Penggunaan
kata Renaisans sebenarnya baru mulai digunakan pada awal abad ke 19, sebelumnya
ide Renaisans lebih sering dikenal dengan sebutan kelahiran kembali. Sebenarnya
agama Kristen sendiri telah mempopulerkan konsep kelahiran kembali melalui
ritual baptisan yang menciptakan seorang pribadi yang terlahir kembali dengan
nama Kristen yang baru. Selain dari ajaran Kristen Cicero telah mempopulerkan
kata renovatio untuk menggambarkan teori Stoa mengenai siklus
penghancuran dunia oleh api dan pembentukan kembali.
Ketika
Francesco Petrarca (Petrarch) (1304-1374) menyarankan fajar periode baru pada
abad ke-14 sebagai saat manusia menerobos kegelapan menuju gerak menuju cahaya
murni dan asli, ide tersebut bukan hal yang baru. Yang baru adalah bahwa pada
waktu ini ide itu menjadi populer, dan menjadi slogan gerakan-gerakan
pembaharuan yang sedang merebak.
Jika
ada konsep kelahiran kembali, pasti ada masa sebelum itu, masa ini dikenal
sebagai zaman kegelapan Eropa. Pada awalnya terdapat perbedaan pendapat
mengenai kapan dimulainya masa kegelapan tersebut, tokoh-tokoh tersebut antara
lain Domenico Bandini, dan Leonardo Bruni. Namun, menjelang pertengahan abad
ke-15, disepakati bahwa periode abad pertengahan Eropa berlangsung selama
seribu tahun, dari jatuhnya Roma sekitar tahun 412 masa kelahiran kembali 1412.
Pada
abad tahun 1855, Jules Michelet menggunakan kata Renaissance dalam karyanya Histoire
de France, ini merupakan penggunaan kata Renaissance yang pertama kali
dalam buku sejarah. Kata Renaissance sendiri jika diterjemahkan secara literal
ke dalam bahasa Inggris adalah Rebirth (kelahiran kembali).
Latar Belakang Munculnya Renaisans
Pasca
keruntuhan Romawi pada abad ke-5, bangsa Eropa mengalami fase yang dinamakan
dark ages. Fase ini merupakan fase stagnan kebudayaan pada masa itu. Pada masa
ini bangsa Barat tertinggal jauh dari kemajuan-kemajuan kebudayaan Islam.
Akar
kebudayaan klasik Eropa sesungguhnya tidak lenyap dari Eropa. Bangsa Barat
mulai berusaha untuk bangkit kembali pada abad ke-9, ketika Charlemagne
berusaha memulihkan kekaisaran Romawi di Barat dengna merangsang kebangkitan
kembali kesusastraan, seni, arsitektur, dan lembaga-lembaga politik Romawi.
Masa ini dinamakan kebangkitan kembali yang pertama.
Kebangkitan
kembali berikutnya terjadi pada abad ke-12, sebagian sejarawan menganggap masa
ini lebih penting ketimbang Renaisans abad ke-14, karena gagasan kebangkitan
ini tersebar secara luas, dan menghasilkan sistematisasi pengetahuan ilmiah dan
logika yang disebut skolatisisme. Kebangkitan ini muncul bersamaan dengan
kebangkitan kembali ekonomi hebat di seluruh Eropa: sebagai hasil perang Salib,
perluasan perbatasan, peningkatan perdagangnan, dan pengembangan kota,
khususnya Italia.
Unsur
baru yang diperoleh dari kebangkitan intelektual abad ke-12 adalah kembali
bangkitnya minat pada ilmu, dan filsafat Yunani. Hal ini dirangsang oleh kontak
yang terjadi dengan orang-orang Islam selama perang Salib. Keilmuwan yang
kebanyakan telah hilang dari Barat, masih bertahan di daerah Islam dalam
terjemahan-terjemahan, dan komentar-komentar berbahasa Arab. Tidak mengherankan
para sarjana Barat seperti Gerard dan Michael Scot, berlomba pergi ke Toledo
untuk belajar bahasa Arab dan menerjemahkan keilmuwan Yunani ini.
