Kalingga dan Tarumanegara, histori.id |
Mengingat
sedikitnya bahasan mengenai kerajaang ho-ling,wangsa sailendra dan sanjaya.Kami
mencoba untuk mengulas materi ini dengan sumber-sumber yang kami peroleh dari
beberapa yang jumlahnya sangat terbatas baik kualitas maupun kuantitas.
Dengan hasil makalah yang kami tulis,kami berharap
para pembaca dapat memproleh banyak informasi tentang “Kerajaan Ho-ling, atau Kalingga.“mengingat
sedikitnya infomasi mengenai masalah tersebut sangat terbatas.
1.
Kapan awal berdirinya kerajaan
Kalingga dan Tarumanegara ?
2.
Dimana letak kerajaan Kalingga dan
Tarumanegara?
3.
Siapa raja-raja kerajaan Kalingga
dan Tarumanegara?
4.
Latar belakang berdirinya Kerajaan Kalingga
dan Tarumanegara?
5.
Berakhirnya masa Kerajaan Kalingga
dan Tarumanegara?
1.
Mengetahui kapan berdirinya Kerajaan
Kalingga dan Tarumanegara.
2.
Mengetahui letak Kerajaan Kalingga
dan Tarumanegara.
3.
Mengetahui siapa raja-raja di
kerajaan tersebut.
4.
Mengetahui asal mula atau latar
belakang Kerajaan Tersebut.
5.
Mengetahui bagaimana keadaan akhir
kerajaan Kalingga dan Tarumanegara.
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja
Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil
meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara. Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan
kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama
Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum,
yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet
kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar
Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas
ekspor dan merupakan devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M.
Setelah raja mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani
kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi.
Nama dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti,
sayangnya tidak satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan
Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan
usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari hubungan cina
dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah – naskah hubungan
kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan
tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M,
665 M, 666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar
abad ke V dan ke VI.
B. Sumber Sejarah Kerajaan
Tarumanegara
1.
Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea,
terletak di pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di
atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas
aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India
dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris
dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini
mengingatkan adanya hubungan dengan prasasti raja Mahendawarman I dari keluarga
Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
Vikrantasyavanipateh srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya visnor iva padadvayam
‘’Ini
(bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’
2.
Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira
30 km sebelah barat Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah : -sriman-data
krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya
- vikhyatavarmmo – tasyedam - padavimbadvayam arinagaroysadane nitya daksambhaktanamyandripanam
- bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur
terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya- yang termashur
sri Purnnavarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju
zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini
adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota
musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi
musuh-musuhnya’’
3.
Prasasti Kebonkopi (kampung Muara
Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/
vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak
kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma (yang) agung dalam….dan(?)
kejayaan’’
4.
Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan
Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara
melingkar. Yang khas dari prasasti ini adalah:
· Di dalamnya
disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai Candrabhaga
dan Gomati.
· Merupakan
satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan namun
tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang
bertepatan dengan bulan Februari- April.
· Menyebutkan
dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor sapi yang
dihadiahkan
· Menyebutkan
dua nama lain dari Purnawarman
Candrabhaga merupakan nama sungai
India yang diberikan kepada sebuah sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal
dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi = Bhagasasi =
Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan), yang diduga pusat Kerajaan
Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura
rajadhirajena guruna inabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam
yayau pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa narendradhvajabhutena
srimata purnnavarmmana caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih ayata
satrasahasrena dhanusam sasaterna ca dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim brahmanair ggo-sahasrena prayati
krtadaksina
‘’Dulu (kali
yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempuyai
lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut
setelah kali ini sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun
keduapuluh-duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan
karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji segala raja, maka
sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jenih,
Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman
yang mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada
hari yang baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada tanggal
13 paro-terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja, sedang galian itu panjangnya
6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan oleh para brahmana disertai 1000 ekor
sapi yang dihadiahkan ‘’
5.
Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi,
Bogor)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.
