Hasil Peradaban China, Sumber:http://cdn.klimg.com/ |
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bangsa China merupakan salah satu bangsa
yang paling awal memasuki zaman sejarah. Bangsa China secara bertahap berhasil
mengembangkan kebudayaan mereka menjadi terkemuka di antara bangsa-bangsa lain
disekitarnya. Walaupun pada awalnya bangsa China mengalami kesulitan untuk
hidup di daerah lembah Sungai Kuning. Namun karena masyarakat mulai berfikir
dan berinisiatif untuk bertahan hidup di daerah tersebut maka perdaban yang
panjang mulai berlangsung pada saat itu juga.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
letak geografis peradaban Lembah Sungai Kuning?
2. Bagaimana
pemerintahan dan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Tiongkok?
3. Bagaimana
Hasil peradaban Lembah Sungai Kuning?
C. Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
letak geografis peradaban lembah Sungai Kuning.
2. Mengetahui
pemerintahan dan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Tiongkok.
3. Mengetahui
hasil peradaban lembah Sungai Kuning.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Letak
Geografis Lembah Sungai Hwang Ho
Sungai
Hwang ho atau sekarang disebut Huang He ini terletak didaerah pegunungan Kwen-Lun
di Tibet. Setelah melalui daerah pengunungan Cina Utara, Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning
karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya, sungai panjang yang membawa
lumpur kuning itu membentuk dataran rendah Cina dan bermuara di Teluk Tsii-Li
di Laut Kuning. Sedang di dataran tinggi sebelah selatan mengalir Sungai Yang
Tse Kiang yang berhulu di Pegunungan Kwen-Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina
Timur. Negeri Cina terletak di Asia Bagian Timur. Di sebelah barat dan utaranya
berbatasan dengan daerah Siberia dan Mogolia (Gurun Gobi).
Dalam
sejarahnya, daerah Lembah Sungai Kuning menyulitkan masyarakat Tionghoa Kuno
untuk melaksanakan aktifitas hidup. Sebab terjadi pembekuan es pada musim
dingin, serta terjadi banjir dan air bah ketika es mencair. Berbagai kesulitan
dan tantangan tersebut mendorong bangsa Tionghoa untuk berfikir dan
mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.[1]
B.
Pemerintahan
dan Dinasti-Dinasti yang Pernah Berkuasa Di Tiongkok Kuno
Sepanjang sejarah terbentuknya peradaban
Tiongkok Kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut, yaitu feodal dan
unitaris. Dalam sistem pemerintahan feodal, kaisar tidak mengangani langsung
urusan kenegaraan karena kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dinggap
sebagai utusan atau anak dewa langit sehingga tidak pantas mengatasi politik
praktis.
Sedangkan dalam sistem pemerintahan
unitaris, kaisar berkuasa secara mutlak dalam pemerintahan. Kaisar berhak ikut
campur tangan dalam urusan politik praktis. Sejarah banyak mencatat terdapat
banyak dinasti yang membangun Tiongkok menjadi bangsa besar. Diantaranya adalan
Dinasti Shang, Dinasti Chou/Zhou, Dinasti Qin. Dinasti Han, dan Dinasti Tang.
Berikut penjelasan tentang lima dinasti yang telah membangun Tiongkok menjadi
bangsa yang besar tersebut.
1.
Dinasti
Shang
Dinasti
Shang diyakini sebagai peletak landasan sejarah peradaban Tiongkok. Ia muncul sekitar
tahun 1760-1120 SM. Pusat pemerintahanya ada di kota Honan, yaitu daerah di
bagian barat laut Tiongkok.
Dinasti
Shang didirikan oleh pemimpin suku Shang, Tang, setelah memusnahkan Dinasti
Xia. Dinasti Shang melewati masa pemerintahanya sebanyak 17 generasi, 31 raja.
Menurut sejarah, raja terakhir Dinasti Xia yang bernama Jie adalah seorang
penguasa yang zhalim. Maka, Tang pemimpin Shang, memberontak untuk melawan
hegemoni Xia. Pemberontakan tersebut berasil, dan Tang mendirikan Dinasti baru.
Pada
masa dinasti ini, masyarakat Tionghoa terdiri dari atas berbagai lapisan.
