Pengantar
Puji
syukur Alhamdulillah
kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu nikmat kepada kami, begitupun shalawat beserta salam tiada yang berhak menjadi hilir kecuali baginda Rasulullah SAW, semoga rahmat dan hidayah dapat tercurahkan kepada
kita semua. Tanpa nikmat, hidayah,
inayah serta iradah-Nya, mustahil kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Beberapa kalimat yang kami sumbangkan dari daya pikir
yang lemah ini, terkumpullah kini menjadi satu makalah.
Dalam aspek manapun,
makalah ini belum memenuhi kebenaran yang sempurna, bahkan nanti pembaca
mungkin dengan mudah akan menemukan kesalahan. Itu semua murni karena
ketidaktahuan serta keteledoran kami. Namun, dari segala kekurangan sudah kami
saring menjadi seminimal mungkin, kamipun menaruh harapan yang begitu agung
dalam penyusunan makalah ini.
Setidaknya,
dalam penyusunan makalah ini kami tidak mendasarkan pada pemikiran kami
sendiri, ada banyak rujukan buku yang kami gunakan, sehingga kami berharap akan
banyak manfaat yang dapat pembaca ambil dari makalah ini.
Pada
akhirnya, makalah yang kami susun ini, kami persembahkan kepada khususnya Drs. Badrun Alaena, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi yang memberi
kami kesempatan untuk menyusun makalah ini, dan yang terakhir kepada
teman-teman mahasiswa yang seperjuangan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
agama. Semoga Allah memberkati makalah kami. Aamiin.
Sleman,
27 September 2016
Irfan Hamid
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari disadari atau tidak disadari kita sering melakukan kontak sosial. Dalam
kegiatan ekonomi antara penjual dan pembeli muncul kontak sosial. Dalam
kegiatan pendidikan antara pengajar dan murid muncul kontak sosial. Dalam
bidang politik antara penguasa dan rakyat terjadi kontak sosial. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa kontak sosial adalah aktifitas yang dilakukan oleh
seseorang dan apabila dilakukan akan memunculkan akibat (baik/buruk) terhadap
orang lain. [perkuliahan sosiologi 16/9/16, oleh Drs. Badrun Alaena M, Si]
Akibat yang dimunculkan
dalam pasca-kontak sosial bisa berupa akibat buruk, dan akibat baik. Contohnya
adalah pembeli yang membeli barang dengan kualitas tertentu, ternyata dia
mendapat kualias barang yang lebih rendah,[1]
atau sebaliknya (menimbukan akibat baik). Atau contoh lain dalam berlalu lintas
didapati seorang pengemudi yang ugal-ugalan dalam mengendara, yang
mengakibatkan pengendara lain resah, atau sebaliknya (mengendara dengan
tertib).
Akibat yang muncul dari
kontak sosial dapat dianalisis menggunakan sosiologi untuk mendapatkan jalan
keluar yang paling tepat untuk menyembuhkan masalah tersebut. Dalam makalah ini
kami sebagai penyusun mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian analisis sosial?
2.
Bagaimana sistematika analisis sosial?
3.
Bagaimana langkah-langkah dalam analisis sosial?
4.
Bagaimana peran analisis sosial dalam bidang sejarah?
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian analisis sosial
2.
Mengetahui penjelasan sistematika analisis sosial
3.
Mengetahui langkah-langkah dalam analisis sosial
4.
Mengetahui peran analisis sosial dalam bidang sejarah
BAB. II
ISI
Analisis
sosial dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap
tentang sebuah situasi sosial dengan hubungan-hubungan historis dan
strukturalnya. Analisis sosial tersebut berperan sebagai perangkat yang
memungkinkan kita menangkap dan memehami realitas yang sedang kita hadapi.
Analisis
sosial menggali realita dari berbagai dimensi. Kadang memusatkan diri pada masalah-masalah
khusus seperi masalah pengangguran, inflasi dan kelaparan. Dalam kesempatan
lain berpusat pada kebijakan-kebijakan yang tertuju kepada-kepada
masalah-masalah seperti latihan kerja, kontrol moneter atau program bantuan
pangan. Analisis sosial memungkinkan seseorang menyelidiki lebih jauh struktur dari lembaga-lembaga
ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan, karena dari struktur lembaga-lembaga
itulah muncul masalah-masalah dan kesanalah berbagai kebjakan tertuju.
