Kisah Rasulallah Menggembala Kambing

Menggembala Kambing, blogspot.com

Sepulang dari Syam berdagang bersama pamannya pada usia 12 tahun dan bertemu pendeta, beliau akhirnya menetap di Mekkah saja dan mengembala kambing. Ketika mengembala kambing, orang-orang Mekkah pada saat itu berkata padanya bahwa nabi-nabi yang diutus Allah itu adalah pengembala kambing. Nabi berkata: “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad”.
Mengembala kambing membuat hatinya terang, tentram dan banyak merenung tentang kebenaran. Pemikiran dan perenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas dihadapannya. Oleh karena itu, dalam perbuatan dan tingkah lakunya, beliau terhindar dari segala penodaan nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Mekkah.
Pernah ketika beliau mengembala kambing dengan seorang kawannya, terbesit di keinginannya untuk ikut bermain seperti pemuda-pemuda yang lain. Kemudian beliau memutuskan pada malam itu untuk pergi ke Mekkah dan menitipkan kambing-kambingnya pada kawannya. Sesampainya di Mekkah, perhatiannya tertarik pada suatu pesta perkawinan dan beliau hadir di pesta itu, dan tetapi tiba-tiba saja beliau tertidur. Pada malam berikutnya lagi beliau memutuskan untuk ke Mekkah dengan tujuan yang sama. Terdengar olehnya irama musik yang indah yang seolah-olah turun dari langit. Beliau duduk mendengarkan dan kemudian tertidur.
Karena itu, beliau terhindar dari cacat. Yang bagi beliau sangat terasa nikmat adalah ketika beliau sedang berpikir atau termenung. Kesenangan berpikir, merenung dan menggembala kambing bukanlah cara hidup yang dapat dapat membawanya kepada kekayaan yang melimpah-limpah dan memang beliau tidak pernah memperdulikan hal itu. Dan dalam hidupnya, beliau memang menjauhkan diri dari segala pengaruh materi.


 Andaikata pada waktu itu beliau dibiarkan begitu saja, tentu beiau takkan tertari pada harta. Dan dengan keadannya pun tetap bahagia. Sebagaimana gembala-gembala pemikir yang telah menggabungkan alam ke dalam diri mereka dan juga telah berada pada pelukan kalbu alam.

0 komentar:

Post a Comment