Pada prasasti ini juga terdapat gambar tapak kaki
6.
Prasasti Muara Cianten (muara
Cianten, Bogor)
Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang
tulisannya belum dapat di artikan sebab tulisannya dalam huruf ikal sehingga
tidak banyak yang di ketahui tentang isinya
7.
Prasasti Cidanghiang atau
Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai
Cidanghiang, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun
1947 dan berisi dua baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum
anustubh. Bunyi prasasti ini: vikranto
yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah) narendraddvajabhutena srimatah
purnnavarmmanah
“Inilah
tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja
dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
8.
Arca Rajasi
Diperkirakan
ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat
Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
9.
Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari
abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Arca
ini memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam
dan Semenanjung Melayu.
10.
Arca Wisnu cibuaya II( di desa
Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan
arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
-
Jenis batu yang digunakan
-
Bentuk arca dan laksananya
-
Bentuk badan
- Makuta
C. Sumber lain
1. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar
di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam
catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak
di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam bukunya Fa Kuo
Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian bertani, berdagang dan
pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli
sejarah menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
2. Dinasti
Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di
perkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari
negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
3. Dinasti Tang
Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan
tahun 669 M datang utusan dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina
untuk Tarumanegara.
4. Dinasti
Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau
Jawa, yang terletak di Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat
Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang letaknya
diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang disebut Ho-ling
menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan gading gajah. Sedangkan
penduduknya membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah mereka beratap daun
kelapa.
D. Letak Dan Wilayah Kekuasaan
Dari sumber – sumber di atas dapat
di simpulkan bahwa Tarumanegara terletak di jawa Barat. Pusatnya belum dapat di
pastikan, namun para ahli menduga kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira –
kira anatar sungai Citarum dan sungai Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan
kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan
Cirebon.
E. Raja-raja Tarumanagara
Menurut Naskah Wangsakerta(Naskah
Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun
oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia
Wangsakerta".)
Raja-raja
Tarumanegara
No
Raja
Masa pemerintahan
1
Jayasingawarman
358-382
2
Dharmayawarman
382-395
3
Purnawarman
395-434
4
Wisnuwarman
434-455
5
Indrawarman
455-515
6
Candrawarman
515-535
7
Suryawarman
535-561
8
Kertawarman
561-628
9
Sudhawarman
628-639
10
Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman
640-666
12 Linggawarman
666-669
F. Kehidupan Masyarakat
Segi yang sangat penting di dalam
kehidupan suatu masyarakat , adalah matapencaharian masayarakat pada saat itu .
Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang ada sampai saat ini, dapatlah di duga
bagaimana kira-kira marta pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara.
Kalau dugaan tentang barang-barang
dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima, maka kita
memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan dan
perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara di samping pertanian,
peleyaran, dan perternakan.
Bukti pada masa itu ada perburuan
adalah, adanya berita tentang perdagangan cula badak dan gading gajah,
sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar. Dari situ lah disimpulkan untuk
mendapatkan itu, mereka harus berburu .Sedang perikanan, pada masa itu terjadi
jual beli kulit penyu. Untuk pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan mas
dan perak. Jelaslah trelah disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan
adanya perniagaan pada saat itu. Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan
saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua tahun pemerintahan raja
purnawarman. Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah
pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat
hubunganya dengan pertanian. Sedangkan pertenekan belum tau adanya bukti.
Mengenai pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena letak
tarumanegara yang cukup streategis dijalan nusantara , membuat adanya
keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan
buktinya namun, pada saat itu mereka telah mempunyai kepandaian membuat minuman
arak yang terbuat dari mayang , nira dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok
pada saat itu adalah beras .selain beras mereka makan buah –buahan serta
daging.