Setiap lapisan terdiri atas orang-orang yang memiliki status sosial yang sama
atau sederajat. Keluarga kaisar merupakan kelompok tertinggi, dan tempat
tinggalnya juga berada di pusat kota. Di sekitarnya tinggal kelompok masyarakat
pengrajin(seniman). Kelompok masyarakat petani dan kelompok masyarakat yang
paling luas adalah masyarakat pedagang. Pada waktu itu, petan dianggap
mempunyai kelas lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedagang yang hidupnya
tergantung pada tenaga orang lain.[2]
Pada
dinasti ini juga, berkembanglah sistem perbudakan. Kaum bangsawan hidup dalam
kemewahan, sedangkan kaum budak hidup dalam kondisi yang sangat buruk. Setelah
pemilik budak meninggal, maka budak-budaknya juga dikubur secara hidup-hidup
sebagai korban bersama-sama dengan persembahan berupa hewan. Raja terakhir
Shang, Wu Ding merupakan seorang tiran yang kejam dan pada masa pemerintahan di
juga dinasti ini runtuh pada tahun 1122 SM.
2.
Dinasti
Chou/Zhou
Dinasti
Zhou (1066-256 SM) adalah dinasti ketiga dalam sejarah Tiongkok setelah Raja
Negara Adipati Zhou yang bernama Raja Zhou Wu Wang berhasil menggulingkan
pemerintahan Dinasti Shang yang dipimpin oleh kaisar yang kejam. Dalam sejarah,
Dinasti Zhou dibagi dua era, yaitu Dinasti Zhou Barat (Xi Zhou) 1066-771 SM dan
era Dinasti Zhou Timur (Dong Zhou) 770-256 SM.
Pada
masa Dinasti Zhou Barat ibukota kerajaan Zhou berada di Hao yang terletak di
provinsi Shensi bagian timur sekarang. Ciri khas pada masa ini adalah
berkembangnya feodalisme. Sedangkan pada Dinasti Zhou bagian Timur memiliki
ciri khas yaitu terjadi kemunduran feodalisme.[3]
Dikatakan sebagai kemunduran karena feodalisme sebagai sistem pemerintahan
tidak lagi mampu menjamin efektivitas penggunaan kekuasaan raja. Secara tradisi
periode Zhou timur terbagi menjadi dua, yaitu peiode Musim Semi dan Musim Gugur
(MSMG) serta Negara Berperang. Meskipun secara politis mengalami kemunduran
yang terwujud pada terjadinya peperangan, tetapi dalam bidang sosial, khususnya
bidang pendidikan, periode Musim Semi Musim Gugur merupakan masa revolusi. Masa
perang itu justru memunculkan pemikir-pemikir besar seperti Konfusius, Meng Zi,
dan Lao Zi yang berusaha keras mencari pemecah terbaik terhadap problem sosial
politik yang terjadi.[4]
Mendekati
penghujung Dinasti Zhou, para bangsawan tidak meletakan eksistensi keluarga Ji
sebagai simbol pemersatu kerjaan, dan masing-masing mengangkat dirinya sebagai
raja. Dinasti Zhou pecah menjadi beberapa bagian kecil yang bertempur satu sama
lainya. Zaman ini kemudian dikenal sebagai zaman negara-negara berperang. Peperangan berakhir setelah disatukanya China
dengan dinasti yang baru yang dikenal sebagai Dinasti Qin.
3.
Dinasti
Qin
Dinasti
Qin adalah salah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok
sepanjang sejarahnya. Dinasti Qin dikenal sebagai dinasti yang pendek umuenya,
namun meletakan dasar-dasar kekaisaran yang kemudian akan diteruskan selama
2000 tahun oleh dinasti-dinasti setelahnya. Dinasti ini juga merupakan dinasti
pertama yang mempersatukan suku bangsa beragam di Tiongkok ke dalam entitas
tunggal nasional Tiongkok. Dinasti Qin (221-207 SM) hanya berkuasa dalam waktu singkat, dan
digantikan oleh Dinasti Han (206 SM-220 M).[5]
Ciri
khas pada masa Dinasti Qin adalah penerapan hukum yang ketat dari ajaran
legalisme (Fajia), dari Shang Hyang yang mengatakan bahwa pemerintahan harus
diperintah dengan keras. Shang Hyang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya
jahat dan harus diperintah menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme
yang menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan
pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan
penindasan sehingga rakyat menjadi takut. Tegasnya undang-undang tidak pandang
bulu, bahkan bangsawan juga dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Perjuangan
Dinasi Qin untuk memenangkan pertempuran pada periode Zhangou Shidai atau
negara berperang tidak dapat bertahan dalam waktu yang panjang. Kekaisaran Qin
di China menghadapi macam faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti ini.
Kekaisaran Qin tidak dapat bertahan lama karena masyarakatnya masih teringat
periode perang yang mereka alami. Dengan kata lain, pada diri masyarakat Qin
masih tersisa semangat untuk bertempur dan membela kepentingan kerajaan
masing-masing kondisi psikologis itu mengisyaratkan bahwa dendam atas kekalahan
mereka dari pasukan Qin dari masa lalu masih tetap ada. Selain faktor itu juga
masih ada faktor lain, yaitu faktor ekonomi.
