ASAL-USUL BERDIRINYA DAULAH BANI UMAYYAH II DI SPANYOL


ASAL-USUL BERDIRINYA DAULAH BANI UMAYYAH II DI SPANYOL, blogspot.com

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dengan dibekali akal untuk memperoleh ilmu. Sehingga, atas  rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, kami dapat mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini dengan judul : LATAR BELAKANG DAN ASAL-USUL BERDIRINYA DAULAH BANI UMAYYAH II DI SPANYOL. Tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk pengembangan wawasan pengetahuan dan penulisan makalah kami. Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca, serta dapat menambah khazanah pengetahuan kita semua. Aamiin.




Yogyakarta, 13 Mei 2019


            Penyusun



DAFTAR ISI


MAKALAH.. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
PENDAHULUAN 1
A.     Latar Belakang. 1
B.     Rumusan Masalah. 1
C.     Tujuan. 1
PEMBAHASAN.. 2
A.     Latar Belakang Berdirinya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol 2
B.     Para Penguasa Daulah Bani Umayyah II di Spanyol 3
C.     Sistem Pemerintahan Daulah Bani Umayyah II di Spanyol 8
 KESIMPULAN.. 12
DAFTAR PUSTAKA.. 13



PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peradaban Islam di Spanyol. Ketika masa kejayaan Islam, Spanyol merupakanpusat peradaan yang maju dan sangat penting. Apada saat itulah orang-orang Eropa Kristen banyak yang belajar di perguruan tinggi disana. Sebelum abad ke X, Eropa masih belum kaya akan ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban nya. Namun setelah dilakukan nya penerjemahan buku-buku berbahasa Arab yang hasil dari pemikir Islam, mulai terbukanya ilm pengetahuan yang maju.

    B.     Rumusan Masalah

     2.      Bagaimana para penguasa Daulah Bani Umayyah II di Spanyol?
     3.      Bagaimana sistem pemerintahan Daulah Bani Umayyah II di Spanyol?

      C.    Tujuan
1.    Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol.
2.    Mengetahui para penguasa Daulah Bani Umayyah II di Spanyol.
3.    Mengetahui sistem pemerintahan Daulah Bani Umayyah II di Spanyol.


PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang Berdirinya Daulah Bani Umayyah II di Spanyol


Datangnya Islam di Spanyol sejak penaklukan oleh bangsa Arab. Peradaban ini dibentuk oleh asimilasi antara bangsa Spanyol dan warga Berber dengan kultur Islam dan bahasa Arab yang dimana semua ini ditunjang dengan keadaan ekonomi yang maju.[1] Pemerintahan Islam yang pertama menduduki Spanyol ialah Bani Umayyah yang ada di Damaskus. Bani umayyah merebut Andalusia dari bangsa Gothia Barat yakni pada masa Khalifah al-Walid ibn Abdul al-Malik.[2] Ketika penakhlukkan tersebut dikirim 500 orang tentara muslim di bawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91 H/710 M. Ekspedisi yang di pimpin langsung oleh Tarif ini berhasil dan membawa banyak ghanimah.
Pada dekade awal pemerintahan Muslim terjadinya pemberontahan oleh warga Berber yang menempati pegunungan tandus di Galicia dan Cantabria kepada gubernur-gubernur Arab. Lalu pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Arab Syria. Bangsa Arab pecah menjadi kelopok kesukuan yakni Arab Qays dan Arab Yaman, ini adalah kalangan para pemukiman awal. Pemukiman inilah yang menjadi perananpenting pada Arabisasi dan Islamisasi di Spanyol. Pada akhir abad ke sembilan, bahasa Arab telah digunakan secara luas oleh penduduk dan sejumlah penduduk yang berpindah ke agama Islam. Dari hal ini menimbulkan perbedaan antara elite Arab asli dengan Arab asimilasi, lalu terbentuknya masyarakat Hispano-Arab.[3]
Pada abad ke 9 dan 10, ekonomi berkembang secara makmur. Dalam waktu yang bersamaan juga Spanyol memasuki fase perdagangan yang maju, seperti kota Seville dan Cordova. Akibat dari perubahan sosial dan eonomi ini menimbulkan konsolidasi politik. Terdapat tiga penguasa besar yang memperkokoh negara Spanyol-Muslim setelah pergantian gubernur yang diangkat dari Afrika Utara. Pertama adalah Abdul Rahman I (756-788), ia adalah seorang cucu Khalifag Umayyah Hisyam, ia didukung oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan klien Syria pada masa rezim Umayyah, ia mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol.[4] Pemerintahan ini mengikuti pola-pola pemerintahan Abbasiyah. Kedua ialah Abdul Rahman II (822-852) dimana menyentralkan pemerintahan dengan menfokuskan ke perekonomian yaitu perdagangan. Ketiga ialah Abdul Rahman II (912-961) menyempurakan proses konsolidasi pemerintahan pusat. Menentuk pasukan militer dari para tawanan. Selain itu juga memperkokoh siste pemerintahan.
Abdul Rahman III mengupayakan untuk melegitimasi pemerintahannya dengan mengadopsi bentuk-bentuk kultural Abbasiyah Baghdadi. Karena pada kenyataan nya kultur Islam di Spayol berasimilasi dengan kultur lokal. Gelar Khalifah atau amir al-mu’minin yang diadopsi dari Fathimiyah di Afrika Utara. Abdul Rahman III melakukan perluasan Masjid Agung Cordova, merancang proyek irigasi, dan mengerahkan kekuata jihad untuk menahan serangan umat Kristen di wilayah utara Spanyol.

