Pancasila, bp.blogspot.com |
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Modal Bangsa Indonesia Pra-Kemerdekaan
( Masa penjajahan)”
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat mempelancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun isi
dan kelengkapannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala bentuk saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Yogyakarta, 2018
Penyusun,
DAFTAR
ISI
Halaman utama................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................ 1
A.
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
B.
Tujuan ...................................................................................................... 1
C.
Metode
Penyusunan Makalah................................................................... 1
BAB II Pembahasan............................................................................................ 2
A.
Modal Bangsa
Indonesia........................................................................... 2
B.
Pengaruh
Pancasila sebagai Modal Bangsa.............................................. 3
C.
Pengaruh
Moral Islam pada Masa ............................................................ 5
BAB III Penutup................................................................................................. 7
Simpulan................................................................................................................ 7
Saran...................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka..................................................................................................... 8
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penjajahan erat hubungannya dengan kolonialisme dan imperialisme. Pada
masa penjajahan bangsa Indonesia telah dijajah setidaknya oleh 4 bangsa besar
yaitu bangsa Belanda,Portugis,Spanyol dan Jepang. Bangsa -bangsa tersebut
menjajah nusantara dengan berbagai keinginan dengan satu tujuan yang sama yaitu
merampas kekayaan nusantara.
Penjajahan pertama kali
dilakukan oleh bangsa Portugis pada 1509 oleh Alfonso De Alburqueque setelahnya
dilanjutkan oleh spanyol yang juga ingin merampas rempah-rempah yang terdapat
di kepulauan nusantara. Namun pada 27 Juni 1596 Belanda yang tak ingin
kehilangan kesempatan berlayar dan mendapatkan kekayaan tiba di Banten dan
mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di daerah itu.
Pada akhirnya setelah 350 tahun menjajah
Indonesia ,Belanda berhasil diusir oleh Jepang. Pada 1942 di mulai lah masa
penjajahan oleh Jepang hingga masa penjajahan tersebut berakhir saat
dibacakannya Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Presiden soekarno dan
Moh. Hatta.
B.
Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a)
Apakah yang
menjadi modal bangsa Indonesia saat masa penjajahan?
b)
Bagaimana
pengaruh pancasila sebagai modal bangsa?
c)
Bagaimana
pengaruh moral Islam pada masa penjajahan ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari disusunnya makalah ini antara lain:
a)
untuk
mengetahui modal bangsa Indonesia pada masa penjajahan;
b)
untuk
mengetahui pengaruh pancasila sebagai modal bangsa;
c)
untuk
mengetahui pengaruh moral Islam pada masa penjajahan.
C. Metode
Penyusunan Makalah
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi
pustaka dan pencarian sumber secara online
(browsing).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Modal bangsa Indonesia (masa penjajahan)
Ketika redaksi “Indonesia Merdeka” pada tahun1924 menulis sebuah
pengantar yang berisi tentang, “Indonesia Merdeka telah menjadi suara pelajar
Indonesia muda. Mungkin suara ini belum terdengar oleh penguasa, tetapi suatu waktu,
suara itu pasti akan tertangkap. Suara itu tidak dapat diabaikan begitu saja,
karena di belakangnya berdiri suatu kemauan yang keras untuk merebut kembali
dan mempertahankan hak-hak tertentu, yakni agar dapat dibentuk suatu Negara
Indonesia Merdeka, cepat atau lambat!”[1]
Anak-anak muda Indonesia telah merasakan pukulan dari kolonial dan
rasial, membuat para pemuda yang belajar terpanggil karena menyadari bahwa mereka
sebagai pengemban tugas untuk memberi perlindungan terhadap kemanusiaan.
