Ibn Jarir At-Thabari |
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dinasti Abbasiyah pada masa
kejayaannya dikenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
berkembang pesat di kota Baghdad, kota peradaban pada masa dinasti ini.Denganberkembangannya
ilmu pengetahuan yang pesat, tidak dipungkiri bahwa di kota Baghdad juga
terdapat banyak ilmuan dan sejarawan. Salah satu sejarawan yang masyhur pada
masa ini adalah at- Thabari.
Abu Ja’far Muhammad ibn at-Thabari
atau yang lebih dikenal at- Thabari adalah salah satu sejarawan pada masa
Dinasti Abbasiyah yang karya sejarahnya masih berpengaruh hingga saat ini.
Karyanya masih menjadi rujukan para sejarawan setelahnya. Untuk lebih
mengetahuinya, maka makalah ini akan membahas tentang at- Thabari dan karyanya
secara lebih mendalam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Latar belakang kehidupan
At-Thabari
2. Ciri khas kepenulisan Islam abad 1 sampai 3 hijriyah
3. Karya historiografi
At-Thabari ?
4. Metode historiografi
At-Thabari?
BAB II
Nama
lengkap At-Thabari adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At-Thabari. Ia lahir di
Amul, Thabaristan, yang terletak di pantai selatan laut Thabaristan pada tahun
839 M. Ia adalah seorang sejarawan besar Ensiklopedis, ahli Tafsir, ahli
Qiro’at, ahli Hadits, dan ahli Fiqih. Ia sudah mulai belajar pada usia yang
sangat muda dengan kecerdasan yang sangat menonjol. Dia hafalal-Qur’an pada
usia tujuh tahun. Ilmu-ilmu dasar dipelajarinya di kota keahirannya. Karena
orang tuanya termasuk orang yang berada, dia cukup mendapatkan fasilitas untuk
melanjukan studinya di dunia islam. Dia berkelana ke beberapa kota Islam untuk
belajar ilmu-ilmu, diantaranya ilmu Hadits, Fiqih Syafi’i, Qiro’ah dan Tafsir.[1]
Sejak
usia muda, at-Thabari sudah berkecimpung di dunia intelektual. Masa mudanya
dihabiskan untuk mengumpulkan riwayat-riwayat Arab dan Islam. Ia juga disibukan
dengan mengajar dan menulis. Seorang murid at-Thabari yang bernama Ibn Kumayl,
menceritakan tentang kehidupan at-Thabari. Dia menjelaskan bagaimana at-Thabari
membagi waktu-waktunya setiap hari. Dikatakan, dalam satu hari dia sanggup
menulis 40 halaman karya ilmiah. Pada sore hari, ia memberi pelajaran al-Qur’an
dan tafsir di masjid. Sehabis sholat maghrib, dia memberi pelajaran tentang
fiqih, kemudian baru pulang ke rumah. Ia juga sering menolak imbalan yang
diberikan kepadanya.[2]
At-Thabari
adalah sesorang yang sangat sederhana, meskipun sebenarnya ia memiliki
kesempatan untuk mengecap kehidupan material yang mewah. Ia juga menolak
tawaran untuk menduduki jabatan-jabatan yang diberikan kepadanya. Oleh karena
itu, ia dapat menyalurkan semangat intelektualnya dengan produktif. Bidang
intelektual pertama yang ditekuninya adalah sejarah, fikih, ilmu qi’raat
al-Qur’an dan tafsir. Kemudian ia juga mempelajari ilmu sastra, ilmu bahasa,
grametika, etika ilmu pasti dan kedokteran.[3]
BAB
III
CIRI KHAS KEPENULISAN ISLAM ABAD 1 SAMPAI 3 HIJRIYAH
Sumber
penulisan sejarah islam pada masa awal adalah syair-syair Arab Jahiliyah, ayyamul
Arab, bekas-bekas peninggalan kerajaan Himyariyah, cerita dongeng orang Yahudi
di Madinah, sejarah Herodotus dan bekas-bekas yang teradapat di batu-batu baik
di Arabia maupun di luar Arabia. Cerita dari mulut ke mulut menjadi sebuah