Dengan
menjangkau dimensi dibalik pokok-pokok persoalan, kebijakan-kebijakan dan
struktur, analisis sosial pertama memusatkan pada sistem-sistem. Pada
sistem-sistem itu juga terdapat berbagai dimensi. Kita dapat berbicara tentang
bentuk ekonomi dari sebuah sistem sosial sebagai bagian fungsional yang berbeda
atau disebut subsistem.
Sistem
sosial perlu dianalisis baik menurut waktu (analisis historis) maupun menurut
ruang (analisis struktural). Analisis historis adalah studi tentang
perubahan-perubahan sistem sosial dalam kurun waktu. Sedangkan analisis
struktural menyajikan bagian yang representatif dari kerangka kerja dalam
sebuah sistem dalam momen waktu tertentu. Pengertian tentang kedua dimensi
tersebut sangat penting bagi suatu analisis yang menyeluruh.
Dalam
analisis kita dapat membedakan antara dimensi objektif dan subjektif realita
sosial. Dimensi objektif mencakup berbagai organisasi, pola-pola perilaku, dan
lembaga/institusi yang memuat ungkapan-ungkapan struktural secara eksternal.
Sedangkan dimensi subjektif menyangkut kesadaran nilai-nilai dan ideologi.
Meskipun
analisis sosial biasanya memperinci realitas tersebut lebih kompleks daripada
gambaran yang disajikan oleh proses analisis. Tak pernah sebuah sistem sosial
persis cocok dengan model yang asli dan ideal.[2]
Batas-batas analisis sosial terdiri dari :
1. Analisis sosial tidak dirancang untuk menyediakan sebuah jawaban
langsung atas pertanyaan “apa yang kita perbuat?”. Jawaban atas pertanyaan itu
merupakan tugas strategi atau perencanaan. Analisis sosial membuka konteks
dalam sebuah program bagi perubahan sosial dapat diperlihatkan, tetapi tidak
menyajikan blueprint bagi tindakan.
2. Analisis sosial bukanlah kegiatan monopoli kaum intelektual.
Setiap hari kita semua menggunakan perangkat itu dalam berbagai cara. Kita
menggunakannya kalau kita mengaitkan sebuah masalah atau peristiwa pada yang
lain. Atau juga kalau kita memilih sebuah tindakan ketimbang langkah yang lain.
Kerangka kerja yang memuat hubungan dan pilihan-pilihan itu mungkin mengandung
analisis sosial yang tersembunyi. Analisis sosial yang lebih mendetail membuat
analisis implisit itu menjadi eksplisit dan lebih tepat.
3. Analisis sosial bukanlah perangkat yang “bebas nilai”. Pokok in
sangat diperhatikan. Analisis sosial bukan sebuah pendekatan atau sudut pandang
yang semata-mata ilmiah dan objektif terhadap realitas. Memang kita harus
berusaha bersih, tepat, logis dan beralasan. Meskipun demikian dalam pemilihan
masalah, cara pendekatan, pertanyaan dan dalam keterbukaan pada hasil analisis,
kita mengungkapkan prasangka dan nilai-nilai kita. Kita tak pernah memasuki
analisis tanpa sebuah komitmen yang mendahului, baik implisit maupun eksplisit.[3]
B. Penjelasan Sistematika
Analisis Sosial
Bagan Analisis Sosial |
1.
Struktur Sosial
Sebelum menjelaskan
analisis sosial, terlebih dahulu kita harus memahami struktur sosial. Kita
ketahui bahwa semua orang dalam masyarakat saling berinteraksi. Interaksi dalam
masyarakkat didasari atas norma-norma. Karena adanya norma, maka munculah
penilaian atas perilaku baik atau buruk, penilaian inilah yang kita fahami
sebagai kultur.
Interaksi antar-individu diatur sesuai
dengan Institusi sesuai dengan tujuan khusus interaksi itu. Contohnya,
institusi keluarga, agama, ekonomi, dan politik. Hubungan antar institusi ini
saling memengaruhi. Menurut Karl Max, istitusi ekonomilah yang merupakan
landasan dimana institusi lain berdiri.
