Contoh Laporan Buku | Sosiolinguistik (Perkenalan Awal), blogspot.com |
LAPORAN
BUKU
JUDUL
BUKU : Sosiolinguistik (Perkenalan Awal)
PENGARANG : Abdul Chaer
Leonie Agustina
PENERBIT
: Rineka Cipta
TAHUN
TERBIT : Juni 2004
CETAKAN
: Kedua
KOTA
TERBIT : Jakarta
TEBAL
BUKU : i-ix dan 256 + cover
HARGA
BUKU : Rp. 47.000
RC.No
: 1190/H/2004
ISBN
: 979-518-647-7
GARIS
BESAR ISI BUKU :
BAB
I : PENDAHULUAN
1.
Pengertian sosiolinguistik
2.
Masalah-masalah sosiolinguistik
3.
Kegunaan sosiolinguistik
BAB
2 : KOMUNIKASI BAHASA
1.
Hakikat bahasa
2.
Fungsi bahasa
3.
Hakikat komunikasi
4.
Komunikasi bahasa
5.
Keistimewaan bahasa manusia
BAB
3 : BAHASA DAN MASYARAKAT
1.
Bahasa dan tutur
2.
Verbal repertoire
3.
Masyarakat tutur
4.
Bahasa dan tingkatan sosial masyarakat
BAB
4 : PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
1.
Peristiwa tutur
2.
Tindak tutur
3.
Tindak tutur dan pragmatik
BAB
5 : PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA
1.
Variasi bahasa
2.
Jenis bahasa
BAB
6 BILINGUALISME DAN DIGLOSIA
1.
Bilingualisme
2.
Diglosia
3.
Kaitan Bilingualisme dan Diglosia.
BAB
7 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
1.
Alih Kode
2.
CampurKode
BAB
8 INTERFERENSI DAN INTEGRASI
1.
Interfensi
2.
Integrasi
BAB
9 PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHANAN BAHASA
1.
Perubahan Bahasa
2.
Pergeseran Bahasa
BAB
10 SIKAP BAHASA DAN PEMILIHAN BAHASA
1.
Sikap Bahasa
2.
PemilihanBahasa
BAB
11 BAHASA DAN KEBUDAYAAN
1.
Hakikat Kebudayaan
2.
Hubungan Bahasadan Kebudayaan
3.
Etika Berbahasa
BAB
12 PERENANAAN BAHASA
1.
Kebijaksanaan Bahasa
2.
Perencanaan Bahasa
BAB
13 PEMBAKUAN BAHASA
1.
Bahasa Baku
2.
Fungsi Bahasa Baku
3.
PemilihanRagamBaku
4.
Bahasa lndonesia Baku
BAB
14 PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BAHASA
1.
Variabel Pembelajaran Bahasa
2.
Tujuan Pengajaran Bahasa
3.
Pengajaran BahasaKedua
4.
Pragmatik dan Pengajaran Bahasa
BAB
15 PROFIL SOSIOLINGUISTIK DI INDONESIA
1.
Bahasa Indonesia Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing
2.
Bahasa Indonesia Berasal dari Pijin
3.
Pembakuan Bahasa Indonesia
4.
Pengajaran Bahasa Indonesia
5.
Sikap dan Kemampuan Berbahasa
INTISARI
BAB/SUB BAB BUKU :
BAB
I : PENDAHULUAN
1.
Pengertian sosiolinguistik
Kalau
disimak dari beberapa definisi, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik
adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat lnterdisipriner dengan ilmu
sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor
sosial di dalam suatu masyarakat tutur. Atau secara lebih operasional lagi
seperti dikatakan Fishman (1972,1976 ‘,.....study of who speak what language to
whom and when"
2.
Masalah-masalah sosiolinguistik
Konferensi
sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University ofCalifornia, Los
Angeles 1964 telah merumuskan ada tujuh dimensi dalam penelitian
sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang nerupakan masalah dalam sosiolinguistik
itu adalah
a)
Identitas sosial dari penutun
b)
Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi,
c)
Lingkungan sosial tempat peristiwa tuiur terjadi,
d)
Analisis sinkonik dan dialcronik dari calek-dialek sosial,
e)
Penilaian totiuf yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentutc uiaran,
f)
Tingkatan variasi dan ragarn linguistik, dan penerapan pratiis dari peneiitian
sosiolinguistik
3.
