Ilustrasi Rumah Sakit Zaman Dulu, republika.co.id |
Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah
kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu nikmat kepada kami, begitupun shalawat beserta salam tiada yang berhak menjadi
hilir kecuali baginda Rasulullah SAW, semoga
rahmat dan hidayah dapat tercurahkan kepada kita semua. Tanpa nikmat, hidayah, inayah
serta iradah-Nya, mustahil kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Beberapa kalimat yang kami
sumbangkan dari daya pikir yang lemah ini, terkumpullah kini menjadi satu
makalah.
Dalam aspek manapun, makalah ini belum memenuhi
kebenaran yang sempurna, bahkan nanti pembaca mungkin dengan mudah akan
menemukan kesalahan. Itu semua murni karena ketidaktahuan serta keteledoran
kami. Namun, dari segala kekurangan sudah kami saring menjadi seminimal
mungkin, kamipun menaruh harapan yang begitu agung dalam penyusunan makalah
ini.
Setidaknya, dalam penyusunan
makalah ini kami tidak mendasarkan pada pemikiran kami sendiri, ada banyak
rujukan buka yang kami gunakan, sehingga kami berharap akan banyak manfaat yang
dapat pembaca ambil dari makalah ini.
Pada akhirnya, makalah yang kami
susun ini, kami persembahkan kepada khususnya Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim M.
A., M. A. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Islam Periode Klasik
II yang memberi kami kesempatan untuk
menyusun makalah ini, dan yang terakhir kepada teman-teman mahasiswa yang
seperjuangan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan agama. Semoga Allah
memberkati makalah kami. Aamiin.
Sleman,
11 Maret 2016
Irfan Hamid
BAB. I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Membahas
Sejarah Islam, lebih-lebih Sejarah Islam Klasik, sangat erat kaitannya dengan
dinasti-dinasti yang berdiri dibawah bendera Islam dan Nasab (Garis Keturunan).
Dimulai dari Bani Umayyah, Abbasiyah, Seljuk, dan Dinasti-dinasti kecil yang
tersebar dari barat di Spanyol sampai Timur di India. Masing-masing dinasti
mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri, pasang surut kejayaan yang berbeda
pula, dengan corak masing-masing khalifah yang bertahta.
Dalam
perjalanan sejarah, Bani Umayah dan Abasiyah banyak terjadi perseteruan. Dalam
hal ini adalah diskriminasi petinggi umayah terhadap abasiyah. Dan sudah pasti
timbullah dendam dari abasiyah, dendam ini dibuktikan dengan pemberontakan
bertubi-tubi dari bani Abbasiyah terhadap pemerintahan Islam kala itu. Puncak
dari dendam ini adalah penyerangan Bani Abasiyah terhadap pemerintahan Umayah,
semua petinggi pemerintahan dan darah biru umayah di bantai, semua fasilitas
negara di bumi hanguskan oleh Abasiyah. Di saat bersamaan Umayah timur di
damaskus hancur, umayah barat di Andalusia pun tidak jauh berbeda, namun ada
seorang pangeran muda umayah yang melarikan diri, pangeran umayah ini bernama
Abdurrohman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik. Ia menjadi buronan
Abbasiyah selama kurang lebih 5 tahun, dan melewati hidup dalam penyamaran.
Kala
itu terjadi konflik yang sengit antara Mudhariyah dan Yamaniah. Kekuasaan
berada di tangan Yusuf al-Fihri. Orang yaman bersatu dibawah pimpinan
Abdurrohman yang kemudian berangkat menemui Yusuf di Cordova. Maka, terjadilah
pertempuran kedua belah pihak selama setahun. Akhirnya Abdurrohman berhasil
mengalahkan Al-Fihri pada tahun756M. Tempat terjadinya pertempuran dimana
Abdurrohman menang atas yusuf ini disebut dengan Masharah.[1]
Andalusia
menjadi provinsi dibawah Dinasti Abbasiyah sampai akhirnya melalui permintaan
petinggi suku Himyar meminta Abdurrohman bin Muawiyah (Ad-Dakhil) cucu khalifah
ke sepuluh dinasti umayyah (Hisyam bin Abdul Malik) untuk merebut kekuasaan
dari suku Mudhar yang dipimpin Yusuf Al-Fihri. Dan itulah momentum berdirinya
lagi bendera Umayyah (II) di spanyol, sekaligus menjadikan umayyah memasuki
periode independen.[2] Mendengar
berita ini pemerintah pusat di Baghdad mengirimkan utusan al-‘ala bin Mughis
untuk membawa Ad-Dakhil hidup-hidup atau membawa kepalanya. Namun justru
al-‘ala yang tewas ditangan ad-Dhakil dengan 7000 tentaranya, lalu kepala
al-‘ala dikirim ke Baghdad melalui seorang pedagang.