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain , yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain , yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat
tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah
kaum tani, pemburu , pedagang pelaut ,nelayan , dan peternak .walaupun demikian
,tidak dapat dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu dilakukan . ditinjau dari
segi budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya
hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui
adanya aksara pallawa dan bahasa sansekerta pada masa itu .Namun berita
dari cina menyebutkan adanya suatu bahasa dengan nama kwun lun. yang
digunakan baik dijawa maupun di Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia
yang tercampur dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa
pada awal abad ke 5 di trauma Negara terdapat tiga macam agama , yaitu agama
budha ,Hindu dan agama yang kotor. dan dari ketiga agama tersebut agama
hindulah yang paling banyak karena diperkuat dengan berbagai macam prasati yang
ditemukan . Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak
.apa yang kita ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali
terbatas kepada berita Fa shien yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit
sekali orang beragama budaha termasuk dia .agama kotor adalah agama yang sudah
lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia .
G.
Keruntuhan
Kerajaan Tarumanegara
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara
runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah.
Dalam prasasti kedukan bukit yang ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka
tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan
penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan
dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah
sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra
(Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat
ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan
Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang,
maka kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan
mudah memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara.
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok)
adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad
ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di
suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber
sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat
mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada
pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
Keterangan
geografi tentang letak ho-ling ditunjukkan dengan beberapa keterangan :
1.
Sejarah lama Dinasti Tang
2.
Sejarah baru Dinasti Tang
3.
Karya I-tsing a Record and Memoire
1) Yun-Ki
Yun-Ki,
pendeta kelahiran chiao-chih (TongKin) tinggal 10 tahun di ho-ling, dilaut
selatan. Ia menjadi murid jnanabhadra, belajar K’un-lun dan bahasa Sansekerta.
Ketika I-tsing menulis bukunya memoire, Yun-k’i tinggal di shih-li-fo-shih.
2) Ch’ang-Min
Ch’ang-Min,
menumpang perahu yang panjangnya 200 kaki dan dapat mengangkut penumpang
sebanyak 600 sampai 700 orang, menuju Ho-ling. Dari sana dia berlayar ke Melayu
dalam perjalanan ke India. Tetapi perahunya karam tidak jauh dari tempat
pangkalnya bertolak, karena terlalu berat muatannya. Ch’ang-Min meninggal.
3) Ming-Yuen
Ming-yuen,
berangkat dari chiao-chih (Tongkin); perahunya dihantam ombak sampai di
Ho-ling.
4) Tan-Yuen
Tan-yuen,
berangkat ke chiao-chih melalui daratan. Ketika musim angin baik tiba, ia
menumpang perahu ke arah selatan dengan harapan akan sampai di India. Dia
meninggal sesampainya di P’u-pen di sebelah utara Ho-ling.
5) Fa-Lang
Fa-lang,
berlayar dari pan-jong;pada akhir bulan dia sampai di fo-shih
(Sriwijaya);sesudah beberapa lama tinggal disana, dia berangkat ke Ho-ling.
Disana dia meninggal.
6) Tao-Lin
Tao-lin,
melakukan perjalanan jauh berlayar menuju laut selatan. Dia sampai di
lhan-chia, Ho-ling dan Lo-jeng-kuo. Di tiap negeri yang disinggahi, dia
diterima oleh raja dan diperlakukan dengan baik. Sesudah beberapa tahun ia
sampai di tan-mo-lo-ti (Tamralipti). Disana dia tinggal 3 tahun untuk belajar
bahasa sansekerta.
7) Pendeta Hui-Ning
Pendeta
Hui-Ning, berangkat ke Ho-ling pada tahun 665. di sana dia bekerja sama dengan
pendeta setempat joh-na-po-to-lo (Jnanabhadra) untuk menterjemahkan bagian
terakhir nirwana sutra tentang pembakaran jenazah budha dan pengumpulan
peninggalan-penginggalannya. Setelah selesai, Hui-ning mengutus Yun-k’i membawa
pulang ke negeri Cina hasil kerjanya. Sekembalinya Yun-k’i ke Ho-ling lagi,
Hui-ning sudah tidak ada lagi disitu. Yun-k’i lalu berlayar ke Sriwijaya.