Kegunaan sosiolinguistik
Sosiolinguistik
akan memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukan
bahasa, ragam bahasaatau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita
berbicara dengan orang tertentu.
BAB
2 : KOMUNIKASI BAHASA
1.
Hakikat bahasa
Beberapa
ciri yang merupakan hakikat bahasa adalah bahwa bahasa itu sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
2.
Fungsi bahasa
Dilihat
dari segi penutur bahasa berfungsi sebagai personal, dilihat dari segi
pendengar berfungsi sebagai direktif, dilihat dari segi kontak penutur dan
pendengar fungsinya sebagai menjalin hubungan, dilihat dari topik ujaran
berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek, dilihat dari segi kode yang
digunakan berfungsi membicarakan bahasa itu sendiri, sedangkan jika dilihat
dari segi amanat berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran dan
perasaan.
3.
Hakikat komunikasi
Jika
kita lihat dari pengertiannya maka komunikasi adalah proses pertukaran
informasi antar individual, melalui simbol tanda, atau tingkah laku yang umum
(verbal atau non verbal). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi melibatkan pengirim informasi, penerima informasi, informasi itu
sendiri dan alat yang digunakannya.
4.
Komunikasi bahasa
Berlangsungnya
komunikasi bahasa dapat digambarkan sebagai berikut:
5.
Keistimewaan bahasa manusia
o
Menggunakan jalur vokal auditif
o
Dapat tersiar ke segala arah
o
Dapat dipisahkan menjadi unit satuan
o
Bersifat terbuka
o
Dapat menyatakan yang benar dan tidak benar
o
Dapat digunakan untuk membicarakan itu sendiri
o
Dll.
BAB
3 : BAHASA DAN MASYARAKAT
1.
Bahasa dan tutur
Secara
linguistik dapat disimpulkan bahwa setiap bahasa sebgai langue dapat terdiri
dari sejumlah dialek, dan setiap dialekterdiri dari sejumlah idiolek.
2.
Verbal repertoire
Adalah
semua bahasa beserta ragam-ragamnya yang dimiliki atau dikuasai oleh seorang
penutur
3.
Masyarakat tutur
Jika
dalam suatu kelompok masyarakat menggunakan verbal repertoir yang hampir sama
serta mempunyai penilaian yang sama
terhadap
norma-norma pemakaian bahasa maka maayarakat itu dikatakan sebuah masyarakat
tutur.
4.
Bahasa dan tingkatan sosial masyarakat
Berdasarkan
hasil penelitian Labov dan uraian mengenai salah satu bahasa daerahyang ada di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa memang ada kolerasi antara tingkat sosial
masyarakat dengan ragam bahasa yang digunakan.
BAB
4 : PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
1.
Peristiwa tutur
Adalah
terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran
atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan
satu pokok tuturan, dalam waktu, tempatdan situasi tertentu.
2.
Tindak tutur
Jika
peristiwa tutur merupakan gejala sosial maka tindak tutur merupakan gejala
individual, bersifat psikologis,dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penuturdalam menghadapi situasi tertentu.
3.
Tindak tutur dan pragmatik
Pragmatik
merupakan menelaah makna menurut tafsiran pendengar.
BAB
5 : PELBAGAI VARIASI DAN JENIS BAHASA
1.
Variasi bahasa
a)
Variasi dari segi penutur
b)
Variasi dari segi pemakaian
c)
Variasi dari segi keformalan
d)
Variasi dari segi sarana
2.
Jenis bahasa
a)
Jenis bahasa berdasarkan sosiologis
b)
Jenis bahasa berdasarkan sikap politik
c)
Jenis bahasa berdasarkan tahap pemerolehan
d)
Lingua franca
BAB
6 BILINGUALISME DAN DIGLOSIA
1.
Bilingualisme
Dalam
sosiolinguistik dapat diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur
dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
2.
Diglosia
Suatu
keadaan dalam masyarakat dimana terdapat dua variasi dalam suatu bahasa yang
hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu.
3.
Kaitan Bilingualisme dan Diglosia.
Kalau
diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas penggunaan bahasa
sedangkan bilingualisme adalah keadaan penggunaan dua bahasa secara bergantian
dalam masyarakat.
BAB
7 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
1.
Alih Kode
Peristiwa
pergantian bahasa atau berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi atau
sebaliknya (gejala peralihan pemakaian bahasakarena berubahnya situasi)
Contoh.