Dalam
makalah ini saya sebagai penyusun akan membahas tentang seluk-beluk
kepemimpinan 2 orang amir yang ada di Andalusia. 2 Amir ini adalah anak dan
cucu sang pendiri Umayyah II, mereka adalah Hisyam bin Abdurrohman Ad-Dakhil
dan puteranya Hakam bin Hisyam.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi singkat Hisyam
bin Adurrohman Ad-Dakhil?
2.
Bagaimana kondisi pemerintahan
Hisyam bin Abdurrohman Ad-Dakhil?
3.
Bagaimana biografi singkat Hakam
bin Hisyam?
4.
Bagaimana kondisi pemerintahan
Hakam bin Hisyam?
C. Tujuan
1.
Mengetahui biografi singkat
Hisyam bin Adurrohman Ad-Dakhil
2.
Mengetahui kondisi pemerintahan
Hisyam bin Abdurrohman Ad-Dakhil
3.
Mengetahui biografi singkat Hakam
bin Hisyam
4.
Mengetahui kondisi pemerintahan
Hakam bin Hisyam
BAB. II
Pembahasan
A.Biografi Singkat Hisyam Bin Adurrohman Ad-Dakhil
Hisyam
bin Abdurrohman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam
bin ‘Ash (Hisyam I) adalah nama lengkap amir ke dua di masa independen
Andalusia (Umayah II) menggantikan ayahnya Abdurrohman bin Muawiyah atau lebih dikenal
sebagai al-Dakhil. Hisyam I adalah seorang yang baik, rajin belajar, dan
tertarik pada pekerjaan yang bermanfaat. Dia merupakan teladan dalam
kebajikannya.[3]
Hisyam
adalah seorang yang taqwa, dengan tulus menghormati imam malik, pendiri salah
satu mazhab Sunni. Ia adalah seorang penguasa yang mulai menerapkan mazhab
Maliki di Andalusia. Hisyam juga seorang penguasa yang adil, lemah lembut, dan
dermawan.[4]
Ia juga dikenal memiliki empati pada rakyat miskin dan cacat. Dengan pakaian
sederhana ia berbaur dengan rakyat di Cordova, memdengarkan serta ingin
memahami apa yang mereka keluhkan dan penderitaan yang mereka rasakan.
Hisyam
selalin dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut dan santun, ia juga dikenal
dengan ketegasannya. Semua pemberontaknya di bereskan sampai tuntas dengan
tangan besinya, dan ia juga tidak membiarkan sedikitpun kejahatan luput dari
hukuman. Serta terkenal dengan pemerintahan yang bersih.[5]
B. Kondisi
Pemerintahan Hisyam Bin Abdurrohman Ad-Dakhil
Setelah
ad-Dakhil wafat, di antara 3 anaknya yang menjabat sebagai gubernur-gubernur di
Andalusia, ia lebih memilih puteranya Hisyam bin Abdurrohman ad-Dakhil yang
sebelumnya merupakan gubernur Merida mewarisi kedudukannya sebagai amir
Andalusia periode Umayyah II. Dalam pelantikan sebagai amir Andalusia dihadiri anak
pertama ad-Dakhil Sulaiman selaku Gubernur Toledo, anak bungsu ad-Dakhil Abdullah
selaku Gubernur Valencia --mereka berdua adalah saudara seayah Hisyam I, namun
beda ibu--[6]
dan beberapa gubernur daerah, perdana
menteri, hakim agung, panglima, dan para pembesar istana.