B.       Para Penguasa Daulah Bani Umayyah II di Spanyol


1.       Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788)
Pendiri dinasti Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Sufyan, cucu Khalifah Umayah ke 10, Hisyam. Dia adalah salah seorang di antara sedikit Bani Umayah yang terlepas dari Pembalasan dendam yang keji dari khalifah Abbasyiah yang pertama, Asaffah. Setelah singgah lima tahun di Palestina, Mesir, dan Afrika, akahirnya dia sampai di Geuta. Disana dia diberi perlindungan oleh seorang Berber, keluarga pamannya dari pihak ibu. Kemudian mengutus pelayannya, Badar, untuk berunding dengan orang-orang Siria di Spanyol. Orang-orang Siria merupakan pendukung utama bani Umayah, dan mereka siap menyambut pemuda petualang dari dinasti kesayangannya itu. Karena itu Abdurrahman pergi ke Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadi yang menarik dari seorang Petualang muda ini serta nama besar keluarganya, membuat dia memperoleh dukungan rakyat. Gubernur Abbasiyah yang lemah memeranginya di Masarah. Pertempuran Masarah itu merupakan pertempuran yang menentukan. Yusuf gubernur Abbasiyah untuk Spanyol, dikalahkan karena Khalifah Manshur tidak dapat mengirimkan bantuan pada waktunya. Abdurrahman menjadi penguasa Spanyol dan menempatkan dirinya di Singgasana Spanyol sebagai seorang amir yang merdeka (756 M).maka di dalam masa enam tahun sejak kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[5]
Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan pasukan papin, seorang raja prancis dan putranya bernama Charlemagne. Namun pasukan penanggung jawab ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat Umayah di Spanyol ini berdiri tegak.[6]
2.       Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-180 H/788-796 M). Ia merupakan penguasa yang lemah lembut dan administrator yang liberal. Ia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sualiman. Pemberontakan ini dapat ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya ke wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya melancarkan gangguan keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan perancis. Kota Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Galicia mengajukan perdamaian.
Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan bermurah hati khususnya terhadap rakyatnya yang lemah dan miskin. Ia senantiasa ingin mengetahui keluhan si miskin ia senantiasa dengan keluar malam masuk perkampungan di kordoba, dan dengan mengunjungi mereka yang sedang sakit. Lalu meringankan beban mereka dengan membagikan sejumlah uang. Sekalipun tempramennya lemah lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas terhadap para pesuruh dan pemberontak yang mengancam stabilitas Negara.
3.      Hakam I (796-822 M)
Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I, menduduki tahta Spanyol. Dia adalah orang yang tidak baik dan tidak mulia. Dia suka dilingkungi kemegahan dan pertunjukan-pertunjukan. Pembawaanya suka senang-senang dan menikmati kehidupan yang diperolehnya, dia sangat kecanduan dengan minum anggur.
Tak lama setelah pelantikannya, hakam dihadapkan pada pemberontakan yang hebat dari para pembelot yang dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang faqih itu sangat mempengaruhi para pembelot yang tinggal dipinggiran kota Cordova sebelah selatan, yang ketika itu ibu kota Spanyol Muslim. Karena kedermawanan kebijakan Hisyam yang disalahgunakan, kaum faqih itu menjadi suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua campur tangan dalam urusan Negara” karena frustasi dalam harapannya memperoleh kekuasaan, dan merasa bangga akan kependetaan mereka, mereka menjadi penghasut dengan pidato-pidato.” Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar kefanatikan orang-orang Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak terhingga. Sebagian besar penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab yang berdarah murni. Pemimpin kaum faqih itu, Yahya bin Yahya, berkomplot dengan sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat seorang paman Hakam ke atas singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium sehingga tokoh-tokoh faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang junmlahnya, dibunuh, dan Yahya selamat melarikan diri.[7]
Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M, setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu periode yang paling banyak diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai penguasa Andalusia pertama yang bijaksana sekaligus ksatria. Satu kekurangannya adalah tidak bersikap ramah terhadap fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan Negara. Inilah sebab timbulnya gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan kekuasaan hakam. Mererka muncul sebagai oposisi hakam dan berusaha menciptakan kegaduhan sehingga melatari gerakan pemberontakan di Gordoha.[8]
