Benturan Antar Peradaban, wikipedia |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya terbentuk dari banyak unsure
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana benturan peradaban saat ini dan masa yang akan datang?
2. Apa pengaruh budaya barat terhadap Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan peradaban saat ini dan masa yang akan datang.
2. Mengetahui pengaruh budaya barat terhadap Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Judul | : Benturan Antar Peradaban |
Asli | : The Clash of Civilizations and The Remarking of World Order |
Author | : Samuel P. Huntington |
Penerjemah | : M. Sadat Ismail |
Penerbit | : Qalam |
Tebal | : 639 |
Cetakan | : V, September 2002 |
Samuel P. Huntington adalah Guru Besar sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Politik di
Universitas Harvard dan Ketua Harvard Academy untuk Kajian Internasional dan Regional di
Weather head Center for International Affairs. Beliau meneliti pelbagai perubahan yang
menonjol menyangkut persoalan identitas nasional Amerika dan implikasi-implikasi terhadap
peran Amerika di dunia internasional.
Buku berjudul Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia ini
merupakan karya monumentalnya yang telah dialihbahasakan ke dalam puluhan bahasa. Sebuah
Tesis benturan antar peradaban ala Huntington ini banyak mengundang kontroversi dari dunia
internasional. Mengapa kontroversial ? Salah satu Pendasaran jawaban atas pertanyaan tersebut
bisa ditemukan dalam buku ini ; yakni “ bahwa masa depan politik dunia di masa datang tidak
lagi berupa ideologi atau ekonomi, melainkan budaya”.
Lebih luas, Huntington mendasarkan pemikirannya pada enam alasan mengapa politik
dunia ke depan akan sangat dipengaruhi oleh benturan antar peradaban yakni : Pertama,
perbedaan di antara peradaban, selain nyata juga sangat mendasar. Masyarakat dengan
pandangan hidup yang berbeda dipastikan memiliki perbedaan pandangan tentang relasi baik
antara Tuhan dan manusia, individu dan kelompok, kota dan bangsa, individu dan kelompok,
orang tua dan anak, maupu suami dan isteri. Hal ini terjadi karena perbedaan pandangan
mengenai pentingnya kerabat dalam hal hak dan kewajiban, kebebasan dan otoritas, persamaan
dan heirarki. Kedua, dunia semakin mengecil, dan interaksi di antara masyarakat dan peradaban
yang berbeda terus meningkat. Ketiga, proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial di
seluruh dunia telah mengakibatkan tercerabutnya masyarakat dari akar-akar identitas lokal.
Semakin berkembangnya kesadaran peradaban (civilization consciousness) akibat peran ganda
dunia barat. Keempat, karakteristik dan perbedaan kultural yang terjadi diantara peradaban Barat
dan non-Barat semakin mengeras. Kelima, sulitnya kompromi dan upaya-upaya perbaikan
hubungan di antara peradaban dalam kerangka kultural. Keenam, regionalisme ekonomi yang
semakin meningkat.
Ada peradaban besar yang dituliskan Huntington dalam buku ini yang akan berimplikasi
pada semakin mnganganya “garis cacat” perbedaan antar peradaban dan akan semakin
menyulitkan kompromi antar peradaban, yakni : barat, Konfosius, jepang, Islam Hindu, Slavik,
Ortodoks, Amerika Latin, dan Afrika. Huntington meramalkan bahwa potensi konflik yang
paling besar akan terjadi antara Barat dan koalisi Islam-Konfusius. Dia juga meyakini bahwa
benturan antar peradaban masa depan akan terjadi karena tiga hal pokok : hegemoni-arogansi
barat, intoleransi Islam, dan fanatisme konfusionis.
Tema serta buku ini berkaitan dengan identitas-identitas budaya dan kebudayaan, atau
pada skala yang paling luas, identitas peradaban yang mampu membentuk pola kohesi1,
sekaligus disintegrasi dan konflik pasca Perang Dingin. Lima bagian dari buku ini
mengolaborasikan berbagai kesimpulan berkaitan dengan persoalan penting yaitu,
1. Bagian I : Pasca Perang Dingin, dari waktu ke waktu, politik global semakin bersifat
multipolar dan multifungsional : modernisasi dibedakan dari westernisasi2 dan lahirlah
sebuah peradaban universal. Sepanjang sejarah umat manusia, hubungan antar peradaban
tidak tampak dengan jelas.