Dalam institusi sosial
terdapat nilai, norma, dan sanksi, karena tujuan institusi adalah mengatur
interaksi. Keseluruhan institusi yang saling berhubungan satu sama lain itulah
yang disebut struktur sosial. Dengan kata lain, struktur sosial adalah
interaksi manusia yang sudah berpola dalam istitusi-institusi.[4]
2.
Keadilan
Perlu dimengerti
perbedaan antara keadilan personal dan keadilan sosial. Banyak kasus yang
menyangkut keadilan personal, contoh: si A membeli barang dengan kualitas
tertentu, ternyata ia mendapat barang dengan kualitas yang lebih rendah.
Penjual barang tersebut jelas langsung bisa dimintai pertanggungjawabannya.
Maka kasus ini dikategorikan sebagai keadilan personal.
Lain halnya dengan
keadilan sosial, semua orang bertanggung jawab atas ketidakadilan. Tidak dapat
ditentukan secara persis siapa yang bertanggung jawab atas ketidakadilan sosial,
karena pelaksanaan keadilan sosial tergantung pada struktur masyarakat, maka
keadilan sosial menjadi tanggung jawab semua pihak.[5]
3.
Tujuan
Analisis sosial adalah
suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi
keluarga, agama, ekonomi, budaya, dan politik sehingga kita tahu sejauh mana
dan bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial. Dan
kalau kita berhasil melihat suatu masalah sosialyang hendak kita pecahkan dalam
konteksnya yang lebih luas, maka kita pun juga dapat menetukan aksi yang lebih
tepat yang diharapkan dapat menyembuhkan sebab terdalam suatu masalah. Demikian
menjadi jelas, analisis sosial adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian
penting usaha menegakkan keadilan sosial.[6]
4.
Model
Dalam menganalisis
masyarakat, pasti mempunyai kerangka berpikir atau memandang. Kreangka
br]erpikir inilah yang disebut dengan model. Demikian suatu model adalah satu
asumsi atau gambaran umum mengenai masyarakat. Model ini mempengaruhi bagaimana
seseorang menganalisis suatu objek studi.
Ada dua model yang sering
digunakan untuk mendekati masalah sosial, diantaranya:
a. Konsesnsus
Menurut model konsensus, struktur
sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama anggota masyarakat akan
nilai-nilai yang ada. Menurut model ini masyarakat pada hakikatnya teratur dan
stabil karena kultur yang mereka anut dan sepakati. Kultur ini berupa nilai,
norma, dan tujuan yang hendak dicapai. Meskipun ada segelintir individu yang pada
prakteknya berbeda dengan kultur yang disepakati, namun karena ada konsensus
dan persetujuan yang kuat mengenai nilai dan norma yang ada, tata sosial akan
tetap stabil.[7]
Model ini melatarbelakangi 2 ideologi, yaitu:
1) Ideologi Konservatif
Ideologi konservatif
berakar pada kapitalisme pada abad ke-19. Pasar bebas dianggap oleh ideologi
ini sebagai fundamen bagi kebebasan ekonomi dan politik. Paasr bebas dianggap
akan menjamin adanya desentralisasi kekuasaan politik. Kaum konservatif
sangatlah menjunjung tinggi struktur sosial, adanya struktur sosial disebabkan
karena perbedaan setiap individu dengan bakat yang berbeda-beda, dan hal itu
dianggap sesuatu yang wajar.
Kemiskinan menurut
ideologi konservatif disebabkan oleh proletariat (orang miskin) sendiri, proletariat
pada umumnya dinilai malas, bodoh, dan tidak punya motivasi untuk maju. Kaum
ini menilai positif struktur sosial yang sudah ada, maka pelaku dianggap
sebagai orang-orang yang gagal menyesuaikan diri dengan struktur sosial. Kaum
ini mendasari mentalitas proletariat sebagai sebab dari kemiskinannya. Maka
dari itu, kaum ini tidak menganggap serius masalah kemiskinan, karena
menurutnya masalah ini akan terselesaikan secara natural melalui proses yang
panjang.[8]
2) Ideologi Liberal
Liberalisme memandang
manusia pertama-tama sebagai yang digerakkan oleh motivasi kepentingan ekonomi
pribadi, dan liberalisme menjunjung tinggi kebebasan manusia untuk menggapai
cita pribadinya. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi individu-individu
terhadap kesewenang-wenangan negara.
