Machasin | Pengertian Islam

Prof Machasin, www2.kemenag.go.id

Oleh: Prof Machasin

Islam dalam al-Qur’an:
Secara harfiah kata ini berasal dari أسلم (aslama) yang berarti menyerahkan diri, tunduk kepada Allah. Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memakai kata ini, yakni:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمْ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ. فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِي لِلَّهِ وَمَنْ اتَّبَعَنِي وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدْ اهْتَدَوا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ. سورة 3 \ آل عمران: 19-20.
Sesungguhnya agama yang benar di hadapan Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa menolak ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu, maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu berserah diri?" Jika mereka berserah diri, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Islam di dalam kedua ayat ini berarti penyerahan diri kepada Allah atau menghadapkan wajah sepenuhnya kepada-Nya. Penyerahan diri atau penghadapan ini diperlawankan dengan “berpaling”.
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ. قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ. وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنْ الْخَاسِرِينَ. سورة 3 \ آل عمران: 83-85.
Apakah mereka mencari agama selain agama Allah, padahal semua yang di langit dan di bumi tunduk kepada-Nya baik dengan kemauan sendiri maupun karena terpaksa, dana mereka akan dikembalikan kepada-Nya? Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri." Barangsiapa mencari agama selain islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Di dalam ketiga ayat ini juga tersurat bahwa Islam berarti ketundukan kepada Allah, sebagaimana ketundukan siapa pun di langit dan bumi kepada-Nya. Ketundukan kepada Allah itu merupakan pesan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelum Muhammad saw. Semua Nabi itu, termasuk yang terakhir tunduk, menyerahkan diri kepada Allah. Itulah satu-satunya agama yang benar. Karena itu agama yang inti atau dasarnya bukan ketundukan kepada Allah tidak diterima.
... الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينًا.... سورة 5 \ المائدة: 3.
.. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebelumnya, pada pangkal ayat ini, disebutkan beberapa jenis makanan yang diharamkan karena merupakan kefasikan. Karena itu Islam sebagai agama di sini pun memberikan pengertian ketundukan kepada Allah yang terwujud dalam aturan-aturan-Nya.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ. وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُون.  فَمَنْ يُرِدْ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ؛ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ. سورة 6 \ الأنعام: 123-5.
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat petunjuk, Dia akan membukakan dadanya untuk islam; dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit seakan-akan dia mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
Penjahat-penjahat itu tidak mau beriman kepada ayat-ayat Allah dan menuntut persyaratan-persyaratan tertentu yang tidak ada. Tujuan mereka dengan mengajukan tuntutan itu bukanlah untuk beriman, melainkan untuk membenarkan ketidakimanan mereka. Mengingat hal itu, lalu dikatakan bahwa Allah akan melapangkan dada orang yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan petunjuk, sedangkan orang lain yang dikehendaki untuk sesat, akan disempitkan dadanya.
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدْ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ. يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ مَا قَالُوا وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلامِهِمْ وَهَمُّوا بِمَا لَمْ يَنَالُوا وَمَا نَقَمُوا إِلا أَنْ أَغْنَاهُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُنْ خَيْرًا لَهُمْ وَإِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمْ اللَّهُ عَذَابًا أَلِيمًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ فِي الأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ. سورة 9\التوبة: 73-4.
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.
Di sini pun yang dimaksud dengan Islam itu adalah ketundukan. Orang-orang munafik itu menyatakan di hadapan Rasulullah bahwa mereka tunduk kepada beliau, tetapi di belakang beliau mereka menolak untuk tunduk (kafir).
أَلَمْ تَرَى أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِأُوْلِي الْأَلْبَاب. أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. سورة 39 \ الزمر: 21-2.
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Di  sini ditanyakan apakah orang yang hatinya dilapangkan untuk menerima petunjuk ¾artinya tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah setelah melihat tanda-tanda itu¾ sama keadaannya dengan orang-orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari tanda-tanda itu?
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ. يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلْ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنتُمْ صَادِقِينَ. سورة 49 \ الحجرات: 16-7.
Katakanlah (kepada mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Mereka merasa telah memberi ni`mat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi ni`mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan ni`mat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar".
Di sini dipersalahkan sikap orang-orang yang merasa memberikan kenikmatan kepada Rasulullah saw. dengan menyatakan ketundukan kepada beliau. Mestinya ketundukan itu bukan ditujukan kepada Muhammad saw. melainkan kepada Allah, sehingga yang terjadi adalah bahwa Allah memberikan kenikmatan kepada pelaku ketundukan itu, yang berupa petunjuk untuk beriman.
            وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ. سورة 61 \ الصف: 7.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
            Di sini orang yang melakukan kedustaan atas Allah, padahal ia diajak untuk berislam kepada-Nya, disebut orang yang paling aniaya.

