Kerajaan Majapahit, http://cdn2.tstatic.net |
Setelah Kerajaan Singosari sepenuhnya menguasai sriwijaya di tahun
1290, hal itu menarik perhatian Khubilai Khan seorang Kaisar Tionghoa dan
membuatnya mengirimkan utusan ke kerajaan Singasari untuk menarik upeti. Akan
tetapi raja Kertanegara yang memerintah Kerajaan Singasari saat itu menolak dan
mempermalukan khubilai Khan dengan memotong telinga utusanya. Hal itu membuat
Kubilai Khan marah dan mempersiapkan diri untuk membalas dendam. Sebelum sempat
membalaskan dendamnya, Kertanegara sudah lebih dahulu jatuh di tangan
Jayakatwang keturunan Kertajaya dari Kadiri. Maka dari itu Raden Wijaya
memanfaatkan hal itu untuk merebut kembali Kekuasaan nenek moyangnya
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
terbentuknya kerajaan Majapahit?
2.
Siapa
saja raja-raja yang pernah memerintah?
3.
Bagaimana
masa kejayaan Kerajan Majapahit?
4.
Bagaimana
masa keruntuhan Kerajaan Majapahit?
5.
Apa
saja peninggalan Kerajaa Majapahit?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
sejarah terbentuknya kerajaan Majapahit
2.
Mengetahui
raja-raj yang pernah memerintah di Kerajaan Majapahit
3.
Mengetahui
masa kejayaan Kerajaan Majapahit
4.
Mengetahui
Keruntuhan Kerajaan Majapahit
5.
Mengetahui
PeningalanKerajaan Majapahit
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Terbentuknya
Kerajaan Majapahit
Pada saat Singasari
dibawah kekuasaan kertanegara, khususnya ketika Singasari sedang melakukan
ekspedisi prajurit ke Nusantara, para keturunan Kertajaya secara tersembnunyi
mendirikan kerajaan kediri kembali. Jayakatwang yang saat itu sedang memerintah
kerajaan Kadiri telah mempersiapkan kekuatan untuk menjatuhkan Singosari. Menurut
Pararaton, pemberontakan yang dilakukan Jayakatwang dipicu oleh rasa dendamya
karena leluhurnya yang pernah ditumpas oleh leluhurnya Singosari yakni Ken
Arok.[1]
Setelah Kertanegara
wafat, Jayakatwang berkuasa atas singasari. Raden wijaya bermaksud ingin
merebut kembali kekuasaan singasari, namun ia menyadari bahwa saat itu
kondisinya belum memugkinkan. Akhirnya Raden Wijaya melarikan diri ke Madura
dan meminta nasehat kepada Arya wiraraja yang saat itu menjabat sebagai adipati
sumenep. Arya wiraraja menganjurkan agar raden wijaya mengabdi kepada Raja
Jayakatwang, raden wijaya pun melakukan apa yang dinasehatkan oleh wiraraja
hingga akhirnya ia mendapatkan kepecayaan dari raja Jayakatwang.[2]
Selanjutnya,
Raden Wijaya melakukan siasat berikutnya yaitu dengan meminta kawasan Hutan
Tarik sebagai hutan perburuan, dan tanpa menaruh rasa curiga Jayakatwang pun
mengabulkan permintaan Wijaya. Arya wiraraja juga mengirim orang-orang madura
untuk membantu membuka kawasan Hutan Tarik. Setelah waktu berjalan, lama
kelamaan kawasan Tarik mulai ramai karena banyak penduduk yang berasal dari
kawasan Madura dan juga Tumapel yang menetap di Hutan Tarik. Raden Wijaya
memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mengambil hati orang-orang yang telah
bermukim di Hutan Tarik. Ia menaikkan pangkat orang orang yang cerdas dan lihai
memainkan pedang dan memberikan nama baru sesuai degan watak dan rupa
seseorang. Hal lain yang dilakukan Raden Wijaya adalah selalu menyapa setiap
penduduk Hutan tarik yang mana menimbulkan kesan ramah dan menambah rasa hormat
baginya. Akhirnya Raden Wijaya menamai kawasan Hutan Tarik menjadi Majapahit. Maja
yang berarti buah maja, dan pahit yang berarti rasanya pahit.