Pasca
diterjemahkannya literatur-literatur Yunani Kuno, bangsa Eropa mulai mengenal
kembali keilmuwan-keilmuwan yang ditulis pada masa Yunani Kuno, salah satunya
filsafat. Namun, keberhasilan penerjemahan ke dalam bahasa latin tersebut
justru dianggap ancaman bagi dogma gereja. Salah kebijakan kontroversial greja
adalah melarang mahasiswa di universitas baru di Paris membaca karya
Aristoteles.
Golongan
gereja menganggap pemikiran Aristoteles bertentangan dengan dogma gereja.
Aristoteles berpendapat, sekali dunia telah digerakkan, dunia diatur oleh
hukum-hukum rasional abadi yang di dalamnya tidak lagi berperan lebih lanjut
dari tuhan. Selain itu Aristoteles tidak percaya pada kebakaan individu, atau
kebangkitan kembali individu, ia juga berpendapat manusia jauh dari dosa karena
secara alamiah bersifat sosial dan mampu mengatur dirinya di dalam komunitas
politik.
Ide-ide
dari pemikir Yunani tersebut jika diterima, tentu saja akan mengacaukan
struktur dunia Kristen. Pada kenyataanya terbukti sangat sulit untuk
mendamaikan ide-ide klasik dengan ide Kristen, khususnya. Pada abad ke-14
muncul suatu gerakan Renaisans pimpinan Petrarch, yang menjadikan kebudayaan
klasik sebagai model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia. Renaisans
merupakan gerakan gerakan budaya yang mempunyai pengaruh besar pada kehidupan intelektual
Italia, pada abad ke-14.
Pada
abad ke-14, negara-negara kota di Utara Italia cukup makmur dan damai untuk
menopang seniman, dan penulis kelas atas. Ini yang membuat suasana mendukung
untuk mendorong inovasi kebudayaan Renaisans. Pengaruh kebudayaan Renaisans
dirasakan dalam bidang sastra, seni, ilmu pengetahuan, dan politik.
Kota-Kota Italia Sebagai Pelopor Renaisans
Kekayaan
Ekonomi di Italia merupakan faktor terbesar di dalam politik negeri periode
ini. Kota-kota Italia pada abad-14 meskipun masih dipimpin oleh kekuatan Gereja
dan bangsawan, namun mulai muncul keinginan penduduk untuk mempunyai andil di
dalam pemerintahan, dan di berbagai kota mereka bahkan mengambil alih
pemerintahan, menyebut diri mereka sendiri sebagai “komuni” ketika mereka
berhasil melengserkan kaum pendeta, dan bangsawan dari monopoli kekuasaan.
Italia
mempunyai komuni yang paling banyak jika dibandingkan dengan bangsa Eropa
lainnya. Setidaknya terdapat lima negara kota yang bersaing untuk
mendominasi: Republik Venice, Tanah Bangsawan Milan, Republik Florence,
Negara Papal, Kerajaan Naples. Negara kecil lain, seperti pusat seni dan
intelektual Ferrara, dan Modene, memainkan peran kecil tapi krusial.
Jika
melihat tingkat kemerdekaan, dan kebebasan kota-kota Italia, dan peran rakyat
jelata serta para seniman di dalam pemerintahan mereka. Di dalam bisnis
besar Florence para pemegang modal mempunyai pandangan yang lebih dekat dengan
bangsawan, ketimbang orang biasa. Sehingga kebijakan-kebijakan komuni ini tetap
bersifat konservatif, dan membatasi rakyat jelata.
Monopoli
yang dilakukan oleh pemegang modal bukannya tidak mendapat tentangan, rakyat
(pedagang, tukang ahli, dan buruh) berusaha menjaga argumen republikan tetap
hidup. Mereka berusaha mencegah para pemegang modal melaksanakan monopoli
kekuasaan absolut. Rakyat jelata inilah, yang menciptakan ledakan konsumen yang
mendorong kebangkitan kembali seni klasik. Kemakmuran kota-kota Italia juga
berasal dari perdagangan dengan kota-kota luar Italia, hal ini ikut membentuk etos
kehidupan di Italia.