Kesadaran yang mendalam, bahwa kemerdekaan hanya dapat dicapai dengan segenap
tenaga dan kekuatan diri. Hal ini membuat mahasiswa Indonesia mengesampingkan
kepentingan mereka dan mengorbankan diri pribadi untuk mencapai kemerdekaan.[2]
Selain itu, langkah selanjutnya yang dipikirkan oleh pemuda-pemuda
Indonesia adalah meyakinkan kepada seluruh masyarakat bahwa kita punya kekuatan
di setiap daerah yang masing-masing mempunyai suku, ras, dan agama yang
berbeda. Dengan moral yang mencerminkan sila pancasila, tertanam di setiap
individu masyarakat Indonesia meyakini bahwa persatuan adalah kekuatan yang
paling besar untuk menciptakan sebuah negara yang merdeka. Oleh sebab itu,
nilai-nilai pancasila di ambil dari sikap moral yang ada di individu bangsa
Indonesia. Dalam hal ini, nilai-nilai pancasila masih belum jelas batas-batas antara
sila satu dengan sila lainnya. Masyarakat masih memahaminya sebagai nilai-nilai
kehidupan yang harus dikejar, bukan prinsip-prinsip abstrak yang akan menjadi
pedoman bangsa.[3]
Lalu muncullah himpunan Indonesia yang menyadari bahwa gerakan
kebangsaan dapat mencapai banyak hal apabila faktor-faktor kekuasaan psikologis
itu, yang merupakan tumpuan si penjajah dapat diruntuhkan.
1.
Melawan polotik
memecah-belah dan menguasai
Dengan adanya
himpunan Indoneseia yang menimbulkan propaganda cukup menakuti para penguasa,
terbukti dengan ditariknya majalah Indonesia Merdeka tahun 1925 dari
kantor-kantor pos di Indonesia. Walaupun sudah disita, gagasan tentang
persatuan Indonesia sudah menyebar mencapai berbagai lapisan masyarakat.
2.
Memerangi usaha
membiarkan masa Indonesia dungu
Memerangi usaha
membiarkan Indonesia dungu merupakan tugas pergerakan nasional dan Tanah Air.
Dengan menyebarluaskan prinsip-prinsip yang akan membebaskan rakyat banyak dar
tirani mental polotik kolonial Belanda. Rakyat Indonesia harus diberi pandanga
nyang luas soal pendidikan massa melalui sejarah, politik, dan lain-lain.
Dengan keaadan psikis yang baik akan memperkuat dan meningkatkan kadar rakyat
yang baik.
3.
Memerangi
injeksi psikologis bahwa ras kulit putih lebih unggul, dan kedudukannya tak
dapat diganggu-gugat
Pemerintah
kolonial mengenal sistem “europees
bestuur” dan pangreh praja pribumi, dimana yang kedua tunduk pada yang
pertama. Maka tanpa memperdulikan apa yang dibuat Belanda dengan memberikan
kepada rakyat kepercayaan akan diri sendiri dan dibuktikan kepada massa. Harus
melakukan inisiatif dan berdiri pada kaki sendiri tidak bergantung pada bangsa
kulit putih.
4.
Perjuangan
menentang politik assosiasi
Propaganda
tentang persaudaraan manusia dan assosiasi antara Barat dan Timur yang
diciptakan Belanda lagi-lagi membuat para pemuda tidak bisa lepas.[4]
B. Pengaruh pancasila sebagai modal bangsa
Setelah Proklamasi Kemerdekaan di tanda
tangani Soekarno-Hatta dan kemudian di ucapkan oleh Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1945, maka Negara Indonesia ada. Proklamis kemerdekaan itu merupakan
norma yang pertama sebagai penjelmaan pertama dari sumber segala sumber hukum
yaitu Pancasila yang merupakan jiwa dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pada
anggal 18 agustus 1945 sumber dari segala sumber hukum Negara Indonesia itu
dijelmakan dalam Pembukaan UUD 1945 dan pembukaan kecuali merupakan penjelmaan
sumber dari segala sumber hukum sekaligus juga merupakan Pokok Kaidah Negara
yang Fundamental seperti yang di uraikan oleh Notonegoro. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan merupakan penjelmaan pertama dari
pancasila sebagai sumber hukum yang menegaskan berdirinya Negara Indonesia dan
pembukaan merupakan penjelmaan kedua pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum yang memberi tujuan, dasar dan perangkat untuk mencapai tujuan.
Keduanya itu berasal dari sumber yang sama tetapi ternyata memiliki fungsi yang
sedikit berbeda meskipun tidak dapat dipisahkan. Maka ada yang menyebut
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu sebagai Norma Pertama (Joeniarto, 1966:9),
sedangkan menurut Notonegoro Pembukaan merupakan Pokok Kaidah Negara
Fundamental dan sekaligus Sumber Tertib Hukum Negara Indonesia yang tertulis.
1.
Transformasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
Setiap sila-sila dalam pancasila sama sekali tidak dapat dipisahkan.
