Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Abbasiyah | The Abbasid Empire


Wilayah Kerajaan Abbasiyah, http://saifulislam.com
A.      Latar Belakang
Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti Islam yang berhasil memajukan peradaban Islam. Periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan memiliki pengaruh walaupun tidak secara langsung. Pengembangan ilmu pengetahuan pada pemerintahan Dinasti ini sangat berkembang. Dengan adanya fasilitas-fasilitas, seperti Baitu Hikmah dan pusat-pusat studi lainnya membantu dalam pembelajaran mereka.
Masa Dinasti Abbasiyah adalah masa yang sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Dinasti ini mampu membawa umat menjadi umat yang haus terhadap ilmu pengetahuan. Makalah ini akan sedikit menguraikan tentang Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah, Kebudayaan Islam pada Masa Bani Abbasiyah dan Kajian Ilmu Hadis pada Masa Bani Abbasiyah.

Sebagaimana yang kita ketahui, setelah runtuhnya masa pemerintahan khulafaurrasyidin, terganti pula masa pemerintahan islam dengan beberapa daulah, diantaranya adalah daulah Abbasiyah. Masa bani Abbasiyah adalah masa keemasan islam yang sangat terkenal, kemajuan pada masa ini mengalahi Negara-negara  eropa.
1.    Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah
Awalnya pendirian Abbasiyah pertama kali dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia yang dipimpin oleh Ibrahim, yang bertujuan untuk mendirikan kekuasaan Abbasiyah. Namun gerakan tersebut diketahui oleh Kholifah Umayyah terakhir yang bernama Marwan bin Muhammad, dan akhirnya tertangkap lalu dipenjarakan di Haran, kemudian dieksekusi. Namun sebelum dieksekusi Ibrahim berwasiat kepada adiknya AbuAbbas untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah dan secara resmi Dinasti itu bardiri pada tahun 132 H/750 M.
Berdirinya Dinasti Abbasiya dipelopori oleh Abu Abbas As-Shaffah yang mempunyai pedoman lebih mengutamakan kekuatan dalam kebijakannya.As-Shaffah menjadi pendiri Dinasti Arab Islam ketiga setelah Khulafaurrasyidin. Akan tetapi, masa pemerintahannya begitu singkat, As-Saffah meninggal pada tahun 775 M[1].
Setelah wafatnya As-Saffah, pemerintahan diganti oleh Abu Jakfar yang mengambil gelar Al-Manshur, khalifah Abbasiyah kedua ini meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah yang sudah ditiru sejak awal zaman Abbasiyah, dasar-dasar ini sudah ada di daerah timur  dan dikenal oleh orang-orang Persia. Dibawah Abbasiyah, kekhalifaan berkembang sebagai system politik. Dinasti Abbasiyah ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminasi. Di masa pemerintahan Manshur, Baghdad dibangun menjadi ibu kota Bani Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan dan kebudayaan, dan pada inilah mencapai masa keemasannya antara masa Khalifah ketiga, dan lebih khusus lagi pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun, karena kehebatan dua Khalifah itulah, Dinasti Abbasiyah memiliki kesan baik dalam ingatan publik dan menjadi dinasti paling terkenal  dalam sejarah Islam[2].

2.    Wilayah Islam pada Pemerintahan Bani Abbasiyah
a.       Saudi Arabia                     k.Irak              
b.      Yaman Utara                     l.   Iran
c.       Yaman Selatan                  m. Yorlandia
d.      Oman                                n.  Palestina (Israel)
e.       Uni Emirat                        o.  Lebanon
f.        Arab                                  p.  Mesir
g.      Kuwait                              q.  Libya
h.      Aljazair                              r.  Tunisia
i.        Maroko                              s.  Afganistan
j.        Spanyol                             t.  dan Pakistan.
                                                                           