Sunda ke Indonesia
2.
CampurKode
Alih
kode dan campur kode sangat sukar dibedakan bahkan menurut Hill dan Hill
(1980:122) tidak ada harapan untuk membedakan antar alih kode dengan campur
kode.
Kesamaannya
adalah digunakannya dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur.
BAB
8 INTERFERENSI DAN INTEGRASI
1.
Interfensi
Pertama
kali dikemukakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebutkan adanya perubahan
sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahsa tersebut dengan
unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
2.
Integrasi
Adalah
unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah
menjadi warga bahasa tersebut. Tidak dianggap lagi sebagai bahasa pinjaman atau
pungutan.
BAB
9 PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHANAN BAHASA
1.
Perubahan Bahasa
Adalah
adanya perubahan kaidah (direvisi, menghilang atau muncul kaidah-kaidah baru
dan semua itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik yaitu
o
Fonologi
o
Morfologi
o
Sintaksis
o
Semantik
o
leksikon
2.
Pergeseran Bahasa
Menyangkut
masalah penggunaan bahsa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang
terjadi perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain.
3.
Pemertahanan Bahasa
Suatu
upaya agar bahasa tertentu dapat dipertahankan keberadaanya.
BAB
10 SIKAP BAHASA DAN PEMILIHAN BAHASA
1.
Sikap Bahasa
Untuk
dapat memahami apa yang disebut sikap bahasa terlebih dahulu harus dijelaskan
apa itu sikap. Sesungguhnya sikap adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya
termanifestasi dalam bentuk tindakan dan perilaku.
Menurut
Garvin dan Mathiot ada tiga ciri sikap bahasa yaitu sebagi berikut:
a)
Kesetiaan bahasa ( language loyalty)
Mendorong
masyarakat suatu bahasa mempertahankan suatu bahasanya, dan apabila perlu
mencegah adanya pengaruh bahasa lain.
b)
Kebanggaan bahasa (language pride)
Mendorong
orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan
kesatuan masyarakat.
c)
Kesadaran adanya norma bahasa
(awareness
of the norm)
Mendorong
orang untuk menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun
Dapat
dilihat bahwa sikap bahasa juga bisa mempengaaruhi seseorang untuk menggunakan
suatu bahasa dan bukan bahasa yang lain dalam masyarakat yang bilingual atau
multilingual.
2.
PemilihanBahasa
Dimasyarakat
yang diglosia untuk domain yang tidak formal, seperti keluarga, biasanya lebih
tepat digunakan bahasa ragam rendah, sedangkan dlam somain yang formal, seperti
dalam pendidikan penggunaan ragam bahasa tinggi lebih tepat. Maka pemilihan
suatu bahasa atau ragam bahasa dalam pendekatan sosiologis ini tergantung pada
domainnya.
BAB
11 BAHASA DAN KEBUDAYAAN
1.
Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan
melingkupi semua aspek dan segi kehidupan manusia. Lalu kalau kita lihat
definisi golongan maka bisa dikatakan apa saja perbuatan manusia dengan segala
hasil dan akibatnya adalah termasuk dalam konsep kebudayaan.
2.
Hubungan Bahasadan Kebudayaan
Hubungan
bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa
berada dibawah lingkup kebudayaan. Namun bahasa juga bisa bersifat koordinatif
yakni hubungan sederajat yang kedudukannya sama tinggi dan saling melekat pada
manusia.
Kalau
kebudayaan adalah suatu sistem yang mengatur interaksi manusia didalam
masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu. Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku
sebagai kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan
kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan
sarana itu.
3.
Etika Berbahasa
Etika
bahasa erat kaitannya dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan
sitem bahsa yang berlaku dalam suatu masayarakat. Oleh karena itu etiak
berbahasa akan mengatur beberapa hal:
a)
Apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu kepada seseorang
partisipan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat
itu.
b)
Ragam bahsa apa yang wajar digunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya
tertentu.
c)
Kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela
pembicaraan orang lain.
d)
Kapan kita harus diam
e)
Bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita dalam berbicara
BAB
12 PERENCANAAN BAHASA
1.