Kaum liberal memandang
kemiskinan sebagai masalah yang serius, karenanya harus dipecahkan. Menurut
kaum ini kemiskinan harus diselesaikan karena semua orang berhak terbebas dari
diskriminasi, dan liberal beranggapan bahwa proletariat memiliki kesempatan
untuk keluar dari kemiskinan jika mendapat kesempatan berusaha yang memadai. Sehubungan
dengan kultur proletariat yang dikemukakan kaum konservatif, kaum liberal punya
pandangan yang lebih optimis untuk membebaskan proletariat dari kemiskinan
b. Konflik
Model konflik memandang
struktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil
anggota masyarakat terhadap mayoritas warga masyarakat. Struktur sosial
bukanlah hasil konsensus warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai dan
norma.
Dalam menyikapi
kemiskinan, model ini tidak mempermasalahkan kultur proletariat, mereka juga
tidak tertarik pada bagaimana proletariat dapat mengembangkan potensi dan
berprestasi, namun model ini akan mempermasalahkan struktur sosial sebagai penyebab
kemiskinan.
Karena model ini lebih
menyalahkan struktur sosial, dan struktur sosial ini dibuat oleh sekelompok
kecil masyarakat yang memimpin sekelompok besar warga masyarakat. Maka jelaslah
menurut model ini, para kelompok pemimpinlah yang bertanggungjawab atas
kemiskinan. Penjelasannya adalah pemimpin disini adalah para elite yang
memiliki wewenang penuh atas golongan menengah dan terbawah. Mereka menguasai
sebagian besar penghasilan negara, sedangkan golongan menengah sampai terbawah
diberikan sebagian kecil dari total penghasilan negara. Golongan menengah
sampai terbawah diarahkan kepada pola pikir persaingan untuk mendapatkan
penghasilan negara tersebut, dan para elite berhasil membuat persaingan ini
dianggap hal yang baik oleh kalangan dibawahnya. Hasilnya adalah, upah mereka
rendah.
Pandangan model ini
terhadap amal dan jaminan sosial yang dikeluarkan oleh kelompok elite dianggap
sekedar menina-bobokkan masyarakat yang ada dibawahnya. Karena upaya
seperti itu sebenarnya hanyalah untuk menekan kekacauan dan protes-protes dari
bawah karena upah yang rendah.
Kesimpulannya, antra model Konsensus dan Konflik sebenarnya adalah 2
model yang tidak saling menjatuhkan atau bertolakbelakang. Model ini justru
saling melengkapi dan bukan merupakan alternatif. Kita memilih model hanya
untuk mencoba menerangkan masalah sosial yang ada. Dengan kata lain masalah
sosialah yang menentukan pemilihan model.[9]
C. Langkah-Langkah
Dalam Analisis Sosial
1. Konversi
Langkah
pertama dalam melakukan analisis sosial ialah menyingkap dan memperjelas
nilai-nilai yang mendorong kita melakukan tugas itu. Hal ini berarti kita harus
bersentuhan dengan berbagai perspektif, praduga, pendirian yang mempengaruhi
soal jawab yang kita lakukan dan penilaian yan kita buat. Dan tak ada analisis
sosial yang bebas nilai.
Kita
melakukan semua itu dengan mempertanyakan sendiri asas-asas. Apakah keyakinan
dan dasar-dasar kita? Manakah tindakan yang mempunyai pengaruh terbesar pada
berbagai masalah?. Pertanyaan tersebut akan menyingkap pendirian yang menjadi
titik tolak kita dalam melakukan analsis sosial.
Langkah
pertama metodologi praktis bagi analisis sosial disebut perubahan, karena
menunjukan pembalikan nilai-nilai. Langkah ini berfungsi sebagai jalan yang
membuka kita pada unsur-unsur yang lebih penting daripada situasi yang sedang
kita kenali dengan menempatkannya dalam konteks permasalahan dasar yang
menuntun kita. Dengan dilaksanakan dalam sebuah kelompok, langkah ini juga
memperjelas persamaan-persamaan dan perbedaan yang akan mempengaruhi pembahasan
selanjutnya.