kebiasaan masyarakat Arab pada masa permulaan Islam. Cerita dari mulut ke mulut
ini akhirnya berkembang dengan luas dan menjadi suatu kumpulan cerita-cerita
dongeng yang berhubungan dengan sejarah Arab Kuno.[4]
At-Thabari sendiri ternyata juga menggunakan sumber dari Abid ibn Sariyah yang
di dalamnya mengandung cerita dongeng.[5]
Pada abad
kedua hijriyah mulai ada penyaringan terhadap cerita-cerita dongeng yang
dihubungkan dengan kabilah-kabilah, sehingga usaha ini merupakan suatu langkah
maju dalam meneliti sumber sejarah. Ahli-ahli sejarah pada abad ini mulai
meragukan sumber-sumber tradisi Arab Utara, terutama yang berkenaan dengan
kabilah-kabilah. Menurut mereka kabilah Arab sangat fanatik sehingga
sumber-sumber yang ditinggalkan dikatakan tidak objektif. Pada masa inilah
peranan ilmu pengetahuan masuk dalam ranah sejarah, yang kita kenal dengan
historiografi metode Dirayah.[6]
Selain
sumber dongeng, syair, dan monograf-monograf, historiografi pada masa ini juga
melibatkan sumber yang berasal dari gereja-gereja yang ada di Al-Hirah.
Sejarawan pada masa ini juga menggunakan sumber-sumber berbahasa Persia. Pada
masa tersebut sumber-sumber hadits juga sangat kental digunakan para sejarawan
tak terkecuali At-Thabari.[7]
pada masa ini juga muncul ahli-ahli hadits yang menuliskan peristiwa peperangan
(Magahazi) berdasarkan hadits-hadits perang rasulullah.[8]
At-Thabari
sendiri sebenarnya adalah seorang ahli Tafsir , dan kitab sejarahnya bermaksud
untuk melengkapi kitab tafsirnya, dengan mengemukaakan hikayat-hikayat sejarah
dalam islam ditambah dengan kritik-kritik. Kitab tersebut terdiri dari beberapa
jilid besar yang sampai sekarang banyak dipergunakan sebagai sumber oleh ahli
sejarah. Kitab sejarahnya tersebut sangat bernuansa sejarah metode riwayah
karena memang latar belakang keilmuan At-Thabari selain ahli tafsir, dia juga
ahli hadits.[9]
BAB IV
KARYA
HISTORIOGRAFI AT-THABARI
Tarikh al-umam wa
al-mulk yang disusun oleh at-Thabari, yang
manyajikan suatu uraian sejarah secara panjang lebar mengenai agama, hukum,dan
kejadian-kejadian politik. Tentu saja sesuai dengan masa itu, karya sejarahnya
ini tidak menghentikan sama sekali pengaruhnya terhadap ahli sejarah
selanjutnya sebagai suatu bentuk sejarah yang harus ditulis. Sejarah pra-islam
dibatasi pada sejarah Arab dan Persia. Tidak ada catatan lebih lanjut mengenai
cakrawala sejarah dan kebudayaan yang ada pada masa at-Thabari.[10]
Mengenai
sejarah Muhammad at-Thabari mengikuti modal kitab siroh. Walaupun demikian, penyajian secara kronologis disusun
secara teratur, tanpa adanya penyimpangan sama sekali peristiwa-peristiwa
tiap-tiap tahun disajikan dalam bentuk khabar, dengan menunjuk sumber-sumber
dan perawi-perawi yang mengabarkannya. Ketelitian dan perawi yang dipercayai
dalam menyusun naskahnya sangat diperhatikan. Kalau ada peristiwa penting dalam
tahun itu maka akan dikemukakanya dalam penyajian yang pertama. Pembagian
penguasa hanya sedikit saja yang menonjol dalam karya ini. Yang banyak adalah
biografi para khalifah pada masa akhir pemerintahannya. Pejabat-pejabat
pemerintahan kurang penting bagi at-Thabari yang pemikirannya menunjukkan ciri
sebagai penulis sejarah. Pandangan at-Thabari pada masanya terbatas sekitar
