Yogyakarta, blogspot.com |
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, atas berkah
serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam juga kami
sampaikan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasalam; semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Makalah dengan judul Makna Kajian Kebudayaan dan Agama
bagi Historiografi Indonesia ini kami dasarkan pada referensi historiografi Indonesia yang telah kami baca guna
memenuhi tugas mata kuliah Historiografi. Selain itu, kami berharap
makalah ini dapat memberikan wawasan baru terhadap pembacanya.
Walaupun demikian kami sadar bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan.
Akhir kata, kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
penulisan makalah ini.
Yogyakarta, 06 November 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
Manusia,
yang hidup di dalam alam serta merupakan bagiannya, sejak lahir sampai mati
berusaha mengungkapakan bentuk kehidupannya. Bersama dengan sesamanya yang
tergabung dalam kesatuan masyarakat yang lebih luas, dalam proses memberi dan
menerima, mereka membentuk cara hidup yang menjadi sifat masyarakat tersebut di
suatu kawasan bumi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu dalam sejarah
dunia. Cara hidup demikian inilah yang di sebut kebudayaan.
Dengan
berlalunya waktu, kebudayan-kebudayaan menarik diri ke zaman lampau, dan
semakin lama semakin menjauhkan diri dari pengetahuan manusia yang hidup pada
waktu ini; mula-mula diselubungi kekaburan kemudian kegelapan yang tidak dapat
lagi diselami ingatan. Ilmu sejarah berusaha mengembalikan
kebudayaan-kebudayaan tersebut dari kegelapan ke bawah sorot cahaya zaman
sekarang, sedapat mungkin dalam bentuk aslinya.
Peristiwa
lampau berada di dalam kebudayaan lampau. Sekalipun setiap peristiwa itu
mempunyai keunikan sendiri dan terjadi
hanya satu kali, tidak pernah terulang dalam bentuk yang sama sepenuhnya,
peristiwa itu dalam sebagian ditentukan oleh cara hidup tertentu yang menjadi
bagiannya dan yang menjadi sumber dari sebagian besar ciri-cirinya. Saat ini,
peristiwa lampau tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya, kecuali kalau kita
mengetahui totalitas di mana peristiwa itu menjadi bagiannya. Dengan demikian,
kebudayaan menjadi obyek ilmu sejarah karena perannya sebagai perwujudan
kehidupan manusia dalam zaman lampau maupun karena pengaruhnya terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman lampau.
Meski
demikian, setiap orang yang pernah mempelajari kebudayaan pasti mengakui bahwa
tidak mungkin melakukan penyelidikan semacam itu tanpa pengetahuan tentang
sejarah agama. Sejarah kebudayaan dan sejarah agama bukanlah dua bidang
penelitian yang terpisah secara tegas. Mustahil untuk mengetahui suatu
kebudayaan tanpa mengetahui kekuatan-kekuatan yang telah meresapi, menghidupi
serta membentuk kebudayaan tersebut. Itu hanya mungkin terjadi dalam kebudayaan
sekuler yang tidak memiliki ikatan hakiki dengan konsep atau keyakinan agama.[1]
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Makna Kajian Kebudayaan bagi
Historiografi Indonesia?
2.
Apa Makna Kajian Agama bagi
Historiografi Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.3 TUJUAN
1.
Untuk Mengetahui Makna Kajian Kebudayaan
bagi Historiografi Indonesia.
2.
Untuk Mengetahui Makna Kajian Agama bagi
Historiografi Indonesia.
1.4 MANFAAT
1.4 MANFAAT
1.
Dapat Mengetahui Makna Kajian Kebudayaan
bagi Historiografi Indonesia.
2.
Dapat Mengetahui Makna Kajian Agama bagi
Historiografi Indonesia.
1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Kajian Kebudayaan bagi Historiografi Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Kajian Kebudayaan bagi Historiografi Indonesia
Kata
“kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhayah,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan:
“hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.[2]
Pendapat
lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata
majemuk budi-daya, yang berarti “daya” dan “budi”. Karena itu mereka membedakan
antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
karsa, dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan dan rasa
tersebut.[3]
Sejarah
dan kebudayaan mempunyai obyek yang sama yaitu manusia, maka penelitian sejarah
dengan pendekatan kebudayaan merupakan langkah yang tepat. Sejarah dan
kebudayaan bagaikan dua sisi mata uang. Sejarah tergantung kepada kebudayaan.
Sebaliknya, kebudayaan memerlukan sejarah ketika menjelaskan perkembangan
kebudayaan.
Kajian
kebudayaan memakai pendekatan sinkronis, sedangkan sejarah memakai pendekatan
diakronis. Dalam perkembangannya, sejarah tidak hanya disebut ilmu yang
diakronis, tetapi juga sinkronis. Sejarah selain memanjang dalam waktu, juga
melebar dalam ruang. Di sinilah, titik temu antara sejarah dan kebudayaan.