Sila-sila tersebut kemudian masuk pada gandung dari pasal-pasal UUD 1945 yang
membentuk negara dengan jelas dan menciptakan pasal-pasal yang mengandung dari
sila-sila pancasila. Sila ke-4 dengan tegas dapat ditetapkan merupakan sila
yang harus menjiwai pasal-pasal yang berkaitan dengan negara. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pasal-pasal UUD 1945 memberi norma hidup bernegara yang
jelas yaitu wilayah negara akan ditentukan bersama dengan negara-negara
tetangga.[5]
2.
Transformasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa
Konsep bangsa yang digunakan untuk merumuskan sila sila ketiga
terutama konsep E. Renan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai
keinginan bersama untuk bersatu dan tetap mempertahankan persatuan, sedangkan
faktor-faktor yang mendorong manusia yang ingin bersatu itu bermacam-macam.
Maka untuk melacak pasal-pasal yang mentransformasikan sila ke-3 itu orang
harus mengingat unsur-unsur konsep bangsa tersebut. Dalam hal ini keinginan
bersama untuk bersatu beserta faktor-faktornya.
Norma-norma itulah yang harus diikuti agar orang-orang Indonesia dapat
hidup berbangsa sesuai dengan pancasila. Dalam hal ini pengajaran dan kebudayaan
merupakan penunjang hidup berbangsa yang amat strategis, sebab lewat kedua hal
itu sifat-sifat kesukuan yang mempunyai daya tolak menolak yang memecah belah
dapat diperlemah atau bahkan dihilangkan. Sedangkan sifat-sifat kesukuan yang
mempunyai daya tarik menarik dan saling melengkapi untuk mencapai kesempurnaan
dapat dikembangkan dan disebarluaskan.[6]
3.
Transformasi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat
Hidup bermasyarakat ialah hidup bersama. Kehidupan bersama ini dapat
dilihat dari beberapa segi. Segi ekonomi menampakkan kegiatan berproduksi,
pembagian dan penggunaan barang dan jasa, segi kehidupan politik menampakkan
kegiatan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat, segi agama dsb. Dalam kehidupan
bersama itu selalu nampak unsur-unsur sosial yang menjadi objek studi
sosiologi. Unsur-unsur sosial yang pokok ialah norma-norma sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan sosial. Unsur-unsur
itu terjalin menjadi satu sama lain dan keseluruhannya disebut struktur sosial.
Pengaruh timbal balik antara segi-segi kehidupan tersebut disebut proses
sosial.[7]
C. Pengaruh Moral Islam pada Masa Penjajahan
Pada masa kolonial belanda yang pendidikan islam di sebut juga dengan
bumi putera, karena yang memasuki pendidikan islam seluruhnya orang pribumi
indonesia . Pendidikan islam pada masa penjajahan belanda ada tiga macam yaitu:
1)
Sistem
pendidikan peralihan hindu islam
2)
Sistem
pendidikan surau( langgar)
3)
Sistem
pendidikan pesantren
Sistem
Pendidika n Peralihan Hindu Islam
Sistem ini merupakan sistem pendidikan yang masih menggabungkan
antara sistem pendidikan Hindu dengan islam. Pendidikan di laksanakan dengan
menggunakan dua yakni: sistem keraton dan sistem pertapa.
Sistem Pendidikan Surau
Surau merupakan istilah yang banyak digunakan
di asia tenggara seperti sumatera selatan , semenanjung mlaysia petani. Namun
yang paling banyak dipergunakan di pergunakan di minangkabau. Surau berasal dari
India yang merupakan tempat yang digunakan sebagai pusat pembelajaran dan
pendidikan Hindu Budha.
Dalam lembaga pendidikan surau tidak
mengeal birokdiasi formal,sebagaimana
yang di jumpai pada lembaga pendidikan modern.Sistem pendidikan di surau tidak
mengenal jenjang atau tingkatan kelas, muridnya diberikan kebebasan utuk
memilih belajar pada kelompok mana yang ia kehendaki
Sistem Pendidikan Pesantren
Asal usul Pesantren
Pertama pesantren adalah institusi pendidikan islam, yang memang
berasal dari tradisi islam.Pesantran lahir dari pola kehidupan tasawuf yang
kemudian berkembang diwilayah islam, seperti timur tengah dan afrika utara yang
dikenal dengan sebutan zawiyat. Kedua pesantren merupkan kelanjutan dari
tradisi Hindu Budha yang sudah mengalami proses islamisasi. Mereka melihat
adanya hubungan antara perkataan pesantren dengan kata shastri dari bahasa
sanskerta.
