Perkembangan Pemerintahan dan Kemajuan Dinasti Abbasiyah

Perkembangan Pemerintahan dan Kemajuan Dinasti Abbasiyah, blogspot.com


A. Latar Belakang
Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan atau pemerintahan dalam sejarah Islam yang memimpin pada tahun 32 H/750 M setelah Bani Umayyah tumbang di tangan pasukan Abu Abbas melalui pertempuran di suatu wilayah di Damaskus.
Dinasti Abbasiyah merupakan kekhalifahan terlama yang pernah memimpin sepanjang sejarah Islam, yaitu pada tahun 750-1258 M. Naiknya dinasti ini ke dalam tahta kepemimpinan Umat Islam saat itu tidak lepas dari banyak faktor. Diantaranya adalah adanya sebagian umat yang memandang bahwa Dinasti Umayyah tidak berlaku adil dan hanya memihak kepada sebagian kelompok saja. Ada juga sebagian kelompok yang merasa hak-haknya dirampas seperti kelompok Syiah. Dan juga orang-orang non-arab (Mawalli) yang tidak diberlakukan secara adil dengan dibebankan membayar pajak lebih besar dari orang arab.
Faktor-faktor tersebutlah yang membuat Bani Abbasiyyah mendapatkan banyak dukungan dari pelbagai pihak sampai memastikan kursi kekhalifahan pada waktu itu berpindah tangan dari Bani Umayyah kepada Bani Abbasiyah dengan melalui perebutan wilayah sampai menyisakan satu wilayah kekuasaan Bani Umayyah, yaitu Andalusia.
Nama Bani Abbasiyah sendiri disandarkan kepada paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Hal ini menunjukan pertalian yang erat antara keluarga Bani Abbas dengan Nabi Muhammad Saw. Sementara itu, pusat pemerintahan Bani Abbasiyah sendiri berpusat di kota Baghdad. Dinasti ini mengalami masa kejayaan pada awal-awal masa kepemimpinannya. Yaitu pada masa Harun Ar Rashid yang pernah memerintah pada tahun 786-809 M dan putranya yaitu Al Ma’mun yang menjabat pada tahun 813-833 M.
B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana perkembangan pemerintahan pada masa Dinasti Abbasiyah?
  2. Kemajuan apa saja yang dialami oleh Dinasti Abbasiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158 – 169 H / 775 – 785 M), dinasti Abbasiyah memperluas kekuasaan dan pengaruh Islam ke wilayah Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga ke China. Saat itu umat Islam berhasil memasuki selat Bosporus, sehingga membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti.
Pada masa Dinasti ini pula wilayah kekuasaan Islam sangat luas yang meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijjaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman, Kuwait, Iran (Persia), Irak, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Spanyol, Afghanistan, dan Pakistan. Juga mengalami perluasan ke daerah Turki, wilayah-wilayah Armenia dan daerah sekitar Laut Kaspia, yang sekarang termasuk wilayah Rusia. Wilayah bagian Barat India dan Asia Tengah, serta wilayah perbatasan China sebelah Barat.
Kemajuan-Kemajuan dan Perkembangan yang Dicapai : Secara garis besar ada dua faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya peradaban Islam, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam ajaran Islam bahwa ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits, memiliki kekuatan yang luar biasa yang mampu memberikan motifasi bagi para pemeluknya untuk mengembangkan peradabannya.
Sedangkan faktor eksternalnya, yaitu ajaran yang merupakan proses sejarah umat Islam di dalam kehidupannya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Faktor penyebab tersebut adalah semangat Islam, perkembangan​organisasi ketatanegaraan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perluasan Islam.
B. Kemajuan yang dialami Dinasti Abbasiyah
  1. Kemajuan di bidang Politik
Pada masa khalifah Al-Manshur ibu kota negara yang dulunya adalah Al-Hasyimiyah dipindahkan ke kota Baghdad. Di kota baru ini Al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, kepolisian negara, dan membentuk angkatan bersenjata, lembaga kehakiman, serta jawatan pos yang tidak hanya bertugas mengantar surat tetapi juga bertugas menghimpun informasi di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
  1.  Kemajuan di bidang Ekonomi
Pada masa Al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kejayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
  1. Kemajuan di bidang Agama
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Tokoh tafsir terkenal seperti Ibn Jarir at-Tabary, Ibn Athiyah, Abu Bakar Asam (Mu’tazilah), Abu Muslim Muhammad Ibn Bahr Isfahany (Mu’tazilah), dan lain-lain.
                        Dalam bidang Hadits, mulai dikenal ilmu pengklasifikasian Hadits secara sistematis dan kronologis seperti, Shahih, Dhaif, dan Madhu’. Bahkan sudah diketemukan kritik sanad dan matan, sehingga terlihat jarrah dan ta’dil rawi yang meriwayatkan Hadis tersebut. Ahli Hadits terkenal di zaman ini adalah: Imam Bukhari (w 256 H), Imam Muslim (w 261 H), Ibn Majah (w 273 H), Abu Daud (w 275 H), at-Tirmidzi, An-Nasa’I (303 H), dan lain-lain.
Dalam bidang Fiqih, mucul kitab Majmu’ al-Fiqih karya Zaid Ibn Ali (w 740 M) yang berisi tentang Fiqih Syi’ah Zaidiyah. Kemudian lahir Fuqaha seperti Imam Hanafi (w 767 M), seorang hakim agung dan pendiri Madzhab Hanafi, Malik Ibn Anas (w 795 M), Muhammad Ibn Idris as-Syafi’i (820 M), Imam Ahmad Ibn Hambal (w 855 M).
Karya-karya ulama madzab Fiqih antara lain adalah: Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar dan al-Alim Wal Muta’an, karya imam Malik yang terkenal adalah kitab Al-Muwatta, karya imam Syafi’i yang terkenal adalah Al-Umm dan Ushul Fikhih, karya imam Ahmad bin Hambal yang terkenal adalah al-Musnad.
           Dalam bidang filsafat dan ilmu Kalam, lahir para filosof Islam terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. Dan ilmu Kalam, Mu’tazilah pernah menjadi Madzhab utama pada masa Harun ar-Rasyid dan al-Ma’mun.
Diantara ahli ilmu Kalam adalah Washil Ibn Atha’, Abu Huzail al-Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, dan Imam Ghazali
Ilmu Lughah juga berkembang dengan pesat karena bahasa Arab semakin dewasa dan memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang dimaksud adalah  Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya. UlamaLughah yang terkenal adalah Sibawaih (w 183 H), Mu’az al-Harra (w 187 H), Ali Ibn Hamzah al-Kisai (w 208 H), dan lain-lain.
 Kota-kota Basrah dan Kuffah merupakan pusat pertumbuhan dan kegiatan ilmu lughah. Keduanya berlomba-lomba dalam bidang tersebut sehingga terkenal dengan aliran Basrah dan Kuffah, masing-masing pendukungnya merasa bangga dengan alirannya.
Aliran Basrah lebih banyak berpengaruh dengan mantiq dibandingkan dengan aliran Kuffah.
Dalam zaman ini diciptakan kitab-kitab yang bernilai dalam ilmu nahwu, shorof, ma’ani, arudh, kamus, dan ilmu maqarnat (kumpulan khutbah, idhah, dan riwayat).
Di antara ulama’ yang mashur dalam masa ini adalah :
  1. Sibawayhi.
  2.  Muadz Al-Harruh yang mula-mula membuat tasrif.
  3.  Al-Khasai mengarang kitab tata bahasa.
  4. Abu Usman al Maziny karangannya banyak tentang Nahwu.
            Ilmu Tasawuf berkembang pesat terutama pada masa Abbasiyah II dan seterusnya. Diantara tokoh tasawuf yang terkenal adalah al-Qusayiri (w 456 H), Syahabuddin (w 632 H), Imam al-Ghazali (w 502 H), dan lain-lain.