Hisyam
I mengirim para pelajar dan mahasiswa ke Madinah untuk belajar disana,
diantaranya Yahya bin Yahya dan Isa bin Dinar. Mulailah Andalusia menempatkan
diri sebagai tempat yang menyuplai budaya timur ke barat.[7]
Hisyam juga dikenal berjasa dalam menegakkan hukum islam.[8]
Seperti yang dikatakan pada point biografi diatas bahwa kebanyakan umat islam
Andalusia menganut mazhab imam Maliki, konon
mazhab ini dikenalkan pertama kali diandalusia oleh Ziyad bin
Abdurrohman bin Ziyad Al-Lahmi yang hidup pada masa Hisyam I, dan belajar ilmu
fiqih di Madinah bersamam imam Maliki bin Anas.[9]
Ia dikenal sebagai Umar bin Abdul Aziz untuk Andalusia, karena perhatiannya
yang serius terhadap agama.[10]
Periode
kekuasaan Hisyam I ditandai oleh sejumlah pemberontakan yang berhasil
dihancurkan, diantaranya:
1.
Pemberontakan Sulaiman dan
Abdullah
Amir
Sulaiman di Toledo tidak membenarkan dan tidak hendak melakukan bai’at atas adiknya
dan menyatakan dirinya lebih berhak atas kerajaan. Amir Abdullah di Valencia
ternyata juga mendukng apa yang di katakana oleh Sulaiman. Abdullah datang
beserta pasukkan nya dari Valencia ke Toledo untuk membantu Sulaiman.
Mendengar
kabar pemberontakan dari saudaranya itu, Hisyam I selaku Amir Andalusia segera
menyiapkan pasukan menuju Toledo lalu mengepung kota-benteng yang terkenal
kukuh itu. Amir Sulaiman sempat terpikir untuk mempergunakan kesempatan itu
untuk melarikan diri secara diam-diam ke Cordova dan mengambil bai’at dari
penduduk ibukota.
Sulaiman
menyerahkan pimpinan kota Toledo kepada puteranya dan Abdullah bin Abdurrohman
ad-Dakhil (saudaranya). Dengan diam-diam ia berhasil meloloskan diri dari
kepungan itu bersama pasukan kecil pengiringnya. Tetapi usahanya untuk memasuki
Cordova gagal karena penduduk ibukota yang setia terhadap Hisyam I. Dengan
tangan hampa ia pun kembali ke Toledo beserta pasukan pengiringnya.
Pengepungan
pasukan Hisyam I terhadap kota Toledo berlangsung sekitar kurang lebih 2 bulan
lamanya tanpa hasil dan memutuskan untuk kembali lagi ke Cordova. Kendati
demikian, maksudnya memamerkan kekuatan telah tercapai dan belum bermaksud
untuk melakukan penyerangan secara sungguh-sungguh.[11]
Abdullah
yang telah pulang kembali dengan pasukannya ke Valencia itu pada akhirnya
terfikir bahwa tidak ada gunanya melakukan permusuhan dengan saudara sendiri.
Para penasehat disekitarnya berhasil mempengaruhi Abdullah. Ia pub berangkat
menuju cordova tanpa pengawalan yang berarti dan tanpa menytampaikan makksudnya
terlebih dahulu tetapi segera disambut dengan segala kehormatan oleh Hisyam I.
Akhirnya diantara 2 bersaudara itu terkait kembali perdamaian.
Tetapi
Amir Sulaiman masih tetap berkeras hati melakukan perlawanan. Amir Hisyam I
pada tahun 790M mempersiapkan pasukan yang terdiri dari 20.000 orang
(Mahmudunnasir, 1988:288) di pimpin oleh puteranya Muawiyah, berangkat ke utara
menuju Boulk lalu pecahlah pertempuran disana. Kota Tadmir berhasil direbut dan
Sulaiman melarikan diri menuju Valencia untuk berunding dengan suku-suku
berber. Lambat laun ia merasakan bahawa ia tidak mampu menanndingi kekuatan
adiknya hingga berlangsunglah perundingan antara kedua belah pihak sekian
lamanya.
Sulaiman
akhirnya bersedia keluar bersama keluarganya dari Andalusi menjuju Afrika Barat
bersama suku Berber. E mir Hisyam I
menyerahkan 60.000 dinar emas sebagai bagian Emir Sulaiman atas hak warisan. Ia
pun menetap di wilayah maghribi yang dikenal saat ini sebagai kedaulatan Negara
Maroko. [12]
2.
Pemberontakan Matruh bin Sulaiman
Pemberontakan juga
datang dari Matruth bin Sulaiman pada tahun 788M di kota Saragossa dan Uesca
wilayah Aragon. Pemberontakan itu bermula dari kota pelabuhan Barcelona, lalu
disusul ke kota-kota lainnya di wilayah Aragon. Hisyam I belum sempat
menghadapi pemberontakan yang meluas dalam wilayah Aragon itu oleh karena
haruslah lebih dahulu menyelesaikan tantangan dari pihak saudaranya sendiri.
