda yang menunjukkan hadis ini termasuk dalam kriteria sahih.
Penulis menyimpulkan bahwa kandungan hadis tersebut termasuk dalam nifaq ‘amali karena orang munafik yang melakukan demikian yaitu pandai bertutur dalam bicara. Dan oleh karena mereka juga, akibatnya banyak mengandung buruk, cela dan pengaruh yang datang darinya.

0 komentar:

Post a Comment