Rencana
penyerbuan kediri tidak hanya dilakukan oleh Raden wijaya dan prajuritnya,
untuk menambah kekuatan dan potensi keberhasilan, Wijaya bersekutu dengan
pasukan dari Arya Wiraraja dan Tentara mongol. Arya wiraraja mengirimkan pesan
kepada Kubilai Khan serta menjanjikan hadiah dua orang putri dari Tumapel
sebagai jaminan atas persekongkolan mereka. semangat balas dendam Kubilai Khan membuatnya
menyetujui permintaan Arya Wiraraja.
Pada tahun 1293
M, Tentara tartar akhirnya tiba di Jawa, Raden Wijaya pun meyambut hangat kedatangan
mereka dan kemudian memberitahu bahwa Raja Kertanegara sudah wafat dan
digantikan oleh Jayakatwang dari kerajaan Kadiri. Kubilai khan dapat
membalaskan dendamnya kepada Jayakatwang atas kemarahnya terhadap perlakuan
yang diterima utusanya Meng Chi.
Pada akhirnya
Jatuhnya Kediri didapat dari persekongkolan dari ketiga prajurit yaitu dari
Majapahit, Tartar, dan Madura. Dalam Kidung Panji Wijayakarma disebutkan
bahwa Jayakatwang ditawan oleh tentara tartar kemudian dipenjara hingga
meninggal didalamnya.
Dikemudian
hari, Kubilai khan bermaksud menagih janjinya dengan mengirimkan surat melalui
200 orang prajuritnya. Namun Raden Wijaya telah berniat untuk mengkhianati
Kubilai Khan atas saran dari Rangga Lawe. Akhirnya Wijaya memainkan siasat
dengan tipuan, yang saat itu diwakili oleh Ken Sora bahwa Tentara tartar
haruslah menjemput dua gadis yang dijanjikan tanpa perlengkapan senjata dengan
alasan gadis dari tumapel tersebut ketakutan jika melihat senjata. Lalu, 200
tentara tersebut kembali dan menyampaikan pesan dari Ken Sora, tanpa rasa
curiga Kubilai Khan pun menerima permintaan Ken Sora dan kembali mengirimkan
300 prajuritnya tanpa senjata.
Majapahit pun
melancarkan aksinya, ketika tentara tartar telah sampai, mereka dibuat lengah
dengan memberi jamuan yang istimewa sampai mereka kekenyangan dan mabuk.
Setelah mereka lengah seketika prajurit Majapahit menyerang dari segala arah,
hal tersebut embuat mereka lari terbirit birit sampai akhirnya mati terbunuh.
Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Majapahit akan menghianati mereka yang
sudah membantu menjatuhkan Kadiri. Penyerangan tersebut sudah terencana matang
sehingga membuahkan hasil.
Setelah berhasil menumpas tentara mongol, Raden Wijaya akhirnya
dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Sri Maharaja Kertajasa
Jayawardana pada taggal 10 November 1293 M.
B.
Raja-Raja
Kerajaan Majapahit
1. Raden Wijaya (1293-1309)
Berdirinya kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden
Wijaya dibantu oleh pengikutnya. Ia mampu memanfaakan kedatangan tentara Cina
Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara.
Kedatang Kubilai Khan dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri,
sehingga kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya
meninggal di Ujung Galuh. [3]
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Kubilai Khan, maka pada tahun
1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar
Kertarajasa Jayawardhana. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang kuat, maka
Raden Wijaya melakukan berbagai tindakan yaitu seperti membangun Majapahit
sebagai pusat pemerintahan, mengawini keempat putri Kertangera yaitu Dewi Tribuwaneswari
(Parameswari) dll.