Kebijaksanaan Bahasa
Merupakansaha
kenegaraan suatu bangsa untuk menentukan dan menetapkan dengan tepat fungsi dan
status bahasa atau bahsa-bahsa yang ada di Negara itu, agar komunikasi
kenegaraan dan kebangsaan dapat belangsung dengan baik. Selain memberi
keputusan mengenai status, kedudukan dan fungsi suatu bahasa kebijaksanaan
suatu bahasa harus pula memberi pengarahan terhadap pengolahan materi bahasa
itu yang biasa disebut korpus bahasa.
2.
Perencanaan Bahasa
Merupakan
usaha untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam satu Negara di
masa depan dengan lebih baik dan terarah. Dilakukan oleh perorangan atau
lembaga pemerintahan. Di Indonesia lembaga yang dimaksud adalah lembaga yang
bernama Pusat Bahasa yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan di bidang
penelitian dan pengembangan bahasa, bertanggung jawab langsung kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
BAB
13 PEMBAKUAN BAHASA
1.
Bahasa Baku
Bahasa
baku adalah salah satu variasi bahasa yang diangkat dan disepakati sebagai
ragam bahasa yang akan dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang baik dan benar
dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan maupun tulisan.
2.
Fungsi Bahasa Baku
Selain
fungsi penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahsa baku menurut
Gravin dan Mathiot (1956: 785-787) juga mempunyai fungsi yang lain yang
bersifat sosial politik yaitu:
a)
Fungsi pemersatu
b)
Fungsi pemisah
c)
Fungsi harga diri
d)
Fungsi kerangka acuan.
3.
PemilihanRagamBaku
Moeliono
(1975:2) mengatakan bahwa pada umumnya yang layak dianggap baku ialah ujaran
dan tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang paling luas pengaruhnya
dan paling besar kewibawaannya. Termasuk didalamnya para pejabatnya, para guru,
warga media masa, alim ulama dan cendikiawan.
4.
Bahasa lndonesia Baku
Pembakuan
bahasa Indonesia dalam bidang kosakata dan peristilahantelah lam dilakukan.
Kebakuan unsur leksial dapat dilihat dari:
a)
Ejaannya
b)
Lafalnya
c)
Bentuknya
d)
Sumber pengambilannya
Kebakuan
menurut bentuk misalnya,
tetapi
dan begitu adalah bentuk baku sedangkan tapi dan gitu adalah bentuk yang tidak
baku. Kebakuan kosakata menurut sumber pengambilannya adalah disebut tidak baku
kalau kosakata itu adalah kosakata bahasa daerah atau jelas-jelas bukan
kosakata bahasa baku. Umpamanya kata tidak dan uang adalah baku, sedangkan
nggak
dan duit adalah tidak baku.
BAB
14 PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BAHASA
1.
Variabel Pembelajaran Bahasa
Dalam
proses belajar mengajar bahasa akan kita temui beberapa variabel yaitu:
o
Murid
o
Guru bahan pelajaran
o
Tujuan pengajaran
o
Serta lingkungan keluarga dan masyarakat.
Disamping
variabel diatas ada beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan belajar
bahasa yaitu yang disebut asas-asas belajar. Diantaranya adalah asas yang
bersifat psikologis anak didik.
·
Motivasi
·
Pengalaman belajar sendiri
·
Keingintahuan
·
Analisis sintesis
·
Perbedaan individual
Sedangkan
asas yang bersifat materi linguistik adalalah sebagai berikut:
o
Mudah menuju susah
o
Sederhana menuju kompleks
o
Dekat menuju jauh
o
Pola menuju unsur
o
Penggunaan menuju pengetahuan
o
Masalah bukan kebiasaan
o
Kenyataan bukan buatan
2.
Tujuan Pengajaran Bahasa
Rumusan-rumusan
mengenai tujuan pendidikan bahasa dapat dipertimbangkan sebagai berikut:
a)
Pendidikan/pengajaran bahasa Indonesia selain untuk membentuk sikap pribadi
manusia pancasilais pada sekolah dasar (SD) adalah agar para siswa dapat
bernalar, berkomunikasi, dan menyerap/menyampaikan kebudayaan dalam bahasa
Indonesia; pada sekolah menengah (SM) adalah agar siswa dapat bernalar,
berinterksi, dan meyerap ilmu dalam bahsa Indonesia; dalam pendidikan tinggi
(PT) agar para mahasiswa dapat bernalar dan menyerap serta menyampaikan
kebudayaan dalam bahasa Indonesia.