Tatkala sengketa perebutan kekuasaan antara 3 saudara itu selesai maka Hisyam I
mempersiapkan pasukan besar dibawah panglima Ubaidillah bin Usman yang segera
bergerak ke Utara lalu mengepung kota Saragossa yang kukuh itu.
Panji-panji berkibaran
pada perkemahan pasukan besar itu, menyksikan pasukan besar dengan peralatan
yang sedemikian dahsyatnya telah menyebabkan timbul kegentaran di dalam kota
banteng itu, baik dikalangan penduduk maupun para pembesarnya. Akhirnya
terbentuklah suatu komplotan di dalam kota banteng itu yang segera bertindak
menangkap dan membunuh Matruh bin Sulaiman, dan seorang utusan membawa
kepalanya kepada panglima Ubaidillah bin Usman. Dengan begitu, pulih kembali
keamanan diseluruh wilayah Aragon.[13]
3.
Pemberontakan kaum Yamaniah
Sementara
Hisyam bin Abdurrohman sibuk mengurusi ketentraman di wilayah kekuasaannya,
kaum Yamaniah dibawah pimpinan Said bin Husein melakukan pemberontakan di
tortosa pada tahun 788M.[14]
Pemberontakan ini berbentuk kudeta kekuasaan Said bin Husein atas kota
pelabuhan Tortosa. Ia berhasil memengaruhi penduduk disana untuk berpihak
padanya, dalam waktu singkat penduduk Yamani segera berpihak pada Said dan
terpaksa gubernur Tortosa pada saat itu menyingkir. Pada saat itulah pemuka
suku Mudhari, Musa bin Fartun (Fortunio), mengulurkan bantuannya kepada gubernur
kota Tortosa dan menyatakan berdiri pada pihak Hisyam bin Abdurrohman
ad-Dakhil.
Perang
pecah diantara kedua belah pihak, Said berhasil dikalahkan dan dibunuh oleh
Musa bin Fartun. Dengan begitu kekuasaan pusat dapatlah dipulihkan kenbali pada
kota pelabuhan itu, tanpa meminta bantuan dari Cordova.[15]
Untuk menghargai jasa-jasanya Musa bin Fartun diangkat menjadi gubernur
Saragossa.[16]
4.
Pemberontak Kristen
Setelah
memulihkan ketentraman diwilayah kekuasaannya, Hisyam I mengalihkan
perhatiannya ke arah utara. Penindasan oleh suku-suku Kristen diwilayah
perbatasan telah menjadi masalah yang sangat vital karena serangan-serangan
mereka tidak henti-hentinya dan membawa malapetaka. Mereka membakar, membantai,
dan merusak kemana saja mereka pergi. Pada waktu itu, sebagai mana sekarang,
hal itu merupakan perselisihan antara peradaban dan barbarisme. Hisyam I
menganggap perlu memberikan pelajaran kepada orang-orang franka yang
penguasa-penguasanya melaksanakan kebijakan yang paling licik terhadap spanyol
Sarasen, dan untuk beberapa waktu telah menimbulkan kekacauan di Andalusia.
Dengan tujuan ini, dia mengirimkan 2 pasukan, satu menuju catalonia, masuk ke
Perancis, menyerbu Cerdagne, merebut kembali Narbonne dan beberapa tempat
lainnya, dan mengakibatkan kekalahan yang hebat pada Count of Toulosse.[17]
Selain
permusuhan dan pemberontakan di atas, pemerintahan Hisyam I ditandai dengan
keamanan dan tertib hukum yang betul-betul terjamin sepenuhnya. Apalagi pada
masa pemerintahannya itu mulai berkembang di Andalusia itu suatu mazhab hukum,
yang didalam dunia islam seumumnya dikenal dengan mazhab Maliki, berasal dari
seorang sarjana hukum islam yaitu Imam Malik bin Anas yang tinggal dan wafat di
Madinah Almunawwaroh. Mazhab hukum itu dibawa dan dikembangkan di Andalusia
oleh para pengikutnya dan merupakan mazhab hukum yang pertama ada di dalam
sejarah islam.
