Sejarah Hidup Nabi Muhammad, islamidia.com |
Sejarah Nabi Muhammad SAW
Pendahuluan
Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang terakhir. Beliau berdarah Arab yang
dipilih oleh Allah untuk menerima anugerah yang agung. Bangsa Arab yang pada
saat itu mayoritas menganut agama nenek
moyang mereka dengan menyembah berhala. Maka Allah mengutus Nabi Muhammad
sebagai penunjuk jalan kebenaran yakni agama Islam. Dengan segala upayanya
mulai dari membawa kebenaran kepada keluarga, karib kerabat, sahabat lalu
orang-orang Quraisy yang sangat melawan agama yang dibawa Muhammad. Mulai dari
berdakwah secara sembunyi-sembunyi sampai terang-teranganan dan dimusuhi kaum
Quraisy sehingga hijrah ke Madinah.
Pembahasan
Abdul
muttalib (kakek Rosul) yang sudah berusia 70 tahun ketika Abraha mencoba
menyerang Mekah dan menghancurkan Rumah Purba. Sedang Abdullah (ayah Rosul)
yang sudah berusia cukup menikah (24 tahun) maka dipilhlah Aminah binti wahb
bin Abd Manaf. Saat Abdullah dan Aminah menikah Abdul Muttalib juga menikah
dengan Hala, anak dari pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah hamzah yang
seusia dengan Nabi. Tak lama dari pernikahan, Abdullah meninggalkan Aminah yang
sedang hamil. Ia melakukan perjalanan ke
Syam selama beberapa bulan, ia juga ke Gaza dan kembali lagi. Kemudian singgah
ke tempat saudara ibunya di Medinah, di sana Abdullah sakit sehingga
kawan-kawannya pulang lebih dulu dan merekalah yang menyampaikan berita itu
kepada Abdul Muttalib setelah mereka sampai Mekkah. Maka Abdul Muttalib
mengutus Harith (anak sulungnya) untuk membawa kembali Abdullah. Namun,
sesampainya di Medinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah
dikuburkan, sebulan sesudah kafilahnya kembali ke Mekkah.
Aminah yang sudah hamil dan
kemudian ia pun melahirkan. Selesai persalinan dikirimnya berita itu kepada
Abdul Muttalib di Ka’bah, bahwa anaknya laki-laki. Diangkatnya bayi itu dan
diberi nama Muhammad. Kemudian mereka menantikan seorang yang akan menyusuinya
dari Bani Sa’ad, sebagaimana sudah menjadi adat kaum bangsawan Arab di Mekkah.
Pada masa menunggu ini Aminah menyerahkan anaknya pada Thuwaiba, budak
perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti
Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Sehingga mereka adalah saudara susuan.
Hingga akhirnya datang
perempuan-perempuan dari keluarga Sa’ad yang akan menyusukan itu ke Makkah.
Mereka mencari bayi yang akan mereka susukan. Namun, karena Muhammad anak yatim
maka tidak ada yang mau karena para perempuan itu mengharapkan sesuatu jasa
dari sang ayah. Akan tetapi, Halimah bint Abi Dhua’ib mau menyusui Muhammad
karena tidak menemukan bayi yang bisa dia susui. Sejak membawa Muhammad ia
merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunya bertambah.
Selama 2 tahun Muhammad tinggal di Sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh
oleh Syaima’, putrinya. Muhammad tumbuh dengan cepat dan karena faktor
lingkungan ia memiliki bentuk tubuh indah. Pada usia ini Muhammad dibawa
kembali pada ibunya untuk disapih. Lalu kembali membawanya ke pedalaman karena
adanya serangan wabah di Makkah. Maka ketika usianya menginjak 3 tahun banyak
kisah diceritakan soal Muhammad dibawa oleh dua malaikat dan dibelah dadanya.
Ia tingal bersama keluarga Sa’ad hingga menginjak usia 5 tahun. Lalu
dikembalikan pada ibunya, Aminah.