Islam dalam Hadis:
            Dalam Hadis ditemukan ungkapan-ungkapan semisal
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الْإِسْلامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَتُقِيمَ الصَّلاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ». (رواه مسلم).
Rasulullah saw. bersabda, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad Utusan Allah, kau dirikan salat, kau bayar zakat, kau puasa bulan Ramadlan dan kau kunjungi Rumah Allah jika kamu mampu.”
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيْدِهِ». (رواه البخاري ومسلم وأحمد والدارمي).
Rasulullah saw. bersabda, “Muslim adalah orang yang orang-orang muslim lain selamat dari lidah dan tangannya.”
عن أبي موسى قالوا: يا رسول الله: أَيُّ الْمُسْلِمِينَ أَسْلَمُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ». (رواه البخاري ومسلم والترمذي والنسائي).
Dari Abu Hurairah diceriterakan bahwa orang-orang bertanya, “Wahai Utusan Allah, islam manakah yang paling utama?” Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang orang-orang muslim lain selamat dari lidah dan tangannya.”
Sementara itu, kata الدين sendiri menurut kamus berarti:
هو الديانة أي ما يتدين به الإنسان، وهو اسم لجميع ما يعبد به الله، والملة، والإسلام، والاعتقاد بالجنان والإقرار بالسان وعمل الجوارح بالأركان، والسيرة، والعادة، والحال، والشأن، والورع، والحساب، والمُلْك، والسلطان، والحكم، والقضاْ، والتدبير. [المعجم الوسيط لإبراهيم أنيس وزملائه ص 307.]
Dīn adalah diyānah, yakni apa yang dijadikan pegangan hidup oleh manusia; nama bagi semua hal untuk menyembah Allah; agama; islam; keyakinan dengan hati, pernyataan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh; perilaku; adat kebiasaan; keadaan; menjaga diri; perhitungan; kerajaan; kekuasaan; otoritas; peradilan; pengaturan.
دِين: (اسم)
الجمعأَدْيُنٌ ، و ديونٌ ، و أَديان
الدِّينُ : الدِّيانة
الدِّينُ : اسمٌ لجميع ما يُعبد به الله
علم الأديان المقارن : ( الفلسفة والتصوُّف ) الدراسة الموضوعيّة للأديان جميعها من أجل فهم دورها في الحياة الإنسانيّة
الأَدْيانُ السَّماوِيَّةُ : اليَهودِيَّةُ والْمَسيحِيَّةُ والإِسْلامُ

دَين: (اسم)
الجمعأَدْيُنٌ ، و دُيونٌ
الدَّيْنُ : القرض ذو الأَجل ، وإِلاَّ فهو قرص
الدَّيْنُ : ثمن المبيع
الدَّيْنُ : كلُّ ما ليس حاضرًا
الدَّيْنُ : الموت

مصدر دانَ / دانَ لـ
الدَّيْن القوميّدَيْن على الحكومة ،
غرق في الدَّيْن حتَّى أذنيه : كثُرت دُيونُه ،
وعْدُ الحرِّ دين عليه : ينبغي أن يوفّي به
http://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/دين/