Pengaruh
Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap
Pendidikan Islam
Setidaknya ada dua kebijakan belands yaitu: politik etis
dan Ordonansi( peraturan pemerintah) Guru/ Sekolah Liar.
a). Politis etis
Secara konsep politik etis
sangat baik karena adanya keberpihankan kepada kaum pribumi.Namun dalam
pelaksanaannya kolonial belanda bekerjasama dengan kaum liberal( pemegang
saham), tetap mengeksplotir daerah jajahannya untuk kepentingan ekonominya.
Dalam menjalankan politik etis belanda menerapkan trilogy program, yaitu
meliputi: edukasi( pendidikan), irigasi( pengairan) dan transmigrasi(
pemindahan penduduk dari daerah padat ke daerah perkebunan jawa). Di samping
trilogi program tersebut, penjajah belanda menerapkan prinsip
assosiasi,asimilasi dan unifikasi
b). Ordonasi Guru/ Sekolah Liar
Sehubungan dengan berdirinya
madarasah dan sekolah Agama yang diselenggarakan oleh kalangan Islam pembaru,
Adanya kekhawatiran pemerintah tersebut cukup beralasan. Tetapi setelah melihat
perkembangan lebih lanjut, seperti peningkatan jumlah madrasah dan
sekolah-sekolah swasta sebagai istitusi pendidikan diluar sistem persekolahan
pemerintah, kalangan pemerintah semakin hati-hati terhadap sikap netral mereka
selama ini. Adanya latar belakang tersebut pula barangkali, yang mendorong
pemerintah Belanda merubah sikapnya dalam menghadapi kemungkinan buruk yang
bakal timbul dari penigkatan jumlah madrasah dan sekolah-sekolah agama. Sebagai
tindakan pencegahan, langkah itu dilakukan melalui pengawasan terhadap
sekolah-sekolah liar. Sejak adanya penurunan sikap tersebut, dalam rangka
pengawasan dikeluarkan ordinansi tanggal 28 Maret 1923 Lembaran negara no 136
dan 260. Bahkan dalam orodinansi yang dikeluarkan tahun 1932, dinyatakan bahwa
semmua sekolah yang tidak di bangun pemerintah atau tidak memperoleh subsidi
dari pemerintah, diharuskan minta izin terlebih dahulu, sebulum sekolah itu
didirikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pancasila
menjadi modal pertama dan utama bangsa Indonesia pada masa penjajahan. Pada
sila ke-3 pancasila yang berbunyi “persatuan Indonesia” menjadi inspirasi
terbesar rakyat Indonesia saat melalukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
2.
Pancasila yang
fleksibel dan dinamis bertanfromasi menjadi pandangan hidup masyarakat
Indonesia, nilai,norma dan kebudayaan bangsa Indonesia
3.
Kedatangan
Islam memberi warna tersendiri pada masyarakat Indonesia. para ulama berperan
penting di dalamnya menjadi tonggak utama pemberi semangat masyarakat. Para
ulama mengubah masyarakat menjadi fanatik berdasar anjuran islam.
B. Saran
Ada ungkapan yang menyatakan “ sebuah bangsa yang besar adalah
bangsa tahu sejarahnya “ maka sudah sepantasnya kita sebagai
mahasiswa sejarah kebudayaan-Islam yang
tengah belajar memahami sejarah bangsanya lebih bijak dan positif dalam
menyikapinya. Agar kedepannya bangsa Indonesia lebih maju dan tetap demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Hatta Muhammad. 1976. Indonesia Merdeka.
Jakarta: Bulan Bintang.
Suwarno. 2002. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ramayulis,Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta:Kalam Mulia,2011
Zuhairini, dkk Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta : BumiAksara 2011
http://niezz-azza.blogspot.com/2012/05/makalah
-pendidikan-islam-pada-masa.html
Baca Juga: Hubungan Negara dan Agama
[1] Muhammad Hatta, Indonesia Merdeka, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),
hlmn. 09.
[2] Ibid, hlmn. 24.
[3] Dr. P.J. Suwarno, S.H., Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), hlmn. 12.
[4] Op.cit, hlmn. 98-123
[5] Dr. P.J. Suwarno, S.H., Pancasila Budaya Bangsa Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), hlmn. 126-129
[6] Ibid, hlmn. 132
0 komentar:
Post a Comment