b)
Pendidikan/pengajaran bahasa daerah (BD), didaerah yang memerlukan, pada SD dan
SM adalah agar siswa dapat melakukan interaksi dengan menggunakan bahasa
tersebut.
c)
Pendidikan/pengajaran bahasa asing (BA), khususnya bahasa inggris, secara
nasional pada tingkat SM adalah agar siswa dapat berinteraksi dengan
menggunakan bahasa itu; dan pada tingkat perguruan tinggi (PT) agar mahasiswa
dapat bernalar, berinteraksi, dan menerima atau menyerap kebudayaan dalam
bahasa itu dan juga menyampaikannya.
3.
Pengajaran Bahasa Kedua
Dalam
masyarakat bilingual tentu akan ada pengajaran bahasa kedua (dan mungkin juga
ketiga). Bahkkan kedua ini bisa bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan,
bahasa resmi kedaerahan, atau juga bahasa asing. Di Indonesia pada umumnya
bahasa Indonesia adalah bahasa kedua.
Pengajaran
bahasa kedua tentu menimbulkan masalah-masalah sosiolinguistik. Masalah ini
tidak terlalu berat jika kedua bahasa itu masih tergolong bahasa serumpun. Akan
terasa berat jika kedua bahasa tersebut tidak serumpun. Pengajaran bahasa kedua
di Indonesia secara formal dimulai ketika anak memasuki pendidikan dasar
(kira-kira 6 tahun) untuk bahasa nasional, dan ketika anak memasuki pendidikan
menengah (kira-kira 13 tahun) untuk bahasa asing.
4.
Pragmatik dan Pengajaran Bahasa
Kurikulum
1984 memasukkan pragmatik sebagai salah atu pokok bahasan yang harus diberikan
dalam pengajaran bahasa. Konsep umum yang bisa ditangkap dari sekian banyak
pertuan, mengatakan bahwa pragmatik adalah keterampilan menggunakan bahasa
menurut partisipan, topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, situasi dan tempat
berlangsungnya pembicaraan itu.
BAB
15 PROFIL SOSIOLINGUISTIK DI INDONESIA
1.
Bahasa Indonesia Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing
Sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia menjalankan tugas sebagaiberikut:
a)
Lambang kebanggaan nasional
b)
Lambang identitas nasional
c)
Sarana penyatuan bangsa
d)
Sarana perhubungan anatarbudaya dan daerah
Sebagai
bahasa kenegaraan bahasa Indonesia bertugas sebagai:
a)
Bahasa resmi kenegaraan
b)
Bahasa pengantar resmi dilembaga pendidikan
c)
Sarana perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
d)
Sarana pengembangan kebudayaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Bahasa-bahasa
lain yang merupakan bahsa penduduk asli seperti bahasa jawa, bahasa sunda,
bahasa bali, bahasa bugis, dan sebagainya. Sedangkan bahasa lain yang buak milik
penduduk asli seperti bahasa Arab, Bahasa China, bahasa Inggris, Bahasa Jerman
dan lain sebagainya.
2.
Bahasa Indonesia Berasal dari Pijin?
Dalam
studi sosiolinguistik ada satu hal yang menarik mengenar asal usul bahasa
Indonesia, yaitu adanya pendapat dari pakar asing yang memiliki reputasi nama
internasional bahwa bahasa Indonesia standar berasal dari sebuah pijin yang
disebut.Baz aar Malay atau Low Malay. pendapat ini mula-mula dilontarkan oleh
seorang sejarawan kenamaan G.M. Kahin dalan bukunya yang berjudul Nationalism
and Revoluriott in Indonesia (cornell university press 1952). Kemudian
dikemukakan pula oleh seorang sosiolinguis terkenal yang mempunyai keahlian di
bidang bahasa pijin dan kreol, yaitu R.A Hall dalam makalahnya berjudur,
pidgins and creoles as standard Language yang dimuat dalam Pride dan Holmes,
editor, (1976:142-153, cetakan pertama 1972). Pendapat Hall ini banyak diikuti
oleh pakar lain seperti Hopper (1972), dan di lndonesia oleh poedjosoedarmo
(1978) dan Alwasilah (1985).