Islam dalam istilah:
            Dalam istilah, Islam merupakan nama bagi agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Perjalanan dari pengertian umum (ketundukan kepada Allah) kepada pengertian khusus (agama yang dibawa oleh Muhammad saw.) ini terjadi sejak zaman Rasulullah. Agama yang dibawa beliau itu adalah agama ketundukan atau dīnul islām, yang berbeda dengan agama-agama yang ada di jazirah Arab pada waktu itu. Polemik-polemik yang terekam dalam al-Qur’an, atau lebih tepatnya kritikan al-Qur’an terhadap praktek keagamaan yang ada pada masa penurunan kitab ini, memberikan gambaran bahwa agama-agama itu tidak mendasarkan ajarannya pada ketundukan kepada Allah. Jadi, agama yang dibawa Rasulullah itulah satu-satunya dīnul islām pada waktu itu. Ini merupakan kebanggaan yang diwartakan ke mana-mana oleh para penganutnya, sehingga menjadi nama yang melekat padanya.
Siapa yang merumuskan ajaran Islam? Ulama.
Kapan? Setelah generasi pertama Islam meninggal dan dalam waktu yang sangat panjang.
Perumusan itu dilakukan terus menerus oleh banyak orang: ada yang menambah, ada yang mengurangi; ada yang memulai dan ada yang merevisi.



