Tanggung Jawab, .blogspot.com |
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Dengan dibuatnya makalah ini, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Orang tua yang telah mendukung dalam segi
apapun. Terima kasih pula untuk dosen pengampu mata kuliah yang senantiasa
memberikan bimbingan kepada kami.
Makalah ini dibuat untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di
bidang budaya dan untuk memenuhi tugas kami. Makalah ini kami tujukan kepada
para pembaca untuk menjadi bahan referensi dan inspirasi dalam proses kegiatan
menimba ilmu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
khasanah ilmu pengetahuan, para pembaca, dan untuk penyusun. Aamiin.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak hanya semata-mata
melakukan sesuatu atas dasar kepentingannya sendiri. Manusia juga mempunyai
kontak dengan manusia lain yang menyebabkan banyak kepentingan yang
bersinggungan. Kepentingan yang bersinggungan ini memunculkan sesuatu yang
disebut dengan tanggung jawab.
Manusia
dan tanggung jawab tidak hanya membahas tentang tanggung jawab dengan manusia
lain, namun juga tanggung jawab ke pada Tuhan dan tanggung jawab kepada dirinya
sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tanggung jawab?
2. Apa macam-macam Tanggung jawab?
3. Apa hasil dari Tanggung jawab?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Tanggung jawab
2. Mengetahui macam-macam Tanggung jawab
3. Mengetahui hasil Tanggung jawab
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanggung jawab
Tanggung
Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Dengan begitu, tanggung jawab dapat diartikan
berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.[1]
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Drs. Djoko Widaghdo dalam bukunya ”Ilmu
Budaya Dasar.”[2]
Tanggung
Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb.)[3]
Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia, selain
merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan.[4]
Orang yang bertanggung jawab akan dapat merasakan kebahagiaan apabila telah
dapat menunaikan kewajibannya. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab
akan menghadapi kesulitan karena telah menyimpang dari aturan, norma, atau
nilai-nilai yang berlaku.[5]
Jadi Tanggung jawab muncul karena
adanya kewajiban, kewajiban dibedakan menjadi 2 yaitu kewajiban terbatas dan kewajiban
tidak terbatas, adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kewajiban terbatas
Kewajiban
ini tanggung jawabnya diberlakukan terhadap setiap pelaku adalah sama, tidak dibeda-bedakan.[6]
Misalnya UU tentang pembunuhan, pencurian, dan perkosaan bagi pelanggarnya
dapat dikenakan hukuman-hukuman.
2. Kewajiban tidak terbatas.[7]
Kewajiban
yang tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap
kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati. Seperti
keadilan dan kebaikan.[8]
B. Macam-macam Tanggung jawab
Macam-macam tanggung jawab dapat
dibedakan berdasar objek sasaran tanggung jawab. Berikut adalah macam-macam tanggung
jawab:
1. Tanggung jawab pribadi
Manusia sebagai individu memiliki
pribadi yang utuh, dalam berpendapat, berperasaan, berangan-angan, dan
bertindak apa saja. Akan tetapi, sebagai individu juga harus berani bertanggung
jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
Contoh:
seorang gadis yang terlalu asyik menikmati masa muda nya tidak dilarang, akan
tetapi jika lupa daratan dan terjadilah peristiwa Layu Sebelum Berkembang seperti
yang pernah dijadikan judul film atau lagu oleh para seniman.[9]
2. Tanggung jawab kepada
keluarga
Masyrakat kecil ialah keluarga. Keluarga
adalah suami-isteri, ayah-ibu, dan anak-anak, serta orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada
keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan,
pendidikan, dan kehidupan.[10]
Dalam
kehidupan berkeluarga tidak terlepas dari rasa cinta dan kasih sayang. Setiap
bentuk kasih sayang dan cinta diperlukan suatu penorbanan dan pengabdian
sebagai wujud tanggung jawab.[11]
Contoh:
a) Tanggung jawab ayah menafkahi keluarganya
b) Tanggung jawab ibu memasak untuk
keluarganya
c) Tanggung jawab anak menghormati orang
tuanya
3. Tanggung jawab kepada
masyarakat
Manusia adalah makhluk sosisal.
Manusia sebagai anggota masyarakat dan berada ditengah-tengah masyarakat.
Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan segala aktivitasnya
manusia terikat oleh masyarakat,[12]
wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.[13]
Contoh: Seorang
warga masyarakat yang berupaya memajukan warga desa untuk sadar akan betapa
penting nya membaca. Namun berbagai bentuk tanggapan (baik dan buruk) dari
masyarakat harus bisa diterima dan dipertanggungjawabkan.
4. Tanggung jawab kepada
bangsa dan Negara
Dalam berpikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku, manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri, bila perbuatan manusia itu salah
maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.[14]
Contoh:
Dalam novel burung-burung manyar, tokoh Teto yang sudah bekerja di negara asing
melihat adanya manipulasi computer terhadap bangsa dan negara. Untuk itu, ia
merasa terpanggil untuk membongkarnya meskipun harus menjadi korban pemecatan
dari perusahaan.[15]
5. Tanggung jawab kepada
Tuhan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat
mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya, seperti akal,
perasaan, dan anggota tubuhnya. Yang semuanya itu atas kuasa Tuhan.[16]
Contoh: ”Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku.”[17]
C. Hasil dari Tanggung jawab
1. Pengabdian
Pengabdian ialah perbuatan manusia,
baik itu yang berupa pikiran, pendapat, kasih sayang, tenaga, maupun rasa
hormat yang dilakukan secara ikhlas. Timbulnya pengabdian ini didasari oleh
adanya rasa tanggung jawab.[18]
Berikut adalah contoh-contoh pengabdian:
a. Pengabdian kepada keluarga
Setiap
bentuk kasih sayang dan cinta diperlukan suatu pengorbanan dan pengabdian
sebagai wujud tanggung jawab. Dalam suatu kehidupan keluarga wujud tanggung
jawab dapat dilakukan dengan berbagai bentuk pengabdian.