Akhirnya,
mengenai pendapat Hall di atas bisa dikatakan kalau benar bahasa lndonesia
standar berasal dari pijin Melayu (bahasa Melayu Pasar), maka tentunya dalam
bahasa Indonesia sekarang yang diterima adalah bentuk kalimat seperti,
"Dia mau kasi itu kain sama dia punya bini"; dan bukannya bentuk
"Dia akan memberikan kain itu kepada isterinya".
3.
Pembakuan Bahasa Indonesia
Apa
yang dimaksud dengan bahasa baku dan bagaimana proses pembentukannya telah
dibicarakan pada Bab l3 yang lalu. Dalam subbab ini mmasih ingin dikemukakan
beberapa masalah yang berkenaan dengan pembakuan bahasa lndonesia.
Dalam
Bab l3 yang lalu telah disebutkan bahwa pembakuan bahasa menyangkut semua aspek
atau tataran bahasa, yaitu fonologi, ejaan, morfologi, sintaksis, kosakata, dan
peristilahan. Dalam bahasa Irrdonesia ada pembakuan yang sudah diselesaikan,
tetapi ada pula yang belum.
Pembakuan
dalam bidang lafal berum pemah dilakukan, padahal dari segi kebahasaan masalah
lafal ini sangat penting; dan dari segi sosial politik cukup rawan. Seringkali
lafal seseorang dari daerah tertentu menjadi bahan olok-olokan dari penutur
bahasa Indonesia dari daerah lainnya. Hingga kini dalam pertuturan bahasa
lndonesia kita dapat mendengar aneka warna ucapan dan kita dapat mengetahui
seseorang itu berasal dari berdasarkan lafalnya. Mengenai lafal yang
berbeda-beda ini ada ciri seorang anak Indonesia kelahiran Jakarta yang
mengikuti program pertukaran pelajar ke jepang. Selama di Jepang dia ditemani
oleh seorang (mahasiswi Jepang) yang pemah mengikuti prograrn yang sama dan
tinggal di Jember, Jawa Timur, Indonesia. Si mentor ini merasa heran karena
bahasa Indonesia (tepatrya lafalnya) yang dikuasai dan dipelajari slama di
Indonesia tidak sama dengan yang digunakan pelajar dariari Jakarta yang kini
dibimbingnya. Cerita si anak Jakarta itu, bahasa Indonesia si mentornya persis
seperti bahasa Indonesianya pelawak Kadir dan Bu Bariyah.
Pembakuan
dalam bidang gramatika, mencakup morfologi dan sintaksis, telah dilakukan,
yakni dengan terbitnya buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 1988, dan
yang pada tahun 1993 terah pula diterbitkan revisinya. Sayangnya masih banyak
sekali pakar dan guru bahasa Indonesia yang masih merasa kurang "pas"
dengan buku tersebut. Banyak masalah yang muncul dari buku tersebut untuk bisa
dipersoalkan. Sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat bukanlah sebuah buku tata
bahasa baku yang teoretis, melainkan sebuah buku tata bahasa baku yang praktis
yang mudah diikuti untuk dijadikan pedoman dalam berbahasa Indonesia yang baik
dan benar. oleh karena itu, barangkali, berdasarkan buku tata bahasa baku yang
ada itu, dapat dibuat sebuah buku tata bahasa yang lain, yang dengan mudah
dapat menjadi pedoman bagi masyarakat. Memang kita sadarijuga bahwa
kaidah-kardah tata bahasa itu tidak selamanya tetap; namun, adanya ketetapan
sangat diperlukan dalam pembinaan dan pembakuan bahasa.
Pembakuan
dalam bidang kosakata dan istilah sudah dan sedang berjalan. Pengembangan,
pemekaran, dan pembakuan kosakata memang ticlak bisa berhenti pada satu titik,
sebab seperti kita lihat dari Bab 9, perubahan kosakata dalam setiap bahasa
hampir dapat dikatakan bisa terjadi sepanjang waktu. Terbitnya Kamus Besar
Bahasa Indonesia (l988, edisi II 1993) merupakan satu tonggak yang sangat
penting dalam upaya pembakuan dan pemekaran kosakata bahasa Indonesia.
4.
Pengajaran Bahasa Indonesia
Dalam
pengajaran pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia mempunyai dua muka,
pertama sebagai bahasa pengantar di dalam pendidikan dan kedua sebagai mata
pelajaran yang harus dipelajari.
5.