  1. Kemajaun di bidang ilmu pengetahuan
              Ilmu kedokteran mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir dinasti Abbasiyyah I. Pada masa ini, banyak sekolah kedokteran dan rumah sakit yang didirikan. Dinasti bani Abbasiyyah telah banyak melahirkan dokter kenamaan, yaitu Hunain Ibnu Ishaq, Ar-Rozy, Ibnu Sina Abu Marwan Abdul Malik, Ibnu Rusyd, dan Abu Zakariya, Sabur Bin Sahal.
                         Dalam ilmu perbintangan kaum muslimin di masa dinasti Abbasiyyah mempunyai modal besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Mereka mengkaji dan menganalisa berbagai aliran ilmu perbintangan dari berbagai suku bangsa, seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu falaq Arab jahiliyyah. Berikut adalah orang-orang yang ahli dalam bidang ini adalah: Abu Ma’syur Al-Falaqi, Jabir Al-Batany, dan Raihan Al-Biruny.
                         Setelah kitab-kitab filsafat Yunani di terjemahkan ke dalam bahasa Arab pada pemerintahan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat. Bahkan, mereka mulai menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam.
Akhirnya lahirlah filsafat Islam dan tokoh dalam ilmu ini adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghozali, Ibnu Rusd, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Al-Ahbary.
            Pada masa dinasti Abbasiyyah juga berkembang ilmu sastra, sehingga melahirkan para penyair dan pujangga yang terkenal. Di antara para penyair yang terkenal pada masa pemeritahan dinasti bani Abbasiyyah ialah : Abu Nawas, Abu Atiyyah, Abu Tanmam Al-Mutannaby, dan Ibnu Hani.
  1. Kemajuan di bidang Sosial dan Budaya
Adapun kemajuan dalam bidang Sosial dan Budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya.Dalam kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan kota-kota, seperti pada istana "ashrul Dhahabi, dan "ashrul Khuldi", sementara bangunan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lainnya
Selain itu, dibidang sosial pada masa Harun ar-Rasyid  didirikan Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi, dan pemandian umum.


KESIMPULAN
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2013/12/perkembangan-peradaban-islam-pada-masa.
https://blogspot.com/2012/06/kemajuan-dinasti-bani-abbasyiah.
Wikipedia

0 komentar:

Post a Comment