Beberapa peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahanya
yaitu :
- Pemberontakan
Ranggalawe
Dia kecewa
karena tidak diberi kedudukan patih (ingin diangkat sebagai wakil raja) di
Majapahit, tetapi hanya diberi kedudukan yang lebih rendah sebagai penguasa
(Bupati) Tuban. Ia tewas ditangan Kebo Anabrang komandan pasukan Majapahit.[4]
- Penyerahan
diri Lembu Sora Tahun
Diisaat Lembu
Sora melihat keponakanya yang tak lain Rangga Lawe tewas oleh Kebo Anabrang, ia
pun langsung tak tahan dan kemudian membunuh Kebo Anabrang menggunakan kerisnya
dan menusukkanya ke dada Kebo Anabrang. Lembu Sora bermaksud menyerahkan
dirinya pada raden Wijaya. Namnun, Karena siasat adu domba Mahapati terhadap
Raden Wijaya. Menimbulkan kesalahfahaman dan menyebabkan gugurya Lembu Sora
oleh prajurit Majapahit.[5]
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309, dan di makamkan di candi
Sumberjati (Candi Simping). Dan digantikan oleh putranya yang bernama
Kalagemet, dan setelah menjadi raja bergelar Jayanegara yang memerintah pada
thaun 1309-1328.
2. Jayanegara (1309-1328)
Pemberontakan juga muncul pada masa pemerintahan Jayanegara (Kala
Gemet), Raden Wijaya wafat
meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet. Putra ini diangkat menjadi
raja di Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada tahun 1309 M.
Beliau memerintah pada tahun 1309-1328 M. sewaktu menjadi raja ia masih sangat muda dan lemah sehingga
dimanfaatkan orang-orang yang merasa tidak puas untuk memberontak. Pemberontakan itu antara lain dari Juru
Demung ( 1313 M ), Gajah Biru ( 1314 M ), Nambi ( 1316 M ) dan Kuti ( 1319 M ).
Diantara pemberontakan tersebut pemberontakan Kuti yang paling
berbahaya karena hampir meruntuhkan kerajaan Majapahit.
Diantara pemberontakan tersebut:
- Pemberontakan
Nambi tahun 1316.
Pemberontakan di Kerajaan Majapahit
selanjutnya adalah Pemberontakan Nambi yang terjadi pada masa pemerintahan Raja
Jayanagara, Nenarakretagama menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Sri
Jayanagara terjadi pemberintakan Nambi. Pada tahun 1316 Mahapati mengincar
kedudukan sebagai seorang patih Majapahit, dia berusaha mendekati Nambi dan
mengatakan bahwa Sri Jayanagara tidak senang kepada Nambi. Demi menghindari
sengketa Nambi meminta izin kepada Sang Prabhu untuk kembali ke Lumajang dengan
alasan bahwa ayahnya Sang Pranaraja sedang sakit. Dengan izin Sang Prabhu akhirnya Nambi
berangkat pulang ke Lumajang, sampai di Ganding Nambi di jemput oleh utusan
Pranaraja yang mengatakan bahwa Pranaraja sakit keras. Setibanya di Lumajang
ternyata Pranaraja telah mengkat. Berita kematian Pranaraja akhirnya sampai ke
Majapahit. Sebagai tanda bela sungkawa akhirnya Sri jayanagara
mengutus beberapa orang untuk ke Lumajang yang dipimpin oleh Mahapati. Mahapti
memberikan nasehat kepada Nambi untuk memperpanjang cutinya, dan akhirnya Nambi
sendiri setuju dengan usulan Mahapati. Sesampainya di Majapahit Mahapati
memberikan laporan kepada Sang Prabhu bahwa Nambi segan kembali ke Majapahit.
Mahapati juga menceritakan kalau Nambi sedang mempersiapakn perlawanan kepada
Sang Prabhu. Mendengar berita tersebut Sang Prabhu mempercayainya.
Lalau mengirim tentara ke Lumajang dibawah komando Mahapati. Tentara Majapahit
berhasil menghancurkan benteng pertahanan di Pajarakan dan Gading, terus
menyerbu ke Lumajang. Kidung Sorandaka menyatakan bahwa setelah
perang Lumajang Mahapati diangkat menjadi Patih Amangkubhumi menggantikan
Nambi. Nama Mahapati dalam Kidung Sorandaka dapat di identifikasi dengan Dyah
Halayudha dalam prasasti Tuhanyaru (1323) yang menyatakan bahwa Dyah Halayudha
adalah Patih Majapahit. Nambi berhasil dibinasakan pada tahun saka
dengan candrasankala mukti-guna-paksa-rupa, 1238 (1316 masehi).[6]
·
Pemberontakan
Kuti tahun 1319.