Selain
kemakmuran, yang membantu menjelaskan mengapa Renaisans mengambil bentuk
seperti yang di Italia, dalam hubungan dengan kebudayaan klasik. Ketika
Romawi runtuh kebudayaan klasik Romawi tidak sepenuhnya hilang dari Italia,
melainkan akar-akar budaya klasik tersebut masih ada, dan pada abad-14 ini
budaya-budaya klasik tersebut mulai bangkit kembali.
Terdapat
kesepakatan mendasar antara Kristeller dan Burckhardt dalam persepsi mereka
bahwa tradisi ilmiah warisan klasik hanyalah salah satu dari berbagai unsur
yang membentuk Renaisans, atau yang membidani kelahiran Humanisme. Burckhardt
bersikerasa menyatakan bahwa yang paling berperan adalah kecerdasan bangsa
Italia, sedangkan Kristeller bersikeras bahwa unsut lainnya adalah kepustakaan
yang diperroduksi para humanis Italia.
Namun,
dari pendepat Kristeller dan Burckhardt tersebut, mereka mengabaikan salah satu
aspek penting yang mendasari munculnya Renaisans di Italia. Aspek itu adalah
hubungan antara Sisilia dan
dunia Islam pada Abad Pertengahan. Perlu dicatat Sisilia pernah
berada dalam pemerintahan dinasti Islam, yang dimulai dari masa dinasti
Aghlabiyah, kemudian mencapai puncaknya pada masa dinasti Fatimiyah. Sisilia
pada masa Fatimiyah mengalami kemajuan pesat, akibat dijadikan sebagai
pangkalan persenjataan.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa dinasti-dinasti Islam membawa pengaruh terhadap kemajuan
budaya Italia, karena melihat dari realitasnya pada masa itu bangsa Eropa jauh
tertinggal jika dibandingkan dengan dinasti-dinasti Islam. Banyak hal yang
ditiru negara-negara Eropa dari budaya Islam tersebut, mulai dari sistem
pendidikan pondok, metode pengajaran, sistem hukum, dan pengajaran dalam kajian
Humanisme.
Florence, Pusat dari Renaisans
Di
tengah-tengah aktivitas seni dan intelektual yang terjadi di seluruh Italia,
Florence, provinsi dari wilayah Tuscan ini, merupakan negara kota yang paling
terkemuka. Pada abad ke-14 sampai 15, sistem politik Florence mengalami
tiga fase, berubah dari republik ke oligarki, dari oligarki ke aturan
kekeluargaan. Selama periode pergolakan ini, bagaimanapun, seniman, dan
penulis Florentine membuat negara kota mereka sebagai pusat Renaisans masa
awal.
Sistem
republik, yang dimulai dari abad ke-14 dengan harapan kesetaraan politik,
akhirnya jatuh ke tangan oligarki orang-orang kaya. Oligarki, terdiri
dari bankir, pedagang kaya, dan anggota perserikan dan tukang ahli sukses.
Oligarki ini memerintah sampai awal abad ke-15, ketika keluarga Medici
mengambil alih kontrol politik.
Keluarga
Medicis mendominasi politik dan budaya Florentine mulai 1434 sampai 1494,
ketika memerintah terkadang bertindak sebagai penguasa yang lalim. Giovanni di
Bicci de’ Medici (1360-1429) pertama kali mengumpulkan kekayaan keluarga
melalui perbankan, dan kedekatan hubungan finansial dengan kepausan. Anaknya,
Cosimo (1389-1464) menambah kekayaan keluarga Medicis, dan mengakali musuh
politiknya, menjadi penguasa dari Florence yang tidak diakui.
Cosimo
menghabiskan uangnya untuk buku, lukisan, istana, dan mengaku untuk menjadi
teman orang-orang biasa, dia akhirnya dianugerahi julukan Pater Patriae (bapak
negara), julukan romawi yang dihidupkan kembali pada masa renaissans.