2. Bagian II :Pergeseran kekuatan di antar berbagai peradaban ; menurunnya pengaruh
Barat. Peradaban Asia memperluas kekuatan ekonomi, militer dan politik mereka ; dan
peradaban non-Barat, secara umum menegaskan kembali nilai-nilai budaya mereka
sendiri.
3. Bagian III : Lahirnya sebuah dunia yang didasarkan pada tatanan yang berlandaskan
peradaban ; masyarakat-masyarakat yang memiliki afinitas-afinitas kultural saling
bekerja sama satu dengan lainnya. Namun tidak berhasil, karena mereka sling bertumpu
pada peradaban mereka sendiri-sendiri.
4. Bagian IV : Pretensi-pretensi3 universalis Barat semakin emngantarkan pada konflik
dengan peradaban-peradaban lain, dan yang paling serius dengan Islam dan Cina; pada
tingkat lokal, erjadi konflik antar kaum muslim dengan non muslim yang menggerakkan
negara2 serumpun ke arah pertikaian yang semakin meluas.
5. Bagian V : Kelangsungan hidup (Peradaban) Barat tergantung pada penegasan kembali
Amerika atas identitas ke-Barat-an mereka. Peradaban mereka bukan peradaban
universal dan persatuan mereka dihadapkan pada tantangan yang datang dari masyarakat
non Barat. Terhindarnya perang global anar peradaban tergantung pada kebijakan dan
kerjasama para pemimpin dunia dalam mempertahankan karakter multivisasional dari
politik global.
1 Hubungan yang erat/perpaduan yang kokoh
2Pemujaan terhadap barat yang berlebihan
3 Keinginan yang kurang berdasar
Selama masa Perang Dingin politik global bersifat bipolar dan dunia terbagi ke dalam
tiga bagian. Kelompok pertama merupakan negara-negara yang paling makmur dan demokratis
yang dipelopori oleh Amerika Serikat, menyatakan perang baik secara ideologis, politis,
ekonomi, maupun militer terhadap negara-negara komunis yang miskin di bawah “komando”
Unisoviet. Sebagian besar konflik yang terjadi di Dunia Ketiga, diluar wilayah ini, terjadi
diantara negara-negara yang umumnya miskin, kurang memiliki stabilitas politik, dan belum
lama mengenyam kemerdekaan, serta menyatakan diri sebagai negara-negara nonblok.
Pada akhir 1980-an, dunia komunis berada di ambang kehancuran, dan perang dingin
menjadi catatan sejarah. Setelah berakhirnya Perang Dingin, yang menjadi persoalan terpenting
bukanlah persoalan-persoalan ideologis, politis ataupun ekonomi, tetapi persoalan budaya.
Masyarakat dan negara berusaha menemukan jawaban atas persoalan manusia yang paling
mendasar: Siapakah kita? Mereka menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut melalui caracara tradisional, sebagaimana dilakukan oleh umat manusia pada umumnya, dengan mengacu
pada sesuatu yang dipandang paling bermakna bagi mereka. Orang-orang saling mengidentikkan
diri melalui asal-usul (keturunan), agama, bahasa, sejarah, nilai-nilai, adat kebiasaan, dan
institusi-institusi. Mereka mengidentifikasikandiri dengan berbagai kelompok budaya: suku-suku
bangsa, kelompok-kelompok etnis, komunitas-komunitas keagamaan, kebangsaan dan pada
wilayah yang paling luas, peradaban-peradaban. Orang-orang menggunakan politik tidak hanya
demi kepentingan mereka semata, tetapi juga untuk menyatakan identitas mereka. Kita hanya
akan tahu siapa kita ketika kita mengetahui siapa “yang bukan kita” dan itu hanya dapat
diketahui melalui “dengan siapa kita sedang berhadapan.”