Pemberontakan Ra Kuti terjadi tahun 1319,
dipimpin oleh Ra Kuti, salah seorang Dharmaputra. Menurut wikipedia, adanya
jabatan Dharmaputra diketahui dari naskah Pararaton. Tidak diketahui dengan
pasti apa tugas dan wewenang Dharmaputra. Pararaton hanya menyebutkan bahwa
para Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka, yang artinya
"pegawai istimewa yang disayangi raja". Mereka
dikisahkan diangkat oleh Raden Wijaya dan tidak diketahui lagi keberadaannya
setelah tahun 1328. Dr Purwadi dalam buku Sejarah
Raja-Raja Jawa (Penerbit Media Abadi, 2007) menulis bahwa di antara
sejumlah Dharmaputra, Ra Kuti terlihat paling unggul. Ra Kuti selalu berusaha
untuk mendapatkan kepercayaan Raja serta selalu berusaha dekat dengan Raja. Ternyata, Ra
Kuti punya misi khusus. Dia sangat ingin membunuh Raja karena telah menjadi
penyebab meninggalnya sang istri dan merusak rumah tangganya. Untuk
memuluskan niatnya, Ra Kuti membentuk barisan bawah tanah guna membunuh Sang
Prabu Jayanegara. Di satu malam, Ra Kuti dan teman-temannya memaksa masuk
Istana. Para senopati perang yang sedang tidur pulas banyak yang menjadi korban
keganasan pedang Ra Kuti dan teman-temannya. Tetapi, niat Ra Kuti membunuh Jayanegara
tidak kesampaian. Sebab, Jayanegara yang sedang tidur pulas diangkat dan dibawa
lari mengungsi oleh Gajah Mada. Kala itu, Gajah Mada yang menjadi komandan
pasukan khusus Bhayangkara, dikisahkan didukung 15 prajurit pengawal raja yang
masih setia. Pasukan Bhayangkara merupakan penjaga keamanan raja
yang terdiri dari orang-orang sakti dan setia yang terpilih. Anggota
Bhayangkara dipilih melalui seleksi ketat. Jayanegara dibawa ke Desa Bedander (ada
juga yang menulisnya Desa Badander). Singkat cerita, di tempat persembunyian,
tepatnya di rumah Buyut Bedander, seorang pengalasan atau pesuruh meminta pamit
hendak ke Majapahit. Karena curiga orang tersebut adalah antek Ra Kuti, Gajah
Madamembunuh orang tersebut. Bagi Gajah Mada, keamanan persembunyian
Prabu Jayanegara harus dijaga serapi dan serapat mungkin.[7]
3. Tribuana Tungga Dewi (1328-1350)
Jayanegara wafat pada tahun 1328. Karena tidak punya keturunan maka
tahta diserahkan kepada Gayatri atau Rajapatni (permaisuri R. Wijaya). Tetapi
karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni maka diwakilkan oleh putrinya yang
bernama Tribuwanatunggadewi yang ditugaskan mewakili untuk memegang tahta
kerajaan Majapahit. Suami dari Tribuwanatunggadewi adalah Kertawardana.
Pada pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan seperti
pemberontakan Sadeng dan Keta didaerah Besuki pada tahun 1331. Dan
pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasa tersebut
Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit pada tahun1331 untuk
menggantikan Aria Tadah yang sudah tua.
4. Hayam Wuruk (1350-1389)
Pada tahun 1350, Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk. Ia bergelar
Rajasanegara dan dalam menjalankan pemerintahan yang di dampingi oleh mahapatih
Gajah Mada, Adityawarman dan Mpu Nala sehingga ppada masa tersebut Majapahit
mencapai puncak kebesarannya, karena daerah kekuasaannya hampir meliputi
seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagi Kerajaan Maritim sekaligus
Kerajaan agraris.
Dalam rangka menguasai kerajaan Pajajaran, Gajah Mada melakukan
Politik Perkawinan yang menyebabkan terjadinya peristiwa Bubad pada tahun 1357.
Untuk memperkuat armada laut dipimpin oleh Mpu Nala. Dan juga menjalin
persahabatan dengan negara-neagra tetangga yang disebut dengan Mitrekasatata.