Selanjutnya
Abdul Muttalib mengasuh cucunya itu dengan penuh kasih sayang. Kemudian Aminah
membawa Muhammad ke Madinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara dari
pihak keluarga Najjar. Ummu Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan Abdullah
dulu juga ikut. Di sana ditunjukkan pada Muhammad tempat ayahnya dulu meninggal
juga tempat ia dikuburkan. Cukup sebulan mereka tinggal maka Aminah bersiap akan
pulang. Namun, di tengah perjalanan ketika sampai di daerah Abwa’, Aminah
menderita sakit yang kemudian dikuburkan di tempat itu juga.
Betapa sedih Muhammad ketika ia
baru saja mendengar perihal kematian ayahnya. Kini ia dihadapkan pada kenyataan
bahwa ibunya juga telah meninggal. Diusia semuda itu ia harus menanggung beban
hidup yang berat. Kepedihan itu bertambah ketika sang kakek tercinta turut
menyusul lepergian kedua orang tuanya. Saat usianya baru 8 tahun, sementara
kakeknya sudah 70 tahun.
Dibawah asuhan Abu Thalib,
pamannya, Muhammad mendapat perhatian dan pemeliharaan yang baik sekali. Namun,
tetap tidak bisa menghilangkan kedukaan dalam dirinya. Muhammad sejak bersama
Abu Thalib turut serta dalam rombongan kafilah. Untuk pertama kalinya ia pergi ke
Syam. Meskipun masih berusia 12 namun dengan kecerdasan dan keahliannya ia mampu.
Abu
Thalib yang saat itu sedang kekurangan mengharapkan agar kemenakannya- Muhammad
–bisa memberikan tambahan rezeki yang diperoleh dari menggembala kambing.
Sampai ia mendengar kabar bahwa Khadijah bint Khuwailid mengupah orang-orang
untuk menjalankan pedagangannya. Tatkala Abu Thalib mendengar kabar Khadijah sedang menyiapkan
perdagangannya dengan kafilah ke Syam, maka ia memanggil Muhammad yang berusia
25 tahun untuk ikut berdagang. Muhammad pergi bersama Maisara, budak Khadijah.
Dengan kejujuran dan sifatnya yang luhur Muhammad mampu menjual dagangannya
dengan mendapat keuntungan lebih dari yang orang sebelumnya dapatkan. Dengan
keberhasilan Muhammad ini maka betapa gembira dan tertarik Khadijah pada
Muhammad, hingga ia berubah menjadi rasa cinta. Maka diusianya yang sudah 40
tahun ia tertarik mengawini Muhammad yang tutur kata dan pandangan matanya
telah mencuri hatinya. Maka dimulailah lembaran baru kehidupan Muhammad sebagai
suami Khadijah. Selama bersama Khadijah Rasul melakukan monogami selama 25
tahun, yakni tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal pada usia 63 tahun.
Sedangkan istri Rasul keseluruhan ada 15 tapi yang mendapat julukan Ummahatul
Mu’minin hanya 11 istri.
Kebiasaan
Muhammad yang suka merenung dan berfikir masih terus berlanjut, maka di tempat
inilah ia bisa mendalami pikiran renungan yang berkecamuk dalam dirinya, Gua
Hira’. Bertahun-tahun ia sering ke Gua Hira hingga lupa makan, lupa segala yang
ada dalam hidup. Hingga saat bulan Ramadhan ia pergi ke Gua Hira’, kembali
merenung. Hingga ia mendapat mimpi yang hakiki dari Tuhan. Maka tatkala dalam
keadaan tertidur dalam gua itu, datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya
berkata kepdanya: “Bacalah!” Peristiwa ini menjadi tanda kenabian Muhammad SAW.
dengan turunnya wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5.
Maka selanjutnya Rasulullah
bingung bagaimana mengajak kaum Quraisy untuk beriman sementara mereka sangat
kuat dalam mempertahankan kebatilan. Mereka bersedia mati untuk itu, dan mereka
juga masih sekeluarga dan sanak famili yang dekat. Rasulullah menunggu wahyu
untuk membimbingnya menghadapi masalah ini. Namun, wahyu tidak juga turun
hingga Muhammad berputus asa bahkan sempat berfikir akan membuang diri ke Gua
Hira’ atau dari gunung Abu Qubais. Sementara ia dalam kekhawatiran turunlah firman
Allah surat Adh-Dhuha ayat 1-11. Sehingga damai hati Muhammad.