4.       Abdurrahman II (822-852 M)
Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman, yang nama panggilannya Ausad. Pergantiannya tidak terlepas dari persaingan karena Abdullah, anak Abdurrahman I, melakukan usaha untuk menduduki tahta. Namun hal ini gagal dan Abdullah harus tunduk.
Pemerintahan tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen dari Merida bangkit memberontak di bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar, bekas pengumpul pajak dan sulaiman bin Martin. Penyebab pemberontakan ini adalah pembebanan pajak atas barang sehari-hari dan kekejaman para mentri serta para pengumpul pajak“. Abdurrahman menumpasnya dengan kekerasan. Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000 pemberontak di bunuh. Suatu pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam pemberontakan itu para neo/muslim dan orang-orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan itu dipimpin oleh seorang muallaf yang bernama Hasyim. Akan tetapi, Hasyim dapat dikalahkan dan dibunuh dan para pemberontak itu dicerai-beraikan.
Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic dari penduduk Kristen di Kordova bangkit memberontak. Pemberontakan ini mengambil sikap yang paling membahayakan. Mereka menghina orang-orang Islamdan menjelek-jelekkan Nabi mereka. Tidak beral;asan bagi orang-orang Kristen untuk mengeluh terhadap pemerintahan Arab. Mereka memperoleh kebebasan beragama, kehidupan social dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang penting dalam pengelolaan Negara. Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh olehj kesusaateraan dan bahasa Arab. Mereka juga mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab tanpa memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang terpengaruh ooleh Arab itu, yang disaebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic dengan mencela mereka sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat ini adalha seorang pendeta, Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka menggerakkan yang tidak puas dan dengan cara itu meningkatkan kebencian golongan yang keras kepala. “Fitnahan kepada Nabi Muhammad dan kepada Islam oleh orang-orang Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di dalam sejarah Islam di Spanyol. Hal itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang Kristen yang menolak pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau Muslim”. Abdurrahman harus mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah itu, dan mengakibatkan banyak laki-laki maupun perempuan yang suka rela mati sebagai syuhada.[9]
Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh pendahulunya yaitu Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat itu antara lain ditimbulkan oleh umat Kristen di daerah pendalaman yang dikepalai pimpinan Suku Leon, dan juga terdapat serbuan bangsa Norman terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan pada masa pemerintahan II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran. Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun Kordoba sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi Ibukota dengan berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak Ilmuwan berkumpul di istananya yang sebagian mereka berasal dari Baghdad.
5.     Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)
Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Abdurrahman II. Pada masa ini masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak dalam pertempuran di Guadelet. Di Kordoba timbul gerakan perusuh. Muhammad segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibukota ini dengan menumpas semua kekuatan pemberopntak. Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan oleh bangsa Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh Normandia yang melancarkan serbuan terhadap wilayah pantai Spanyol.
Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir masa pemerintahan, muncul sejumlah pemberontakkan diberbagai pennjuru. Seorang muslim Spanyol yang bernama Musa mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan di wilayah barat dipimpin oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah perbukitan antara kota Ronda dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.[10]
6.      Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani. Seandainya ia berusia panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban Negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar ibn Hafsun. Ia keburu meninggal sebelum mengamankan Negara dari gangguan para pemberontak.