Setelah Gajah Mada meninggal pada tahun 1364, sehingga Majapahit
mengalami kesulitan untuk mencari penggantinya. Setelah tiga tahun kemudian
digantikan oleh Gajah Enggon. Meninggalnya Gajah Mada sangat berpengaruh
terhadap pemerintahan Hayam Wuruh, sehingga pemerintahan Hayam Wuruk mengalami
kemunduran. Hayam Wuruk meinggal pada tahun 1389. Selanjutnya tahta Majapahit
diduduki oleh Wikramawardhana.[8]
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)
Karena Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota dari permaisuri,
maka putrinya Kusumawardani bersama suaminya Wikramawardhana diangkat menjadi
penguasa majapahit selanjutnya dipusat Majapahit, sedangkan putra laki-laki
dari selir Hayam Wuruk yaitu Bhre Wirabumi (Minak Jingga) dijadikan raja kecil
di Blambangang tetapi tunduk kepada Majapahit. Akan tetapi Pengangkatan
Kusumawardhani ini tidak diterima dengan lapang oleh Bhre Wirabumi atau anak
Hayam Wuruk dari seorang selir. akhirnya terjadilah perang paregreg sekitar
tahun 1401-1406 yang mengakibatkan Bhre Wirabumi terbunuh.[9]
6. Suhita (1399-1429)
Kusumawardani digantikan oleh Suhita putra Wikramawardhana dengan
selir, ia memiliki gelar Dyah Ayu Kencana Wungu. Bhre Wirabumi merasa lebih berhak atas
Majapahit. Hingga terjadi perang pada tahun 1401-1406 yang disebut dengan
perang Paregreg (Perang Saudara).
Wirabumi dapat dibunuh oleh Raden Gajah (Darma Wulan). Dengan
Paregreg ini mulilah keruntuhan kerajaan Majapahit. Karena perang Paregreg ini
mebuat bintang Majapahit semakin memudar, sehingga banyak daerah-daerah
kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri.
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)
Dyah Kertawijaya adalah adalah raja Majapahit dengan gelar
Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana. Menurut kitab pararaton Kertawijaya
adalah anak dari Wikramawardhana dengan selir dan merupakan adik tiri dari
Suhita. Ia juga disebut sebagai Brawijaya I karena raja ini memiliki nama yang
berunsur wijaya(keturunan Raden Wijaya). Kertawijaya wafat tahun 1451 dan
dicandikan di Kertawijayapura.
8. Rajasawardhana (1451—1453)
Raja Rahasawardhana
dikenal denan Bhre Matahun, menurut Negarakertagama ia adalah suami dari
Indudewi atau Bhre Lasem Putri Rajadewi dan Wijayarasa. Dan dari perkawinan
tersebut, lahirlah Nagarawardhani yang menika dengan Bhre Wirabumi putra dari
Hayam Wuruk, raja majapahit saat itu.
9. Purwawisesa (1456-1466)\
Purwawisesa atau
Girishawardhana Dyah Suryawikrama merupakan raja ke 9 majappahit. Menurut kitab
Pararaton, sepeninggal rajasawardhana terjadi kekosongan pemerintahan, baru
sekitar tahun 1456 M, Bhre Wengker naik tahta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa
10. Bhre Kartabumi (1466-1478)
Bhre Kertabumi merupakan raja terakhr kerajaan Majapahit. Ia
juga dikenal dengan sebutan Brawijaya V. Hal tersebut sesuai dengan naskah
babad dan serat.
C.
Puncak
Kejayaan Kerajaan Majapahit
Hayam Wuruk naik tahta pasa usia 16
tahun dan mendapat gelar Rajasanegara. Majapahit mencapai masa keemesannya pada
pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Wilayah Majapahit diawali dari sebuah kota kecil
yang dibangun di daerah Tarik, yang awalnya adalah sebuah hutan belantara,
berkat orang-orang yang dikirim Wiraraja untuk membuka hutan tersebut.[10] Pada pemerintahan ini, diberitakan dalam
kitab Nagarakertagama bahwa wilayah kekuasaan Majapahit sudah sangat luas.