Komponen dasar Agama Islam
            Ada sebuah hadis yang berbunyi sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «سَلُونِي»، فَهَابُوهُ أَنْ يَسْأَلُوهُ، فَجَاءَ رَجُلٌ، فَجَلَسَ عِنْدَ رُكْبَتَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ: «لَا تُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ»، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكِتَابِهِ، وَلِقَائِهِ، وَرُسُلِهِ، وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ»، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ: «أَنْ تَخْشَى اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»، قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ؟ قَالَ: " مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا رَأَيْتَ الْمَرْأَةَ تَلِدُ رَبَّهَا، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوكَ الْأَرْضِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، وَإِذَا رَأَيْتَ رِعَاءَ الْبَهْمِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا فِي خَمْسٍ مِنَ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللهُ "، ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللهِ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34] قَالَ: ثُمَّ قَامَ الرَّجُلُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رُدُّوهُ عَلَيَّ»، فَالْتُمِسَ، فَلَمْ يَجِدُوهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَذَا جِبْرِيلُ، أَرَادَ أَنْ تَعَلَّمُوا إِذْ لَمْ تَسْأَلُوا»
     Diceriterakan dari Abû Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bertanyalah kalian”, tetapi para sahabat takut untuk bertanya. Kemudian datang seorang laki-laki, lalu duduk dekat sekali di hadapan Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulallah, apa Islam itu?” Beliau menjawab, “Tidak kau sekutukan Allah dengan sesuatu pun; kau dirikan salat; kau tunaikan zakat; kau puasa di bulan Ramadan”. “Benar”, kata orang itu.
Lalu ia bertanya , “Wahai Rasulallah, apakah Iman itu?” Beliau menjawab, “Jika kau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya dan para Utusan-Nya, dan jika kau beriman kepada kebangkitan sesudah mati serta beriman kepada segala ketentuan”. “Benar”, kata orang itu lagi.
Ia bertanya lagi, “Wahai Rasulallah, apa Ihsan itu?” Beliau menjawab, “Kalau kamu takut kepada Allah, seakan-akan kamu melihat-Nya; karena sesungguhnya kalau pun kau tak melihatnya, Dia melihatmu”. Lagi-lagi ia berkata, “Benar”.
Kemudian ia bertanya, “Wahai Rasulallah, kapan saat[1] itu datang?” Beliau menjawab, “Yang ditanyai mengenai hal itu tidak lebih tahu dari yang bertanya, tetapi aku akan memberikan syarat-syaratnya (tanda-tandanya). Jika kau melihat perempuan melahirkan tuannya, itulah salah satu syarat-syaratnya. Jika kau melihat orang-orang yang bertapak kasut, tak berpakaian, tuli dan bisu menjadi raja-raja [di] bumi. itulah di antara syarat-syaratnya (tanda-tandanya). Jika kau melihat para penggembala ternak berlomba-lomba dalam membangun bangunan tinggi, itulah di antara syarat-syaratnya (tanda-tandanya). Itu termasuk dalam lima hal gaib yang hanya diketahui oleh Allah. Lalu beliau membaca “Sesungguhnya mempunyai pengetahuan tentang saat, menurunkan hujan dan mengetahui isi kandungan; suatu diri tidak tahu apa yang dilakukannya esok hari dan tidak tahu di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha cermat”.
Abu Hurairah berkata, kemudian orang itu pergi. Tidak lama kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Suruh orang itu kembali kepadaku!” Lalu orang itu dicari, tetapi para sahabat tidak dapat menemukannya. Rasulullah saw. lalu bersabda, “Ini tadi adalah Jibril. Ia bermaksud kalian belajar, karena [melihat] kalian tidak mau bertanya”.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari `Umar, disebutkan pada akhir hadis, “Itu tadi Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” Dari situ dapat diperoleh pengertian mengenai tiga komponen dasar agama Islam, yakni:
   1.   Iman, yang berupa prinsip-prinsip kepercayaan yang ada dalam hati, sehingga yang tahu ada tidaknya hanyalah orang yang bersangkutan dan Allah. Orang lain hanya dapat melihat tanda-tanda. Tanda-tanda ini bisa jadi dibuat-buat. Banyak orang yang sesungguhnya tidak beriman, tetapi menyatakan diri beriman. Dalam hal ini, orang Islam hanya diminta untuk melihat tanda-tanda lahiriah. Apa yang ada dalam hati seseorang merupakan urusan Tuhan; orang lain tidak perlu tahu.
   2.   Islam, yang berupa aturan-aturan formal yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia serta lingkungannya. Di sini akan kelihatan apakah orang melakukan atau tidak melakukan aturan itu. Akan tetapi, orang dapat saja melakukan aturan-aturan itu tanpa landasan keimanan. Di sini pun kita hanya dituntut untuk melihat keabsahan perbuatan-perbuatan lahiriah itu menurut ukuran-ukuran lahiriah pula.
   3.   Ihsan, yang berupa perwujudan keberagamaan dalam tingkah laku sehari-hari yang bertumpu pada pengontrolan diri. Takut kepada Allah seakan-akan kita melihatnya membawa konsekuensi pengontrolan kita akan perbuatan yang kita lakukan, sebagaimana kalau kita menjalankan mandat orang lain, sementara kita melihat orang itu mengawasi apa yang kita lakukan. Dalam keadaan seperti itu kita akan mengontrol perbuatan kita dalam menjalankan mandat itu.
Ketiga komponen itu tidak berdiri sendiri-sendiri. Keimanan mesti mendasari perbuatan dan perbuatan tidak hanya dilakukan sesuai dengan aturan-aturan lahiriah, melainkan mesti berangkat dari rasa tanggung jawab sebagai pemegang mandat dari Tuhan.
Selain itu, Islam juga merupakan kebudayaan: sistem kehidupan yang dibentuk dan membentuk manusia. Berbeda dengan hewan yang kehidupannya ditentukan oleh sifat bawaan, manusia mengolah diri dan kelompoknya. Manusia menentukan, membentuk, mengubah aturan yang berkenaan dengan kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Binatang tidak demikian halnya. Secara umum tidak ada perkembangan di dalam kehidupan “bangsa” itik, kecuali penyesuaian dengan alam yang terjadi dengan sangat lambat. Beberapa binatang melakukan penyesuaian itu dengan cepat, seperti bunglon yang dengan cepat mengubah warnanya sesuai dengan tempat ia hinggap, tetapi tidak ada pengolahan yang berakumulasi dalam peradaban. Manusia mengembangkan kehidupannya dari waktu ke waktu. Manusia dulunya hidup tergantung pada alam, tetapi kemudian alam diolahnya. Untuk memenuhi kebutuhan makan, misalnya, dulunya orang mengambil buah, lalu berburu. Kemudian muncul pertanian dengan berbagai macam tanaman. Lalu muncul industri dan rekayasa pangan. Tempat tinggal manusia dimulai dengan memanfaatkan goa, lalu memahat bukit, membuat rumah sederhana dan terakhir membuat gedung bertingkat. Demikian pula relasi antar manusia, musik, pemikiran dsb. Semua berkembang, dikembangkan oleh manusia.
Islam juga mengembangkan hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan “bahan dasar” adat istiadat dan cara berpikir bangsa Arab, kebudayaan Islam terus berkembang dan menghasilkan nilai-nilai budaya, peradaban, cara berpikir, cara bertingkah laku dan sebagainya. Hasil-hasil pengolahan manusia Muslim itu disebut Kebudayaan Islam atau peradaban Islam.


Baca Juga: Pendekatan-Pendekatan dalam Kajian Islam 


[1]Kata ini dapat diterjemahkan dengan hari kiamat atau saat kehancuran [suatu peradaban].

0 komentar:

Post a Comment