7.      Abdullah (275-300 H/888-912M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn Al-Athir, “Pada masa ini timbul gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak awal masa pemerintahanm Abdullah hingga berakhir”. Ia tidak hanya mendapat perlawanan dari masyarakat Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab juga menentangnya. Pertengkaran yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville, kalngan Elvire. Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaaan raja.Umar ibn Hafsun memanfaatkan kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah kekuasaan hingga mendekati batas Ibukota. Abdullah mengarahkan pasukannya untuk menumpas gerakan pemberontakan dibawah pimpinan Obaydullah. Pemberontakan yang terbesar selama ini, yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil ditegakkannya.[11]

C.      Sistem Pemerintahan Daulah Bani Umayyah II di Spanyol

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia menjalankan pemerintahannya seperti bangsa-bangsa Romawi yaitu bersifat sentralistik. Pemerintahan dan kekuasaan sepenuhnya berada di tangan raja.  Akibatnya terjadi perubahan pada organisasi politik saat itu. Salah satunya adalah dalam sistem khalifah. Kepala pemerintahan tidak lagi di pilih secara musyawarah melainkan di angkat secara keturunan.
Para Khalifah Daulah Bani Umayyah II menetapkan kebijakan politik dari Demokrasi menjadi Sistem Pemerintahan  yang Aristokrasi (sistem turunan), masing masing khalifah mengangkat putranya sebagai  penggantinya. Konsekwensi logis dari perubahan sistem pemerintahan tersebut adalah suksesi  kepemimpinan berlangsung secara turun-temurun.[12]
Sebagaimana di semua negara, Daulah Bani Umayyah II juga mempunyai organisasi pemerintahan di antaranya
1.      An-Nidhamu Al-Siyasi (Organisasi sistem politik) yang meliputi jabatan khalifah, wizarat dan kitabat.
2.      An-Nidhamu Al-Idari (Organisasi Sistem tata usaha negara) yang meliputi susunan pemerintahan pusat yang terdiri dari anggota dewan
3.      An-Nidhamu Al-Maly (Organisasi keuangan / ekonomi)
4.      An-Nidahmu Al-Harby (organisasi pertahanan negara)
5.      An-Nidhamu Al-Qadha’i (organisasi kehakiman)[13]

Pemerintahan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia dapat di bagi menjadi enam periode, yaitu:
a)      Periode Pertama (711-755 M)
Kepemimpinan berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas politik belum sepenuhnya tercapai karena masih adanya pergesekan antara sesama penguasa yang di picu oleh perbedaan etnis dan suku. Hal ini menimbulkan terjadinya konflik dalam sistem politik saat itu sehingga tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya dalam jangka waktu lama.
b)      Periode Kedua (755-912 M)
Kepemimpinan berada di bawah pemerintahan seorang amir, tetapi tetap tunduk pada pusat pemerintahan . Andalusia mulai memperoleh kemajuan, baik dalam politik maupun dalam bidang peradaban. Hukum islam mulai di perbaharui dan di tegakkan. Namun gangguan-gangguan tetap muncul, salah satunya datang dari umat islam sendiri. Golongan orang yang merasa tidak puas dengan pemerintahan yang ada mulai menjalankan aksi revolusi.
c)      Periode Ketiga (912-1013 M)
Andalusia di perintah oleh seorang khalifah. Khalifah besar yang pernah memerintah pada periode ini, yaitu:
1.       ‘Abd al-Rahman III
Pada masa pemerintahannya inilah Andalusia mencapai puncak kejayaannya. Abd al-Rahman III melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang administrasi. Beliau tercatat sebagai orang yang telah membawa Spanyol muslim ke kedudukan yang lebih tinggi.
2.      Hakam II (961-976 M)
Hakam merupakan anak dari Abd Al-Rahmah III. Sepeninggal ayahnya, Hakim mengambil alih kursi kepemimpinan Andalusia. Pada masa kepemimpinannya masih banyak terjadi pemberontakan dan peperangan. Namun tidak mengurangi kemajuan yang di buat oleh Hakim III. Salah satu kemajuannya adalah dengan memajukan bidang pendidikan, ekonomi dan pembangunan.
3.      Hisyam II
Hisyam di angkat menjadi khalifah ketika usianya masih belia yang kemudian menyebabkan ibunya Sulthonh Subh dan seoarang bernama Muhammad Ibn Abi Amir mengambil alih kekuasaan.
d)     Periode Keempat (1013-1086 M)
Andalusia terpecah menjadi lebih dari 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut  Muluk al- Thawaif (Raja Golongan) yang mendirikan kerajaan berdasarkan etnis barbar. Meskipun terjadi ketidakstabilan, namun peradaban di Andalusia tidak terpengaruh dan tetap mengalami kemajuan.
e)      Periode Kelima (1086-1248 M)
Meskipun Andalusia terpecah menjadi negara-negara kecil, tetapi terdapat dua kekuatan besar yaitu dinasti Murabhitun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahiddun (1146-1235 M). Namun kedua dinasti tersebut tidak berkuasa lama karena adanya gangguan dari kelompok kristen. Hingga akhirnyaseluruh wilayah Andalusia kecuali Granada jatuh pada kekuasaan Kristen.
f)       Periode Keenam (1248-1492 M)
Islam hanya berkuasa di wilayah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Namun pada akhir abad ke 14 M, dinasti ini mulai mengalami kelemahan akibat perebutan kekuasaan. Hal ini di manfaatkan oleh tentara kristen untuk menyerang Granada. Pada tahun 1492 terjadi serangan gabungan antara kerajaan Aragon dan kerajaan Castille terhadap kota Granada selama berbulan-bulan hingga kota tersebut jatuh kepada pihak penyerang pada tanggal 2 Januari 1492.[14]