Selama beberapa tahun yang akan datang, Barat akan tetap sebagai peradaban yang
paling berpengaruh. Namun, manakala dihadapkan pada eksistensi peradaban-peradaban lain,
maka ia dapat saja mengalami kemunduran. Karena ketika Barat berusaha mempertahankan
nilai-nilai dan berupaya melindungi kepentingan-kepentingannya, masyarakat non-Barat telah
mempunyai pilihannya sendiri. Sebagian masyarakat non-Barat berusaha menandingi Barat dan
berjuang mengejar ketertinggalan mereka dari Barat. Masyarakat konfusian dan Islam berusaha
meningkatkan kekuatan ekonomi dan militer mereka untuk mempertahankan diri dan
“mengimbangi” (kekuatan) Barat. Poros utama dunia politik pasca Perang Dingin adalah
hubungan antara kekuatan dan kebudayaan Barat dengan kekuatan dan kebudayaan peradabanperadaban non-Barat
Dengan demikian dunia pasca Perang Dingin dengan tujuh atau delapan peradaban besar.
Persamaan atau perbedaan kultural membentuk berbagai kepentingan, antagonisme serta asosiasi
antar negara. Negara-negara besar terdiri dari berbagai negara dengan peradaban mereka masingmasing. Konflik-konflik lokal rupa-rupanya menjadi sebab timbulnya pertikaian dalam skala
yang lebih luas antara berbagai kelompok dan negara yang memiliki peradaban yang berbedabeda. Pola-pola perkembangan politik dan ekonomi saling berbeda antara satu eradaban dengan
peradaban lainnya. Salah satu persoalan utama yang masuk dalam agenda internasional adalah
adanya perbedaan antar-peradaban. Kekuatan peradaban tampaknya mengalami pergeseran dari
Barat menuju peradaban-peradaban non-Barat. Politik global pun menjadi bersifat multipolar dan
multisivilisasional.
Pada tahun 1950-an, Lester Peason telah mengingatkan bahwa manusia akan memasuki
“suatu abad ketika berbagai peradaban yang berbeda mulai belajar hidup berdampingan secara
damai, saling memahami antara satu dengan yang lain, mempelajari sejarah, cita-cita, seni, dan
kebudayaan serta saling memperkaya kehidupan masing-masing. Sebagai dampak dari kondisi
dunia yang semakin menyempit ini terjadi kesalahpahaman, berbagai ketegangan, benturan dan
bencana.” Masa depan perdamaian (dunia) dan peradaban bergantung pada adanya sikap saling
pengertian dan kerjasama di antara tokoh-tokoh politik, spiritual dan intelektual dari peradabanperadaban besar dunia.
Dalam kaitan dengan benturan peradaban yang terjadi, Eropa dan Amerika dihadapkan
pada dua kemungkinan: saling bekerja sama atau saling terpisahkan. Dalam benturan yang lebih
besar, “benturan nyata” secara global antara peradaban dan barbarisme. Peradaban-peradaban
besar dunia, dengan kekayaan dalam hal agama, seni, kesustraan, filsafat, ilmu pengetahuan,
teknologi, moralitas, dan (ajaran) kasih, juga dapat menjadi penyebab terjadinya persatuan atau
perpecahan. Dalam era baru, berbagai benturan antar-peradaban merupakan ancaman terbesar
terhadap perdamaian dunia, dan sebuah tatanan internasional yang didasarkan pada (landasan)
peradaban merupakan „pengaman utama‟ yang dapat mencegah terjadinya perang dunia.
B. PENGARUH BUDAYA BARAT TERHADAP INDONESIA
Adat istiadat Barat sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Ciri-ciri adat Barat yang
mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia:
1. Adat Istiadat
a. Tata cara bergaul antaranggota masyarakat Indonesia adalah feodalisme, tapi budaya
Barat justru bersifat bebas dan demokratis. Pergaulan wanita & pria, orang tua & muda,
terbuka dan bertanggung jawab.
b. Model berpakaian masyarakat Indonesia hanyalah kain yang dililitkan di tubuh.
Masyarak belum mengenal pakaian pantas. Jika model berpakaian ala Barat, adakalanya
berpakaina tebal dan kadang tipis. Pakaian Barat lelaki berupa setelan jas yang berdasi
dan bersepatu, sedangkan untuk perempuan pakaian rok dan blus serta bersepatu.
c. Gaya perkawinan bangsa Eropa terkesan glamor, sementara masyarakat Indonesia
sederhana dan masih ada perjodohan.
d. Negeri penjajah berbentuk kerajaan dan mendukung pemberian gelar kebangsawanan.
e. Budaya Barat yang ditularkan ialah rasionalisme, yaitu kebenaran sesungguhnya dan
berasal dari akal menusia. Dengan begitu, masyarakat Indonesia menjauhi kepercayaan
takhayul.
f. Budaya barat ialah sangat disiplin dan menghargai waktu, sehingga masyarakat Indonesia
bisa bekerja lebih baik.
g. Bangsa Indonesia, umumnya memiliki sifat saling kerjasama, namun budaya Barat
menularkan sifat Individualisme, yaitu mementingkan pribadi sendiri.