Baghdad, dan mengemukakan pemikirannya di pusat pemerintahan Abbasiyah.[11]
Kitab
At-Tarikh al-Umam wal Mulk sudah
beberapa kali diterbitkan ulang, termasuk diantaranya dalam bentuk ringkasan
dan diterbitan di Leiden. Kitabnya yang asli 10 kali lebih besar daripada
ringkasannya. Untuk mengetahui kandungan kitab itu secara sempurna dibutuhkan
pengkajian terhadap karya-karya sejarawan yang sezaman dengannya atau yang
sesudahnya yang merujuk pada karya at-Thabari dalam kajian sejarah. Kitab ini
sebenarnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 963 M atas
perintah penguasa Abu Ali Muhammad al-Bal’ami al-Samani. Akan tetapi, kitab
terjemahan ini banyak sekali meringkas kitab at-Thabari dan menambahnya dengan
sumber-sumber lain.[12]
Secara
garis besar, kandungan kitab ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian sejarah
sebelum islam dan sejarh islam. Pada bagian pertama at-Thabari, memulai sejarah
para rasul dan raja-raja dengan memusatkan pada sejarah nabi Adan dan nabi-nabi
permulaan dan sistem pemerintahan mereka. Selain itu ia juga memusatkan pada
sejarah kebudayaan Sasania (Persia). Riwayat-riwayat yang dikumpulkannya yang
berhubungan dengan sejarah sasania dikutipnya dari naskah bahasa Arab,dari buku
raja-raja Persia yang diterjemahkan oleh ibnu Muqofa. Dia tidak memperhatikan
hukum kausalitas, dia hanya mengumpulkan peristiwa-peristiwa itu, meskipun ada
yang saling bertentangan. Pada bagian ini ia juga memaparkan sejarah bagsa
Romawi, Yahudi, dan Arab pra-Islam.[13]
Bagian
kedua at-Thabari memaparkan sejarah nabi Muhammad saw., peristiwa-peristiwa
penting yang dilaluinya dan perang-perang yang dipimpinnya. Setelah itu ia
memaparkan sejarah Islam pada masa Khulafa Ar-Rasyidun termasuk di dalamnya
ekspansi-ekspansi pada masa ini. Sejarah dinasti Umayyah merupakan bagian
tersendiri, dan karyanya itu diakhiri dengan sejarah dinasti Abbasiyah. Peristiwa
terakhir yang diangkat at-Thabari adalah peristiwa yang terjadi pada tahun 915
M.[14]
BAB V
METODE
HISTORIOGRAFI AT-THABARI
Dilihat
dari karya sejarahnya metode yang digunakan at-Thabari dalam menulis sejarah
yaitu:
A. Bersandar
Kepada Riwayat
Setiap
informasi yang disajikan dalm kitab sejarahnya disadarkan kepada para perawi.
Menurutnya, sejarawan tidak otentik apabila bersandar kepada logika dan qiyas.
Karena disandarkan kepada perawinya, maka di dalam kitabnya banyak ditemukan
informasi yang berbeda-beda tentang peristiwa yang sama. Dalam hal ini, at-Thabari
sendiri membiarkan para pembaca untuk menyeleksi, menilai, dan memilih informasi-informasi
yang telah disajikannya.[15]
B. Sangat
Memperhatikan Sanad
Setiap informasi yang disajikan dalam
kitab sejaranya disertai penyebutan perawi dan sanadnya sehingga sampai ke pada
tangan pertama, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli hadits. Apabila
informasi itu dikutip dari buku maka at-Thabariakan menyebutkan nama pengarang
buku tanpa menyebutkan judul buku.Apabila ia mendengarkan informasi secara
langsung, maka ia akan menulis “aku mendengar si fulan berkata ke padaku...”,
apabila ada orang yang mendengar informasi itu bersamanya, maka ia akan
menuliskan “aku mendengar si fulan berkata pada kami...”. Terkadang, ia juga
menyandarkan informasi yang disajikan dalam tulisannya dari surat-menyurat.