4.
Dinasti
Han
Setelah
Dinasti Qin runtuh, maka berdirilah Dinasti Han. Dinasti Han terbagi dua, yakni
Dinasti Han di barat dan di timur. Dinasti Han di Barat dimulai dari tahun 206
SM dan berakhir pada tahun 8 M. Dinasti ini memilih untuk mengambil sikap
elektif. Dinasti Han tidak sepenuhnya mengambil sistem feodal yang dilakukan
pada masa Dinasti Zhou, tetapi juga tidak menerapkan seluruh pemerintahan
terpusat seperti yang dikembangkan oleh Dinasti Qin. Pada wilayah tertentu,
Dinasti Han menerapkan pemerintahan feodal, tetapi pada wilayah lainya
diterapkan sistem pemerintahan terpusat. Sikap elektif ini juga tampak dalam
bidang Ideologi. Dinasti Han menggabungkan terutama aliran Falji dengan
Konfusianisme.
Dinasti
Han Barat adalah salah satu Imperium yang kuat dalam sejarah Tiongkok. Selama
berkuasanya Dinasti Han di Barat, berkat pelaksanaan kebijakan “pemberdayaan
rakyat” yang dimaksudkan untuk pengembangan ekonomi, kehidupan rakyat stabil
dan tenteram, ekonomi mereka pun makmur. Dengan demikian pemerintahan Dinasti
Han menjadi lancar dan stabil.[6]
Pada
awal Dinasti Han di Timur, berkat peningkatan lebih lanjut kekuasaan dan
harmonisnya pemerintahan pusat dengan kekuasaan lokal, negara semakin stabil.
Lalu mencapai taraf yang lebih tinggi dari pada Dinasti Han Barat, di bidang
ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.
Di
bidang ilmu pengetahuan, kalangan keilmuan Dinasti Han di Timur dengan Zhang
Heng sebagai wakilnya mencetak hasil yang sangat mengagumkan. Zhang Heng
diperingati dalam sejarah karena penemuan globe sertaalat pencatat dan pengukur
gemba bumi.selain itu, dokter terkenal dalam sejarah, Hua To yang hidup pada
masa Dinasti Han di Timur, adalah dokter ahli bedah pertama yang melakukan
pembedahan terhadap seorang pasien menggunakan tekhnik pembiusan.
5.
Dinasti
Tang
Dinasti
Tang (618-907) menggantikan Dinasti Sui yang berumur pendek, yang didirikan
oleh keluarga Li.[7]
Li Yuan mendirikan dinasti ini pada tahun 618 dan mentepkan Chang’an sebagai
ibukota dinasti ini. Li Yuan adalah seorang yang berbelas kasih. Ia menjamin
kelangsungan hidup para keluarga Raja Dinasti Sui. Pada tahun 626, ia turun
tahta, dan digantikan oleh putranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar Tang
Taizong (626-649). Dibawah pemerintahan Taizong, Tiongkok menjadi negara
adikuasa. Dengan kecerdasanya dalam bidang politik yang mengombinasikan
kekuatan milter dan diplomasi, serta mmecah belah suku-suku di sekitarnya, ia
menjadikan Tiongkok ebagai negara terkuat di Asia Utara. Ia menghancurkan sepenuhnya
kekuatan suku-suku Turki Timur, dan berhasil menguasai daerah Ordos serta
Mongolia Dalam.
6.
Dinasri
Song
Dinasti
song merupakan salah satu dinasti yang memerintah di Tiongkok antara tahun
960-1279, sebelum Tiongkok diinvasi oleh bangsa Mongol. dinasti ini merupakan
pemerintahan pertama di dunia yang mencetak uang kertas. Selain itu juga
merupakan Dinasti Tionghoa pertama yang mendirikan angkatan laut. Dalam periode
pemerintahan dinasti ini pula, untuk pertama kalinya, bubuk mesiu digunakan
dalam peperangan, dan kompas digunakan untuk petunjuk arah.
Zaman
pemerintahan Dinasti Song merupakan periode organisasi sosial yang maju dan
rumit. Beberapa kota terbesar di dunia saat itu brada di Tiongkok, dengan
Kaifeng dan Hangzhou berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Masyarakat
menikmati berbagai hiburan di kota-kota, dan bergabung ke dalam berbagai klub
sosial.
Pada
periode Dinasti Song, agama memiliki peranan yang penting terhadap kehidupan
sehari-hari masyarakat Tionghoa. Selain itu, literatur-literatur bertopik
spriritual sangatlah populer. Dewa dewi Taoisme, Buddisme, dan kepercayaan
tradisional Tionghoa, beserta roh-roh leluhur disembah dengan memberikan
sesajen.