Sikap dan Kemampuan Berbahasa
Secara
nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama bahasa daerah
adalah pada tingkat kedua dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Tetapi bagi
sebagian besar orang Indonesia dilihat dari segi emosional, keakraban, dan
perolehan, bahasa daerah menduduki tingkat pertama; bahasa Indonesia nrenduduki
tempat kedua, dan bahasa asing ada pada tingkat ketiga. Lalu, sikap terhadap
ketiga bahasa itu pun tidak ditentukan oleh urutan kedudukan ketiga bahasa itu
secara nasional melainkan menurut segi emosional, keakrab dan perolehan. Jadi,
bahasa daerah
mendapat
perhatian pertama, bahasa Indonesia yang kedua, dan bahasa asing yang ketiga.
Oleh karena itu, sebagai akibat dari sikap itu, bahasa darah (yang memang
dikuasai dun digunakan sejak kecil ) akan digunakan sebaik mungkin kalau perlu
tanpa kesalahan.
Sikap
terhadap bahasa Indonesia seperti kurangnya minat untuk mempelajarinya akan
memberi dampak yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di
kalagan banyak orang lndonesia baik dari lapisan bawah, menengah,dan atas
bahkan juga pada lapisan intetektual. Kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia
padd anggota masyarakat kelas bawah dan menengah bisa dimengerti sebab mereka
pada umumnya tidak pemah secara formal ntendapat pendidikan bahasa lndonesia
atau kalau pun dapat tentulah dalam porsi yang tidak cukup. Tetapi kurangnya
kemampuan berbahasa lndonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual
adalah sangat tidak biasa sebab mereka rata-rata mendapat pendidikan yang
cukup. Apalagi untuk kelompok intelektual. Karena itu, kalau dicari sebabnya
mengapa mereka kurang mampu berbahasa Indonesia, tentu adalah pada alasan sikap
yang meremehkan dan kurang menghargai serta tidak punya rasa bangga terhadap
bahasa lndonesia.
KOMENTAR
PENULIS LAPORAN
Menurut
saya buku ini memiliki materi yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari segi
isinya yang banyak sekali mengutip beberapa pendapat para ahli dan disertai
dengan kesimpulan dari beberapa teori yang disampaikan. Penulis buku ini juga
memberikan pandangan dan kesimpulannya setelah mengetengahkan beberapa pendapat
para ahli tersebut.
Penyampaian
materi dan bahasa yang digunakan juga sangat mudah dipahami. Penulis buku ini
menyampaikan materi yang ada dengan sistematis sehingga pembaca mudah memahami
materi yang disampaikan.
Jika
dibandingkan dengan buku lain dengan judul yang sama seperti buku
SOSIOLINGUISTIK karangan Prof. Dr. Sumarsono, M. Ed, buku karangan Abdul Chaer
dan Leonie Agstina ini lebih mudah dipahami. Materi yang disampaikan juga lebih
lengkap dan didukung oleh beberapa teori yang berhubungan.
Bukti:
Pada
sub bab 3.4 Bahasa Dan Tingkatan Sosial Masyarakat halaman 38 buku karangan
Abdul Chaer dan Leonie Agstina mengetengahkan teori William Labov (tentang
lapisan sosial bahasa Inggris di kota New York) dengan lengkap disertai dengan
tabel pendukung dan grafik penelitian William Labov tersebut. Tetapi hal ini
tidak dijumpai dalam buku SOSIOLINGUISTIK karangan Prof. Dr. Sumarsono, M. Ed.
Beliau hanya menjelaskan tentang teori Labov tanpa disertai dengan tabel hasil
pengamatan dan grafik pengamatan ahli tersebut.
Begitu
juga pada bab/sub bab yang lainnya, dalam buku karangan Abdul Chaer dan Leonie
Agstina lebih menjelaskan secara rinci tentang materi yang disampaikan, lengkap
dengan teori pendukung serta kesimpulan dan pandangan penulisnya.
PENUTUP
Dari
hasil penilaian saya, buku ini sudah memiliki standar yang sangat baik. Bukan
hanya Materinya yang disampaikan dan dijelaskan dengan rinci dan sistematis
tetapi buku ini juga disampaikan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami.
Buku
ini sangat cocok dipakai oleh kalangan siswa, mahasiswa dan umum untuk menambah
wawasan tentang bagaimana memahami hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor
sosial di dalam suatu masyarakat tutur.
0 komentar:
Post a Comment