Akan tetapi, di bagian akhir bukunya, ia terlihat tidak begitu ketat terhadap
sanad ini, seperti tidak menyebutkan nama sumber pengambilan informasi. Ahmad
Muhammad al-Hufi berpendapat bahwa kepenulisan at-Thabari yang semacam itu,
dimaksudkan untuk menghindari kemarahan penguasa.[16]
C. Sistematika
Penulisan Bersifat Kronologis Berdasarkan Tahun
Dalam
bukunya, ia menyajikan informasi yag dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama,
informasi sejarah pra Islam yang
disajikan dengan tidak disusun berdasarkan tahun disebabkan diluar batas
kemamupannya. Bagian ini dimulai dari penciptaan Adam, nabi-nabi dan peristiwa
yang terjadi pada masanya masing-masing, para raja yang hidup sezaman dengan
para nabi tersebut dan kehidupan umat setelah para nabi tersebut sampai kepada
kelahiran Islam.[17]
Bagian
kedua, informasi sejarah setelah kedatangan Islam. Sistematika penulisannya
dilakukan berdasarkan tahun, sejak awal hijrahnya Nabi Muhammad saw. Ke Madinah
sampai tahun 915 M. Pada setiapnya disajikan peristiwa yang pantas disajikan.
Apabila ada suatu peristiwa yang berlarut-larut sehingga berlangsung
bertahun-tahun, maka ditulis secara terpisah berdasar tahun dalam bentuk hawliyat. Jika tidak, maka peristiwa
tersebut ditulis dengan memberi tanda setiap tahunnya, kemudian baru dijelaskan
peristiwa tersebut secara rinci ditempat yang lain yang menurutnya pantas.[18]
D. Informasi
yang umum
Informasi-informasi
sejarah yang tidak ada hubungannya dengan waktu tertentu, ditulis sendiri
secara tematik. Misalnya, setelah membicarakan peristiwa-peristiwa pada masa
pemerintahan khalifah tertentu, setelah itu membahas sifat-sifat, akhlak, dan
keistimewaan-keistimewaan khalifah tersebut.
E. Menyajikan
terks-teks sastra (syair)
At- Thabari dikenal banyak menyajikan
teks-teks sastra seperti sya’ir, khitabah
(pidato),surat-surat dan perbincangan-perbincangan dalam peristiwa-peristiwa
bersejarah.
BAB
VI
PENUTUP
Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir
at-Thabari atau yang lebih dikenal dengan at-Thabari adalah salah satu
sejarawan pada masa Dinasti Abbasiyah. Selian ahli sejarah, at-Thabari juga mempelajari
ilmu fikih, ilmu qi’raat al-Qur’an dan tafsir.Ia juga mempelajari ilmu sastra,
ilmu bahasa, grametika, etika ilmu pasti dan kedokteran. Karena pada dasarnya
ia merupakan orang yang cukup berada, ia mendapatkan fasilitas untuk mencari
ilmu dengan menjelajah ke berbagai daerah. Meskipun begitu, ia tetap hidup
dalam kesederhanaan.
Tarikh
al-umam wa al-mulkmerupakan salah satu kitab karya
at-Thabari yang berpengaruh dan menjadi rujukan sejarawan setelahnya.Sitematika
dalam penulisan karya ini adalah berdasarkan tahun, yaitu sejarah pra Islam dan
setela datangnya Islam. Dalam menuliskan karya sejarah, metode yang digunakan
at-Thabari yaitu berdasar pada riwayat, sangat memperhatikan sanad, sistematika
penulisan bersifat kronologi berdasarkan tahun, informasi yang umum dan
menyajikan teks-teks sastra (sya’ir).
DAFTAR
PUSTAKA
Umar,
Muin. 1988. Historiografi Islam. Jakarta:
Rajawli.
Umar, Muin. 1978. Pengantar
Historiografi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Yatim,
Badri. 1997. Historiografi Islam . Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
[1]
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 113-114.
[10]Muin
Umar, Historiografi Islam (Jakarta:
Rajawli, 1988), hlm. 88-89.
[12]Badri
Yatim, Historiografi Islam, hlm. 116.
[15]Badri
Yatim, Historiografi Islam, hlm.
119-120.
[17]
Badri Yatim, Historiografi Islam,
hlm. 121-122.
0 komentar:
Post a Comment