 





KESIMPULAN


Peradaban ini dibentuk oleh asimilasi antara bangsa Spanyol dan warga Berber dengan kultur Islam dan bahasa Arab yang dimana semua ini ditunjang dengan keadaan ekonomi yang maju. Pemerintahan Islam yang pertama menduduki Spanyol ialah Bani Umayyah yang ada di Damaskus. Bani umayyah merebut Andalusia dari bangsa Gothia Barat yakni pada masa Khalifah al-Walid ibn Abdul al-Malik. Terdapat tiga penguasa besar yang memperkokoh negara Spanyol-Muslim. Pertama adalah Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788), ia adalah pendiri dinasti Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Sufyan, cucu Khalifah Umayah ke 10, Hisyam. Pemerintahan ini mengikuti pola-pola pemerintahan Abbasiyah. Abdurrahman II (822-852 M) pemerintahan nya menyempurakan proses konsolidasi pemerintahan pusat. Menentuk pasukan militer dari para tawanan. Selain itu juga memperkokoh siste pemerintahan. Abdul Rahman III melakukan perluasan dan memperbaiki infrastruktur negara, dan juga mengerahkan kekuata jihad untuk menahan serangan umat Kristen di wilayah utara Spanyol.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia menjalankan pemerintahannya seperti bangsa-bangsa Romawi yaitu bersifat sentralistik. Pemerintahan dan kekuasaan sepenuhnya berada di tangan raja.  Akibatnya terjadi perubahan pada organisasi politik saat itu. Salah satunya adalah dalam sistem khalifah. Kepala pemerintahan tidak lagi di pilih secara musyawarah melainkan di angkat secara keturunan. Para Khalifah Daulah Bani Umayyah II menetapkan kebijakan politik dari Demokrasi menjadi Sistem Pemerintahan  yang Aristokrasi (sistem turunan), masing masing khalifah mengangkat putranya sebagai  penggantinya.


DAFTAR PUSTAKA

Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi, 2012.
Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Ummat Islam, Bagian kesatu dan dua. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
Joesoef Sou’yb. Sejarah Daulat Umayyah II di Cordoba. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Adenan, Thesis:”Sistem Politik Islam Periodisasi Bani Umayah di Andalusia”. Medan : UIN Sumut, 2016.



[1]Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Ummat Islam, Bagian kesatu dan dua. Terj. Ghufron A. Mas’adi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 581.
[2]Siti Maryam, dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. (Yogyakarta: Lesfi, 2012), hlm.. 79.
[3]Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Ummat Islam, Bagian kesatu dan dua. Terj. Ghufron A. Mas’adi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.. 582.
[4]Ibid., hlm. 583.
[5]Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordoba, (Jakarta: Bulan Bintang,1977), hlm. 7.
[6]Ibid., hlm. 43.
[7]Ibid., hlm. 50.
[8]Ibid., hlm.61.
[9]Ibid., hlm. 63.
[10]Ibid., hlm. 82.
[11]Ibid., hlm. 103.
[12]Adenan,Thesis:”Sistem Politik Islam Periodisasi Bani Umayah di Andalusia” (Medan : UIN Sumut, 2016), hlm. 21.
[13] Ibid., hlm 23.
[14]Ibid., hal 14-20.

0 komentar:

Post a Comment