Anak dari Cosimo, Piero, memerintah untuk periode yang pendek, dan digantikan
oleh anaknya yang bernama Lorenzo (1449-1492). Lorenzo mendapat julukan the Magnificent
karena keagungan gaya hidupnya.
Lorenzo,
dan saudaranya Giuliano mengatur Florence hingga Giuliano terbunuh pada tahun
1478, oleh keluarga Pazzi, saingan dari Medicis. Lorenzo kemudian secara kejam
mengeksekusi konspirator pembunuhan, dan memerintah secara diktator selama 14
tahun kemudian. Lorenzo meninggal pada 1492.
Dua
tahun setelah kematian Lorenzo, keagungan kekuatan, dan martabat Florence mulai
melemah. Dua peristiwa menandai gejala kemunduruan kekuasaan Florentine.
Pertama, invasi tentara Prancis yang dipimpin Charles ke-8. Invasi ini
memulai kemunduran politik dan budaya yang dapat berujung dengan pengambil alihan
Italia, apalagi kota-negara kecil tidak akan dapat betahan dari serangan
Monarki Eropa. Pasukan Prancis akhirnya mengusir keluarga Medici dari Florence,
mereka bertahan di pengasingan sampai 1512.
Peristiwa
kedua adalah ketika para penentang gereja yang dipimpin Dominician monk Fra
Savonarola (1452-1498) melawan pemerintahan keluarga Medici. Dia menentang
peraturan Medici dan menginginkan untuk mengembalikan bentuk pemerintahan
republik. Dengan pidatonya yang berapi-api, dia menuduh pemimpin Florence dan
kota tergila-gila akan seni. Dia kemudian bertabrakan dengan kepausan, hingga
dikucilkan, dan pada akhirnya dieksekusi di muka umum, tetapi sebelum
dieksekusi, dia telah memberikan efek sangat besar kepada rakyat, termaksuk
pelukis Botticelli, yang mengatakan telah membakar beberapa lukisannya ketika
berada di bawah pengaruh gerakan Savonarola.
Produk-Produk Renaisans
Humanisme, Ilmu Pengetahuan, dan Sekolah-Sekolah Baru
Petrarch, data:image |
Menjelang akhir abad ke-14, kelompok orang-orang Italia yang terdidik terpesona oleh peradaban Romawi kuno. Terinspirasi dari ketertarikan Petrarch pada kesusasteraan, dan bahasa Romawi, sarjana-sarjana mulai mengumpulkan, dan menerjemahkan manuskrip Romawi yang ditemukan di perpustakaan biara, dan tempat-tempat penyimpanan yang lain. Terdapat pergeseran dari perhatian pada bahasa latin gereja di abad pertengahan ke bahasa latin yang murni dengan gaya bahasa Cicero.
Kecintaan
para sarjana terhadap kesusasteraan digambarkan Petrarch dalam perkataannya :
“suatu nafsu yang tak pernah terpuaskan, dan tak dapat kukendalikan, juga tidak
akan kukendalikan seandainya aku bisa. Aku tidak mungkin merasa telah
memperoleh cukup buku”. Selama masa hidupnya dia banyak melakukan perjalanan ke
berbagai penjuru Eropa, untuk mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan klasik, di
antara literatur yang diperoleh Petrarch adalah Decadesnya Livy,
manuskrip Propertius, dan Letters to Atticusnya Cicero.