2. Deskripsi
Langkah
selanjutnya ialah membuat deskripsi umum dari situasi yang sedang kita coba
untuk kita pahami. Misal kita sedang mempelajari:
a. permasalahan sosial
(pengangguran, perumahan yang tidak memadai, dll)
b. Institusi (sekolah, paroki,
perusahaan, dll)
c. Kesatuan wilayah geografis (rukun
tetangga, desa, daerah, bangsa, dll)
Kita
bisa melakukan pendekatan imprisionistis dengan mengumpulkan berbagai fakta dan
trend melalui brain storming dan cerita yang bersentuhan dengan
pengalaman rakyat. Apa yang sedang terjadi pada situasi tersebut? Apa yang
diungkapkan oleh foto situasi tersebut? Bagaimana membahas masalah yang paling
mencolok?
Atau
kita bisa memilih pendekatan yang lebih sistematis. Dengan cara yang rapi kita
mengumpulkan semua keterangan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kita
dapat menggunakan sebuah kuisioner untuk menyelidiki berbagai segi realitas
sosial kita. manakah kategori yang penting?. Manakah usur yang paling membantu
kita untuk menjelaskan situasi tersebut?Langakah deskripsi ini adalah untuk
membantu kita memasuki gambaran, bersentuhan dengan pengalaman situasi tersebut
dan mulai menunjukan unsur-unsur yang lebih penting.
3. Analisis
Kita dapat melakukan analisis sosial
melalui empat pertanyaan mengenai sejarah, struktur, niali-nilai dan arah
situasi yang sedang kita analisis.
a. Manakah garis utama
dari sejarah situasi ini?
Kita memandang situasi dengan mata kesadaran historis dan mulai
mengenali pengaruh masa lalu yang melatarbelakangi keadaan sekarang. Manakah
tahap (periode) utama yang merupakan langkah situasi ini?. Pola gerak
perkembangan mana yang dapat diamati?. Manakah kita dapat menamai peristiwa
besar yang telah mempengaruhi perjalanan sejarah ini?.
b. Manakah struktur utama yang mempengaruhi situasi
ini?
Berbagai struktur
membentuk situasi dengan bermacam-macam cara. Itulah lembaga, proses dan pola
menentukan faktor dalam akibat realitas sosial. Empat cara pengaturan
masyarakat dan beberapa struktur yang harus kita perhatikan.
1) Manakah struktur ekonomi pokok yang menentukan bagaimana
masyarakat mengatur sumber daya?. Seperti:
- produksi, distribusi, transaksi, konsumsi
- modal, tenaga kerja, tekologi
- kebijakan pajak,suku bunga
2) Manakah struktur politik pokok yng menentukan bagaimana
masyarakat mengatur kekuasaan?, seperti:
- resmi: konstitusi, partai, pengadilan, militer
- tak resmi: kelompok kecil, lobi
- prosedur pembuatan keputusan
3) Manakah struktur sosial utama yang menentukan bagaiman
masyarakat mengatur hubungan?. Seperti: keluarga, marga, suku,
lingkungan,pendidikan, rekreasi, media, pola bahasa.
4) Manakah struktur budaya pokok yang menentukan bagaimana mengatur
makna dan nilai?. Seperti: agama, simbol, mitos, impian, kesenian, musik, gaya
hidup, tradisi, cerita rakyat.
c. Manakah nilai kunci yang bekerja dalam struktur
tersebut?
Nilai sebagai cita-cita masyarakat, ideologi dan norma moral yang
menuntun, anspirasi dan harapan masyarakat, titik berat sosial yang dapat
diterima dan telah diterima.
-
Siapakah
pembawa nilai dalam masyarakat: pribadi manusia, model peranan, lembaga?
-
Contoh nilai
yang beragam: umur tua --masa muda, materialisme-- spiritualisme
d. Bagaiman arah masa depan situasi ini?