Contoh: seorang kepala rumah tangga (ayah) bekerja
keras, berangkat pagi pulang malam untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah
tangganya. [19]
b. Pengabdian kepada masyarakat
Manusia
adalah anggota masyarakat. Ia tak dapat hidup tanpa orang lain, karena
tiap-tiap orang saling membeutuhkan. Bila seseorang yang hidup di masyarakat
tidak mau memasyarakatkan diri dan selalu mengasingkan diri, maka ia akan
ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyadari dan menyerah
kepada masyarakat lingkungannya.[20]
Contoh: seorang perantau yang berjanji akan membangun
daerahnya seusai studinya dilar kota. Dia tetap memegang janjinya walaupun di
kota perantauan sudah ditawari pekerjaan yang mncukupi hidupnya.
c. Pengabdian kepada Negara
Manusia
pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara.
Karena itu seorang warga negara mencintai negaranya. Mencintai ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk pengabdian.[21]
Contoh: abdi dalem dalam keraton Yogyakarta
Hadiningrat yang mengabdikan dirinya di keraton dengan bayaran tidak seberapa,
namun mereka tetap setia kepada sultan nya.
d. Pengabdian kepada Tuhan
Manusia
tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada tuhan. Pengabdian disini adalah
perwujudan dari tanggung jawab.[22]
Contoh: seseorang sadar akan ilmu agama yang ia miliki
dan ia mengajarkan ilmu-ilmu agama tersebut kepada orang-orang yang belum
memiliki cukup ilmu agama.
2. Kesadaran
Kesadaran adalah keinsafan akan
perbuatannya. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang
sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya),
siuman, bangun (dari tidur) ingat, tahu dan mengerti, misalnya, rakyat telah
sadar akan politik.
Jadi, kesadaran adalah hati yang
telah terbuka atau pikiran yang telah terbuka atau pikiran yang telah terbuka
tentang apa yang telah dikerjakan.
Contoh:
Perbuatan guru Isa mencuri adalah melanggar norma hukum. Bila tertangkap ia
diadili dan dipenjarakan, sebab perbuatan itu merupakan perbuatan kriminil.[23]
3. Pengorbanan
Pengorbanan artinya memberikan
secara ikhlas, harta, benda, waktu, tenaga, pikiran, bahkan mungkin nyawa, demi
cintanya atau ikatannya dengan sesuatu atau demi kesetiaan, kebenaran.[24]
Contoh:
a. Pengorbanan kepada keluarga
Seseorang
bekerja keras tanpa memberhitungkan lelah, karena bila tidak demikian kebutuhan
rumah tangganya tidak tercukupi. Itu semua demi cintanya kepada keluarganya.[25]
b. Pengorbanan kepada masyarakat
Seseorang
mengumpulkan pemuda dikampungnya untuk diajak memikirkan bagaimana memajukan
kampungnya. Usaha itu dikerjakan tanpa mengenal lelah dan putus asa.[26]
c. Pengorbanan kepada bangsa dan negara
Pejuang
kemerdekaan yang mengorbankan nyawa nya demi kemerdekaan negaranya.
d. Pengorbanan kepada kebenaran
Sesorang
yang lebih memilih menolong orang yang benar walaupun ia adalah bukan dari
golongannya, dan tidak membela orang yang dari golongannya.
e. Pengorbanan kepada agama
Nabi
Ibrahim as. Rela mengorbankan anaknya dan menyembelihnya demi cintanya kepada
Allah. Akhirnya anaknya itu diganti oleh kambing oleh Allah.[27]
BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang bebas,
berakal dan berbudi. Akal dan budi menempatkan manusia dalam kedudukan yang
tinggi di antara makhluk lain. Namun dilain sisi akal dan budi memberikan beban
tanggung jawab terhadap manusia.
Manusia sebagai makhluk, individu,
sosial, dan ciptaan Allah. Maka manusia dengan akal dan budinya bertanggung
jawab atas posisi-posisinya tersebut.[28]
Seperti sabda Nabi: “Kami semua itu adalah pemimpin, dan kamu semua akan
diminta pertanggungjawaban atas semua yang kamu pimpin. Semua Imam entah itu
RT, RW, sampai Kepala Negara itu adalah pemimpin, maka ia akan dimintai
pertanggungjawaban.”[29]
Dan dalam QS. Az-zalzalah: 7-8 “barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar
biji zarah, akan merasakan pahalanya; dan barangsiapa mengerjakan keburukan
sebesar biji zarah akan merasakan siksanya.”[30]
DAFTAR PUSTAKA
Alquran
Drs. Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta:
Bumi Aksara, 1994)
Drs. Sujarwa, Manusia Dan Fenomena
Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Glagah, 1998)
Kbbi.web.id
0 komentar:
Post a Comment