Kebijakan
pemerintahan yang dilaksanakan menyebabkan Hisyam I disamakan oleh pihak islam
dan barat dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz yang kala itu menguasai Umayyah I
di Damaskus. Diantara kebijakan pembangunan Hisyam I sebagai berikut:
1. Menyelesaikan
pembangunan mesjid Agung Cordova yang sebelumnya belum terselesaikan dimasa
pemerintahan ayahnya.
2. Memperluas
pembangunan irigasi untuk maksud memperbaiki system pertanian dan pembangunan
saluran air untuk kota-kota.
3. Mempergiat
perkembangan ilmu dan pengetahuan serta penelitian
4. Menggalakkan
penggunaan bahasa Arab, sampai akhirnya mengalahkan penggunaan bahasa latin,
bahkan setelah itu dikalangan Kristen pun menggunakan bahasa arab kecuali saat
ibadah (kembali berbahasa Latin).[18]
C.
Biografi Singkat Hakam Bin Hisyam
Hakam memiliki nama
lengkap Hakam bin Hisyam bin Abdurrohman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul
Malik bin Marwan bin Hakam bin ‘Ash, namun ia lebih dikenal sebagai Hakam I. Ia
diangkat sebagai Amir Andalusia pada saat usianya masih 23 tahun. Ia
menggantikan ayahnya Hisyam bin Abdurrohman al-Dakhil.
Hakam I memerintah
Andalusia cukup lama, selama 27 tahun. Ia langsung mengaturkan sendiri segala
urusan pemerintahan. Dialah Amir yang pertama kalinya didalam sejarah islam
yang membentuk pasukan tetap. Selama ini hanya ada pasukan pengawal-pengawal
kecil. Pada saat-saat genting terbentuklah pasukan-pasukan sukarela yang
merupakan tenaga inti selama ini dalam kekuatan tempur. Kini tenaga inti
didalam kekuatan tempur itu digeser kepada kekuatan tetap[19]
yang sebagian besar terdiri atas orang negro dan para prajurit asing sewaan
yang tidak cakap berbahasa Arab.[20]
D. Kondisi
Pemerintahan Hakam Bin Hisyam
Secara
garis besar kekuasaan Hakam I ditandai
oleh banyak kekacauan namun tidak sedikit pula kemajuan. Kekacauan terburuk terjadi
pada tahun 805M, Ketika pada suatu hari sang amir melintasi jalanan, masa
melemparinya dengan batu, sementara para fuqoha’ tertawa, akhirnya 72 pentolan
yang terlibat konspirasi untuk menggulingkan Hakam I ditahan dan disalib.[21]
Dan masih banyak lagi pemberontakan lain diantaranya:
1.
Perebutan Kekuasaan
Sewaktu berita kematian
Amir Hisyam bin Abdurrohman, dan diangkatnya puteranya yaitu Hakam bin Hisyam sampai
kepada Amir Sulaiman dan Abdullah di Afrika barat (Maroko), maka keduanya ingin
merebut kekuasaan itu. Abdullah lebih dahulu menuju Valencia lalu disusul
Sulaiman yang juga di Valencia, hingga Valencia berhasil dibuat tunduk oleh
keduanya.
Namun dengan tegasnya
Amir Hakam I mengirimkan pasukannya hingga pecah peperangan. Sulaiman ditawan
dan akhirnya dijatuhi hukuman mati. Sedang Abdullah memohon damai dan
diperbolehkan bermukim di Valencia.[22]
2.
Pemberontakan Kristen
Pemberontakan ini
dilakukan oleh orang Kristen dibantu Yahudi. Hal ini sehubungan dengan
berkembangnya Kristen diwilayah utara, dan berpindahnya ibukota dari Oveido ke
Leon. Kota banteng berhasil dikuasai oleh king Alfonso II di sepanjang sungai
Douro, dan makin mendekati Toledo. Bahkan Gubernur Toledo Ubaidah bin Hamid
berhasil dibujuk oleh pembesar Toledo dari orang Kristen dan penguasa harta
para orang Yahudi.
Amir Hakam I tentu
tidak tinggal diam, ia mengirim pasukannya dibawah pimpinan panglima Amrus bin
Yusuf. Kota banteng Toledo yang dikenal paling tangguh pun berhasil dibobol dan
seketika masuklah pasukan Hakam I. Sekalipun berhasil mengembalikan suasana
aman kembali. Konon berlangsung pembunuhan masal yang melebihi batas, dan
berakibat buruk bagi masa selanjutnya.[23]
3.