8) Chia-Tan
(Menteri)
Chia-tan,
ialah seorang menteri yang diberi tugas untuk menulis tentang pelayaran dari
Kanton ke teluk Persia dengan menggunakan bahan keterangan dari para pedagang
asing. Dalam karangannya itu ia mengatakan bahwa Ho-ling terletak di sebelah
timur Fo-shih (Sriwijaya) sejauh lima hari pelayaran. Ho-ling terletak di pulau
paling besar di laut selatan. Jadi Ho-ling terletak di pantai utara jawa
pemecahan semcam ini sesuai dengan lokalisasi Lang-pi-ya di desa Krapyak di
gunung Lasem,L.C Damais mengidentifikasikan Ho-ling dengan Walaing.Dari
prasasti-prasasti kita ketahui bahwa kerajaan wangsa sailendra itu di sebut
mataram,dan ibu kotanya di sebut Medang,Sampai ke Zaman pemerintahan Empu
Sindok.Letak ibu kota medang memang berpindah-pindah,tapi tidak pernah ada di
medang i Walaing.tepatnya di desa Kuwu didaerah Purwodadi atau Grobokan dan
hingga kini masih di jumpai yang dalam bahasa daerah disebut bledug,dan orang
di situ orang membuat garam dari bledug itu.
Adapun keadaan kerajaan di keling dalam jaman itu yang dikabarkan
oleh orang Tiong Hoa ialah bahwa kota
dikelilingi dengan pagar kayu ; rajanya beristana dirumah yang bertingkat, yang
ditutup dengan atap;tempat duduk sang raja adalah Peterana gading.
Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal ilmu perbintangan yang
sangat tampak bagi orang tiong hoa adalah orang kaling (jawa) makan tidak makan
dengan sendok atau cukit melainkan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibuat
adalah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (Toak). Dikatakan pula, bahwa
tahun 640 atau 648 Masehi kerajaan jawa mengirimkan utusan ke negeri tiong hoa
begitu pula dalam tahun 666. sesudah utusan jawa ke negeri tiongkok yang kedua
kalinya itu dikatakan bahwa tanah jawa diperintah oleh raja perempuan yakni
dalam tahun 674-675 Masehi. Adapun raja perempuan itu Si-Mo, dan memegang
pemerintahan negerinya dengan keras.
1.
Matapencaharian
Kerajaan Ho-ling mempunyai hasil bumiberupa kulit penyu,
emas dan perak, cula badak dan gading. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan
air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam dengan
memanfaatkan sumber air garam yang disebut sebagai bledug tersebut.
2.
Keagamaan
Salah satu
sumber yang berbicara tentang keagamaan Kerajaan Ho-ling adalah sumber Cina
yang berasal dari catatan perjalanan I-tsing, seorang pendeta agama Budha dari
Cina dan kronik Dinasti Sung. Dikatakan bahwa pada 664-667 M, pendeta Budha
Cina bernama Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki datang ke Ho-ling.
Di sana
kedua pendeta tersebut bersama-sama dengan Joh-na po-t’o-lo menerjemahkan Kitab
Budha bagian Nirwana. Terjemahan inilah yang dibawa pulang ke Cina. Menurut
I-tsing, Kitab suci Budha yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan
kitab Suci Budha Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang memerintah setelah
Dinasti T’ang, terbukti bahwa terjemahan yang diterjemahkan Hwu-Ning dengan
Yun-ki bersama dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana bagian akhir yang menceritakan
tentang pembakaran jenazah sang Budha, dengan sisa tulang yang tidak habis
terbakar dikumpulkan untuk dijadikan relik suci.
Dengan
demikian jelas bahwa Ho-ling tidak menganut agama Budha aliran Mahayana, tetapi
menganut agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga
menyebutkan bahwa yang memimpin dan mentahbiskan Yun-ki menjadi pendeta Budha
adalah Njnanabhadra.
3.