Petrarch
membentuk sikap baru terhadap buku-buku, dan suatu bahasa baru untuk
membicarakannya. Bahasa ini memberi petunjuk mengenai pengaruh Petrarch di
kemudian hari, sehingga Petrarch dapat dikatakan sebagai peletak kecenderungan,
atau pendiri dari suatu gerakan, gerakan Renaisans. Nafsu petrarch menular dengan cepat, kepada para
sarjana-sarjana lain. Diantaranya Giovannni Boccaccio (1313-1375), yang ketika
melakukan perburuan buku di Montecassino, menangis setelah melihat kondisi
buku-buku tersebut. Kemudian, Coluccio Salutati, seorang kanselir
Florence pada tahun 1375. Dia mempunyai kecintaan yang sama terhadap buku-buku,
sama halnya seperti Petrarch. Salutati telah mencoba memperoleh ssalinan
Catullus, dan Propertiusnya petrarch. Dia adalah yang pertama yang memperoleh
buku-buku dari perpustakaan Petrarch. Memasuki abad ke-15, para sarjana mulai bericara mengenai ketertarikan literatur mereka, dan pelajaran baru seperti studi humanisme. Pada awalnya, orang-orang yang belajar humanisme membaca karya yang berhubungan dengan bahasa latin, tetapi setelah Yunani yang sebenarnya mulai muncul pada abad ke-15, dan respon pelajar mengenai bahasa kuno menyebar, mereka dapat mengkaji teks Yunani dengan baik. Sebagai respon dari permintaan untuk pembelajaran humanisme,
sekolah-sekolah baru dibuka di negara-kota Italia. Di sekolah-sekolah ini lahir
cita-cita Renaisans untuk pendidikan yang mampu memerdekakan pemikiran,
pendidikan liberal. Pada akhirnya, pembelajaran berdasar pada karya-karya Latin
dan Yunani yang ditemukan pada masa itu, daripada berkiblat pada kurikulum
skolastisisme, dan pengikut Aristoteles yang berlaku pada abad pertengahan.
Salah satu tokoh yang mempunyai kontribusi besar dalam perubahan kurikulum ini
adalah Vittorino da Feltre (1378-1446) Sarjana-sarjana renaisans pertama, yang fokus utamanya untuk
mencari manuskrip latin yang asli, adalah filologis, yang berpengalaman dalam
penelitian bahasa dan linguistik. Pada masa itu, mereka memanggil diri mereka
sendiri sebagai humanis, karena pelatihan mereka dalam studi humanisme.
Golongan humanis awal ini membuat cabang dari pembelajaran, uang sekarang
disebut sebagai kritik naskah, yang membandingkan beberapa versi dari naskah
untuk menentukan mana yang paling benar dan otentik.
Semangat Kemerdekaan
Memasuki abad ke-15, sebagian besar komuni awal telah
mengalah kepada pemerintahan satu orang, namun, nafsu yang kuat terhadap
kemerdekaan masih bertahan dalam semangat golongan Renaisans. Menurut
Aristoteles, suatu konstitusi republikan adalah suatu konstitusi yang di
dalamnya warga negara memerintah, dan pada gilirannya diperintah untuk
kepentingan umum, suatu sistem yang menjamin kemerdekaan, dan kesetaraan dengan
cara sering mengganti para pemegang jabatan. Komuni-komuni di Italia merupakan republikan karena
pemerintahannya dilaksanakan oleh dewawn pejabat dengan masa tugas tertentu,
dan terus menerus berganti. Analisis Leonardo Bruni atas konstitusi Florentine
di dalam Laudationya, membuat hal ini semakin jelas. Kemerdekaan, digambarkan
oleh fakta bahwa para warga negara memegang jabatan pemerintahan hanya untuk
masa dua bulan, sementara kesetaraan dijamin oleh fakta bahwa semua warga
negara sama-sama tunduk kepada hukum yang sama, dan pembebanan denda, dan
hukuman lebih besar kepada para bangsawan yang melawan hukum daripada
pembebanan kepada orang biasa.
Republikanisme di Florentine mempunyai dua wajah, wajah imperalis dan juga wajah yang cinta kebebasan. Bruni telah menggunakan asal-usul Romawi Florence untuk membenarkan klaimnya untuk menguasai seluruh dunia, pendapat ini didukung orang-orang Florentine yang muncul berikutnya, bahwa negara harus diizinkan untuk mengesampingkan kepentingan-kepentingan individu. Pengakuan atas kepentingan negara yang bersifat mengesampingkan atau yang disebut Fanscesco Guicciardini pada awal abad ke-16 sebagai “alasan negara”, menandai perubahan revolusioner dalam pemikiran politik pada akhir periode pertengahan, karena mengisyaratkan bahwa politik tidak lagi tunguk kepada moralitas gereja.