Penyerangan Charlemagne
Penyerangan ini
didasari pleh kekhawatiran King Alfonso II yang tidak percaya bahwa Toledo
berhasil dikuasai Hakam I kembali. King Alfonso II meminta Charlemagne untuk
membantunya melawan Hakam I, memang pada dasarnya Charlemagne memiliki dendam
tentang kekalahan melawan Abdurrohman I (Al-Dakhil) pada 788M. ditambah lagi
dukungan dari Harun Ar-Rasyid di Baghdad yang diutus ke kota Achen.
Pada 801M dengan
pasukan berlipat ganda, mereka berangkat menyebrangi pegunungan Pyreneen timur
dan memasuki Catalonia. Mereka berhasil sampai Barcelona dengan menguasai
kota-benteng demi kota-benteng diperjalanan. Disaat yang sama pasukan utusan
Hakam I yang dipimpin Amrus bin Yusuf untuk mengalihkan mengalihkan haluan
untuk memperkuat pasukan yang ada di Timur.
Peperangan berlangsung
dalam beberapa tahun sampai adanya kemelut di wilayah utara Andalusia karena
serangan king of Denmark ke wilayah kerajaan Frank, membuat Charlemagne pulang
kembali dan menyerahkan pasukannya kepada Pepin (Anaknya). Pasukan itu tidak
bisa menyebrangi sungai Ebro karena di halau oleh pasukan islam dari selatan
dan terpaksa berbelok ke barat, perlawanan islam sangat kuat, namun akhirnya
pada 806M pepin berhasil menduduki wilayah Navarre (Aragon dan Catalonia).[24]
4.
Pemberontakan Toledo
Pertempuran panjang
pada 801-806M membuat king Alfonso II kembali memanfaatkan hal itu untuk bergerak
ke selatan untuk menguasai lagi kota-benteng yang ada disana, bahkan mendekati
Toledo. Masyarakat Islam, Kristen, dan Yahudi Toledo masih belum bisa melupakan
pembantaian besar besaran yang dilakukan Hakam I. Pada tahun 803M para pemuka
ketiga kelompok tersebut mengirim utusan kepada Alfonso II untuk masuk dan
menyerang Toledo serta mereka menjanjikan bantuan dari dalam.
King Alfonso datang
dengan kekuatan besar masuk dengan mulus ke dalam banteng kota Toledo karena
pasukan pengaman banteng sudah di bereskan oleh masyarakat Toledo yang
merencanakan penyerangan ini. Sedangkan Gubernur Toledo dari pihak Hakam I
berhasil ditawan dan dibunuh. Itulah penghianatan pertama muslim di Andalusia.[25]
5.
Pembunuhan Tokoh-Tokoh Agama
Pembunuhan tokoh-tokoh
agama ini didasari atas sikap Hakam I yang lebih mengutamakan plesir,
foya-foya, dan konsumsi minuman keras. Maka Tokoh agama Andalusia bersepakat
untuk membatalkan bai’at atas Hakam I, dan menunjuk keturunan Mirwan (Quraish)
dalam keluarga Umayyah yaitu Muhammad bin Al-Qasim. Muhammad bin Al-Qasim
meminta waktu untuk mempertmbangkan hal itu terlebih dahulu.
Namun pada
kenyataannya, Muhammad justru membocorkan rencana ini kepada Hakam I, pada
awalnya Hakam I tidak percaya. Namun pada akhirnya, Hakam I menyamar dan
menghadiri sidang pemufakatan rahasia itu. Seketika 72 tokoh agama berpengaruh
di Cordova dijatuhi hukuman salib dan dibunuh di lapangan istana pada 803M.
Sedangkan selebihnya diusir beserta keluarganya berlayar jauh ke arah timur,
dan berlabuh dipulau Crete.
6.
Pembunuhan Masal di Toledo
Panglima Amrus bin
Yusuf mendapat perintah dari Hakam I untuk merebut Toledo kembalia yang sejak
806M dikuasai king Alfonso II. Dan sejak 806M Amrus bin Yusuf telah diangkat
oleh Hakam I sebagai Gubernur Toledo. Dengan cerdik Amru berpura-pura menantang
Hakam I dan berpihak pada rakyat Toledo, mulailah dilakukan pembangunan atas
permintaan rakyat Toledo. Ketentraman pun kembali mentelimuti Toledo, dan
rakyat mulai percaya.