Hubungan Dengan Negeri Luar
Pada masa
Chen-kuang (627-649 M) raja Ho-ling bersama dengan raja To-ho-lo To-p’o-teng,
menyerahkan upeti ke Cina. Kaisar Cina mengirimkan balasan yang dengan dibubuhi
cap kerajaan dan raja To-ho-lo meminta kuda-kuda yang terbaik dan dikabulkan
oleh kaisar Cina. Kemudian Kerajaan Ho-ling mengirimkan utusan (upeti lagi)
pada 666 M, 767 M dan 768 M. Utusan yang datang pada 813 M (atau 815 M) datang
dengan mempersembahkan empat budak sheng-chih (jenggi), burung kakatua, dan
burung p’in-chiat (?) dan benda-benda lainnya. Kaisar amat berkenan hatinya
sehingga memberikan gelar kehormatan kepada utusan tersebut. Utusan itu mohon
supaya gelar tersebut diberikan saja kepada adiknya. Kaisar amat terkesan
dengan sikap itu dan memberikan gelar kehormatan kepada keduanya. Sampai dengan
tahun 813 M, Ho-ling masih mengirim utusan ke negeri Cina dengan membawa
“hadiah” berupa empat orang budak Sen-ki, burung kakatua, dan sejumlah jenis
burung lainnya.
Disebabkan oleh karena serangan dari Kerajaan Islam
Demak. Hal ini bisa dikatakan tidak benar sama sekali. Bukti-bukti sejarah yang
ada (yang berupa prasasti-prasasti batu) menjelaskan kepada kita bahwa
sebenarnya Majapahit belum runtuh dan masih berdiri untuk jangka waktu yang
cukup lama. Prasasti-prasasti batu yang berasal dari tahun 1486 M, masih
menyebutkan adanya kekuasaan kerajaan Majapahit dengan rajanya yang berkuasa
waktu itu bernama Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawarddhana ; bahkan ia
disebut pula sebagai seorang Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala
Kadiri Prabhunatha.
Prasasti peninggalan kerajaan Ho-ling adalah Prasasti
Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah bogan, purwodadi di lereng
Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf pallawa dan berbahasa
sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai
yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan sungai gangga di India.
Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula, kendi, kapak, kelasangka,
cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan
dewa-dewa hindu. Sementara di
Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batangm Jawa tengah, ditemukan
Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan
berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat agama Siwais. Isi
prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya
bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.
Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama
Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja
keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa Kerajaan mataram Hindu.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahwa kerajaan Ho-ling atau Walaing terdapat di desa
Kuwu didaerah Purwodadi atau Grobokan dan hingga kini masih di jumpai yang
dalam bahasa daerah disebut bledug,dan orang di situ orang membuat garam dari
bledug itu.
Situasi kerajaan ho-ling pada saat itu masyarakatnya
telah mengenal tulisan makan hanya menggunakan jari sertara rajanya tinggal di
sebuah kerajaan yang bertingkat dan beratap.Raja duduk diatas singgasana yang
termuat dari gading.
Sanjaya dan keturunannya itu ialah raja-raja dari
wangsa sailendra,asli indonesia,Yang semula-mula agama siwa,tetapi sejak
Rakaypenangkaran berpindah agama menjadi penganut agama budha mahayana
Dari apa yang telah kami sampikan tadi, dapat di
simpulkan pengaruh kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan
ajaran Hindu – Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan lain sebaginya
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan
aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan
hasil jiplakan kebudayaan India
Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi
India. Namun dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan
kepribadian sendiri
B.
Saran
Dari keberadaanya kerajaan
Tarumanegara di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku
dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi
dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati
diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia II- Jaman Kuno (1 M- 1500 M). Jakarta: Balai Pustaka
Widiarto, Tri dan Esther
Arianti.2007. Masa Pengaruh Hindu Budha di Indonesia. Salatiga: Widya Sari
Press
Y, Yongky. 2003. Menyingkap Misteri
Ratu Laut Selatan- Banyu Bening Gelang Kencana. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
0 komentar:
Post a Comment