Negara daerah yang dimiliki Majapahit meliputi luas wilayah Nusantara sekarang,
bahkan lebih luas lagi karena menjangkau sampai ke Semenanjung Malaya dan
Singapura.[11]
Berdasarkan prasasti yang ditemukan, sejak zaman keemasannya, Majapahit telah
memiliki 21 negara daerah yang dicapai pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Dan jumlah negara akan semakin bertambah dengan berhasilnya ekspansi wilayah
yang dilakukan Gadjah Mada.[12] Gadjah Mada sebagai patih yang dikenal dengan
“sumpah palapa”, dia bersumpah tidak akan merasakan palapa (menikmati
istirahat) sebelum menyatukan Nusantara dibawah naungan Majapahit. Satu-satunya
daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang
saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud
menjadikan putri Sunda sebagai permaisuri. Setelah putri Sunda Diah Pitaloka
serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama pembesar Sunda berada di Bubad,
rombongan berhenti menunggu jeputan dari istana Majapahit yang dipimpin Gadjah
Mada langsung. Di Bubad ini terjadi perselisihan pendapat, Gadjah Mada ingin
agar perkawinan itu dilaksanakan dengan cara Sri Baduga Maharaja menyerahkan
Diah Pitaloka sebagai persembahan kepada Hayam Wuruk. Di lain pihak Sri Baduag
merasa terhina dengan perkataan Gadjah Mada maka terjadilah peperangan yang
tidak bisa dihindari. Banyak korban dari kedua belah pihak termasuk Sri Baduga
Maharaja, lalu Diah Pitaloka bunuh diri. Akhirnya Hayam Wuruk menikah dengan
Paduka sori anak Bhre Wengker Wijayarajasa (suami bhre Daha raja dewi
Maharajasa, bibi Hayam Wuruk). Dari pernikahan tersebut Hayam Wuruk mempunyai
putri Kusumawardhani. Dari selir yang lain Hayam Wuruk mempunyai putra bhre
Wirabhumi.
Dalam masalah politik, Majapahit
menerapkan politik bernegara yang baik dengan kerajaan-kerajaan yang pernah
ditundukkannya. Politik bernegara yang menyatu dengan konsep jagat raya
menyatakan bahwa kekuasaan yang bersifat teritorial dan desentralisasi dipegang
penuh oleh raja. Wilayah tinggal raja ditengah-tengah tiga unsur, yaitu unsur
gunung, unsur sungai dan unsur laut. Raja memiliki prajurit sebagai pembela
tanah air. Raja juga harus dibantu oleh sejumlah pejabat tinggi istana yang
tidak lain adalah pejabat-pejabat birokrasi kerajaan.
Kehidupan perekonomian Majapahit
sangat produktif karena mayoritas penduduk bekerja sebagi petani. Dari beberapa
peninggalan arkeologis yang ditemukan, komoditi hasil tani saat itu adalah
beras dan jagung. Beras dan jagung dari petani ini kemudian diperdagangkan di
pelabuhan-pelabuhan yang berada di Tuban, Gresik dan Surabaya. Selain
pertanian, juga didukung dengan perniagaan yang baik. Para pedagang di
pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Majapahit denag para pedagang asing tidak
hanya berdagang hasil pertanian tapi juga menukar dengan barang lain seperti
keramik dan tekstil. Dalam perniagaan ini, dikenal juga mata uang yang
dikeluarkan oleh pemerintah Majapahit, seperti uang gobog dan uang ma dari emas
dan perak. Juag uang kepeng dari Tiongkok.[13]
Kehidupan sosial kekuasaan Majapahit
menggunakan strata sosial seperti empat kasta di India, yaitu brahmana,
kesatria, waisya, dan sudra. Namun, ada juga strata sosial yang tingkatannya
berada dibawah empat strata tersebut, yakni candala, miecca dan tuccha.