Dakwah Rasul pun dimuali dari
anggota keluarga terdekat, istri, putri-putrinya, juga Ali yang sudah ia asuh
sejak kecil. Kemudian Zaid bin Haritsah, bekas budak Rasul. Lalu Abu Bakr yang
langsung menerima ajakan Muhammad untuk beriman karena sudah mengetahui
kejujuran Muhammad. Namun, dari kalangan Quraisy sangat menentang ajaran yang
dibawa oleh Muhammad hingga ia berdakwah secara sembunyi-sembunyi karena
perlawanan kaum Quraisy yang bengis. Sampai 3 tahun, turunlah wahyu agar ia
melakukan dakwah secara terang-terangan.
Melihat
Muhammad dan para pengikutnya kian hari kian kuat, semakin geram kaum Quraisy.
Dan berniat membunuh Muhammad. Malam hari, Muhammad dan Abu Bakr pergi hijrah
(Yastrib) mereka mengambil jalan lain dari biasa karena tahu akan dikuti oleh
kaum Quraisy. Sementara di rumahnya sudah dikepung pemuda-pemuda Quraisy, Ali
dengan berani menggantikan Muhammad untuk tidur di tempat tidurnya dan
menggunakan mantel milik Muhammad. Pemuda-pemuda itu merasa puas menemukan ada
orang yang sedang tidur dan berfikir kalau itu Muhammad yang tidak akan bisa
lari. Tanpa sepengetahuan mereka
Muhammad sudah pergi ke rumah Abu Bakr. Dan mereka bersembunyi di Gua Thur. Namun,
Allah selalu melindungi mereka hingga orang-orang Quraisy tidak berfikir ada
orang di dalam Gua tersebut. Walau begitu orang Quraisy belum menyerah untuk
mencari Muhammad. Tentu keselamatan Muhammad dan Abu Bakr atas pertolongan
Allah SWT.
Di Yastrib (Madinah sekarang)
inilah masjid pertama dibangun oleh Rosulullah di tanah Sahl dan Suhail bin
Amr. Sementara Rosul tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid Al Anshori sebelum
beliau membangun rumahnya sendiri. Maka di kota inilah Rosul berusaha membangun
suatu kehidupan yang damai dan tenteram, jauh dari segala persmusuhan dan
pertentangan yang ada pada masa lampau. Di Yastrib inilah Islam menemukan
kekuatannya.
Penutup
Sejak masih dalam kandungan
Muhammad yang sudah menjadi Yatim akhirnya harus menerima kepedihan lagi ketika
ibunya juga meninggalkannya ketika berusia 6 tahun. Sementara kakek tercinta
pergi pada usia 70 tahun ketika Muhammad berusia 8 tahun. Dan ia pun diasuh
oleh pamannya Abu Thalib dengan penuh kasih sayang.
Saat Muhammad menjadi suami
Khadijah. Ia mendapat wahyu untuk pertama kalinya ketika bertapa di Gua Hira’
saat berusia 40 tahun. Maka inilah saatnya Muhammad mulai menjadi utusan Allah,
Rasul terakhir.
Perjuangannya sebagai Rasul
berlanjut sampai ia hijrah ke Madinah dan membnagun Islam di sana. Dengan
menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar maka Madinah menjad kot ayang damai dan
tenteram.
Daftar Pustaka
Haekal, Husein. “Sejarah Hidup
Muhammad.” Edisi 5. Jakarta: Pustaka Jaya, 1980. Web. 09 Mei 2018.
Husein, Taha. Cahaya Rasul:
Catatan Terlupakan dari Kehidupan Nabi Muhammad. Yogyakarta: Navila, 2006.
Print
Khoiron. “Sejarah Nabi
Muhammad (1): Yatim Piatu Sejak Usia Enam Tahun.” www.nu.or.id. NU Online, 2018. Web. 09 Mei 2018.
Khoiron. “Sejarah Nabi Muhammad
(2): Wahyu Pertama Yang Menggetarkan.” www.nu.or.id.
NU Online, 2018. Web 09 Mei 2018.
0 komentar:
Post a Comment