Memandang
masa depan sebenarnya bisa lebih menyingkapkan situasi masa kini ketimbang masa
depan sendiri. Itu berarti pelaksanaan masa depan dari skenario yang sedang
kita bayangkan memberi kita wawasan ke arah dinamika dari apa saja yang
sebenarnya terjadi sekarang.[10]
D. Peran Analisis Sosial Dalam Bidang Sejarah
Ibnu Khaldun menulis
sejarah dengan metode dan penalaran yang baru, dan kajian ini mendorongnya
untuk membentuk sejenis filsafat sosial. Karena itu ia membuat karya yang
betul-betul orisinal, yang mencatat sistem baru dalam memahami dan menjelaskan
gejala-gejala sosial, dan juga dalam memahami, mengkritik dan menganalisis
sejarah. Menurutnya, ilmu ini berguna untuk memisahkan kebenaran dari
kebohongan dalam mencatat peristiwa.
Pada tempat lain ibnu
khaldun meringkas unsur-unsur ilmunya dari sudut pandang subjektif, yaitu
kondisi-kondisi sosial yang dihadappi individu yang tergabung dalam masyarakat,
dalam suasana kerajaan, kehidupan, ilmu-ilmu dan perdagangan. Ia mengungkapkan
semua itu dengan kebenaran dan tidak memberikan ruang sedikit pun bagi
keraguan.
Dia membagi bidang
kajiannya menjadi 6 bab besar :
1. Masyarakat secara umum, jenis dan perannya di dunia.
2. Masyarakat nomad, suku-suku dan bangsa-bangsa barbar
3. Negara-negara, khalifah, kedaulatan dan fungsi-fungsi kerajaan
4. Masyarakat beradab, negara dan kota.
5. Perdagangan, cara kehidupan dan cara-cara mendapatkan penghidupan.
6. Ilmu pengetahuan dan cara mendapatkannya.
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis sosial dapat didefinisikan sebagai usaha memperoleh gambaran
yang lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan hubungan-hubungan
historis dan strukturalnya. Analisis sosial tersebut berperan sebagai perangkat
yang memungkinkan kita menangkap dan memehami realitas yang sedang kita hadapi.
Analisis
sosial memiliki 4 pokok kajian yaitu struktur sosial, keadilan, tujuan, dan
model. Dengan model sebagai penekanan utama analisis sosial. Ada dua model
analisis sosial, yaitu Konsensus dan Konflik. antra model Konsensus dan Konflik
sebenarnya adalah 2 model yang tidak saling menjatuhkan atau bertolakbelakang.
Model ini justru saling melengkapi dan bukan merupakan alternatif.
Analisis
sosial juga memiliki langkah-langkah, langkah
pertama dalam melakukan analisis sosial ialah menyingkap dan memperjelas
nilai-nilai yang mendorong kita melakukan tugas itu
(Konversi), Langkah
selanjutnya ialah membuat deskripsi umum dari situasi yang sedang kita coba
untuk kita pahami (Deskripsi), Kita dapat
melakukan analisis sosial melalui empat pertanyaan mengenai sejarah, struktur,
niali-nilai dan arah situasi yang sedang kita analisis.
Pandangan
Ibnu Khaldun terhadap Sosiologi sebagai analisis sejarah adalah karya yang
sangat objektif. yang mencatat sistem baru dalam memahami dan menjelaskan
gejala-gejala sosial, dan juga dalam memahami, mengkritik dan menganalisis
sejarah. Menurutnya, ilmu ini berguna untuk memisahkan kebenaran dari
kebohongan dalam mencatat peristiwa.
Daftar Pustaka
JB Banawiratma (ed.), Kemiskinan dan Pembebasan (Yogyakarta:
Kanisius, 1992)
Machnun Husein, Biografi Ibnu Khaldun (Jakarta:
Zaman, 2013)
Joe Holland Peter Henriot, Analisis sosial
dan refleksi teologis (Yogyaka
[2] Joe Holland
Peter Henriot, Analisis sosial dan refleksi teologis (Yogyakarta:
Kanisius, 1986), hlm. 30
[10] Joe Holland
Peter Henriot, Analisis sosial dan refleksi teologis (Yogyakarta:
Kanisius, 1986), hlm. 130-135
0 komentar:
Post a Comment