Meskipun begitu strata-strata di atas hanya bersifat teoritis dalam literatur
istana.[14]
Pada era Hayam Wuruk agama Hindu
menjadi agama rakyat Majapahit secara keseluruhan, agama Hindu mempunyai dua
sifat khusus, pertama adanya trimarti sebagai kesatuan 3 dewa tertinggi yaitu
Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu adalah dewa pemelihara, dan Siwa dewa
pembinasaan. Kedua kitab suci Purana isinya berbagai macam cerita kuno yang
dikumpulkan dari cerita-cerita yang hidup di kalangan rakyat mengenai kehidupan
para dewa, tentang penciptaan dunia. Berbeda dengan Hayam Wuruk yang beragama
Hindu, agama patih Gadjh Mada adalah Budha. Gadjah Mada wafat pada 1364 M. kerajaan
majapahit kehilangan mahapatih yang tidak ada duanya. Dewan Saptaprabu yang
sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada
akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajdah Mada tidak akan diganti
melainkan hanya untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan maka
diangat Mpu Tandi sebagai Wridhamantri dan Mpu Nala sebagai mentri Amancanegara
dan Patih Dami sebagai Yuamentri. Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Maka
setelah kedua tokoh ini wafat, Majapahit perlahan-lahan mengalami kemunduran.
D.
Masa
Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Keruntuhan Kerajaan Majapahit ditandai dengan beberapa hal, yaitu:
1.
Tidak
adanya tokoh dipusat pemerintahan yang bisa mempertahankan kesatuan wilayah
majapahit setelah gajah mada dan hayam wuruk meninggal. Hal itu disebabkan
karena sebelum sepeninggalannya, gajah mada yang menjabat sebagai patih
amangkubumi memegang seluruh jabatan penting yang ada di kerajaan majapahit.
Gajah mada tidak memberikan kesempatan kepada penerus kerajaan untuk tampil.
Oleh karena itu setelah sepeninggalannya, tidak ada pengganti dirinya yang
cakap dan berpengalaman.
2.
Struktur
pemerintahan majapahit hamper sama dengan system Negara serikat pada masa
modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah
jajahan majapahit untuk mlepaskan diri begitu mereka mengetahui bahwa dipusat
pemerintahan sedang terjadi kekosongan pemerintahan.
3.
Terjadinya
perang saudara yang dikenal dengan perang paregreg (1401-1406) yaitu perang
antara kerajaan majapahit dan blambangan yang dilakukan oleh bhre wirabhumi
yang menyerang pusat kerajaan majapahit. Bhre wirabhumi memiliki kekuasaan di
blambangan, namun ia berambisi untuk menjadi raja majapahit. Namun usahanya
untuk menguasai majapahit tidak berhasil, karena bhre wirabhumi berhasil
dikalahkan oleh gajah mada. Perang paregreg menimbulkan kekacauan dan
melemahnya kekuatan kerajaan majapahit yang mengakibatkan banyaknya
daerah-daerah yang ingin melepaskan diri dari majapahit.
4.
Masuknya
agama islam sejak zaman kerajaan Kediri di jawa timur menimbulkan kekuatan baru
yang menentang kekuasaan kerajaan majapahit. Banyak bupati yang berada
diwilayah pantai yang masuk islam karena kepentingan dagang juga karena ingin
berbalik melawan kerajaan majapahit. Dan juga karena adanya perang paregreg,
mengakibatkan kemunduran ekonomi kerajaan majapahit. Perdagangan di nusantara
di ambil alih oleh pedagang-pedagang melayu dan islam.
Mengenai runtuhnya majapahit terdapat beberapa versi, yaitu :
1.
Majapahit
runtuh tahun 1478 M ketika girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan
menamakan dirinya sebagai raja wilwatika daha kediri.
2.
Majapahit
runtuh dikarenakan adanya serangan dari Demak yang dipimpin oleh adipati unus
tahun 1522 M.
E.
Peninggalan-Peninggalan
Kerajaan Majapahit
Beberapa Peninggalan kerajaan majapahit yang berupa Candi, Prasasti
dan kitab
Ø CANDI
1.
Candi
sukuh
Candi Sukuh terletak di Desa
Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta
atau 20 km dari Kota Karanganyar.Menurut perkiraan, Candi Sukuh ini dibangun
pada tahun 1437 Masehi
2.
Candi
cetho
Candi Cethi terletak di Dusun
Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut
perkiraan Candi
ini dibangun sekitar abad ke-15 Masehi dan
candi ini baru ditemukan pada tahun 1842
3.
Candi
pari
Candi Pari terletak di Desa
Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi
ini dibangun Sekitar
tahun
1350 sampai dengan 1389 Masehi, Candi ini terletak di 2 km
arah Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo
4.