2. Pendidikan
Sebelumnya, masyarakat Indonesia belum mengenal pendidikan berijazah. Namun,
Bangsa Barat mendirikan sekolah-sekolah dan menerapkan pendidikan dualisme. Dengan begitu,
banyak kaum terpelajar dari Indonesia dan memelopori pergerakan nasional. Adanya pembagian
jenjang pendidikan (dasar,menengah, dan pendidikan tinggi).
3. Kesenian
Peninggalan kesenian dari bangsa Barat, meliputi seni bangun, music, sastra, tari dan
rupa. Indonesia belum mengenal music keroncong, namaun setelah kedatangan Portugis,
masyarakat Indonesia sering memainkan music keroncong. Seni Sastra mulai berdiri Komisi
Bacaan Rakyat. Seni tari cara Barat yaitu tari berpasangan pria-wanita. Seni Rupa berupa patung
di gereja-gereja. Seni film pertama kali diputar berjudul Loetoeng Kasaroeng.
4. Hukum
Tata hukum di Indonesia sekarang banyak merupakan warisan produk hukum Belanda.
Sumber hukum Belanda tersebut antara lain Peraturan Umum Perundang-undangan, Lembaran
Negara Hindia Belanda, dan Kitab Undang-Undang Hukum perdata.
5. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintah Indonesia sebelumnya ialah, kerajaan di setiap daerahnya, namun
seusai kedatangan bangsa Asing menjadi sedikit ada perubahan. Contohnya, system
pemerintahan yang diwariskan bersumber pada ajaran Trias Politika yang membagi kekuasaan
Negara menjadi tiga, yaitu : legislative (pembuat undang-undang),eksekutif (pelaksana undangundang), dan yudikatif (pengawas). Tata pemerintahan Trias Politika di Hindia-Belanda :
a. Pembentukan Volksraad (dewan perwakilan rakyat).
b. Penyusunan struktur pemerintahan sentralisasi, mulai dari pemerintahan pusat hingga
kecamatan.
c. Pemberian nama jabatan penting.
d. Mendirikan pengadilan tinggi dan pengadilan negeri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan benturan perdaban antar peradaban, terjadi antara barat dan non-barat,
menurut Samuel P. Huntington meyakini bahwa benturan antar peradaban masa depan akan
terjadi karena tiga hal pokok : hegemoni-arogansi barat, intoleransi Islam, dan fanatisme
konfusionis. Dalam kaitan dengan benturan peradaban yang terjadi, Eropa dan Amerika
dihadapkan pada dua kemungkinan: saling bekerja sama atau saling terpisahkan. Dalam benturan
yang lebih besar, “benturan nyata” secara global antara peradaban dan barbarisme. Peradabanperadaban besar dunia, dengan kekayaan dalam hal agama, seni, kesustraan, filsafat, ilmu
pengetahuan, teknologi, moralitas, dan (ajaran) kasih, juga dapat menjadi penyebab terjadinya
persatuan atau perpecahan. Dalam era baru, berbagai benturan antar-peradaban merupakan
ancaman terbesar terhadap perdamaian dunia, dan sebuah tatanan internasional yang didasarkan
pada (landasan) peradaban merupakan „pengaman utama‟ yang dapat mencegah terjadinya
perang dunia.
Di Indonesia sendiri terjadi pengaruh kebudayaan barat sangat terlihat nyata sekali seperti
dalam adat istiadat, pendidikan, kesenian, hukum, dan system pemerintahan.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah yang berjudul “BENTURAN ANTAR
PERADABAN” ini diharapkan mampu menambah dan mencukupi kebutuhan pengetahuan
mengenai perjanjian Hudaibiyah. Selain itu penyusunan makalah tidak lepas dari apa yang
dinamakan kesalah baik secara langsung atau tidak langsung, maka dari itu kepada pembaca
menemukan ada kekeliruan dalam teks, nama, alur cerita dll saya sebagai penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
0 komentar:
Post a Comment