3.    Keemasan Masa Bani Abbasiyah
Masa pemerintahan Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam, yang sering disebut dengan golden age. Pada masa ini umat islam telah mencapai puncak keemasan, dan para Kholifah betul-betul tokoh yang kuat, sekaligus sebagai pusat kekuasaan, politik, serta agama. Di sisi lain masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga terdapat perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai keemasan di bawah pimpinan para Kholifah sebagai berikut :
Ø  Al Mahdi (775-785M)
Ketika Al-Mahdi menjadi Khalifah, Negara dalam keadaan stabil dan baik, dapat mengendalikan musuh-musuh, dan kondisi keuangan pun telah terjamin.Oleh karena itu, masa pemerintahan Al-Mahdi terkenal sebagai masa yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
Ø  Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah Khalifah pengganti Al-Mahdi, yang merupakan anaknya sendiri. Khalifah Al-Hadi adalah khalifah yang tegas, walaupun ia gemar bersenda gurau, tetapi ini tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab sebagai Khalifah. Seperti yang telah diketahui, ia berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak baik, berwajah manis, dan jarang menyakiti orang.
Ø  Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Khalifah Harun ar-Rasyid mampu membawa negeri yang dipimpinnya kemasa kejayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan, kepribadian dan akhlak beliau dinilai baik serta mulia, yang menyebabkannya sangat di hormatidan disegani. Pada pemerintahan ini Harun ar-Rasyid memiliki usaha-usaha selama masa pemerintahannya, diantaranya sebagai berikut:
1)      Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan umum, 
2)      Membangun gedung-gedung dan sarana sosial,
3)      Memajukan bidang ekonomi dan industry, serta
4)      Memajukan bidang politik pertahanan dan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Ø  Al-Makmun (813-833 M)
Nama lengkap Al-Makmun adalah Abdullah Abdul Abbas al-Makmun, putra dari Harun ar-Rasyid.Selain seorang pejung pemberani, beliau juga pengusaha bijaksana. Selama menjabat sebagai pemimpin Bani Abbasiyah, Al-Makmun telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan berikut:
1)      Menghentikan berbagai gerakan pemberontakan demi menciptakan stabilitas dalam begeri.
2)      Penertiban administrasi Negara untuk penataan kembali sistem pemerintahan.
3)      Pembentukan badan begara.
4)      Pembentukan baitul hikmahdan majelis munazarah. Baitul hikmah berfungsi sebagai perputakaan.
Ø  Al-Muktasim (833-842 M)
       Beliau mempunyai sifat pemberani dan minat menjadi pahlawan.Al-Muktasim merupakan “tangan kanan” dalam menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan dalam pemerintahan Al-Makmun.Al-Muktasim memegang jabatan khalifah setelah wafatnya Al-Makmun. Beliau berpindah ke Samara bersama angkatan tentaranya.Kemudian mendirikan istana, masjid, dan sekolah-sekolah.
Ø  Al-Wasiq (842-847 M)
                 Al-Wasiq mempunyai kepribadian yang luhur, berpikiran cerdas, dan berpandangan jauh dalam mengurus segala perkara. Ia juga penguasa yang sangat cakap,pemerintahannya baik, dan penuh kebaikan. Ia banyak memberikan uang dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya, industry maju dan perdagangan lancar.
Ø  Al-Mutawakkil (847-861 M)
       Ja’far Al-Mutawakkil atau Al-Mutawakkil dalam masa pemerintahannya selalu menunjukkan rasa toleran terhadap sesama. Ia mengandalkan negarawan Turki dan pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi  pasukan asing. Ia wafat pada 11 Desember 861 M.[3]
Pada masa keemasan Dinasti Abbasiyah, umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban, yang mencakup beberapa aspek kehidupan.
a.       Biro-biro Pemerintahan Abbasiyah
Dalam menjalankan system pemerintahan Dinasti Abbasiyah memiliki kantor pengawas (dewan az-zimani), kantor arsip (dewan at-tawqi) dan dewan penyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al mazhlini).
b.      Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam pertama untuk pengajaran yang lebih tinggi tingkatannya adalah Bait Al-Hikmah yang didirikan oleh Al-Makmun di Baghdad, lembaga pendidikan ini juga dikenal sebagai pusat kajian akademis dan perpustakaan umum, serta memiliki sebuah observatorium.
c.       Islamisai Masyarakat
Sebanyak 5.000 orang Kristen Banu Tanukh mengikuti pemerintah khalifah Al-Mahdi untuk masuk Islam.
d.      Bidang Kedokteran
Di dalam ilmu kedokteran terdapat beberapa buku, diantaranya
a)      Al-Asyr maqalat Fi Al-‘Ayn (sepuluh risalah tentang mata)
b)      Kamil Ash-Shinah At-Tibyah
c)      Asy-Syifa’ (penyembuhan)
d)      Al-Qanun Fi Ath-Thib (kodifikasi pemikiran kedokteran).