Candi
jabug
Candi Jabung terletak di Desa
Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
5.
Candi
Tikus
Seperti pada Candi Brahu,
Candi Tikus juga sama-sama berada di situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu
Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
6.
Candi
surawana
Candi Surawana terletak di
Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur di 25 km Timur Laut Kota
Kediri. Candi ini dibangun pada abad ke-14 Masehi
Ø PRASASTI
1.
Prasasti
kudadu
Dibuat
pada sekitar tahun1294 M
2.
Prasasti
waringin pitu
Dibuat
pada sekitar tahun 1447 M
3.
Prasasti
canggu
Di
buat sekitar tahun 1358 M
4.
Prasasti
karang bogem
Di
buat sekitar tahun 1387 M
5.
Prasasti
katiden
Di
buat sekitar tahun 1392
Ø KITAB
1. Kitab
Negarakertagama
Karangan Empu Prapnca pada tahun 1365. Memiliki judul asli dasawarnana Kitab ini di tulis pada masa kerajaan
Majapahit , kitab ini menceritakan mengenai hal hal penting diantaranya
mengenai istilah istilah raja raja Majapahit, keadaan kota raja dan lainya
2.
Kitab Sutasoma
Dibuat oleh Mpu Tantular. berisikan tentang kisah atau riwayat Sutasoma anak raja
yang menjadi pendeta Buddha
3.
Kitab Arjunawiwaha
Satu lagi kitab karangan Mpu Tantular.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu
terakhir yang didirikan oleh Raden Wijaya setelah jatuhnya singosari oleh
beberapa bantuan yaitu prajurit Arya wiraraja, tentara Mngol, dan prajurit
Majapahit. Masa Kejayaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
dengan patihnya Gajah Mada. Retaknya eksistensi Majapahit dimulai sesudah
kepemerintahan Hayam Wuruk, salah satu pemicunya yaitu perebutan kekuasaan
diantara keluarga. Majapahit
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ni masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran
yang membangun demi ebaikan makalh penulis kedepanya. Dan penulisberharap
semoga makalalh ini dapat bermanfaat bagi penuls khususnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Panji, teguh. (2015). Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit.
Laksana : Yogyakarta.
Poesponegoro, Marwati dan Notosusanto, Nugroho. (1974). Sejarah
Nasional Indonesia II. Balai Pustaka : Jakarta.
Muljana, Slamet. (2005). Menuju Puncak Kemegahan (sejarah
kerajaan majapahit), PT. LkiS
Printing Cemerlang: Yogyakarta.
Widiyatmoko, Bayu. (20004). Kronik Peralihan Nusantara :Liga
raja-raja hingga kolonial, Mata Padi Presindo, Yogyakarta
Muljana, Slamet. (2005). Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan
Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta : LKiS Yogyakarta.
[1] Teguh Panji, Kitab sejarah terlengkap
Majapahit, hal 68
[2] Teguh Panji, Kitab sejarah terlengkap
Majapahit, hal 85
[3] Bayu Widiyatmoko, Kronik peralihan
Nusantara : liga raja-raja hingga kolonial, hal 92-94
[4] Teguh Panji, Kitab terlengkap sejarah
Majapahit, hal 112
[5] Teguh Panji, Kitab terlengkap sejarah
Majapahit, hal 116
[6] Bayu Widiyatmoko, Kronik Peralihan
Nusantara : liga raja-raja hingga kolonial, hal 107
[7] Teguh Panji, Kitab sejarah terlengkap
Majapahit, hal 129-130
[8] Slamet Muljana, Runtuhnya kerajaan
hindu-jawa dan Timbulnya negara-negara islam Nusantara, hal 21
[9] Slamet Muljana, Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, hal 21
[10]
Muljana, Slamet, Menuju Puncak Kemegahan (sejarah kerajaan majapahit), PT. LkiS Printing Cemerlang: Yogyakarta,
2005, hlmn. 187
[11]
Panji, Teguh. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit, Laksana: Jakarta, 2015, hlmn.
175
[12] .
Panji, Teguh. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit, Laksana: Jakarta, 2015 hlmn.
176
[13]
Ibid, hlmn. 181
[14]
Ibid, hlmn. 186
0 komentar:
Post a Comment