C.
Hasil
Peradaban Lembah Sungai Huang Ho
1.
Bidang
pertanian
Dalam
sektor pertanian, pada bagian Hilir dari Sungai Kuning terdapat dataran rendah
Tiongkok yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Tionghoa. Umumnya
mereka bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan
pertanian Tionghoa Kuno sudah dikenal sejak Zaman Neolitikum (5000 SM), dan
tanaman pangan yang ditanam adalah padi.
2.
Bidang
Filsafat
Seperti
dikisahkan dalam sejarah Dinasti Tiongkok, pada masa pemerintahan Dinasti Zhou,
filsafat Tiongkok berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat
Tionghoa, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi.
3.
Bidang
Kepercayaan
Sebelum
ajaran Kon Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Tionghoa menganut kepercayaan kepada
dewa-dewa yang dinaggap memiliki kekuatan alam. Dewa-dewa yang menerima
pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (Dewa Angin), Lei-Shih (Dewa
Angin Topan, yang digambarkan sebagai naga besar), T’sai Shan (Dewa penguat
Bukit Suci), Ho-po.
4.
Bidang
Kebudayaan
Dalam
sektor kebudayaan, tembok besar China merupakan salah satu hasil kebudayaan
Kungai Kuning pada masa Dinasti Qin. Selain itu, masyarakat Tiongkok kuno telah
mengenal tulisan sejak 1500 SM, yang ditulis pada kulit penyu dan bambu.
Seni
sastra berkembang pesat seiring dengan ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong
Fu Zi, dan Meng Zi banyak dibukukan oleh filsuf maupun para pengikutnya. Pada
masa inasti Tang, hidup dua orang pujangga yang terkemuka yang banyak menulis
puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan To Fo.
Kebudayaan
Tiongkok Sungai Kuning juga berkembang seni lukis, keramik, kuil dan istana.
Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh
ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa
lukisan alam semesta, dewa-dewa-, dan raja yang pernah memerintah. Keramik
Tiongkok merupakan kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi, dan menjadi
salah satu komoditi pedagangan saat itu.
5.
Bidang
IPTEK
Tiongkok
memliki banyak ahli Astronomi (ilmu perbintangan) yang membantu masyarakat
dalam pembuatan sistem penanggalan. Perkembangan sistem astronomi merupakan
dasar dari aktifitas kehidupan bangsa Tionghoa. Sebab, sistem pertanian,
pelayaran, serta usaha lainya memerlukan informasi tentang pergantian dan
perputaran musim.[8]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Peradaban lembah Sungai Kuning adalah
peradaban bangsa Tiongkok yang muncul di lembah Sungai Kuning (Huwang Ho atau
Huang He sekarang). Awalnya masyarakat Tiongkok hidup kesulitan di daerah
lembah sungai ini. Keadaan yang sulit ini membuat masyarakat Tiongkok Klasik
ini untuk berfikir dan berinisiatif membuat tanggul di sepanjang sungai ini dan
mulailah peradaban daerah ini dimulai.
Waktu demi waktu kemudian berdirilah
dinasti-dinasti yang berdiri secara bergiliran dan memiliki kemajuan dan ciri
khas pemerintahan masing-masing. Dinasti-dinasti ini yaitu Dinasti Shang,
Dinasti Zhou, Dinasti Qin, Dinasti Han, Dinasti Tang, dan Dinasti Song. Setiap
Dinasti-dinasti ini memiliki pengaruh dan kemajuan masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Aizid,
Rizem, 2014, Kitab Sejarah Terlengkap
Peradaban-Peradaban Besar Dunia. Jakarta: Laksana.
Purwanta,
2009, Cina Klasik. Yogyakarta:USD
http://historyedu12.blogspot.co.id/2013/12/peradaban-sungai-kuning-hwang-ho.html
diunduh Rabu, 28 September 2016, Pukul: 18:56
[1] Rizem Aizid, Kitab Sejarah
Terlengkap Peradaban-Peradaban Besar Dunia (Yogyakarta: Laksana, 2014),hlm.
194
[2] Ibid, hlm. 204
[3] H.Purwanta, Cina Klasik
(Yogyakarta: USD,2009), hlm. 3
[4] Ibid, hlm. 5
[5] Rizem Aizid, Kitab Sejarah
Terlengkap Peradaban-Peradaban Besar Dunia (Yogyakarta: Laksana, 2014),hlm.
248
[6] Ibid, hlm. 257
[7] Ibid, hlm. 260
[8] Ibid, hlm. 272
0 komentar:
Post a Comment