e.       Sistem Militer
Di dalam sistem militer terdapat pasukan bayaran dan suka relawan serta jumlah pasukan dari berbagai suku dan distrik, sistem militer terorganisasi dengan baik, berdisiplin tinggi serta mendapat pelatihan dan pengajaran secara reguler.
f.        Perkembangan Bidang Pertanian
Pada awal pemerintaha dinasti Abbasiyah bidang pertanian maju pesat karena daerah yang sangat subur. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan Negara dan pengelolaan tanah yang statusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru[4]
4.    Masa Kemunduran dinasti Abbasiyah
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak rentak, itulah yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah.Walaupun masa Dinasti Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, namun masa keemasan itu tidak kekal atau abadi. Ada beberapa factor yang menerangkan tentang terjadinya kemunduran Dinasti Abbasiyah, diantaranya adalah:
v Factor Internal
·      Tampilnya penguasa lemah yang sulit mengendalikan wilayah yang sanagt luas.
·      Kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah berfoya-foya
·      Dualisme pemerintahan; secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, tetapi secara de facto digerakkan oleh tentara professional asal turki
·      Praktik korupsi oleh penguasa diiringi munculnya nepotisme yang tidak professional di berbagai provinsi
·      Perang saudara antara Al-Amin dan Al-Makmun

v Factor Eksternal
·      Abbasiyah mendapat serangan secara tidak langsung dari pasukan salib di dunia barat
·      Abbasiyah memperoleh serangan secara langsung dari orang-orang Mongol[5]

C.      Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah
1.    Sistem Politik
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan pada masa pemerintahan Abbasiyah, diantaranya:
a.         Para Khalifah tetap berasal dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambildari kaum mawali
b.        Kota Baghdad dijadikan sebagai ibu kota Negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan serta terbuka bagi siapapun termasuk bangsa dan penganut agama lainnya
c.         Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuaatu yang mulia, penting dan harus dikembangkan
d.        Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia[6]
2.      Sistem Sosial
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah sistem sosial merupakan sambungan dari masa sebelumnya dan terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, diantaranya :
a.    Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b.    Dinasti abbasiyah terdiri atas beberapa bangsa yang berbeda-beda (Mesir, Syam, Jazirah Arab dll)
c.    Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.    Terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru[7]

D.      Kemajuan dalam Kajian Hadits di Masa Bani Abbasiyah
Hadits termasuk sumber hukum Islam yang ke dua setelah al-Qur’an. Di antara ahli hadits pada Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1.     Imam Bukhori (194-256 H),
Dengan karyanya Shahih Bukhori, nama lainnya adalah Al-Jami’ Ash-Shahih.Yang hanya menggunakan hadits shahih.Dan jumlah hadits Shahih Bukhari tersebut sebanyak 7.658.oleh seba itu, para ulama menganggapnya kitab yang paling shahis setelah Al-Qur’an. metode dalam kitab ini ialah dengan memutus pada satu hadits dan memisahnya pada tempat yang berbeda.
2.    Imam Muslim (wafat pada tahun 261 H)
Dengan karyanya Shahih Muslim, yang merupakan tingkatan setelah Shahih Bukhori, yang berjumalah sebanyak 7.747 hadits.Metode dalam kitab iniialah berbeda dengan Shahih Bukhori yaitu dengan mengumpulka hadits dan sanad-sanadnya dalam satu tempat.
3.    Imam Abu Daud (wafat 275 H)
Jumlah hadits Sunan Abu Daud mencapai 5.276 hadits, dan kitab ini hanya berfokus pada hadits-hadits ahkam.
4.    Imam At-Tirmidzi (wafat 279 H)
Sunan At-Tirmidzi yang disebut juga dengan nama  Jami’ At-Tirmidzi.nDalam kitab ini At-Tirmidzi memilih hadits shahih, hasan dan dha’if, jumlah hadits kitab ini mencapai 4.415 hadits.
5.    Imam Nasa’i (wafat 303 H)
Sunan Imam An-Nasa’I Abi Abdurrahman Ahman bin Syu’aib. Beliau mempunyai Sunan Kubra dan Sunan Sughra yang dikenal dengan nama Al-Mujtaba yang memuat hadits shahih dan hasan serta sedikit hadits dha’if.Hadits Sunan Sughra mencapai 5.776 hadits, sedangkan hadits Sunan Kubra mencapai 11.770 hadits.
6.    Imam Ibnu Majah (wafat 273 H)
Para Ulama menganggap kitab ini sebagai penyempurna Kutub As-Sittah yang berkisar tentang hadits-hadits hokum. Di dalam sunannya telah meriwayatkan hadits shahih, hasan dan dha’if.[8].

PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa  berdirinya Dinasti Abbasiya dipelopori oleh Abu Abbas as-Shaffah. Beliau  menjadi pendiri dinasti arab islam ketiga setelah khulafaurrasyidin. Akan tetapi, masa pemerintahannya begitu singkat, as-sofwah meninggal pada tahun 775 M.
Setelah wafatnya As-Sofwah, pemerintahan diganti oleh Abu jakfar yang mengambil gelar Al-Manshur.
Masa pemerintahan Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam, yang sering disebut dengan golden age, keemasan di bawah pimpinan para Khalifah.sebagai berikut :
Ø  Al Mahdi (775-785 M)
Ø  Al-Hadi (775-786 M)
Ø  Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Ø  Al-Makmun (813-833 M)
Masa kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan dengan dua factor. Internal dan eksternal.
v Secara internal dapat dirinci sebagai berikut           
·      Tampilnya penguasa lemah yang sulit mengendalikan wilayah yang sanagt luas.
·      Kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah berfoya-foya
·      Dualisme pemerintahan; secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, tetapi secara de facto digerakkan oleh tentara professional asal turki
·      Praktik korupsi oleh penguasa diiringi munculnya nepotisme yang tidak professional di berbagai provinsi
·      Perang saudara antara Al-Amin dan Al-Makmun
v Factor Eksternal
·      Abbasiyah mendapat serangan secara tidak langsung dari pasukan salib di dunia barat
·      Abbasiyah memperoleh serangan secara langsung dari orang-orang Mongol


B.       Saran
Sudah diketahui bahwa untuk mencapai masa keemasan sangatlah sulit, mereka harus menghadapi beberapa banyak rintangan. Oleh karena itu, kita sebagai pemimpin masa depan hendaknya menjaga dan memajukan Islam dari sebelumnya.
                                                                     


DAFTAR PUSTAKA
1.    Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
2.    Jumu’ah, Ali. 2008. Mengungkap Dimensi Keabadian Sang Nabi dalam Perspektif Injil dan Barat. Yogyakarta: Citra Risalah.
3.    Aizid, Rizem. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Diva Press
4.    Hasan, Ibrahim Hasan. . 1989. Pengantar Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang
5.    Al-Isy, Yusuuf. 2007. Tarikh ‘Ashr Al-Khilafah Al-‘Abbasiyyah, Terj. Arif Munandar, Jakarta Pustaka Al-Kautsar.





[1] Dedi Supriyadi, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm 128.
[2] Hassan Ibrahim Hassan. Sejarah Kebudayaan islam. Yogyakarta: Kota Kembang, hlm 102.
[3] Rizem Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: DIVA Press, 2015, hlm. 274-278.
[4] Dedi Supriyadi, M, Ag. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, hlm 130.
[5] Rizem Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: DIVA Press, 2015, hlm. 294
[6] Yusuf Al-Isy. Tarikh Al-Khilafah Al-Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007, hlm 85
[7] Syafieh.blogspot.com
[8] Rezim Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Diva pres, hlm 283

0 komentar:

Post a Comment