Semua mentifact, socifact, dan artifact
adalah produk historis, yang secara vertical tersambungkan dengan mentifact sebagai penggagas. Socifact dan artifact adalah turunan dari mentifact.
Selanjutnya, mentifact, socifact, dan artifact dapat menjadi obyek dalam penulisan sejarah dengan
menggunakan pendekatan kebudayaan atau antropologis.[4]
2.2 Makna Kajian Agama bagi Historiografi Indonesia
2.2 Makna Kajian Agama bagi Historiografi Indonesia
Kata agama berasal dari bahasa
sansekerta yaitu berasal dari kata a (tidak) dan gama (kacau),
yang bila digabungkan menjadi sesuatu
yang tidak kacau. Dan agama ini bertujuan untuk memelihara atau mengatur
hubungan seseorang atau sekelompok orang terhadap realitas tertinggi yaitu
Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
agama berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan.[5]
Di
Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, sejatinya esensi
Islam dan kebudayaannya merupakan hal yang niscaya dalam studi historiografi,
baik masa klasik maupun modern. Oleh karena itu, dalam uraiannya akan jelas
memperlihatkan historis yang agamis. Penulisan yang dilakukan H. Abdul Malik
Karim Amrullah misalnya, Sejarah Ummat Islam IV, selain karena pengambilan
sumbernya dari buku-buku sejarah yang ditulis oleh penulis muslim, sejarah
melayu yang ditulis oleh Tun Sri Lanang, Hikayat Raja-raja Pasai oleh Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri, buku tersebut dikritik olehnya karena memiliki banyak
kekurangan. Buku sejarah Melayu dan hikayat raja-raja Pasai dikarang pada abad
ke-17, semasa Aceh dalam masa kemegahannya dan Johor sudah jatuh, situasi itu
memengaruhi penulisan buku tersebut.[6]
Sejarawan
Eropa, George Mc. T. Kahin (1952) menulis tentang dinamika Muhammadiyyah
(organisasi muslim pembaharu) dalam partai Masyumi, di dalamya menjelaskan
tentang ideology Muhammadiyyah dan dinamika pergerakannya. Pada perkembangan
selanjutnya muncul gagasan Sejarah Nasional yang diidentikkan oleh Sartono
kartodirjo sebagai kumpulan sejarah-sejarah lokal yang secara integral dibahas
dalam Seminar Sejarah Nasional pertama (1957) secara implisit menggambarkan
penulisan baru Sejarah Nasional Indonesia. Artinya, sejarah Islam Indonesia-pun
ikut terkupas di dalamnya.[7]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kajian
kebudayaan dan agam bagi historiografi Indonesia tidak merusak, melainkan
saling mendukung dan memengaruhi. Jadi kebudayaan dan agam sebenarnya tidak
pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tetapi
berkembang terus-menerus mengikuti zaman. Demikian pula agama, selalu bisa
berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia. Agama memengaruhi sistem kepercayaan serta
praktik-praktik kehidupan. Sebaliknya kebudayaan-pun dapat memengaruhi agama,
khususnya dalam hal ritual-ritual yang dipraktikkan. Kemudian hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan kebudayaan dan agama khususnya di Indonesia, maka
cara menjelaskannya dengan melakukan historiografi. Oleh karena itu, kajian
kebudayaan dan agama memengaruhi Historiografi Indonesia.
3.2 Saran
3.2 Saran
Kami
berharap semoga makalah ini dapat menjadi media informasi
penting untuk mengetahui makna
kajian kebudayaan dan agama bagi Historiografi Indonesia. Namun, kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan.
Untuk itu kami
menerima saran dan kritik dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Fatiyah. 2017; Mengupas Periodisasi Sejarah Islam dalam
Historiografi Nasional. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2015;
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Soedjatmoko, dkk. 1995;
Historiografi Indonesia Sebuah Pengantar.
Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Suharso. 2005; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Widya Karya.
Priyadi, Sugeng. 2015; Historiografi Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Tri Prasetya, Joko.,
dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Baca Juga: Penulisan Sejarah Oleh Abdurrachman Surjomihardjo
[1] Soedjatmoko, dkk., Historiografi Indonesia Sebuah Pengantar.
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 289
[2] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2015), hlm. 146
[3] Joko Tri Prasetya, dkk., Ilmu Budaya Dasar. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013), hlm. 28
[4] Sugeng Priyadi, Historiografi Indonesia. (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2015), hlm. 135
[6] Fatiyah, Mengupas Periodisasi Sejarah Islam dalam Historiografi Nasional.
(Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2017), hlm. 46
[7] Ibid.
0 komentar:
Post a Comment