Republikanisme di Florentine mempunyai dua wajah, wajah imperalis dan juga wajah yang cinta kebebasan. Bruni telah menggunakan asal-usul Romawi Florence untuk membenarkan klaimnya untuk menguasai seluruh dunia, pendapat ini didukung orang-orang Florentine yang muncul berikutnya, bahwa negara harus diizinkan untuk mengesampingkan kepentingan-kepentingan individu. Pengakuan atas kepentingan negara yang bersifat mengesampingkan atau yang disebut Fanscesco Guicciardini pada awal abad ke-16 sebagai “alasan negara”, menandai perubahan revolusioner dalam pemikiran politik pada akhir periode pertengahan, karena mengisyaratkan bahwa politik tidak lagi tunguk kepada moralitas gereja.
Machiavelli, data:image |
Sementara, monarki-monarki di Eropa bagian utara sangat
berbeda dengan komuni-komuni orangItalia, tetapi meningkatnya peran dewan
terpilih di dalamnya menjad salah satu bukti bahwa Aristoteles, dan pengalaman
republik-republik Italia menjadi semakin relevan bagi mereka. Alasan lain,
adalah krisis politik, dan agama pada abad ke-16 dan ke-17 yang menentang basis
tradisonal monarki-monarki ini, dengan sistem mereka yang tergantung pada
otoritas, dan pemerintahan yang dijalankan berdasarkan hak ilahi.
After all, meskipun republikanisme Renaisans adalah suatu
wadah bagi aneka ragam ide yang berkaitan, jelashlah bukan suatu cita-cita
kosong atau retoris, tetapi memainkan suatu bagian yang aktif di dalam politik
masa itu. Tidak mengherankan semangat kemerdekaan, akhirnya menyebar di
negara-negara Eropa lain.
Arsitektur, Seni Pahat, dan Lukisan
Prestasi yang paling mencolok adalah pembangunan kubah besar
katedral yang hingga saat ini masih mendominasi Florence. Bangunan inilah yang
membuat kagum Leon Battista Alberti ketika melihat rumah leluhurnya untuk
pertama kalinya pada tahun 1434.
Arsitektur, Seni Pahat, dan Lukisan
Jika membicarakan tokoh yang mempunyai kecintaan terhadap
seni, Niccolo Niccoli, merupakan tokoh yang mempunyai perhatian lebih
terhadap seni. Mereka mempunyai nafsu untuk menyelidiki bangunan-bangunan
kuno. Hal baru yang berasal dari mereka adalah pengolahan mereka yang sadar
diri atas seni, dan arsitektur sebagai tanda seorang manusia terlatih, atau
ahli menilai seni.
Salah seorang pencinta seni dari zaman Renaisans adalah Petrarch sebagai kolektor awal lukisan-lukisan Giotto, dan Simone Martini. Pertrach menjelaskan, bahwa kreasi bukan hanya mengenai karya-karya seni, tetapi juga mengenai pencinta seni, orang cukup berbudaya untuk menghargai dan mendukungnya. Dari sudut pandang ini, seni yang dicintai dan ditiru oleh para humanis mencerminkan cita rasa dan semangat mereka sendiri yang berwawasan luas.
Ide mengenai keahlian menilai seni dimulai di dalam lingkungan Niccoli yang membuka diri dengan bahasa nafsu dan semangatnya. Nicolli secara pribadi mengenal Filippo Brunelesschi, seorang arsitek dan pemahat Florentine dengan karya besarnya kubah besar katedral. Gombrich berspekulasi bahwa mungkin Niccoli lah yang mengobarkan minat Brunelleschi pada zaman kuno. Nicolli juga mendorong pemahat seperti Donatello, Luca della Robbia, dan Lorenzo Ghiberti, untuk mempersiapkan bangunan-bangunan dan karya seni paling penting di kota itu pada abad ke-15.
