Teori Sosiologi Kontenporer Jean Baudrillard

Jean Baudrillard


            Jean Baudrillard adalah salah seorang tokoh intelektual dari masa kini yang telah menghaslkan banyak karya di bidang folosfi, teori sosial, dan budaya. Spesifikasi dan ketertarikannya terutama adalah pada post-modernisme dan post-strukturalisme. Jean Baudrillard juga dikenal sebagai seorang fotografer dan juga merupakan seorang kritikus politik yang cukup vocal dalam mengomentari berbagai dinamika terkini di ranah politik dunia. Filsuf asal Perancis ini lahir di sebuah wilayah yang terletak di timur laut Perancis bernama Reims pada 27 Juli 1929. Jean Baudrillard terlahir di sebuah keluarga menengah di mana orang tuanya berprofesi sebagai pegawai negeri.
            Di dalam keluarganya, Jean Baudrillard adalah salah satunya anak yang bersekolah ke tingkat perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Jerman di Sorbonne University, hingga ke jenjang doctoral, dia juga menulis tesis berjudul Le Systeme des objects.

Gaya Pemikiran
            Dalam penilaian para sosiologi, tulisan-tulisan Jean Baudrillard mengingatkan orang lebih kepada puisi daripada teks-teks filosofis pada umumnya. Menurutnya Baudrillard terus menerus bermain dengan kata-kata dan membuat metafora-metafora liar dari astronomi dan menggoda pembaca untuk lebih berkonsentrasi pada bahasanya daripada pendapat-pendapat. Gayanya menulis tampak mengilustrasikan tesisnya bahwa kita tengah meninggakan ‘realitas’ dan sedang dalam perjalanan memasuki apa yang disebutnya ‘hyperreality’, suatu tempat dimana kita bisa bersembunyi dari ilusi yang kita takutkan. Fondasi filsafat Baudrillard adalah kritisisme terhadap pemikiran tradisional dan ilmiah yang menurutnya telah mengganti realitas dengan ilusi tentang kebenaran.
            Baudrillard adalah sesorang sosiolog post-modernis, tetapi dirinya sendiri tidak mengakui bahwa dirinya seorang post modernis. Tetapi yang jelas, pemikiran dan ide-ide dari Baudrillard itu mempengaruhi pemikiran-pemikiran para sosiolog yang mengaku sebagai post-modernis.

Masyarakat Konsumeris
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata konsumsi memiliki dua arti, yaitu pemakaian barang-barang hasil profuski, dan pemakaian barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup manusia. Seorang mengonsumsi suatu barang berarti bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna barang tersebut, baik berupa benda maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen berarti pembeli dan pemakai dari barang-barang hasil produksi.
            Artinya, bahwa konsumen mengeluarkan atau membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh apa yang dibutuhkan, baik berupa barang-barang konsumsi maupun berupa jasa. Namun sangat disayangkan jika konsumen membeli barang atau jasa bukan karena kebutuhan melainkan karena keinginan, yang lama kelamaan akan menuju pola hidup yang konsumtif.
            Dilatar belakangi oleh pemikiran Karl Marx bahwa komoditas memiliki dua aspek, yaitu Use Value dan Exchange Value. Menurut Baudrillard, tidak hanya Use Value dan Exchange Value, tetapi juga memiliki Symbolic Value dan Sign Value.
            Menurutnya, tanda menjadi salah satu elemen penting dalam masyarakat konsumeris saat ini. Baudrillard menyatakan bahwa konsumsi yang terjadi sekarang ini telah menjadi konsumsi tanda. Tindakan konsumsi suatu barng dan jasa tidak lagi berdasarkan pada kegunaannya melainkan lebih mengutamakan pada tanda dan simbol yang melekat pada barang dan jasa itu sendiri. Masyarakat pun pada akhirnya hanya mengkonsumsi citra yang melekat pada barang tersebut (bukan lagi pada kegunaannya) sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara terus menerus. Hal ini dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang.
            Fenomena masyarakat konsumeris tersebut terjadi karena adanya perubahan mendasar berkaitan dengan cara-cara orang yang mengekspresikan diri dalam gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan salah satu bentuk budaya konsumeris, karena gaya hidup seseorang dapat dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik konsumsi barng atau jasa. Konsumsi tidak hanya mencakup kegiatan membeli sejumlah uang, tetapi juga mengkonsumsi jasa, seperti pergi ketempat hiburan dan berbagai pengalaman sosial. Gaya hidup juga dihubungkan dengan status kelas sosial ekonomi. Gaya hidup mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu status sosial tertentu, misalnya pilihan mobil, rumah, pakaian, dsb. semua itu sebenarnya hanyalah simbol dari status sosial tertentu.

Baca Juga:3 Golongan Orang Jawa 

0 komentar:

Post a Comment