Pada 807M muncul berita
bahwa dari utara ada serangan dari Kerajaan Leon, hal ini membuat kota Toledo
dalam kepanikan. Namun segera muncul lagi kabar bahwa pasukan sudah dikirim
Hakam I dan ternyata pasukan itu berhasil menghalau serangan Kerajaan Leon.
Beberapa minggu kemudian terlihatlah pasukan Hakam I beristirahat di sekitar
wilayah luar banteng Toledo.
Untuk tanda balas jasa
Toledo terhadap pasukan Hakam I, maka rakyat setuju atas usulan Gubernur Amru
bin Yusuf untuk mengundang pasukan ini masuk ke banteng Toledo dan melakukan
pesta atas keselamatan mereka. Puncak pesta dilaksanakan di Istana Gubernur,
dan setiap tamu undangan dimohon masuk sekelompok demi sekelompok untuk menjaga
ketertiban karena ramainya tamu undangan. Saat penduduk Toledo melewati labirin
menuju Istana, maka segera di sergap dan dibunuh. Kembali Toledo diselimuti
ketakutan, sungguh rencana cemerlang Amrus bin Yusuf untuk membalaskan dendam
Hakam I terhadap rakyat Toledo berhasil terlaksana.[26]
7.
Pemberontakan di Merida
Wilayah
Andalusia yang berbatasan langsung dengan samudera atlantik ini memperlihatkan
suasana aman dan bersih dari pemberontakan kepada pemerintahan pusat di
Cordova. Bahkan Merida gencar menagkis serangan demi serangan dari kerajaan
Leon diwilayah utara.
Akan
tetapi pembunuhan terhadap 72 ulama dan kebengisan Hakam I yang dilakukan di
Toledo lambat laun mendapat reaksi dari Merida. Pada 807M lantas meletus kudeta
kekuasaan Ashbagh bin Abdillah, hingga Gubernur Merida mengadu kepada Hakam I
di Cordova. Kali ini Hakam I sendiri yang memimpin sendiri pasukan guna merebut
kembali Merida. Namun ia putar balik menuju Cordova setelah mendengar bahwa
terjadi kerusuhan di Ibukota. Namun pada akhirnya, Merida berhasil dikuasai
kembali oleh Hakam I pada akhir tahun 807M.[27]
Baca Juga : Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (Umar II)
Masa
terakhir dari pemerintahannya lebih banyak dihabiskan di Medan perang. Pada
tahun 822M ia pun wafat dan masa pemerintahannya yang berlangsung 27 tahun itu
melambangkan kekuasaan seorang penguasa tunggal yang meletakkan sendi-sendi
kekuasaannya bukan pada keadilan melainkan kebengisan. Ia merupakan noda dalam
sejarah daulah Umayyah di Andalusia.[28]
BAB. III
Penutup
Kesimpulan
Kekuasaan Hisyam I (788-796)M, amir
yang saleh lagi terpelajar putera sekaligus penerus Adurrohman Al-Dakhil di
Andalusia, tidak ada pemicu kerusakan atau kerusuhan, melainkan pemberontakan
yang muncul dari sisa-sisa perebutan kekuasaan pada masa Ayahnya.
Tetapi pada masa penerusnya yaitu
Hakam I (796-822)M seorang amir yang periang, kecanduan berburu, dan minum arak
situasi berubah drastis. Muncul banyak perlawanan dikasenakan kekecewaan
terhadap kepemimpinan Hakam I.[29]
Daftar
Pustaka
Al-usairy, Ahmad, Sejarah Islam sejak
zaman nabi adam hingga abad XX, Jakarta: Abarmedia,
2013
Hitti, Philip, History of the Arabs, Karawang:
Serambi, 2006
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam, Yogyakarta: Bagaskara, 2014
Mahmudunnasir, Syed, Islam dan Konsepsi
Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988
Sou’yb, Yusuf, Sejarah Daulat Umayyah II
di Cordoba, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Sya’roni, Maman, dkk., Sejarah Peradaban
Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2012
[1] Al-usairy, Ahmad, Sejarah Islam sejak zaman nabi
adam hingga abad XX (Jakarta: Abarmedia, 2013), hlm. 239
0 komentar:
Post a Comment