Salah seorang pencinta seni dari zaman Renaisans adalah Petrarch sebagai kolektor awal lukisan-lukisan Giotto, dan Simone Martini. Pertrach menjelaskan, bahwa kreasi bukan hanya mengenai karya-karya seni, tetapi juga mengenai pencinta seni, orang cukup berbudaya untuk menghargai dan mendukungnya. Dari sudut pandang ini, seni yang dicintai dan ditiru oleh para humanis mencerminkan cita rasa dan semangat mereka sendiri yang berwawasan luas.
Ide mengenai keahlian menilai seni dimulai di dalam lingkungan Niccoli yang membuka diri dengan bahasa nafsu dan semangatnya. Nicolli secara pribadi mengenal Filippo Brunelesschi, seorang arsitek dan pemahat Florentine dengan karya besarnya kubah besar katedral. Gombrich berspekulasi bahwa mungkin Niccoli lah yang mengobarkan minat Brunelleschi pada zaman kuno. Nicolli juga mendorong pemahat seperti Donatello, Luca della Robbia, dan Lorenzo Ghiberti, untuk mempersiapkan bangunan-bangunan dan karya seni paling penting di kota itu pada abad ke-15.
Arsitektur Brunelleschi, Data:image |
Prestasi Brunelleschi yang paling revolusioner sebenarnya
bukan pada bidang arsitektur melainkan pada bidang lukisan. Setelah kembali
dari suatu kunjungan ke Roma bersama pemahat muda Donatello pada tahun 1410,
dia mengadakan eksperimen yang begitu baru sehingga semua sahabatnya
membicarakan sebuah lukisan mengenai ruang baptis bersegi delapan dari dalam
pintu katedral itu berlawanan dengannya, menggunakan pintu-pintu itu sebagai
bingkai untuk melengkungi lukisannya. Ketika lukisan tersebut selesai, ia
membuat lubang kecil di belakang lukisan itu, menaruh sebuah cermin di
depannya, dan membuat para sahabatnya meliaht melaui lubang-lubang kecil untuk
melihat lukisannya terpantul di dalam cermin di depannya, dengan cara ini
memaksa mereka melihat pemandangan itu dari sudut pandang tunggal.
Pada bidang arsitektur, Donatello, dalam relief perunggu
mengenai pesta makan Herodes di dalam palung pemandingan di Siena, di dalam
mimbar San Lorenzo di Florence, dan juga Ascension marmernya di Victoria,
dengan reliefnya yang begitu dangkal sehingga cita rasa ruang dan kedalaman
yang ia ciptakan luar biasa.
Lnier Perspective Brunelleschi, Data:image |
Mungkin tidak banyak yang bisa penulis paparkan untuk
pembahasan mengenai seni masa Renaisans, karena keterbatasan pengetahuan
penulis mengenai kesenian. Pembahasan mengenai seni masa Renaisans, sekaligus
menutup pembahasan sejarah Renaisans, kita bisa menarik suatu conclusions bahwa
peradaban, dan pemikiran yang muncul pada masa Renaisans ini mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan peradaban Eropa yang sebelumnya
mengalami fase kegelapan akibat dogma gereja, perlahan-perlahan bangkit dan
menciptakan peradaban yang lebih modern.
BIBLIOGRAFI
Brown, Alison. 2009. Sejarah Renaisans Eropa. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Hitti, Philip. K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Makdisi, George Abrraham. 2005. Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Itelektual, dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Matthews, Roy T. 2004. The Western Humanities. New York: McGraw Hill
BIBLIOGRAFI
Brown, Alison. 2009. Sejarah Renaisans Eropa. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Hitti, Philip. K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Makdisi, George Abrraham. 2005. Cita Humanisme Islam: Panorama Kebangkitan Itelektual, dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Matthews, Roy T. 2004. The Western Humanities. New York: McGraw Hill
Baca Juga: Benturan Antar Peradaban
0 komentar:
Post a Comment